Anda di halaman 1dari 7

Sejarah Peradaban Islam Sebagai Ilmu Pengetahuan dan

Dasar-dasar Peradaban Islam


1.

Sejarah Peradaban Islam Sebagai Ilmu Pengetahuan


A.
Definisi umum Ilmu Pengetahuan
Ilmu secara terminologi merupakan pengantar bagi pencapaian manusia dalam
tingkatannya, tergantung seberapa besar kuantitas dan kualitas ilmu tersebut dicapai
menuju kesempurnaan yang menjadi dambaan bagi seluruh manusia.
Teori pengetahuan menurut Islam tidak hanya menonjolkan sudut pandang yang
khusus dari mana kaum Muslim memandang ilmu, akan tetapi juga menekankan
keharusan yang mendesak untuk mencari ilmu. Seperti diketahui, perintah Allah yang
pertama kepada Nabi Saw yakni wahyu pertama Iqra. Selain itu, Islam memandang
bahwa membaca itu bukan hanya pintu menuju ilmu, akan tetapi juga cara untuk
mengetahui dan menyadari tentang Allah Swt.
Kata sejarah dalam bahasa Arab disebut tarikh dan sirah, atau dalam bahasa Inggris
disebut history. Dari segi bahasa, al-tarikh berarti ketentuan masa atau waktu, sedang
Ilmu Tarikh ilmu yang membahas peristiwa-peristiwa atau kejadian-kejadian, masa
atau tempat terjadinya peristiwa, dan sebab-sebab terjadinya peristiwa tersebut.
Sedangkan menurut pengertian istilah, al-tarikh berarti; sejumlah keadaan dan
peristiwa-peristiwa yang terjadi di masa lampau, dan benar-benar terjadi pada diri
individu atau masyarakat, sebagaimana benar-benar terjadi pada kenyataan-kenyataan
alam dan manusia
Dalam bahasa Indonesia sejarah berarti: silsilah; asal-usul (keturunan); kejadian dan
peristiwa yang benar-benar terjadi pada masa lampau. Sedangkan Ilmu Sejarah adalah
pengetahuan atau uraian peristiwa-peristiwa dan kejadian-kejadian yang benar-benar
terjadi di masa lampau.
Dalam bahasa Inggris sejarah disebut history, yang berarti orderly description of past
events (uraian secara berurutan tentang kejadian-kejadian masa lampau).
Menurut Ibnu Khaldun, sejarah tidak hanya dipahami sebagai suatu rekaman peristiwa
masa lampau, tetapi juga penalaran kritias untuk menemukan kebenaran suatu
peristiwa masa lampau. Dengan demikian unsur penting dalam sejarah adalah adanya
objek peristiwa (who), adanya batas waktu (when), yaitu masa lampau, adanya
pelaku (who), yaitu manusia, tempatnya (where), latar belakangnya (whay), dan daya
kritis dari peneliti sejarah.
Dari pengertian demikian kita dapat mengatakan bahwa yang dimaksud sejarah Islam
adalah peristiwa-peristiwa atau kejadian-kejadian yang sungguh-sungguh terjadi yang
seluruhnya berkaitan dengan agama Islam. Dengan demikian, dapat disimpulkan
bahwa yang dimaksud dengan sejarah Islam adalah berbagai peristiwa atau kejadian
yang benar-benar terjadi, yang berkaitan dengan pertumbuhan dan perkembangan
agama Islam dalam berbagai aspek. Dalam kaitan ini maka muncullah istilah yang
sering digunakan untuk sejarah Islam ini, diantaranya Sejarah Islam, Sejarah
Peradaban Islam, Sejarah dan Kebudayaan Islam.

Dalam mempelajari dan mengkaji sejarah Islam (muslim) yang terkandung dalam
buku-buku sejarah, maka kita harus mengetahui terlebih dahulu:
1.

Apa yang menjadi tujuan penulisan, apakah bentuk sejarah pragmatik ataukah
berbentuk filsafat sejarah.
2.
Siapa penulis sejarah itu, termasuk bagaimana kecenderungan sikap hidup atau
ide politik yang dianutnya, dan
Kapan dia menulis, karena dari situ dapat pula memberi pengaruh apa dan siapa yang
telah membuat dia berinterprestasi begitu.

