Anda di halaman 1dari 10

A.

Proses Turunnya Al-Quran


1. Pengertian Turunnya Al-Qur’an
Secara majazi turunnya Al-Qur’an diartikan sebagai pemberitahuan dengan cara
dan sarana yang dikehendaki Allah SWT sehingga dapat diketahui oleh para malaikat bi
lauhil mahfudz dan oleh nabi Muhammad SAW didalam hatinya yang suci.
Adapun tentang kayfiyat Al-Qur’an itu di turunkan telah terjadi penyelisihan
antara para ulama. Dalam hal ini ada tiga pendapat :
 Al-Qur’an itu diturunkan ke langit dunia pada malam al-qadr sekaligus lengkap dari
awal sampai akhir. Kemudian diturunkan berangsur-angsur sesudah itu dalam tempo
20 tahun atau 23 tahun atau 25 tahun berdasarkan pada perselisihan yang terjadi
tentang berapa lama nabi bermukim di mekkah sesudah beliau di angkat menjadi
rasul. Pendapat ini berpegang pada riwayat Ath Thabary dari Ibnu abbas beliau
berkata “diturunkan Al-Qur’an dalam lailatul qadr dalam bulan ramadhan ke langit
dunia sekaligus semuanya, kemudian dari sana (langit) diturunkan sedikit sedikit
kedunia”. Dari segi isnad riwayat tersebut kurang kuat akan tetapi boleh di gunakan.

 Al-Qur’an itu di turunkan ke langit dunia dalam 20 kali lailatul qadr dalam 20 tahun
atau 23 kali lailatul qadr dalam 23 tahun atau 25 kali lailatul qadr dalam 25 tahun.
Pada tiap-tiap malam diturunkan ke langit dunia tersebut, sekedar yang hendak di
turunkan dalam tahun itu kepada Nabi Muhammad SAW dengan cara berangsur-
angsur.

 Al-Qur’an itu permulaan turunnya ialah di malm al qadr, kemudian diturunkan


setelah itu dengan berangsur-angsur dalam berbagai waktu.

Adapula pendapat bahwa Al-Qur”an di turunkan tiga kali dalam tiga tingkat :

1. Di turunkan ke lauhil mahfudz.


2. Di turunkan ke baitul izzah di langit dunia.
3. Di turunkan berangsur-angsur kedunia.
Meski sanad nya shoheh, Dr. Subhi as Sholeh menolak pendapat di atas tersebut
karena turunnya Al-Qur’an yang demikian itu termasuk bidang yang ghaib dan juga
berlawanan dengan dzahir Al-Qur’an.

Menurut pendapat ulama jumhur, bahwa ”lafadz Al-Qur’an tertulis di lauhil


mahfudz lalu di pindah dan di turunkan ke bumi”, dengan demikian tidak ada lagi lafadz-
lafadz Al-Qur’an. Di lauhil mahfudz. Menurut pendapat Hasby Ash-Shiddiqie yang di
nukil bukan lafazd yang ter ma’tub, hanya di salin lalu di turunkan. Hal ini sama dengan
orang yang nenghapal isi kitab Al-Qur’an, isi kitab tetap berada dalam kitab yang di salin
dalam hapalan pun persis sebagai mana yang tertulis dalam kitab Al-Qur’an itu.

Al-Qur’an diturunkan dalam waktu 22 tahun  2 bulan 22 hari, yaitu mulai dari
malam 17 Ramadhan tahun 41 dari kelahiran Nabi sampai 9 dhulhijjah Haji wada’ tahun
63 dari kelahiran Nabi atau tahun 10 H. Permulaan turunnya Al-Qur’an ketika Nabi SAW
bertahannus (beribadah) di Gua Hira. Pada saat itu turunlah wahyu dengan perantara
Jibril Al-Amin dengan membawa beberapa ayat Al-Qur’an Hakim. Surat yang pertama
kali turun adalah surat Al-Alaq ayat 1-5. Sebelum wahyu diturunkan telah turun
sebagian irhas (tanda dan dalil) sebagaimana hadits yang diriwayatkan Imam Bukhori
dengan sanad dari Aisyah yang menunjukkan akan datangnya wahyu dan
bukti nubuwwah bagi rasul SAW yang mulia. Diantara tanda-tanda tersebut adalah mimpi
yang benar di kala beliau tidur dan kecintaan beliau untuk menyendiri dan berkhalwat di
Gua Hira untuk beribadah kepada Tuhannya.

