21882011A226120 Perlu diketahui, ketika kita belajar tentang sejarah maka kita harus memahami tiga hal yang penting, yaitu sejarah itu sendiri, latar belakang terjadinya sebuah sejarah, dan relevansi sejarah dengan kehidupan sekarang. Artinya, ketika kita belajar tentang sejarah maka kita harus mampu mendeskripsikan sejarah, latar belakang dari sejarah, serta kontekstualisasi dalam konteks. Adapun kontekstualisasi dalam konteks ini seharusnya dilakukan untuk mencari relevansi, hikmah-hikmah, serta mengevaluasi pencapaian. Peradaban dalam bahasa Arab disebut juga dengan hadzarah sedangkan di dalam bahasa Indonesia disebut dengan kebudayaan. Tetapi, dengan berkembangnya sebuah ilmu pengetahuan antropologi, peradaban dan kebudayaan ini masih bisa dibedakan. Kebudayaan merupakan semangat mendalam dalam bermasyarakat sedangkan peradaban merupakan manifestasi-manifestasi dari kemajuan mekanisme dan teknologi. Namun, terkadang peradaban di sini sering menyebut dari kebudayaan-kebudayaan yang halus seperti halnya seni bangunan, sistem politik, sistem tata negara, dan ilmu pengetahuan yang maju dan kompleks. Berbicara terkait Sejarah Peradaban Islam, hal ini biasanya mencakup tentang sejarah- sejarah dan perkembangan dari sebuah kebudayaan menjadi peradaban dalam Islam, mulai dari awal turunnya agama Islam dan sedikit mundur ke belakang yaitu pada zaman pra Islam. Landasan peradaban Islam adalah landasan kebudayaan sedangkan landasan kebudayaan Islam adalah agama Islam. Agama Islam berbeda dengan halnya agama non-samawi atau agama pribumi. Agama pribumi itu berasal dari sebuah kebudayaan yang menghasilkan sebuah agama sedangkan di dalam agama islam, agama yang melahirkan semua kebudayaan. Untuk itu, kita dapat membedakan antara kebudayaan dan agama di mana kebudayaan adalah hasil cipta dari suatu masyarakat sedangkan agama Islam adalah wahyu dari Tuhan. Lebih lanjut, peradaban adalah sebuah kemajuan cara hidup manusia. Dalam kemajuan ini, seperti halnya kemajuan bahasa, sastra, politik, ekonomi, tata negara, agama, dan ilmu pengetahuan. Peradaban Islam sering juga disebut sebagai peradaban Arab karena sebagai tempat lahirnya dan berkembangnya agama Islam dan juga sebagai pusat pemerintahan pada masa Rasulullah dan Khulafaur Rasyidin. Perbaikan moral dan ilmu pengetahuan ini menjadi hal yang sangat diperhatikan dalam dakwah Rasulullah karena perbaikan moral dan ilmu pengetahuan ini merupakan faktor utama lahirnya agama Islam. Seperti yang kita ketahui bahwa orang-orang sebelum Islam merupakan orang-orang yang diberi julukan jahiliah. Kata jahiliah ini mempunyai makna bodoh, tidak berilmu pengetahuan, dan dalam kegelapan. Jadi, pada masa jahiliah atau disebut juga dengan masa pra Islam, orang-orang memiliki moral yang rusak atau tidak benar, seperti halnya terjadinya pertukaran istri, mengubur anak perempuan yang masih hidup yang dianggap penyebab turunnya derajat atau menjadi hina, menikahi ibunya, dan berperang atau menumpahkan darah antar kaum atau antar kelompok. Namun, ada realitas-realitas sosial yang membutikan bahwa orang-orang jahiliah juga mempunyai ilmu pengetahuan. Pada saat itu, syair-syair Arab berkembang pesat sehingga setiap tahunnya itu diadakan sebuah festival-festival syair Arab di Pasar Ukaz. Selain itu, pada zaman jahiliyah sudah diterapkannya sistem tata negara yang waktu itu dipimpin oleh Bani Quraisy. Hal ini membuktikan bahwa orang-orang jahiliah dulu sudah pandai dalam baca tulis. Artinya, mereka sudah mempunyai ilmu pengetahuan tetapi tidak mempunyai moral yang baik. Maka dari itu, zaman pra Islam disebut zaman jahiliah. Menurut PK Hitti, orang-orang jahiliah bukan berarti bodoh terhadap ilmu pengetahuan tetapi bodoh dari segi agama. Sebelum Nabi Muhammad datang, tidak ada nabi atau pun kitab yang dijadikan pedoman hidup. Nabi Muhammad diutus di tengah-tengah orang-orang jahiliah untuk memberikan sinar terang, memperbaiki dan menyempurnakan moral atau akhlak mereka, serta menyebarkan ilmu pengetahuan. Hal ini terbukti bahwa dengan diutusnya Nabi Muhammad dengan membawa firman Allah menjadikan bangsa Arab dari yang semula rendah menjadi tinggi dari kekolotan, merubah kebodohan menjadi kepandaian, serta merubah kegelapan menjadi sinar terang. Hal ini sejalan dengan pendapat H. A. R Gibb di dalam bukunya “Whither Islam" yang menyatakan bahwa “Islam is indeed much more than a system of theology, it is a complate civilization” yang berarti Islam bukan hanya sekadar agama tetapi juga peradaban yang sempurna.