Dosen :
1. Shinta Dewi, SH.MH.
2. Atip Latipulhayat, SH.MH.
I.2 Yahudi
Terbukti dari buku-buku kuno mereka, antara lain Kitab Perjanjian Lama, orang
Yahudi sudah mengenal perjanjianperlakuan terhadap orang asing dan cara melakukan
perang, walaupun masih dibedakan antara perlakuan terhadap mereka yang dianggap
musuh bebuyutan, diantaranya boleh diadakan penyimpangan dari ketentuan hukum
perang terhadap musuh yang demikian.
I.3 Yunani
Masyarakat Yunani, yang hidup dalam negara-negara kota, membagi penduduk
terhadap 2 golongan :
(a) Orang Yunani
(b) Orang luar yang dianggap sebagai orang biadab (barbar)
Beberapa ketentuan yang diatur dalam aturan-aturan itu antara lain :
(a) Mengenai perwasitan (arbitration) dan diplomat yang tinggi tingkat perkembangan-
nya.
(b) Wakil-wakil dagang yang melakukan banyak tugas (sekarang dilakukan oleh konsul)
Sumbangan yang paling berarti yang dari kebudayaan Yunani adalah ”konsep hukum
alam” (yaitu hukum yang berlaku secara mutlak dimana saja dan berasal dari rasio atau
akal manusia). Konsep ini dikembangkan oleh ahli filsafat yang hidup dalam abad II
sebelum masehi.
Istilah
• Hukum bangsa-bangsa → Hukum Antar Negara → Hukum Antar Bangsa.
• Istilah yang digunakan untuk Hukum Internasional sebelumnya adalah Hukum
Bangsa-bangsa (ius gentium); hubungan orang Romawi dan bukan Romawi satu sama
lain, kemudian menjadi Hukum Antar Bangsa (ius intergentil) dan inilah yang
selanjutnya melahirkan Hukum Internasional.
• Dikenal pula Hukum Internasional Regional yang tumbuh melalui proses Hukum
Kebiasaan.
• Juga dikenal Hukum Internasional Khusus; diatur dalam Konvensi Multilateral (tidak
terbatas pada region tertentu).
Definisi
• Hukum Perdata Internasional adalah keseluruhan kaidah-kaidah dan asas-asas hukum
yang mengatur hubungan perdata yang melintasi batas-batas negara.
• Hukum Publik Internasional adalah keseluruhan kaidah-kaidah dan asas-asas hukum
yang mengatur hubungan atas persoalan yang melintasi batas-batas negara (hubungan
internasional) yang bukan bersifat perdata.
• Hukum Internasional adalah keseluruhan kaidah-kaidah dan asas-asas hukum yang
mengatur hubungan atau persoalan yang melintasi batas-batas negara-negara antara :
Pengertian
• Prof. Mochtar Kusumaatmadja membedakan Hukum Publik Internasional dengan
Hukum Perdata Internasional.
• Hukum Internasional mengurus individu yang melibatkan subjek, objek hukum yang
melintasi batas negara.
• Hukum Perdata Internasional pada dasarnya merupakan hukum nasional masing-
masing negara; Hukum Antar Tata Hukum.
• Hukum Publik Internasional pada dasarnya tidak bisa dipisahkan dari negara sebagai
subjek hukum utama. Kesamaannya adalah dari lintas batas negaranya. Sedangkan
perbedaannya adalah dari substansi yang diaturnya.
• Prof. Mochtar Kusumaatmadja menggarisbawahi bahwa Hukum Publik Internasional
inilah yang dimaksud dengan Hukum Internasional.
• Karakteristik Hukum Nasional :
1. Law making (parlemen)
2. Determination (eksekutif)
3. Law enforcement (yudikatif)
Merupakan vertical system.
Sedangkan Hukum Internasional merupakan horizontal system karena subjeknya
adalah negara berdaulat yang sama-sama memiliki kekuatan berdaulat melalui
kontrak sosial dengan masyarakatnya, sehingga tidak ada dengan apa yang
dinamakan yudikatif (enforcement). Atau dengan kata lain tidak ada dengan apa yang
dinamakan polisi dunia.