Proses turunnya Al-Qur’an kepada Nabi Muhammad SAW melalui tiga tahap, yaitu :

1. Al-Qur’an turun secara sekaligus dari Allah ke lauh al-mahfuzh yaitu suatu tempat
yang merupakan catatan tentang segala ketentuan dan kepastian Allah. Proses
pertama ini diisyaratkan dalam Q.S Al-Buruuj : 21-22
”Bahkan yang didustakan mereka itu ialah Al- Qur’an  yang mulia. Yang
(tersimpan) dalam Lauh Mahfuzh”.
Juga dalam Q.S Al-Waqi’ah :77-80
”Sesungguhnya Al-Quran Ini adalah bacaan yang sangat mulia, Pada Kitab yang
terpelihara (Lauhul Mahfuzh), Tidak menyentuhnya kecuali orang-orang yang
disucikan,  Diturunkan dari Rabbil ‘alamiin.

2. Al-Qur’an diturunkan dari Lauh Al-Mahfuzh ke Bait Al-Izzah (tempat yang berada di
langit dunia. Diisyaratkan dalam: Q.S Al-Qadar: 1
”Sesungguhnya kami Telah menurunkannya (Al Quran) pada malam kemuliaan”.

Juga dalam QS Ad-Dhuhan:3


“Sesungguhnya kami menurunkannya pada suatu malam yang diberkahi dan
Sesungguhnya Kami-lah yang memberi peringatan”.

3. Al-Qur’an diturunkan dari Bait Al-Izzah ke dalam hati Nabi melalui malaikat Jibril
dengan cara berangsur-angsur sesuai dengan kebutuhan. Adakalanya satu ayat, dua
ayat, bahkan kadang-kadang satu surat. Diisyaratkan dalam Surat Ass-Syu’ara’ 193-
195, “Dia dibawa turun oleh Ar-Ruh Al-Amin (Jibril), Ke dalam hatimu
(Muhammad) agar kamu menjadi salah seorang di antara orang-orang yang
memberi peringatan, Dengan bahasa Arab yang jelas”.

2. Ayat yang permulaan diturunkan


Tentang ayat-ayat yang pertama kali diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW.
Menurut pendapat yang terkuat ialah ayat permulaan surah Al-alaq :

َ ۚ َ‫ك الَّ ِذيْ َخل‬


١- ‫ق‬ َ ِّ‫اِ ْق َر ْأ بِاس ِْم َرب‬
٢- ‫ق‬ ٍ ۚ َ‫ق ااْل ِ ْن َسانَ ِم ْن َعل‬ َ َ‫خَ ل‬
٣-‫ك ااْل َ ْك َر ۙ ُم‬ َ ُّ‫اِ ْق َر ْأ َو َرب‬
٤-‫الَّ ِذيْ َعلَّ َم بِ ْالقَلَ ۙ ِم‬
٥- ‫َعلَّ َم ااْل ِ ْن َسانَ َما لَ ْم يَ ْعلَ ۗ ْم‬

Ayat-ayat tersebut diturunkan ketika Rasulullah SAW. Berada di gua Hira, yaitu
disebuah gua di Jabal Nur, yang terletak kira-kira 3 mil dari kota Mekah. Terjadi pada
malam hari senin, tanggal 17 Ramadhan tahun ke-41 dari usia Rasulullah 13 tahun
sebelum hijriah, bertepatan dengan bulan juli tahun 610 M. malm turunnya Al-Qur’an itu
disebut”lailatul qadr”atau “lailatul mubarakah” yaitu suatu malm kemulian dan
keberkahan hal ini termaktub didalam Al-qur’an sebagai berikut:

‫إِنَّٓا أَنزَ ْل ٰنَهُ فِى لَ ْيلَ ِة ْٱلقَ ْد ِر‬

Bahwasanya kami telah menurunkannya (Al-qur’an pertama kali) pada malm lailatul
qadr  (QS. Al-Qadr ayat 1).

