Hadharah al-Islamiyyah. Istilah Arab ini sering juga diterjemahkan ke dalam bahasa
Indonesia dengan “kebudayaan Islam”. Padahal, istilah kebudayaan dalam bahasa arab
adalah al-Tsaqafah. Di Indonesia, sebagaimana juga di Arab dan Barat, masih banyak
orang yang mensinonimkan dua kata : “kebudayaan” (Arab/al-tsaqafah dan
culture/Inggris) dengan “peradaban” (civilization/Inggris dan al-hadharah/Arab) sebagai
istilah baku kebudayaan. Dalam perkembangan ilmu antropologi sekarang, kedua istilah
itu dibedakan.Kebudayaan adalah bentuk ungkapan tentang semangat mendalam suatu
masyarakat.Sedangkan, manifestasi-manifestasi kemajuan tekhnis dan teknologis lebih
berkaitan dengan peradaban.Kalau kebudayaan lebih banyak di reflesikan dalam seni,
sastra, religi (agama) dan moral, maka peradaban terefleksi dalam politik, ekonomi dan
teknologi.
Definisi kebudayaan (culture), misalnya dalam satu Kamus: (1). The totality of
socially transmitted behavior patterns, arts, beliefs, institutions, and all other products of
human work and thought…., maka kebudayaan memiliki makna yang hampir sama
dengan peradaban. Keduanya adalah hasil kerja manusia pada suatu zaman.Namun, dalam
pembicaraan secara umum, peradaban nuansanya lebih luas, lebih menyeluruh.Peradaban
lebih dekat dengan struktural (kekuasaan), bahkan melingkupinya.Sedang kebudayaan,
biasanya malah sering disebut sebagai antitesa dari kekuasaan (struktural), sehingga
sering muncul istilah ‘pendekatan struktural’ dan ‘pendekatan kultural’.Belum lagi dalam
keseharian, kebudayaan malah dipersempit lagi dengan aspek2 kesenian belaka.Bahkan
kedua aspek itu sering digabung menjadi seni-budaya.Karenanya berbeda dengan
kebudayaan yang bisa dibiarakan relatif terlepas dari kekuasaan, peradaban hampir selalu
terkait dengan kekuasaan.
Sejarah perjuangan umat Islam dalam pentas peradaban dunia berlangsung sangat
lama sekira 13 abad, yaitu sejak masa kepemimpinan Rasulullah Saw di Madinah (622-
632M),masa Khulafaur Rasyidin (632-661M), masa Daulah Bani Umayyah (661-750M)
dan masa Daulah Bani Abbasiyah (750-1258 M) sampai tumbangnya Kekhilafahan Turki
Utsmani pada tanggal 28 Rajab tahun 1342 H atau bertepatan dengan tanggal 3 Maret
1924 M, dimana masa-masa kejayaan dan puncak keemasannya banyak melahirkan
banyak ilmuwan muslim berkaliber internasional yang telah menorehkan karya-karya luar
biasa dan bermanfaat bagi umat manusia yang terjadi selama kurang lebih 700 tahun,
dimulai dari abad 6 M sampai dengan abad 12 M. Pada masa tersebut, kendali peradaban
dunia berada pada tangan umat Islam.
Pada saat berjayanya peradaban Islam semangat pencarian ilmu sangat kental
dalam kehidupan sehari-hari. Semangat pencarian ilmu yang berkembang menjadi tradisi
intelektual secara historis dimulai dari pemahaman (tafaqquh) terhadap al-Qur'an yang
diwahyukan kepada Nabi Muhammad SAW yang kemudian dipahami, ditafsirkan dan
dikembangkan oleh para sahabat, tabiin, tabi' tabiin dan para ulama yang datang
kemudian dengan merujuk pada Sunnah Nabi Muhammad saw.
“Dalam satu abad atau 3 keturunan, tidak ada bangsa-bangsa manusia dapat
mengadakan perubahan yang berarti.Bangsa Perancis memerlukan 30 keturunan atau
1000 tahun baru dapat mengadakan suatu masyarakat yang bercelup Perancis. Hal ini
terdapat pada seluruh bangsa dan umat, tak terkecuali selain dari umat Islam, sebab
Muhammad El-Rasul sudah dapat mengadakan suatu masyarakat baru dalam tempo satu
keturunan (23 tahun) yang tidak dapat ditiru atau diperbuat oleh orang lain”.