1.
Sejarah Peradaban Islam Sebagai Ilmu Pengetahuan
Secara umum, sejarah merupakan realitas masa lalu, keseluruhan fakta, atau peristiwa
unik dan berlaku hanya sekali dan tidak berulang untuk kedua kalinya. Bagi seorang
Muslim, sejarah adalah rangkaian suatu peristiwa-peristiwa yang sedikitpun tidak
mempengaruhi dasar-dasar Islam yang non-temporal. Ia lebih berkeinginan
mengetahui menyadari dasar-dasar ini daripada memperhatikan originalitas dan
perubahan sebagai kebijakan intrinsic. Lambang peradaban Islam bukanlah sebuah
sungai yang mengalir melainan Kabah, yang stabilitasnya melambangkan watak Islam
yang permanen dan tak berubah.
Dalam pembahasan ini, sejarah Islam dilihat dari aspek seberapa besar sejarah
peradaban islam dapat dijadikan sebagai ilmu pengetahuan merupakan tujuan dan
hakikat yang sangat urgensi yakni :

Refleksi
Agar ummat Islam saat ini dan generasi yang akan datang mampu memahami nilai-nilai
penting islam yang sebenarnya. Ummat Islam harus menyadari secara mendalam
bahwa kita (Ummat islam) memiliki peradaban besar yang melahirkan banyak ilmuilmu pengetahuan. Yang menjadi keprihatinan saat ini, bahwa umat Islam hanya
memfokuskan diri pada aspek ritual, dan melupakan aspek social serta intelektual. Oleh
karena itu, tugas daripada kita semua yang telah mengetahui bergeraklah mengajak dan
menghimpun kembali umat untuk meneruskan peradaban besar yang sudah lama rapuh
dan semakin melemah.

Pemahaman
Pengetahuan, pemahaman terhadap sejarah Islam menuntut kita untuk membangun
dan menghidupkan kembali peradaban yang telah lama terlelap tidur, yang akan
mengubah pandangan dunia terhadap Islam. Jika kita tengok sekilas lahirnya
peradaban besar ini, kita akan memahami bahwa terdapat dimensi utama yang menjadi
dasar lahirnya peradaban Islam. Akan dijelaskan pada bagian B. Dasar-dasar peradaban
dalam Islam.

1.

Dasar-dasar Peradaban Dalam Islam


A.
Hijrah
Setiap tahun kita memperingati peristiwa hijrahnya Nabi Muhammad Saw bahkan
tahun kalender hijrah pun dinisbahkan pada saat hijrahnya nabi Muhammad dari
Makkah ke Madinah. Hijrah merupakan perisitwa penting dalam sejarah. Disebutkan
bahwa sebenarnya Nabi melakukan hijrah bukan hanya sekali, tetapi beberapa kali
sebelum akhirnya mengajak para sahabatnya untuk hijrah ke kota suci Madinah.
1a. Latar Belakang Hijrah
Pada zaman Rasulallah Saw., ketika Islam datang dan mengajarkan bahwa tidak ada
Tuhan kecuali Allah (Ketauhidan). Kalau arti kaliamt tersebut hanya sebatas itu, maka
orang-orang kafir Quraisy tidak akan marah pada waktu itu. Jika Nabi hanya
mengajarkan bahwa Allah itu Pencipta langit dan bumi, mereka tidak akan
menentangnya. Al-Quran sendiri menjelaskan, kalau Engkau kepada mereka siapa
yang menciptakan langit dan bumi, mereka akan menjawab Allah. Ini menunjukkan
bahwa orang-orang Quraisy waktu itu percaya bahwa Allah pencipta langit dan bumi.
Tetapi, yang membuat mereka marah adalah implikasi dari kalimat itu, atau arti lebih
lanjut yakni Tidak ada Tuhan selain Allah. Memberi perluasan arti bahwa manusia
tidak boleh diperbudak oleh selain Dia atau orang lain maka, hal inilah yang membuat
orang kafir marah. Dalam peristiwa lain kami kutip, kekuasaan yang dimiliki Abu Lahab
menjadi sarana baginya menutupi kebenaran yang dibawa Rasulallah Saw. Maka
turunlah surat yang mengkritik penguasa yang berlaku sewenang-wenang itu.