w‫ َن‬w‫ ي‬w‫ ِر‬w‫ ِذ‬w‫ ْن‬w‫ ُم‬w‫ ا‬wَّ‫ ن‬w‫ ُك‬w‫ ا‬wَّ‫ ن‬wِ‫ إ‬wۚ w‫ ٍة‬w‫ َك‬w‫ َر‬w‫ ا‬wَ‫ ب‬w‫ ُم‬w‫ ٍة‬wَ‫ ل‬w‫ ْي‬wَ‫ ل‬w‫ ي‬wِ‫ ف‬wُ‫ه‬w‫ ا‬wَ‫ ن‬w‫ ْل‬w‫ َز‬w‫ ْن‬wَ‫ أ‬w‫ ا‬wَّ‫ ن‬wِ‫إ‬

Sesungguhnya kami telah menurunkannya (AL-Qur’an pertama kali) pada lailatul


mubarakah.(QS. Ad-Dukhan ayat 3).

Saat turunnya al-qur’an pertama kali itu disebut Yaumul Furqan ialah karna Al-
qur’an itu membawa ajaran-ajaran dan hukum-hukum yang jelas, yang memberikan batas
yang terang antara yang haq dan yang bathil, antara yang salah dan benar, dan antara
yang halal dan yang haram.

Di samping itu ada ulama berpendapat yang mengatakan bahwa ayat-ayat al-
qur’an yang pertama kali diturunkan ialah surah al-fatihah. syekh Muhammad Abduh
menguatkan pendapat ini dengan beberapa alasan, yaitu:

 Dengan memperhatikan surah al-fatihah itu yang seolah-olah yang mencakup segala
pokok-poko isi al-qur’an itu secara garis besarnya, sehingga apa-apa yang tersebut
dalam surah-surah berikutnya adalah merupakan keterangan perincian bagi pokok-
pokok yang telah disebutkan dalam surst Al-Fatihah itu. Dengan demikian ia
Preambule bagi Alqur’an seluruhnya.

 Boleh jadi karena fungsinya sebagai preambule tersebut itu maka nabi
memerintahkan supaya surah al-fatihah itu dicantumkan pada permulaan Al-Qur’an.

 Memang ada hadist yang diriwayatkan oleh Al-Baihaqy dalam kitab ”Dalailun
nubuwwah” yang menerangkan hal itu.

Akan tetapi ada pendapat lain lagi yang menyatakan bahwa ayat yang mula-mula
diturunkan surah Ad-Dhuha. Dan ada pula yang mengatakan ayat yang mula-mula yang
diturunkan surah Al-Mudatstsir. Bahkan ada pula yang mengatakan ayat-ayat surah Al-
muzammil.
3. Masa Terputusnya Wahyu
Apabila kita perhatikan dari riwayat hidup Rasulullah berdasarkan riwayat-
riwayat yang terkuat maka kita akan dapat kesimpulan bahwa ayat yang permulaan yang
diturunkan memanglah lima ayat permulaan surah Al-alaq kemudian ketika surah Al-
mudatstsir. Kemudian setelah itu wahyu mpun terputus, beliau tidak pernah lagi
menerima wahyu dalam waktu yang agak lama. Nabi amat merasa sedih dan gelisah
karna terputusnya wahyu tersebut, karna justru hal itu terjadi pada saat beliau mulai
melaksanakan tugas yang amat berat, dimana beliau memerlukan tuntunan-tuntunan dari
tuhan, apalagi untuk menghadapi rintangan-rintangan dari pihak lawan bahkan timbul
keragu-raguan dalam hati Nabi, apakah Allah benar-benar mengangkat beliau sebagai
Nabi dan Rasul-Nya. Kalau benar, mengapa kini wahyu terputus, justru saat beliau sangat
memerlukan dan merindukannya? Kesdihan, kegelisahan dan kekecewaan itu pada suatu
ketika mencapai puncaknya,dimana beliau merasa ditinggalkan oleh Tuhanya sedemikian
rupa.
Tetapi akhirnya, kesedihan,kekecewaan dan keraguan itu berakhir juga dengan
kembalinya wahyu turun kepada beliau yaitu ayat-ayat surah Ad-duha, yang
menggambarkan dengan jelas betapa hebatnya derita bathin yang beliau tanggung dalam
masa terputusnya masa-masa itu, dan betapa pula Allah menghibur hati Nabi serta
mengingatkan beliau pada masa lampaunya yang dahulunya adalah seseorang yang
melarat lalu diberikan kekayaan. Allah juga mengajarkan kepada Nabi bagaimana harus
bersikap pada anak yatim dan orang yang meminta-minta. Dan bagaimana mensyukuri
nikmat tuhan.