Masa kerasulan Muhammad SAW pada akhir periode Madinah merupakan puncak
(kulminasi) peradaban Islam, karena disitulah sistem Islam disempurnakan dan
ditegakkan dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara, sebagaimana
firman Alloh dalam QS. Al-Maidah Ayat 3, yang artinya :“Pada hari ini telah
Kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Ku-cukupkan kepadamu nikmat-Ku,
dan telah Ku-ridhai Islam itu jadi agama bagimu”. (QS. Al-Maidah ayat 3).
Generasi masa itu juga merupakan generasi terbaik sebagaimana firman Alloh SWT
dalam QS. Ali Imran ayat 110, yang artinya :“Kamu adalah umat yang terbaik yang
dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma'ruf, dan mencegah dari yang
munkar, dan beriman kepada Alloh”. (QS. Ali Imran ayat 110).
Beliau adalah orang pertama yang masuk Islam dari kalangan remaja.Ali
dikenal orang yang pemberani, pemurah, dermawan, rendah hati, jujur, amanah,
adil, disiplin, dan sebagainya. Dan beliau juga pernah menanggung resiko besar
ketikan menyelamatkan Nabi Muhammad SAW saat perjalanan hijrah ke Madinah
bersama Abu Bakar As Siddiq.Setelah sepeninggal Usman bin Affan, umat Islam
berbondong-bondong menemui Ali bin Abi Thalib, Namun Ali tidak bersedia
karena Thalhah bin Ubaidillah dan Zubir bin Awwam tidak ikut. Barulah setelah
ada dukungan keduanya, beliau mau menerima jabatan itu.
Disamping ekspansi kekuasaan Islam, Bani Umayyah juga banyak berjasa dalam
pembangunan di berbagai bidang.Pada bidang pengembangan keilmuan, Daulat Umayyah
mengawalinya dengan mengeluarkan sebuah kebijakan startegis.Khalifah Abdul Malik
bin Marwan (685-705M) merupakan Khalifah pertama yang berhasil melakukan berbagi
pembenahan administrasi pemerintahan dimana beliau memerintahkan penggunaan
Bahasa Arab sebagai bahasa resmi administrasi pemerintahan dan kenegaraan di seluruh
wilayah Islam yang membentang dari Pegunungan Thian Shan di sebelah Timur sampai
Pegunungan Pyrenees di sebelah Barat termasuk dalam berbagai administrasi kenegaraan
lainnya.Pada perkembangan selanjutnya Bahasa Arab menjadi bahasa umum sebagai
bahasa pengantar dunia (lingua franca), juga menjadi bahasa diplomatik antar Bangsa
diantara Barat dan Timur bahkan berkembang menjadi bahasa ilmiah sampai kepada
zaman renaissance, hingga Roger Bacon (1214-1294 M) dari Oxford ahli pikir Inggeris
terbesar itu, menurut Ecyclopedia Britanica, 1951, volume II, halaman 191-197,
mendorong sedemikian rupa untuk mempelajari Bahasa Arab guna memperoleh
pengetahuan yang sangat murni, yang menyatakan bahwa: “Roger Bacon, placing
Averroes beside Aristole and Avicenna, recomends the study of Arabic as the only way of
getting the knowledge which bad versions obscured”, yakni “menganjurkan mempelajari
Bahasa Arab sebagai jalan satu-satunya bagi memperoleh ilmu yang telah dikaburkan
oleh versi-versi yang jelek” sebelumnya.