Hijrah secara harfiyah berarti mengungsi, dan orang yang mengungsi disebut
Muhajirin. Karena itu, penduduk Makkah yang pindah ke Madinah dinamakan
Muhajirin dan penduduk Madinah yang ikut ajaran Islam disebut sebagai Anshar, yang
berarti kaum pendukung. Ali Syariati mengatakan bahwa hijrah yang dilakukan Nabi
Saw sebetulnya merupakan strategi yang sangat mendasar dalam upaya menciptakan
suatu bangsa dan ummat yang besar, -terlepas dari ideology dan agama- semisal Negara
Amerika yang sekarang dianggap memiliki peradaban maju, terlebih dahulu diawali
dengan peristiwa hijrah yang dilakukan Colombus, seorang Shalahuddin Ayyubi adalah
seorang yang berasal dari Kurdi yang kemudian memimpin sebuah kerajaan besar di
Cairo. Ali Syariati mengatakan ketika Al-Quran berbicara tentang hijrah sebetulnya AlQuran berbicara tentang sebuah konsep sosiologi dan peradaban yang mendasari
tegaknya suatu ummat yang besar. Karena itu, Allah memerintahkan Nabi Muhammad
melakukan hijrah.

1.
Kepemimpinan
Faktor terpenting lainnya yakni landasan kepemimpinan dimana seseorang mampu
mempengaruhi orang lain sehingga orang tersebut bertingkah laku sesuai yang
dikehendaki oleh pemimpin (leadership). Bagian yang melekat dengan kepemimpinan
adalah kekuasan dan pengaruh.

1.
Periodisasi Perkembangan Peradaban Islam
Peradaban Islam adalah landasan historis yang mengkaji tentang keseluruhan
kebudayaan dalam suatu periodisasi sejarah. Periodisasi sejarah sangat berhubungan
dengan konteks ruang dan waktu yang sangat berpengaruh pada hasil karya, ide dan
gagasan di masa yang lalu. Oleh karena itu dikalangan sejarawan terdapat perbedaan
tentang saat dimulainya sejarah islam. Secara umum, perbedaan pendapat tersebut
dapat dibedakan menjadi dua. Pertama, sebagian sejarawan berpendapat bahwa sejarah
islam dimulai sejak Nabi saw. Diangkat menjadi rasul. Menurut pendapat ini, selama 13
tahun Nabi Muhammad saw tinggal di Mekkah telah lahir masyarakat muslim
meskipun belum berdaulat. Kedua, sebagian sejarawan berpendapat bahwa sejarah
umat islam dimulai sejak nabi Muhammad saw hijrah ke Madinah karena masyarakat
muslim baru berdaulat ketika nabi Muhammad saw tinggal di Madinah. Karena
Muhammad saw yang tinggal di Madinah, tidak hanya sebagai rasul, tetapi juga
merangkap sebagai pemimpin atau kepala Negara berdasarkan konstitusi yang disebut
Piagam Madinah. Disamping banyaknya perbedaan mengenai sejarah umat Islam ini
maka para sejarawan juga berbeda dalam menentukan fase dalam periodisasi Islam ini
salah satu contoh
Menurut Prof. Dr. Harun Nasution11 periodisasi sejarah Islam terbagi pada 3 periode :
1.
Periode klasik (650 1250 M)
Pada periode ini, disebut juga sebagai masa keemasan di dalam sejarah islam. Sebagai
masa keemasan, masa ini sering dijadikan tolak ukur dan rujukan keteladanan. Masa
Nabi saw yang hanya berlangsung kurang lebih 23 tahun. Pada periode klasik, arab
sangat menonjol karena memang Islam hadir di sana. Pada masa klasik telah terwujud
kesatuan budaya islam di bawah naungan Islam dengan bahasa arab. Pada masa ini
Islam meliputi dua masa kemajuan yaitu: masa Rasululah saw, khulafaurrasyidin, bani
umaiyah dan masa-masa permulaan daulah Abbasiyah. Masa itu merupakan masa
perluasan wilayah yang dimulai oleh khulafaurrasyidin dilanjutkan Bani Umaiyah dan
mencapai keemasan pada masa bani Abbasiyah yang membuat islam menjadi Negara
besar. Di masa ini peradaban Islam tumbuh menjadi peradaban baru. Dari sisi
perkembangan ilmu telah berkembang kajian-kajian teologi pada masa kini. Pada awal
islam pengaruh helenisme dan juga filsafat Yunani terhadap tradisi keilmuan, Islam
sudah sangat kental, sehingga pada saat selanjutnya pengaruh itupun terus mewarnai
perkembangan ilmu pada masa-masa berikutnya.