Dengan memperhatikan suasana yang meliputi turunnya surah ad-duha ini


dapatlah di simpulkan bahwa surah tersebut adalah surah yang ketiga diturunkan.

4. Hikmah Terputusnya Wahyu


Para ulama menyebutkan hikmah dan terputusnya wahyu itu antara lain ialah:
1. Supaya lenyap sama sekali rasa takut yang dialami Nabi keika turunnya wahyu
pertama kali di Gua Hira’.
2. Supaya timbul rasa kerinduan dalam hati Nabi untuk kembalinya wahyu kepada
beliau setelah terputusnya dalam beberapa waktu.

Hal ini memang terjadi. Di samping timbulnya rasa kecewa dan keragu-raguan beliau
tentang kenabian dan kerasulannya, beliau juga mersa rindu untuk mendapat wahyu itu
kembali. Pada saat kerinduan itu  begitu hebatnya maka Tuhan menurunkan wahyu
surah Ad-Duha ini. Dengan demikian tentramlah hati beliau bahwa Allah benar-benar
mengangkatnya menjadi Nabi dan Rasul-Nya.

5. Lamanya Wahyu Terputus


Terdapat bermacam-macam pendapat tentang lamanya terputus wahyu: Ada
yang mengatakan bahwa wahyu itu terputus selama tiga tahun. Ada pula yang
mengatakan dua sengah tahun. Dan ada yang lain berkata empat puluh hari dan ada pula
yang menyebutkan lima belas hari. Bahkan ada pula yang berkata, hanya tiga hari saja.
Ustadz Al-Khuduri dalam bukunya “ Nurul Yakin” mengatakan bahwa yang terkuat di
antara pendapat-pendapat tersebut ialah pendapat yang mengatakan empat puluh hari.
Akan tetapi jika kita hubungkan analisa di atas tadi, bahwa surah Ad-Duha itu turun
pada waktu bi’tsah Nabi, maka dapatlah dikatakan bahwa Fatratul Wahyi  itu
berlangsung selama lebih dari dua tahun. Dan timbulnya perbedaan-perbedaan pendapat
yang begitu menyolok dalam menentukan masa fatratul Wahyi ini juga kita dapat kita
pahami, terutama jika diingat bahwa peristiwa itu terjadi masih pada permulaan islam,
disana jumlah kaum uslimin masih sedikit, dan mereka selalu dapat gangguan dari
pihak-pihak lawan, sehingga tidak pernah timbul inisiatif pada mereka, atau tidak ada
kesempatan secara kronologis dan teratur, tentang peristiwa-peristiwa penting yang
mereka hadapi.

6. Cara-cara Al-Qur’an diturunkan


Al-Qur’an itu diturunkan secara berangsur-angsur bukan sekaligus semuanya.
Memang sudah diperoleh kenyataan dari dari pemeriksaan yang lengkap, bahwa Al-
Qur’an diturunkan menurut keperluan: lima ayat, sepuluh ayat, kadang-kadang lebih dan
kadang-kadang hanya setengah ayat.
Kata An Nakhrawy dalam kitab Al Waqaf adalah Al Qur’an diturunkan secara
bercerai-cerai,satu ayat, dua ayat, tiga ayat, empat ayat dan lebih banyak dari itu.
Diriwayatkan oleh Baihaqy dari Khalid Ibn Dinar, ujarnya ; “Abul aliyah berkata :
pelajarilah Qur’an lima ayat- lima ayat, karena Nabi menerimanya  dari Jibril, lima ayat-
lima ayat. Yakni Jibril  lebih menyampaikannya kepada Nabi sejumlah itu, sesudah Nabi
menghafalnya, barulah di sampaikan yang lain.
Kata setengah ‘ulama diantara ayat-ayat Al Qur’an, ada yang diturunkan bercerai-
bercerai, ada yang diturunkan secara berkumpul-kumpul. Bagian pertama surah itu lebih
banyak. Contohnya dalam surah-surah pendek, Iqra’bismi rabbika. Pada permulaan
diturunkan hanya sampai kepada Ma lam ya’lam. Wadldluha pada permulaan diturunkan
hanya sampai kepada Fatardla. Di antara contoh yang diturunkanberkumpul, ya’ni
sepenuh surat diturunkan sekaligus ialah surat Al-Fatihah, Al Ikhlas, Al Kautsar,
Tabbat,Lam yakun, An Nasr dan Al Mu’auwidzatani. Di antara surat yang panjang yang
diturunkan sekaligus ialah surah Al Mursalat.

