Anda di halaman 1dari 7

Pereodesasi perkembangan peradaban sejarah Islam

PENDAHULUAN
Sejarah adalah peristiwa yang terjadi di masa lampau yang disusun berdasarkan
peninggalanpeninggalan berbagai macam peristiwa. Dan peninggalan tersebut dapat disebut
sebagai sejarah. Dalam bahasa arab sejarah dapat disebut sajaratun (Sajaroh), artinya pohon dan
keturunan.' Dalam perjalanan, sejarah mengalami pasang naik dan pasang surut dalam interval
yang berbeda-beda. Sejarah dalam bahasa arab juga dapat disebut tarikh, yang menurut etimologi
artinya ketentuan masa. Sedang secara terminologi ialah "keterangan yang telah terjadi di
kalangannya pada masa yang telah lampau atau pada masa yang masih ada.

Disamping itu, mempelajari sejarah yang sudah berjalan cukup lama akan mengalami
kesuliatan apabila tidak dibagi dalam beberapa tahapan dimana disetiap tahapan merupakan suatu
komponen yang mempunyai ciri ciri khusus dan merupakan suatu kebulatan untuk satu jangka
waktu.

Rangkaian dari tahapan sejarah yang termuat dalam satu kerangka inilah yang disebut periodesasi
sejarah, (Nourouzzman zhiddiqie,1983). Periodesasi peradaban Islam merupakan ciri bagi ilmu
sejarah yang mengkaji peristiwa dalam konteks waktu dan tempat dengan tolak ukur yang
bermacam-macam.

Ada beberapa pendapat lain yang tolak ukurnya adalah sistem politik, hal ini biasanya
digunakan pada sejarah konvensional. Tolak ukurnya pada persoalan ekonomi (maju mundumya
ekonomi) dalam sebuah negara. Peradaban dan kebudayaan suatu bangsa adalah pada masuk dan
berkembangnya suatu agama. Jadi, periodesasi peradaban Islam adalah ilmu sejarah atau tahapan
sejarah yang mengkaji perkembangan peradan Islam dalam konteks dan tempat dengan tolak ukur
tertentu, (Nourouzzman zhiddiqie,1983). Dalam sejarah, proses tukar menukar dan interaksi
dengan kebudayaan lain memang kerap terjadi dan tidak bisa dihindari. Seperti yang terjadi antara
peradaban Islam dengan Kebudayaan barat. Namaun dalam kondisi dimana suatu kebudayaan itu
lebih kuat dibandingkan yang lain terhadap dominasi yang kuat terhadap yang lemah. Istilah Ibnu
Khaldun,

"masyarakat yang ditaklukan, cenderung meniru penakluknya". Hal demikan terjadi pada
peradaban Islam ketika Islam menjadi kuat dan dominan pada abad pertengahan, masyarakat Eropa
cenderung meniru "berkiblat ke dunia Islam". Tetapi ketika kebudayaan Barat yang kuat dan
dominan maka proses peniruan itu juga terjadi. Terbukti ketika kebangkitan Barat dan melemahnya
politik Islam, para ilmuwan Muslim belajar berbagai disiplin ilmu ke Barat.3