Kemajuan tradisi intelektual dan ilmu pengetahuan pada zaman Daulah Bani
Umayyah di Andalusia dirasakan oleh masyarakat Eropa. Oliver Leaman menggambarkan
kondisi kehidupan intelektual di sana sebagai berikut:
“….pada masa peradaban agung [wujud] di Andalus, siapapun di Eropa yang ingin
mengetahui sesuatu yang ilmiyah ia harus pergi ke Andalus. Di waktu itu banyak sekali
problem dalam literatur Latin yang masih belum terselesaikan, dan jika seseorang pergi
ke Andalus maka sekembalinya dari sana ia tiba-tiba mampu menyelesaikan masalah-
masalah itu. Jadi Islam di Spanyol mempunyai reputasi selama ratusan tahun dan
menduduki puncak tertinggi dalam pengetahuan filsafat, sains, tehnik dan matematika.Ia
mirip seperti posisi Amerika saat ini, dimana beberapa universitas penting berada”.
Pada bidang lainnya, pembangunan yang dilakukan Muawiyah bin Abi Sufyan
diantaranya mendirikan dinas pos dan tempat-tempat tertentu dengan menyediakan kuda
yang lengkap dengan peralatannya di sepanjang jalan. Dia juga berusaha menertibkan
angkatan bersenjata dan mencetak mata uang.Pada masanya, jabatan khusus seorang
Hakim (qadhi) mulai berkembang menjadi profesi tersendiri.Qadhi adalah seorang
spesialis dibidangnya.Khalifah Abdul Malik mengubah mata uang Bizantium dan Persia
yang dipakai di daerah-daerah yang dikuasai Islam.Untuk itu, dia mencetak uang
tersendiri pada tahun 659 M dengan memakai kata-kata dan tulisan Arab. Keberhasilan
Khalifah Abdul Malik diikuti oleh puteranya Al-Walid bin Abdul Malik (705-715 M)
sebagai seorang yang berkemauan keras dan berkemampuan melaksanakan pembangunan.
Dia membangun panti-panti untuk orang cacat.Semua personel yang terlibat dalam
kegiatan yang humanis ini digaji oleh negara secara tetap.Dia juga membangun jalan-jalan
raya yang menghubungkan suatu daerah dengan daerah lainnya, pabrik-pabrik, gedung-
gedung pemerintahan dan masjid-masjid yang megah.
Pada lapangan perdagangan yakni pada saat peradaban Islam telah menguasai
dunia perdagangan sejak permulaan Daulat Umayyah (661-750M), dimana pesisir lautan
Hindia sampai ke Lembah Sind, sehingga terjalin kesatuan wilayah yang luas dari Timur
sampai Barat yang berimplikasi terhadap lancarnya lalu-lintas dagang di dataran antara
Tiongkok dengan dunia belahan Barat pegunungan Thian Shan melalui Jalan Sutera (Silk
Road) yang terkenal itu, yang kemudian terbuka pula jalur perdagangan melalui Teluk
Parsi, Teluk Aden yang menghubungkannya dengan kota-kota dagang di sepanjang
pesisir Benua Eropa, menyebabkan “kebutuhan Eropa pada saat itu amat tergantung pada
kegiatan dagang di dalam wilayah Islam”.
Salah satu kemajuan yang paling menonjol pada masa pemerintahan dinasti Bani
Umayyah adalah kemajuan dalam system militer. Selama peperangan melawan kakuatan
musuh, pasukan arab banyak mengambil pelajaran dari cara-cara teknik bertempur
kemudian mereka memadukannya dengan system dan teknik pertahanan yang selama itu
mereka miliki, dengan perpaduan system pertahanan ini akhirnya kekuatan pertahanan
dan militer Dinasti Bani Umayyah mengalami perkembangan dan kemajuan yang sangat
baik dengan kemajuan-kemajuan dalam system ini akhirnya para penguasa dinasti Bani
Umayyah mampu melebarkan sayap kekuasaannya hingga ke Eropa.Secara garis besar
formasi kekuatan tentara Bani Umayyah terdiri dari pasukan berkuda, pasukan pejalan
kaki dan angkatan laut.