7. Tempo lama turun Al-Qur’an


Antara permulaan turun al Qur’an dengan penghabisannya, lamanya dua puluh
tahun atau dua puluh tiga tahun. Ini berdasarkan kepada perselisihan tentang berapa lama
Nabi bermukim di makkah sesudah beliau diutus.  Memang para ulama berselisihant
paham tentang lamanya Nabi bermukim di makkah sesudah beliau diutus. Pad satitu
mereka sepakat  menepatkan, bahwa lama Nabi bermukim di madinah sepuluh tahun. Al
Ustadz Al Khudlary dalam Tarikh Tasyri’ menetapkan bahwa lama tempo Nuzulul
Qur’an dari permulaannya sehingga penghabisannya,  22 tahun 2 bulan 22 hari , ya’ni
dari malam 17 ramadhan tahun  41 dari Millad Nabi, hingga 9 Dzulhijjah hari haji
Akbar.

8. Ayat yang terakhir diturunkan


Berbagai pendapat mengenai yang terakhir diturunkan tetapi semua pendapat ini
tidak mengandung sesuatu yang dapat disandarkan kepada Rasulullah SAW., malah
masing-masing merupakan ijtihad atau dugaan. al-Qadhi Abu Bakar mengatakan
mungkin mereka memberitahu apa yang terakhir kali didengar oleh mereka
kepada  Rasulullah SAW ketika beliau hampir wafat. Antara pendapat tersebut ialah:

a. Amir al-Sha’bi meriwayatkan bahawa ‘Abdullah bin ‘Abbas pernah berkata:


“Ayat terakhir diturunkan kepada Rasulullah SAW adalah ayat mengenai riba.”
Firman Allah,

‫يَا أَيُّهَا الَّ ِذينَ آ َمنُوا اتَّقُوا هَّللا َ َو َذرُوا َما بَقِ َي ِمنَ ال ِّربَاإِ ْن ُك ْنتُ ْم ُم ْؤ ِمنِين‬ 
Artinya : “Wahai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan
tinggalkanlah sisa riba - yang belum dipungut -.” (al-Baqarah:278).
b. ‘Abdullah bin ‘Utbah r.a. katanya, ‘Abdullah bin ‘Abbas berkata kepada saya:
“Adakah anda tahu ayat yang terakhir sekali turun? Jawab-ku “tahu” yang
terjemahnya yaitu :
(Apabila datang pertolongan Allah dan kemenangan) (al-Nasr: 1). Berkata
Ibnu ‘Abbas: “Kamu benar.”
c. Said bin Jubayr mengatakan orang-orang Kufah berselisih tentang ayat,
‫ َّد‬wwَ‫هُ َوأَع‬wwَ‫ ِه َولَ َعن‬wwْ‫ب هَّللا ُ َعلَي‬ ِ ‫ا َوغ‬wwَ‫دًا فِيه‬w ِ‫ َزا ُؤهُ َجهَنَّ ُم خَ ال‬w‫ا ُمتَ َع ِّمدًا فَ َج‬wwً‫لْ ُم ْؤ ِمن‬wwُ‫ا َو َم ْن يَ ْقت‬ww‫ َذابًا َع ِظي ًم‬wwَ‫هُ ع‬wwَ‫ل‬
َ ww‫َض‬
“Dan sesiapa yang membunuh seorang mukmin dengan sengaja, maka
balasannya ialah Neraka Jahanam, kekal dia di dalamnya dan Allah murka
kepadanya dan melaknatnya serta menyediakan baginya azab siksa yang
besar.” (An-nisa’:93). Saya menemui Ibn ‘Abbas dan mempertanyakan ayat ini
dan beliau berkata: “Ayat ini adalah ayat terakhir diturunkan dan selepas itu
tidak ada ayat yang menasakhkan ayat ini.”