METODE
Penelitian periodisasi dan perkembangan peradaban islam yaitu kemajuan dan tingkat
intelektual serta spiritual yang menjadikan suatu masyarakat madani. Peradaban Islam dimulai dari
periodesasi Nabi Muhammad saw. hingga perkembangan Islam sampai saat ini. Periodesasi
peradaban Islam merupakan ciri bagi sejarah yang mengkaji peristiwa dalam konteks waktu dan
tempat dengan tolak ukur yang bermacam- macam periodesasi sejarah peradaban Islam menurut
Ahmad Al-Usairy terbagi menjadi beberapa periode yaitu periode klasik, periode, sejarah rasulullah,
periode sejarah khulafaurrasyidin, periode pemerintahan Bani Umayyah, periode pemerintahan
Bani Abbasiyah, periode pemerintahan Mamluk, periode pemerintahan Usmani, periode Dunia
Islam Kontemporer. . Metode pada penelitian ini menggunakan metode (library reseach) dengan
mengumpulkan sejumlah literatur yang berkenaan dengan masalah dan tujuan penelitian.
Pengumpulan data dengan hasil penelitian terdahulu yang menjadi pendukung data pada penelitian
periodisasi dan perkembangan peradaban islam. Penelitian ini menggunakan metode penelitian
(library reseach) dengan mengumpulkan sejumlah buku-buku, majalah, jurnal, lifet yang berkenaan
dengan masalah dan tujuan penelitian. Danial dalam (Rizki Sayahputra dan Darmansah, 2020)
Pengumpulan data dengan hasil penelitian terdahulu yang menjadi pendukung data pada tema
penelitian terkait periodisasi dan perkembangan peradaban islam.

HASIL DAN DISKUSI


Peradaban Islam
Sejarah dalam bahasa arab dapat disebut dengan tarikh/sirah, serta juga dapat disebut
dengan istilah sajaratun (Sajaroh), artinya pohon dan keturunan atau history dalam bahasa Inggris,
adalah cabang ilmu pengetahuan yang berkenaan dengan kronologi berbagai peristiwa. Sedangkan
menurut menurut pengertian al-tarikh berarti: "sejumlah keadaan dan peristiwa-peristiwa yang
terjadi di masa lampau, dan benar-benar terjadi pada diri individu atau masyarakat, sebagaimana
benar-benar terjadi pada kenyataan-kenyataan alam dan manusia".

Sejarah peradaban Islam dapat diartikan sebagai perkembangan atau kemajuan kebudayaan
Islam dalam perspektif sejarah. Selain itu sejarah peradaban Islam dapat diartikan sebagai
kemajuan dan tingkat kecerdasan akal yang dihasilkan dalam satu aperiode kekuasaan Islam mulai
dari periode nabi Muhammad saw hinga perkembangan kekuasaan Islam sekarang. Sejarah
peradaban juga dapat diartikan sebagai capaian umat Islam dalam Kesusastraan, Ilmu pengetahuan,
dan Kesenian.

Dari pengertian yang dikemukakan diatas, peradaban Islam adalah terjemahan dari kata
Arab al-Hadharah al-Islamiyah. Istilah kata dalam bahasa Arab ini juga sering diterjemahkan dalam
bahasa Indonesia yang artinya adalah Kebudayaan Islam. (Solikhin, 2005) "Kebudayaan" dalam
bahasa Arab adalah al-Tsaqafah. Dalam definisi yang dimaksud disini Peradaban atau kebudayaan
tersebut ialah Islam yang diwahyukan kepada Nabi Muhammad saw yang telah membawa bangsa
Arab yang sebelum datangnya Islam terbelakang, bodoh, dan tidak dikenal oleh bangsa manapun.
Tetapi semenjak hadimya Islam ditengah-tengah mereka maka mereka menjadi bangsa yang maju,
cepat mengembankan dunia, membina satu kebudayaan dan peradaban yang sangat berpengaruh
terhadap kemajuan dan kesejahteraan umat manusia. Baik secara jasmani maupun secara rohani
Dengan demikan jelas bahwa kedatangan Islam dalam kehidupan manusia khusunya bangsa Arab
dan umumnya seluruh umat manusia mepunyai makna yang tinggi bagi peradaban umat manusia.
Yaitu mengangkat hak kemanusia yang tinggi, cita-cita yang luhur, dan menanamkan semanggat
Islam yang memperteguh kesetian manusia terhadap tugas dan kewajibanya sebagai wakil Allah di
muka bumi atau Khalifatullah. Menurut H.A.R Gibb, bahwa Islam sesungguhnya lebih dari sekedar
Agama, la adalah peradaban yang sempurna. Karena yang menjadi pokok kekuatan dan sebab
timbulnya kebudayaan adalah Agama Islam, kebudayaan yang ditimbulkannya dinamakan
kebudyaan atau peradaban Islam.
Dasar-Dasar Peradaban Islam
Dasar-dasar peradaban Islam pertama kali ditetapkan oleh Nabi Muhammad saw.
Tujuannya adalah untuk memperkokoh masyarakat dan negara baru. Beliau menetapkan dasar-
dasar tersebut pada saat beliau berada di Yastrib atau yang sekarang dikenal dengan nama
Madinah. Berbeda halnya dengan di Mekah, di Madinah Allah swt banyak menurunkan wahyu yang
berhungungan dengan kehidupan masyarakat. Nabi Muhammad saw mempunyai kedudukan, tidak
hanya sebagai pemimpin Agama, tetapi juga sebagai kepala Negara, (Badri, 1997). Dengan kata lain
nabi Muhammad saw memilki dua kekuasaan sekaligus, yaitu kekuasaan spiritual dan kekuasan
sekuler yang dimana kedunya dapat berjalan seimbang atas berkat bimbingan Allah swt melalui
wahyu yang diturunkan kepada beliau." Dasar-dasar peradaban Islam tersebut diantaranya adalah:

1. Pembangunan Masjid
Masjid merupakan sesuatu yang paling fundamental yang pertama beliau lakukan. Karena
masjid menjadi pusat pemerintahan dan pusat spiritual. Masjid juga digunakan untuk
mempersatukan kaum Muslim dan mempertalikan jiwa diantara mereka." Masjid merupakan
tempat pembinaan dan tempat memakmurkan umat serta membimbing umat supaya taat
beribadah. Berbagai masalah yang dihadapi umat Islam, di diskusikan di masjid. Baik itu persoalan
Individual maupun Sosial. Masjid juga digunakan untuk tempat menerima serta menjamu tamu
negara yang berkunjung ke kaum muslim. Bahkan juga digunakan sebagai penginapan bagi para
musyafir dan juga tempat perawatan bagi pejuang-pejuang yang luka di medan jihad.

2. Membangun Ukhuwah Islamiyah


Istilah kata ukhuwah berakar dari kata kerja akha. Makna ukhuwah menurut Imam Hasan Al
Banna: Ukhuwah Islamiyah adalah keterikatan hati dan jiwa satu sama lain dengan ikatan
aqidah."Makna realitas dari Ukhuwah Islamiyah adalah ketika itu Nabi Muhammad saw
mempersaudarakan atara golongan Muhajirin dengan golongan Anshar. Dengan demikian
diharapkan terjalin persaudaraan dan rasa kekeluargaan yang tinggi dikalangan kaum muslimin.
Persaudaraan tersebut terjalin berdasarkan agama atau ideologi yang mengantikan persaudaraan
sedarah atau biologis. Diantara unsur-unsur pokok dari Ukhuwah adalah rasa cinta dan kasih
sayang. Dari tingkatan cinta yang terendah ditunjukan dengan husnudzon yang menggambarkan
bersihnya hati dari sifat hasad benci, dan dengki.

3. Membangun hubungan dengan non Islam


Ketika menjadi kepala negara di Madinah. Rasulullah saw tidak hanya memimpin kaumnya
sendiri yang beragama Islam. Tetapi disana juga terdapat kaum Yahudi dan orang arab yang masih
menganut agama nenek moyang mereka. Stabilitas negara sanggat dibutuhkan disituasi seperti itu.
Beliau mengadakan ikatan perjanjian dengan mereka. Yaitu dengan dibuatnya piagam yang
menjamin kebebasan beragama bagi orang-orang selain Islam serta dijamin keselamatanya. Setiap
masyarakat memiliki hak tertentu dalam bidang politik dan keagamaan." Kemerdekaan setiap
golonganpun terjamin dengan diadakan perjanjian tersebut. Mereka diwajibkan bersama-sama
untuk saling menjaga negeri Madinah dari ancaman atau serangan dari luar. Ini yang disebut dengan
kemerdekaan dan keadilan dalam pemerintahan yang sebenarnya. Ini semua dapat. terwujud
dikarenakan datangnya Islam sebagai Agama yang rahmatal lil'alamin.