Diantara kemjuan dalam bidang sosila budaya adalah terjadinya proses akulturasi
dan asimilasi masyarakat. Keadaan sosial masyarakat yang majemuk itu membawa
dampak positif dalam perkembangan dan kemajuan peradaban Islam pada masa ini.Karna
dengan ilmu pengetahuan dan keterampilan yang mereka miliki, dapat dipergunakan
untuk memajukan bidang-bidang sosial budaya lainnya yang kemudian menjadi lambang
bagi kemajuan bidang sosial budaya dan ilmu pengetahuan lainnya. Diantara kemajuan
ilmu pengetahuan sosial budaya yang ada pada masa Khalifah Dinasi Abbasiyah adalah
seni bangunan dan arsitektur, baik untuk bangunan istana, masjid, bangunan kota dan lain
sebagainya. Seni asitektur yang dipakai dalam pembanguanan istana dan kota-kota,
seperti pada istana Qashrul dzahabi, dan Qashrul Khuldi, sementara banguan kota seperti
pembangunan kota Baghdad, Samarra dan lain-lainnya.
Kemajuan juga terjadi pada bidang sastra bahasa dan seni musik. Pada mas inilah
lahir seorang sastrawan dan budayawan terkenal, seperti Abu Nawas, Abu Athahiyah, Al
Mutanabby, Abdullah bin Muqaffa dan lain-lainnya. Karya buah pikiran mereka masih
dapat dibaca hingga kini, seperti kitab Kalilah wa Dimna. Sementara tokoh terkenan
dalam bidang musik yang kini karyanya juga masih dipakai adalah Yunus bin Sulaiman,
Khalil bin Ahmad, pencipta teori musik Islam, Al farabi dan lain-lainnya.
1. Periode Pertama (132 H/750 M-232 H/847 M), disebut periode pengaruh Persia
pertama;
2. Periode Kedua (232 H/847 M-334 H/945 M), disebut pereode pengaruh Turki
pertama;
3. Periode Ketiga (334 H/945 M-447 H/1055 M), masa kekuasaan dinasti Buwaih
dalam pemerintahan khilafah Abbasiyah. Periode ini disebut juga masa pengaruh
Persia kedua;
4. Periode Keempat (447 H/1055 M-590 H/l194 M), masa kekuasaan dinasti Bani
Seljuk dalam pemerintahan khilafah Abbasiyah; biasanya disebut juga dengan
masa pengaruh Turki kedua;
5. Periode Kelima (590 H/1194 M-656 H/1258 M), masa khalifah bebas dari
pengaruh dinasti lain, tetapi kekuasaannya hanya efektif di sekitar kota Baghdad.
Tidak seperti pada periode Umayyah, Periode pertama Daulah Bani Abbasiyah
lebih memprioritaskan pada penekanan pembinaan peradaban dan kebudayaan Islam
daripada perluasan wilayah.Fakta sejarah mencatat bahwa masa Kedaulatan Abbasiyah
merupakan pencapaian cemerlang di dunia Islam pada bidang sains, teknologi dan
filsafat.Pada saat itu dua pertiga bagian dunia dikuasai oleh Kekhilafahan Islam.
Masa sepuluh Khalifah pertama dari Daulah Bani Abbasiyah merupakan masa
kejayaan (keemasan) peradaban Islam, dimana Baghdad mengalami kemajuan ilmu
pengetahuan yang pesat.Secara politis, para khalifah betul-betul merupakan tokoh yang
kuat dan merupakan pusat kekuasaan politik dan agama sekaligus. Di sisi lain,
kemakmuran masyarakat mencapai tingkat tertinggi. Periode ini juga berhasil menyiapkan
landasan bagi perkembangan filsafat dan ilmu pengetahuan dalam Islam.Namun setelah
periode ini berakhir, pemerintahan Bani Abbas mulai menurun dalam bidang politik,
meskipun filsafat dan ilmu pengetahuan terus berkembang.
Pada masa sepuluh Khalifah pertama itu, puncak pencapaian kemajuan peradaban
Islam terjadi pada masa pemerintahan Harun Al-Rasyid (786-809 M).Harun Al-Rasyid
adalah figur khalifah shaleh, ahli ibadah, senang bershadaqah, sangat mencintai ilmu
sekaligus mencintai para ‘ulama, senang dikritik serta sangat merindukan nasihat terutama
dari para ‘ulama.Pada masa pemerintahannya dilakukan sebuah gerakan penerjemahan
berbagai buku Yunani dengan menggaji para penerjemah dari golongan Kristen dan
penganut agama lainnya yang ahli.Ia juga banyak mendirikan sekolah, yang salah satu
karya besarnya adalah pembangunan Baitul Hikmah, sebagai pusat penerjemahan yang
berfungsi sebagai perguruan tinggi dengan perpustakaan yang besar. Perpustakaan pada
masa itu lebih merupakan sebuah universitas, karena di samping terdapat kitab-kitab, di
sana orang juga dapat membaca, menulis dan berdiskusi.