1.
Periode Pertengahan (1250 1800 M)
Pada periode pertengahan muncul tiga kerajaan besar Islam yang mewakili tiga
kawasan budaya, yaitu kerajaan usmani di Turki, kerajaan Safawi di Persia, dan
kerajaan mughal di India. Kerajaan-kerajaan islam yang lain, meski juga ada yang
cukup besar, tetapi jauh lebih lemah dibandingkan dengan tiga kerajaan ini, bahkan
berada dalam pengaruh salah satu diantaranya. Kerajaan Mughal adalah kerajaan yang
berdiri seperempat abad setelah berdirinya Kerajaan Safawi, jadi diantar ketiga
kerajaan besar tersebut kerajaan mughal inilah yang termuda, walaupun kerajaan ini
bukanlah kerajaan Islam yang pertama di anak benua India,Pada periode pertengahan,
pembahasan yang paling banyak mendapat tempat adalah percaturan politik di pusat
Islam dan peradaban yang dibina oleh dinasti-dinasti yang kebetulan berhasil
memegang hegemoni politik, serta tiga kerajaan besar Islam (Usmani, Safawi, dan
Mughal) dan peradaban yang dibinanya. Pada periode ini terjadi dua masa kemunduran
dan masa Tiga Kerajaan Besar. Turki Utsmani, daulah Shafawiyah, dan Daulah
Mongoliyah di India. Fase tiga kerajaan besar mengalami kemajuan pada tahun 1500
1700 M, dan mengalami kemunduran kembali pada 1700 1800 M

1.
Periode Modern (1800 sampai sekarang)
Pada masa ini telah terbentuk sistem masyarakat muslim yang bersifat global. Masingmasing dibangun berdasarkan interaksi antara institusi Negara Islam, keagamaan dan
institusi Komunal Timur Tengah dengan institusi sosial dan cultural setempat, dan
setiap interaksi melahirkan tipe kemasyarakatn Islam yang berbeda-beda. Meskipun
setiap masyarakat bersifat khas (unique), namun diantara mereka terdapat kemiripan
bentuk dan antar mereka dipertalikan oleh beberapa hubungan politik dan keagamaan
dan oleh persamaan nilasi-nilai cultural. Dengan demikian mereka membentuk Islam
yang bersifat global (mendunia).

Dilain pihak, Hasjimy menyatakan bahwa para ahli sejarah kebudayaan telah membagi
sejarah kebudayaan Islam kepada sembilan (9) periode, sesuai dengan perubahanperubahan politik, ekonomi, dan social dalam masyarakat Islam selama masa-masa itu.
Kesembilan periode itu adalah, sebagai berikut:
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.

Masa permulaan Islam, yang dimulai sejak lahirannya Islam pada tanggal 17
Ramadhan 12 tahun sebelum hijrah sampai tahun 41 Hijriyah, atau 6 Agustus 610
sampai 661 M;
Masa Daulah Amawiyah: dari tahun 41-132 H. ( 661-750 M );
Masa Daulah Abbsiyah Islam: dari tahun 132-232 H. ( 750-847 M );
Masa Daulah Abbasiyah II: dari tahun 232-334 H. ( 847-946 M );
Masa Daulah Abbasiyah III: dari tahun 334-467 H. ( 946-1075 M );
Masa Daulah Abbasiyah IV: dari tahun 467-656 H. ( 1075-1261 M );
Masa Daulah Mungoliyah: dari tahun 656-925 H. ( 1261-1520 M );