Secara doktrinal, toleransi sepenuhnya diharuskan oleh Islam. Islam secara definisi adalah
"damai", "selamat" dan "menyerahkan diri". Definisi Islam yang demikian sering dirumuskan
dengan istilah "Islam agama rahmatal lil'alamin" (agama yang mengayomi seluruh alam). Ini berarti
bahwa Islam bukan untuk menghapus semua agama yang sudah ada. Islam menawarkan dialog dan
toleransi dalam bentuk saling menghormati. Islam menyadari bahwa keragaman umat manusia
dalam agama dan keyakinan adalah kehendak Allah, karena itu tak mungkin disamakan.

Periodisasi Perkembangan Peradaban Islam


Di kalangan sejarawan terdapat perbedaan tentang saat dimulainya sejarah Islam. Secara
umum, perbedaan pendapat tersebut dapat dibedakan menjadi dua. Pertama, sebagian sejarawan
berpendapat bahwa sejarah Islam dimulai sejak Nabi Muhammad saw diangkat menjadi rasul. Oleh
karena itu, menurut pendapat ini, selama 13 tahun Nabi Muhammad saw tinggal di Mekah telah
lahir masyarakat muslim meskipun belum berdaulat. Kedua, sebagian sejarawan berpendapat
bahwa sejarah umat Islam dimulai sejak Nabi Muhammad saw hijrah ke Madinah karena
masyarakat muslim baru berdaulat ketika Nabi Muhammad saw tinggal di Madinah. Muhammad
saw tinggal di Madinah tidak hanya sebagai rasul, tetapi juga merangkap sebagai pemimpin atau
kepala negara berdasarkan konstitusi yang disebut Piagam Madinah. Di samping perbedaan
mengenai awal sejarah umat Islam, sejarawan juga berbeda dalam menentukan fase-fase atau
periodesasi sejarah Islam. Menurut Usairy (2006: 4-8), periodesasi sejarah Islam secara lengkap
dibagi dalam periode-periode sebagai berikut:

1. Periode Sejarah Klasik (Masa Nabi Adam-sebelum diutusnya Nabi Muhammad saw). Periode
ini merupakan fase sejarah sejak Nabi Adam dan dilanjutkan dengan masa-masa para nabi hingga
sebelum diutusnya Rasulullah saw.
2. Periode Sejarah Rasulullah saw (570-632 M) Yang dimulai dari tahun 52 sebelum hijriyah
hingga tahun 11 H (570 M-632 M). Di dalamnya diungkapkan tentang berdirinya negara Islam yang
dipimpin langsung oleh Rasulullah saw, yang menjadikan Madinah al-Munawwarah sebagai pusat
awal dari semua aktivitas negara yang kemudian meliputi semua jazirah Arabia. Sejarah pada
periode ini merupakan sejarah yang demikian indah yang seharusnya dijadikan contoh dan suri
teladan oleh kaum muslimin baik penguasa maupun rakyat biasa.
3. Periode Sejarah Khulafa' Rasyidin (632-661 M) Periode ini dimulai sejak tahun 11 H hingga
41 H (632-661 M). Pada masa itu terjadi penaklukan- penaklukan Islam di Persia, Syam (Syiria),
Mesir, dan lain-lain. Pada periode sejarah Khulafa' Rasyidin manusia betul-betul berada dalam
manhaj Islam yang benar.
4. Periode Pemerintahan Bani Umayyah (661-749 M) Periode ini dimulai sejak tahun 41 H
hingga 132 H (661-749 M). pada masa ini pemerintahan Islam mengalami perluasan yang demikian
signifikan. Hanya ada satu khalifah dalam pemerintahan Islam yang demikian luasnya itu.
Sayangnya, komitmen kepada syariat Islam mengalami sedikit kemerosotan daripada periode
sebelumnya.
5. Periode Pemerintahan Bani Abbasiyah (749-1258 M) Masa ini dimulai sejak tahun 132 H-656
H (7491258 M). Periode ini merupakan masa kejayaan bagi pendidikan Islam meskipun pada fase
yang kedua terdapat beberapa pemerintahan dan kerajaan yang independen, namun sebagiannya
telah memberikan kontribusi yang besar terhadap Islam. Misalnya pemerintahan Saljuk,
pemerintahan keturunan Zanki, pemerintahan bani Ayyub, Ghazni, dan Murabithun. Pada masa ini
pula muncul gerakan perang salib yang dilakukan oleh negara-negara Eropa yang menaruh
kebencian dan dendam pada negara-negara Islam di kawasan Timur. Pemerintahan Abbasiyah
hancur bersamaan dengan penyerbuan orang-orang Mongolia yang melumatkan pemerintahan
bani Abbasiyah ini.
6. Periode Pemerintahan Mamluk (1250-1517 M) Pemerintahan Mamluk dimulai sejak tahun
648 H-923 H (1250 1517 M). Goresan sejarah Islam paling penting di masa ini adalah berhasil
dibendungnya gelombang penyerbuan pasukan Mongolia ke beberapa belahan negeri Islam. Juga
berhasil dihabiskannya eksistensi kaum Salibis dari negara Islam.
7. Periode Pemerintahan Usmani (1517-1923 M) Pemerintahan Usmani dimulai sejak tahun
923 H-1342 H (1517 1923 M). Pada awal pemerintahan ini telah berhasil melakukan ekspansi
wilayah Islam terutama di kawasan Eropa Timur. Pada saat itu Hongaria berhasil ditaklukkan,
demikian pula dengan Beograd, Albania, Yunani, Romania, Serbia dan Bulgaria. Pemerintahan ini
juga telah mampu melebarkan kekuasaannya ke kawasan timur wilayah Islam. Salah satu goresan
sejarah paling agung yang berhasil dilakukan oleh pemerintahan Usmani adalah ditaklukkannya
Konstantinopel (yang merupakan ibukota Imperium Romawi). Namun pada masa akhir
pemerintahan Turki, kaum kolonial berhasil menaburkan benih pemikiran nasionalisme. Kemudian
pemikiran ini menjadi pemicu hancurnya pemerintahan Islam serta terkoyak- koyaknya kaum
muslimin menjadi negeri-negeri kecil yang lemah dan terbelakang serta jauh dari agama mereka.
8. Periode Dunia Islam Kontemporer (1922-2000 M) Periode ini dimulai sejak tahun 1342-1420
H (1922-2000 M). Periode ini merupakan masa sejarah umat Islam sejak berakhirnya masa Dinasti
Turki Usmani hingga perjalanan sejarah umat Islam pada masa sekarang.
Sedangkan menurut Harun Nasution dan Nourouzaman Shidiqi membagi sejarah Islam menjadi tiga
periode, yaitu: Periode Klasik (650-1250 M). Periode Pertengahan (1250-1800 M), dan Periode
Modern (1800-sekarang).

1. Periode Klasik (650-1250) Periode Klasik merupakan periode kejayaan Islam yang dibagi ke dalam
dua fase, yaitu:

a. fase ekspansi(perluasan wilayah), integrasi, (650-1000),


b. fase disintegrasi(perpecahan wilayah/kelompok) (1000-1250).
Pada fase kemajuan, Islam mengalami internasionalisasi. Pada masa Bani Umayyah, Islam
mulai masuk ke Eropa melalui Spanyol. Pengaruh Islam kemudian meluas dari Afrika Utara sampai
Spanyol di belahan Barat. Lebih lanjut, perluasan ini menyentuh Persia hingga ke India di belahan
Timur. Mengutip buku Sejarah Peradaban Islam karya Syamruddin Nasution, pada masa ini ilmu
pengetahuan dan arsitektur berkembang di kota-kota Spanyol, seperti Cordoba dan Granada.
Beberapa bangunan dengan arsitektur megah juga dibangun, seperti istana Az Zahra Cordoba dan
istana Alhambra Granada.