Pencapaian kemajuan dunia Islam pada bidang ilmu pengetahuan tersebut tidak
terlepas dari adanya sikap terbuka dari pemerintahan Islam pada saat itu terhadap berbagai
budaya dari bangsa-bangsa sebelumnya seperti Yunani, Persia, India dan yang lainnya.
Gerakan penterjemahan yang dilakukan sejak Khalifah Al-Mansur (745-775 M) hingga
Harun Al-Rasyid berimplikasi terhadap perkembangan ilmu pengetahuan umum, terutama
di bidang astronomi, kedokteran, filsafat, kimia, farmasi, biologi, fisika dan sejarah.
Menurut Marshall, proses pengislaman tradisi-tradisi itu telah berbuat lebih jauh
dari sekadar mengintegrasikan dan memperbaiki, hal itu telah menghasilkan energi kreatif
yang luar biasa. Menurutnya, periode kekhalifahan dalam sejarah Islam merupakan
periode pengembangan di bidang ilmu, pengetahuan dan kebudayaan, dimana pada zaman
itu telah melahirkan tokoh-tokoh besar di bidang filsafat dan ilmu pengetahuan seperti
Ibnu Sina, Ibnu Rusyd, Al-Farabi. Berbagai pusat pendidikan tempat menuntut ilmu
dengan perpustakaan-perpustakaan besar bermunculan di Cordova, Palermo, Nisyapur,
Kairo, Baghdad, Damaskus, dan Bukhara, dimana pada saat yang sama telah mengungguli
Eropa yang tenggelam dalam kegelapan selama berabad-abad. Kehidupan kebudayaan
dan politik baik dari kalangan orang Islam maupun non-muslim pada zaman kekhilafahan
dilakukan dalam kerangka Islam dan bahasa Arab, walaupun terdapat perbedaan-
perbedaan agama dan suku yang plural.
Pada saat itu umat Islam telah berhasil melakukan sebuah akselerasi, jauh
meninggalkan peradaban yang ada pada saat itu. Hidupnya tradisi keilmuan, tradisi
intelektual melalui gerakan penerjamahan yang kemudian dilanjutkan dengan gerakan
penyelidikan yang didukung oleh kuatnya elaborasi dan spirit pencarian, pengembangan
ilmu pengetahuan yang berkembang secara pesat tersebut, mengakibatkan terjadinya
lompatan kemajuan di berbagai bidang keilmuan yang telah melahirkan berbagai karya
ilmiah yang luar biasa.
Beberapa ilmuwan muslim lainnya pada masa Daulah Bani Abbasiyah yang
karyanya diakui dunia diantaranya:
1. Al-Razi (guru Ibnu Sina), berkarya dibidang kimia dan kedokteran, menghasilkan
224 judul buku, 140 buku tentang pengobatan, diterjemahkan ke dalam Bahasa
Latin. Bukunya yang paling masyhur adalah Al-Hawi Fi ‘Ilm At Tadawi (30 jilid,
berisi tentang jenis-jenis penyakit dan upaya penyembuhannya). Buku-bukunya
menjadi bahan rujukan serta panduan dokter di seluruh Eropa hingga abad 17. Al-
Razi adalah tokoh pertama yang membedakan antara penyakit cacar dengan
measles. Dia juga orang pertama yang menyusun buku mengenai kedokteran anak.