 Pendapat Ubay bin Ka’ab Yusuf bin Mihran meriwayatkan kepada‘Abdullah bin
‘Abbas  Ubay bin Ka’ab mengatakan potongan ayat al-Qur,an terakhir diturunkan
ialah,
ِ ‫ َعنِتُّ ْم َح ِريصٌ َعلَ ْي ُك ْم أَ ْنفُ ِس ُك ْم ع‬   ‫وف َر ِحي ٌم‬
‫َزي ٌز َعلَ ْي ِه َم ْد َجا َء ُك ْم َرسُو ٌل ِم ْن‬ wَ ِ‫بِ ْال ُم ْؤ ِمن‬
ٌ ‫ين َر ُء‬
‫ا‬  ‫ق‬ َ َ‫ل‬

Terjemahnya:
“Sesungguhnya telah datang kepada kamu seorang Rasul dari golongan kamu
sendiri (yaitu Nabi Muhammad SAW,berat terasa olehnya penderitaanmu, sangat
menginginkan (keimanan dan kesalamatan) bagimu, amat belas kasihan lagi
penyayang terhadap orang-orang mu’min .” (aT-Taubah:128)

 Pendapat ‘Aisyah.
Jubayr bin Nufayl berkata, “Aku pergi menemui ‘Aisyah, yang bertanya
kepadaku: Adakah kamu membaca Surah al-Ma’idah? Aku katakan Ya. Dia
berkata: Inilah Surah terakhir yang diturunkan……”

 Pendapat ‘Umar bin-Khattab


Abu Sa’id al-   Khudry meriwayatkan kepada ‘Umar bin-Khatab yang
memberitahu ayat terakhir diturunkan ialah pengharaman riba’ (al-Baqarah:275)
dan Rasulullah SAW. wafat beberapa hari selepas itu dan perkara riba’ tersebut
tidak tertinggal tanpa penjelasan.

Sekiranya kita menganalisis pendapat-pendapat di atas, kita akan menghadapi


kesukaran untuk menentukan ayat terakhir diturunkan kepada Rasulullah SAW
disebabkan perbedaan pendapat tersebut. Walau bagaimanapun kita boleh membuat
rumusan berdasarkan logika. Ayat 275 hingga 281 surah al-Baqarah nampaknya
diturunkan bersama karena ayat ini membicarakan persoalan riba’ dan hukum
berkaitannya. ‘Umar dan ‘Abdullah Ibn ‘Abbas mengatakan ayat riba merupakan ayat
terakhir  diturunkan kepada  Rasullah SAW, tepat  Rasulullah wafat 9 hari setelah ayat ini
diturunkan sebagaimana yang diriwayatkan oleh Sa’id bin Jubair dan Ibn Juraij mengenai
ayat 281, surah al-Baqarah.

Kesimpulannya, Surah aT-Taubah sebagai surah panjang terakhir turun; Surah


An-nasr surah pendek terakhir turun; dan ayat 275 hingga 281 Surah al-Baqarah
merupakan ayat terakhir diturunkan.  Inilah catatan tentang ayat terakhir turun, yaitu
melalui intervensi atau alasan yang lebih mendukung.

B. Dalil Nuzul Al-Quran


Terdapat beberapa ayat yang saling berkaitan yang menjelaskan turunnya Al-
qur’an, yaitu:

‫ت ِمنَ ْالهُدَى َو ْالفُرْ قَا ِن‬ ِ َّ‫ضانَ الَّ ِذي أُ ْن ِز َل فِي ِه ْالقُرْ آنُ هُدًى لِلن‬
ٍ ‫اس َوبَيِّنَا‬ َ ‫ْه ُر َر َم‬

“Bulan Ramadan, bulan yang di dalamnya diturunkan (permulaan) Al Qur’an sebagai


petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda
(antara yang hak dan yang batil).” (Al-Baqarah:185)

Ayat ini adalah dalil bahwa Al Qur’an pertama kali diturunkan di bulan Ramadhan.
Sebagaimana ayat lain:

‫نزلنَاهُ فِي لَ ْيلَ ِة ْالقَ ْد ِر‬


ْ َ‫نَّا أ‬

“Sesungguhnya kami turunkan ia (Al Qur’an) di malam lailatul qadr.” (QS. Al Qadr: 1)

Juga firman Allah Ta’ala:

ْ َ‫إِنَّا أ‬
َ َ‫نزلنَاهُ فِي لَ ْيلَ ٍة ُمب‬
‫ار َك ٍة‬

“Sesungguhnya kami turunkan ia (Al Qur’an) di malam yang penuh keberkahan” (QS.
Ad Dukhan: 3).

Imam Ibnu Katsir memaparkan, “Allah Ta’ala memuji bulan Ramadhan diantara bulan-
bulan lainnya. Yaitu dengan memilihnya sebagai bulan diturunkannya Al Qur’an Al
Azhim” (Tafsir Ibnu Katsir, 1/501).

Berdasarkan ayat-ayat diatas maka tidak ada perbedaan dikalangan para ulama
bahwa al-qur’an diturunkan pada malam lailatul qadr. Namun terdapat penjelasan
terhadap ayat-ayat diatas karena secara zahir bertentangan dengan realitas kehidupan
Rasulullah, dimana diturunkan Al-qur’an semala 23 tahun.

Syeikh Manna Al-Qatthan dalam Kitabnya Mabahits fi Ulumil Qur’an


menjelaskan sebagai berikut:

Pendapat Ibnu Abbas dan sejumlah ulama, kemudian dipegang oleh jumhur
ulama, bahwa yang dimaksud dengan turunnya Al-Qur’an dalam ketiga ayat diatas ialah
turunnya Al-Qur’an seklaigus Baitul Izzah di langit dunia untuk menunjukkan kepada
para malaikat-Nya betapa besar masalah ini. Selanjutunya Al-Qur’an diturunkan kepada
Nabi Muhammad SAW secara bertahap selama 23 tahun sesuai dengan peristiwa-
peristiwa yang mengiringinya sejak Beliau diutus sampai wafatnya. 13 tahun di Makkah
dan 10 Tahun di Madinah. Pendapat ini berdasarkan riwayat-riwayat yang shahih dari
Ibnu Abbas. Antara lain:

a. Ibnu Abbas Radhiyallahu Anhuma berkata, “Al-qur’an diturunkan sekaligus ke langit


dunia pada lailatul qadr. Kemudian setelah itu diturunkan selama 20 tahun (HR.
Hakim, Baihaqi, dan Nasa’i). Lalu dia membaca;

‫ق َوأَحْ َسنَ تَ ْف ِسيرًا‬


ِّ ‫ك بِ ْال َح‬ َ َ‫َوال يَأْتُون‬
َ ‫ك بِ َمثَ ٍل إِال ِج ْئنَا‬

“Dan mereka (orang-orang kafir itu) tidak datang kepadamu (membawa) sesuatu
yang aneh, melainkan Kami datangkan kepadamu yang benar dan penjelasan yang
paling baik.” (Al-Furqan; 33)

Dan Al Quran (Kami turunkan) berangsur-angsur agar engkau (Muhammad)


membacakannya kepada manusia perlahan-lahan dan Kami menurunkannya secara
bertahap (Al-Isra’: 106).

b. Ibnu Abbas berkata, Al-Qur’an itu dipisahkan dari Adz Dzikr, lalu diletekkan di
Baitul Izzah di langit dunia. Maka Jibril mulai menurunkannya kepada Nabi SAW.
(HR. Al-Hakim).
c. Diriwayatkan dari Ibnu Abbas, Ia berkata: “Allah menurunkan Al-Qur’an sekaligus
ke langit dunia, pusat turunnya Al-Qur’an secara Gradual lalu Allah menurunkannya
kepada Rasul-Nya sebagian demi sebagian” (HR. AlHakim dan Al-Baihaqi).
d. Menurut Ibnu Abbas, “Al-qur’an diturunkan pada Lailatul Qadr pada bulan ramadhan
ke langit dunia sekaligus; lalu ia turunkan secara berangsur-angsur. (HR. Thabrani)

Anda mungkin juga menyukai