Sejumlah ulama besar bermunculan di fase ini, yaitu Imam Malik, Imam Abu Anifah, Imam
Syafi’i, dan Imam Ibn Hambal dalam bidang fikih. Adapun dalam bidang teologi muncul Imam al-
Asya’ri, Imam al-Maturidi, Wasil ibn ‘Ata’, Abu Huzail, Al-Nazzam, dan Al-Jubba’i. Pada masa ini,
perubahan bahasa administrasi dari bahasa Yunani dan bahasa Pahlawi ke Bahasa Arab dimulai oleh
Abdul Malik. Orang–orang bukan Arab pada waktu itu telah mulai pandai berbahasa Arab. Untuk
menyempurnakan pengetahuan mereka tentang bahasa Arab, terutama pengetahuan pemeluk–
pemeluk Islam baru dari bangsa–bangsa bukan Arab, perhatian kepada bahasa Arab, terutama tata
bahasanya mulai diperhatikan. Inilah yang mendorong Imam Sibawaih untuk menyusun al–Kitab,
yang selanjutnya menjadi pegangan dalam masalah tata bahasa Arab.

Perhatian kepada syair Arab Jahiliah timbul kembali dan penyair–penyair Arab baru mulai
muncul, misalnya Umar bin Abu Rabi’ah (w. 719 M), Jamil al– Udhri (w. 701 M), Qays bin al–
Mulawwah (w. 699 M) yang dikenal dengan nama Laila Majnun, al–Farazdaq (w. 732 M), Jarir (w.
792 M), dan al–Akhtal (w. 710 M). Selain itu, perhatian dalam bidang tafsir, hadis, fikih, dan ilmu
kalam pada zaman ini juga mulai muncul. Inilah yang kemudian memunculkan nama–nama seperti
Hasan al–
Bashri, Ibnu Syihab al–Zuhri, dan Washil bin Atha’. Kufah dan Bashrah di Irak menjadi pusat dari
kegiatan–kegiatan ilmiah ini. Sayangnya, pada fase disintegrasi keutuhan umat Islam dalam bidang
politik mulai pecah. Baghdad dirampas dan dihancurkan oleh Hulagu Khan pada 1258. Kekhalifahan
sebagai simbol keutuhan politik mulai runtuh dan digantikan pemerintahan otonom di berbagai
kawasan.

2. Periode Pertengahan (1250-1800) Periode Pertengahan merupakan periode kemunduran Islam


yang dibagi ke dalam dua fase, yaitu:

a. fase kemunduran (1250-1500 M), dan


b. fase munculnya ketiga kerajaan besar (1500-1800), yang dimulai dengan zaman kemajuan
(15001700 M) dan zaman kemunduran (1700-1800).
Pada fase ini juga dunia Islam terbagi dua. Bagian Arab yang berpusat di Mesir terdiri atas
Arabia, Irak, Suriah, Palestina, Mesir dan Afrika Utara. Sementara bagian Persia yang berpusat di
Iran terdiri atas Balkan, Asia kecil, Persia dan Asia tengah. Pada fase tiga kerajaan besar (1500 M–
1700 M), perhatian terhadap ilmu pengetahuan sangat kurang. Hasilnya, umat Islam semakin
mundur saat tiga kerajaan besar mendapat banyak tekanan. Kekuatan militer dan politik pun
menurun. Kerajaan Safawi dihancurkan oleh serangan-serangan bangsa Afghan, Kerajaan Mughal
diserang raja-raja India, Kerajaan Usmani terpukul di Eropa, sementara Mesir dikalahkan oleh
Napoleon Bonaparte dari Prancis.