Sesudahnya, ilmu kedokteraan berada di tangan Ibnu Sina;
2. Al-Battani (Al-Batenius), seorang astronom. Hasil perhitungannya tentang bumi
mengelilingi pusat tata surya dalam waktu 365 hari, 5 jam, 46 menit, 24 detik,
mendekati akurat. Buku yang paling terkenal adalah Kitab Al Zij dalam bahasa
latin: De Scienta Stellerum u De Numeris Stellerumet Motibus, dimanaterjemahan
tertua dari karyanya masih ada di Vatikan;
3. Al Ya’qubi, seorang ahli geografi, sejarawan dan pengembara. Buku tertua dalam
sejarah ilmu geografi berjudul Al Buldan (891), yang diterbitkan kembali oleh
Belanda dengan judul Ibn Waddih qui dicitur al-Ya’qubi historiae;
4. Al Buzjani (Abul Wafa). Ia mengembangkan beberapa teori penting di bidang
matematika (geometri dan trigonometri).
Melalui Spanyol, Sicilia dan Perancis Selatan yang berada langsung di bawah
pemerintahan Islam, peradaban Islam memasuki Eropa. Bahasa Arab menjadi bahasa
internasional yang digunakan berbagai suku bangsa di berbagai negeri di dunia. Baghdad
di Timur dan Cordova di Barat, dua kota raksasa Islam menerangi dunia dengan cahaya
gilang-gemilang. Sekitar tahun 830 M, Alfonsi-Raja Asturia telah mendatangkan dua
sarjana Islam untuk mendidik ahli warisnya.Sekolah Tinggi Kedokteran yang didirikan di
Perancis (di Montpellier) dibina oleh beberapa orang Mahaguru dari
Andalusia.Keunggulan ilmiah kaum muslimin tersebar jauh memasuki Eropa dan menarik
kaum intelektual dan bangsawan Barat ke negeri-negeri pusatnya. Diantara mereka
terdapat Roger Bacon (Inggeris); Gerbert d’Aurillac yang kemudian menjadi Paus
Perancis pertama dengan gelar Sylvester II, selama 3 tahun tinggal di Todelo mempelajari
ilmu matematika, astronomi, kimia dan ilmu lainnya dari para sarjana Islam.
Tidaklah mengherankan, karena pada saat kekhilafahan Islam berkuasa saat itu
Spanyol menjadi pusat pembelajaran (centre of learning) bagi masyarakat Eropa dengan
adanya Universitas Cordova. Di Andalusia itulah mereka banyak menimba ilmu, dan dari
negeri tersebut muncul nama-nama ‘ulama besar seperti Imam Asy-Syathibi pengarang
kitab Al-Muwafaqat, sebuah kitab tentang Ushul Fiqh yang sangat berpengaruh; Ibnu
Hazm Al-Andalusi pengarang kitab Al-Fashl fi al-Milal wa al-Ahwa’ wa an-Nihal, sebuah
kitab tentang perbandingan sekte dan agama-agama dunia, dimana bukti tersebut telah
mengilhami penulis-penulis Barat untuk melakukan hal yang sama.
G. KESIMPULAN
1. Kontribusi Islam terhadap lahirnya peradaban Islam berskala dunia terutama dalam hal
ilmu pengetahuan dan teknologi sangat besar, maka kemajuan yang dicapai Barat pada
mulanya bersumber dari peradaban Islam.Dunia Barat sekarang sejatinya berterima
kasih kepada umat Islam. Akan tetapi pada kenyataannya pihak Barat (non Muslim)
telah sengaja menutup-nutupi peran besar atas jasa para pejuang dan ilmuwan muslim
tersebut yang pada akhirnya terabaikan bahkan sampai terlupakan. Oleh karena itu,
umat Islam perlu kembali menggelorakan semangat keilmuan para ilmuwan muslim
atas sumbangsihnya yang amat besar bagi peradaban umat manusia di dunia dalam
menyongsong kembali kejayaan Islam dan umatnya.
2. Puncak pencapaian penguasaan sains dan teknologi pada zaman kejayaan umat Islam
masa lalu terkait erat dengan tegaknya sistem kekhilafahan, dimana adanya sistem
komando yang terintegrasi secara global yang peranan secara politik sejalan dengan
peranan agama. Para pemimpin terdahulu yang shaleh selain sebagai seorang
negarawan yang handal dan mumpuni, juga sebagai seorang ‘ulama wara’ yang takut
pada Rabb-nya, mencintai ilmu serta mencintai rakyatnya.Pada aspek ini kita bisa
melihat adanya integrasi tiga pilar utama dalam pembentukan peradaban Islam yaitu
agama, politik dan ilmu pengetahuan terpadu dalam satu kendali sistem kekhilafahan
dibawah pimpinan seorang khalifah.