8.
Masa Daulah Usmaniyah: dari tahun 925-1213 H. ( 1520-1801 M );
9.
Masa Kebangkitan Baru: dari tahun 1213 H. (1801 M ) sampai awal abad 20.
Dari pendapat tersebut dapat dipahami bahwa periode sejarah kebudayaan Islam
dimulai sejak Nabi Muhammad SAW. Diangkat menjadi Rasul, pada tahun 12/13 tahun
sebelum hijrah. Hal ini berarti mendukung pendapat pihak pertama sebagaimana
uraian terdahulu.Pendapat senada juga dikemukakan oleh Nourouzzaman asShiddiqi yang menyatakan bahwa waktu sekarang ini para sejarawan cenderung
mengambil masyarakat sebagai unit sejarah. Jika unit sejarah itu tertumpu pada
Negara, maka hal itu mengandung kelemahan. Artinya, batas Negara tidak selalu tetap.
Dia telah membagi perjalanan sejarah Islam ke dalam tiga bagian besar beserta ciri-ciri
sebagai berikut:
1.
Periode klasik
Yang dimulai sejak Rasulullah SAW. Menyampaikan seruannya sampai masa runtuhnya
Dinasti Abbasiyah pada tahun 656 H/1258 M. Cirinya ialah tanpa menutup mata
terhadap adanya dinasti-dinasti kecil, Dinasti Umaiyah Barat yang berkedudukan
diAndalusia dan interengum (masa peralihan pemerintahan) Dinasti Fatimah di Mesir,
masih ada satu kekuasaan politik yang kuat dan disegani. Dalam periode klasik inilah
umat Islam mencapai prestasi-prestasi puncak di bidang kebudayaan.
1.
Periode pertengahan
Yang dimulai sejak runtuhnya Dinasti Abbasiyah sampai abad ke-11 H/17 M. Ciricirinya ialah kekuasaan politik terpecah-pecah dan saling bermusuhan. Osmanli Turki,
Mamluk Mesir, Umaiyah Barat di Andalusia, Mamluk India, dan berdirinya kerajaankerajaan Muslim yang berdaulat sendiri-sendiri.
1.

Periode modern, yaitu sejak abad ke-12 H/18 M sampai sekarang. Dalam periode
ini umat Islam sudah tidak memiliki kekuatan politik yang disegani. Dinasti Turki
Osmanli yang pernah menggedor pintu Wina sudah mendapat julukan The Sick Man
of Europa. Bukan saja Turki sudah tidak mampu memperluas wilayah dibagi-bagi
antara Inggris, Perancis dan Rusia. Wilayah Turki Barat seperti sepotong kue yang
menjadi rebutan antara kekuasaan-kekuasaan besar Barat. Bekas jajahan setiap
Negara Barat inilah yang kemudian melahirkan Negara-negara baru setelah Perang
Dunia I.

Dengan melihat dua pandangan diatas, maka dengan tidak mengurangi arti pendapat
pendapat sebelumnya dan juga pendapat dari Harun Nasution tersebut, maka ada
baiknya periodisasi sejarah Islam secara garis besarnya dibagi ke dalam 4 (empat)
periode besar, yaitu:
1.

Periode praklasik (610-650 M), yang meliputi 3 (tiga) fase, yaitu: fase
pembentukan agama (610-622 M), fase pembentukan Negara (622-632 M), dan fase
praekspansi (632-650 M).

2.

Periode klasik (650-1230 M), yang meliputi 2 (dua) fase, yaitu: fase ekspansi,
integrasi dan puncak kemajuan (650-1000 M), dan fase disintegrasi (1000-1250 M).
3.
Periode pertengahan (1250-1800 M), yang meliputi 2 (dua) fase, yaitu: fase
kemunduran (1250-1500 M), dan fase tiga kerajaan besar (1500-1800 M), dan
4.
Periode modern (1800-dan seterusnya), yang merupakan zaman kebangkitan
Islam.

Melihat gambaran di atas masih banyak lagi fase-fase lain yang di tulis kalangan
sejarawan namun periode-periode ini sudah dapat memberi batasan terhadap
pemahaman kita pada sejarah islam. Pada pembahasan kali ini hanya akan dibatasi
pada masa klasik yaitu mulai dari zaman Kota Mekkah sebelum menjadi Islam sekitar
abad ke 6 M sampai abad ke-12 M dan zaman pertengahan di awal abad ke 13 15 M
serta pada zaman modern pada abad ke 15 18 M atau sampai zaman sekarangan ini
karena pembahasan SPI diikat oleh ruang dan waktu maka kajiannya dapat fleksibel
untuk melihat proses peristiwa di era dulu dengan memandang di era sekarang.
Sumber: makalah Alim & Endang (STFI Sadra Jakarta)

Anda mungkin juga menyukai