Gedung-gedung bersejarah yang ditinggalkan periode ini antara lain Taj Mahal di Agra,
benteng Merah, masjid-masjid, istana-istana, dan gedung-gedung pemerintahan di Delhi. Pada
masa ini, tarekat terus mempunyai pengaruh besar dalam hidup Umat Islam. Selain Arab dan Persia,
Turki dan India muncul sebagai kerajaan besar. Inilah yang membuat bahasa Turki dan bahasa Urdu
mulai muncul sebagai bahasa penting dalam Islam, tetapi kedudukan bahasa Arab menjadi bahasa
persatuan semakin menurun. Kemajuan Islam pada era ini lebih banyak berpusat di bidang politik.
Selain itu, Barat juga mulai bangkit, terutama dengan terbukanya jalan ke pusat rempah-rempah
dan bahan-bahan mentah di Timur Jauh, melalui Afrika Selatan dan ditemukannya Amerika oleh
Columbus tahun 1492 M. Namun demikian, kekuatan Eropa pada waktu itu masih lemah jika
dibandingkan dengan kekuatan Islam.

3. Periode Modern (1800-dan seterusnya) Periode Modern merupakan periode kebangkitan umat
Islam yang ditandai dengan munculnya para pembaharu Islam.
Periode modern (1800 M–sekarang) merupakan zaman kebangkitan umat Islam yang mulai sadar
bahwa di Barat telah timbul peradaban baru yang lebih tinggi. Ekspedisi Napoleon di Mesir yang
berakhir pada tahun 1801 M membuka mata dunia Islam, terutama Turki dan Mesir, akan
kemunduran dan kelemahan umat Islam. Raja-raja dan para pemuka Islam mulai memikirkan cara
meningkatkan mutu dan kekuatan umat Islam kembali. Kontak Islam dengan Barat sejak masa ini
berlainan sekali dengan kontak Islam dengan Barat periode klasik. Pada waktu itu, Islam sedang naik
dan Barat sedang dalam kegelapan. Sekarang sebaliknya, Islam tampak dalam kegelapan dan Barat
tampak gemilang.

Dengan demikian, timbullah sesuatu yang disebut pemikiran dan aliran pembaharuan atau
modernisasi dalam Islam. Pemuka-pemuka Islam mengeluarkan pemikiran-pemikiran cara membuat
umat Islam maju kembali, sebagaimana yang terjadi pada periode klasik. Usaha-usaha ke arah itu
mulai dijalankan di kalangan umat Islam. Namun, Barat di sisi lain juga bertambah maju dalam hal
itu. Kebangkitan umat Islam ini dibagi lagi menjadi dua periode, yakni kebangkitan awal (1800–
1967) dan kebangkitan kedua (1967–sekarang). Pada periode kebangkitan awal, muncul kesadaran
pentingnya pembaharuan dalam Islam, baik secara politik, militer, sosial, dan budaya. Sementara
itu, pada kebangkitan kedua, kekalahan Arab oleh Israel tahun 1967 menjadi titik yang menggugah
umat. Inilah yang kemudian menyebabkan berkembangnya pemikiran-pemikiran filosofis dan
metodologis dalam rangka pembaharuan Islam pada era kontemporer. Beberapa tokoh pembaharu
atau modernisasi di kalangan dunia Islam, yaitu Muhammad bin Abdul Wahab di Arabia;
Muhammad Abduh, Jamaluddin al-Afghani, Muhammad Rasyid Ridha di Mesir; Sayyid Ahmad Khan,
Syah Waliyullah dan
Muhammad Iqbal di India; H. Abdul Karim Amrullah, K.H. Ahmad Dahlan, dan KH. Hasyim Asy’ari di
Indonesia; dan masih banyak yang lainnya.

Anda mungkin juga menyukai