3. Keberadaan sistem kekhilafahan terutama sejak zaman Daulah Bani Umayyah dan
Daulah Bani Abbasiyah walaupun bersifat khalifatul mulk (kepemimpinan didasarkan
pada keturunan/dinasti) yang adakalanya dipimpin oleh orang shaleh dan sekali waktu
dipimpin oleh orang zhalim, tetapi seburuk-buruk kondisi pada masa kehilafahan,
masih jauh lebih baik daripada masa setelah tercerabutnya kehilafahan, karena pada
masa kekhilafahan hukum Islam masih tegak dan ditaati oleh umat Islam, demikian
juga adanya ketaatan terhadap berbagai fatwa para ‘ulama.Oleh harenanya, segala hal
yang baik dari para pendahulu umat Islam seyogiannya menjadi cerminan teladan bagi
kita, sementara segala hal yang kurang baik, sejatinya dijadikan sebagai pelajaran yang
sangat berharga.
4. Awal meredupnya peradaban Islam yang terjadi sejak abad ke-8 hijriah (abad 13 M)
hingga abad ke-14 hijriah (abad 20 M) yang telah mengakibatkan proses peralihan dari
peradaban Islam ke keradaban Barat yang ditandai dengan masa pencerahan di dunia
Barat serta terjadinya penjajahan, penaklukan dan aneksasi terhadap negeri-negeri
muslim oleh armada perang dari negara-negara Barat lebih disebabkan oleh
melemahnya legitimasi politik dunia Islam karena peran kekhilafahan cenderung
bersifat simbol serta hanya sebatas seremonial saja hingga tumbangnya sistem
kekhilafahan di dunia Islam. Dari situlah kemudian dimulainya hegemoni dunia Barat
terhadap dunia Islam. Untuk melawan itu maka umat Islam di dunia harus membangun
dan memperkuat kembali legitimasi politik dunia Islam dengan meneladani peran
kekhilafahan yang positif.
5. Faktor utama kekalahan dan melemahnya peran umat Islam bukanlah terletak pada
kuatnya pihak musuh-musuh Islam, tetapi lebih disebabkan oleh melemahnya kekuatan
umat Islam yang diakibatkan oleh perbuatan kemaksiatan yang dilakukan.
Kemaksiatan terbesar terutama berupa sikap menyekutukan Alloh Swt (musyrik)
dalam beribadah serta tidak memperdulikan lagi atas berbagai aturan (syari’at) yang
diperintahkan-Nya. Oleh karenanya kita harus membangun kekuatan umat Islam
dengan meningkatkan ketaatan kepada Alloh SWT.
DAFTAR PUSTAKA :
1. Abu Khalil, Syauqi. Harun Al Rasyid, Pemimpin dan Raja yang Mulia. Jakarta:
Pustaka Azzam, 2002.
2. Al-Sharqawi, Effat. Filsafat Kebudayaan Islam. Bandung: Penerbit Pustaka, 1986.
3. Koentjaraningrat. Kebudayaan, Mentalitas dan Pembangunan. Jakarta: Gramedia,
1985.
4. Leaman, Oliver. An Introduction to Medieval Islamic Philosophy, Cambridge:
University Press, Cambridge, 1985.
7. Sou’yb, Joesoef. Sejarah Daulat Khulafaur Rasyidin. Jakarta: Bulan Bintang, 1979.
9. Syalabi, A. Sejarah dan Kebudayaan Islam, Jilid I. Jakarta: Pustaka Alhusna, 1987,
cet. V.
10. Yatim, Badri. Sejarah Peradaban Islam, Dirasah Islamiyah II, Jakarta: PT. Raja
Grafindo Persada, 2006.
12. Zallum, Abdul Qadim. Konspirasi Barat Meruntuhkan Khilafah Islamiyah, Telaah
Politik Menjelang Runtuhnya Negara Islam. Bangil: Al-Izzah, 2001.
14. Murodi, Sejarah Kebudayaan Islam, (Semarang: PT. Karya Toha Putra, 2003),