• Kesejajaran ini oleh Prof. Mochtar Kusumaatmadja disebut Hukum yang koordinatif
(kesetaraan). Kalau vertical system, maka subordinatif.
• Menurut Prof. Mochtar Kusumaatmadja :
Hukum dunia (world law) bersifat sub koordinatif.
MASYARAKAT INTERNASIONAL
• Hukum Internasional ada karena terlebih dahulu ada masyarakat internasional; ini
merupakan landasan sosiologisnya.
• Bukti adanya masyarakat internasional antara lain :
1. Adanya sejumlah negara
Faham Dualisme
• Daya ikat Hukum Internasional bersumber pada kemauan negara.
• Hukum Internasional dan Hukum Nasional merupakan dua sistem/ perangkat hukum
yang terpisah satu dari yang lainnya.
• Konsekuensinya:
Internasional Law and Municipal Law are two separate legal system which exist
independently of each other.
Hukum Internasional dan Hukum Nasional terpisah.
The ideological background (latar belakang) to dualist doctriner is strongly
coloured by an adherence (ketaatan pengikut) to positivism and emphasis on
theory of sovereignity.
Tak ada hubungan hierarkhi,
• Hukum internasional dapat berlaku apabila sudah ditransformasi,
• Kelemahannya; tidak dapat menjelaskan bahwa Hukum Nasional tunduk pada
Hukum Internasional.
• Hukum Internasional dan Hukum Nasional berbeda karena :
Faham Monisme
• Didasarkan atas pemikiran kesatuan daripada seluruh hukum yang mengatur
kehidupan manusia.
• Terdiri dari:
a. Monisme dengan primat Hukum Nasional,
b. Monisme dengan primat Hukum Internasional,
• Faham monisme menekankan adanya subkoordinasi dalam arti sruktural organisasi,
sedangkan dalam kenyataannya bersifat koordinatif.
• Tunduknya negara pada Hukum Internasional tidak harus berarti bahwa suatu negara
tidak dapat menjamin kepentingan-kepentingannya melalui Hukum Nasionalnya.
Di Amerika Serikat:
- Dalam Customary International Law : Sama dengan Inggris.
Bila bertentangan dengan undang-undang, yang berlaku adalah undang-undang.
- Dalam International treaty :
Konstitusi sebagai dasar utama.
Pembedaan antara self-executing dan non-executing treaties.
Jika tidak bertentangan dengan konstitusi maka langsung berlaku (self-executing).
Dapat dilakukan dengan undang-undang pemberlakuan (non-executing).
Self-executing; ada persetujuan dari senat, sehingga mengikat.
Executing agreement, dalam ini langsung berlaku tanpa memerlukan persetujuan
badan legislative.
SUMBER HUKUM
Pengertian
• Sumber Hukum Internasional dalam arti Hukum Formil:
- Dimana tedapat ketentuan Hukum Internasional yang dapat diterapkan sebagai
kaidah dalam satu masalah yang konkrit.
- Apa wujud tempat ketentuan Hukum Internasional tersebut.
• Sumber hukum formil merupakan jawaban atas pertanyaan dimana kita dapat
menemukan hukum.
Madzhab Ratifikasi
• Antara lain:
1. Hifi executive,
2. Hifi parliament,
3. Campuran,
NEGARA
• Negara dikatakan sebagai subjek Hukum Internasional yang paling signifikan, karena:
1. Secara historis, memang pada mulanya Hukum Internasional itu mengatur
hubungan antar negara.
2. Secara faktual, memang pada kenyataan suatu negara tetap diakui sebagai subjek
utama dalam mengadakan perjanjian.
• Negara dalam persepsi Hukum Internasional adalah sebagai Subjek Hukum
Internasional.
• Peran negara:
1. Iure gestionis,
Negara bertindak sebagai kapasitas institusi public (sehingga memiliki imunitas
(state immunity).
2. Iure imperii,
Negara bertindak sebagai kapasitas institusional publik (sehingga melepas
imunitas; dalam perdagangan).
Definisi
• Menurut J.L. Brierly :
Unsur-unsur Negara
• Syarat negara berdasarkan Hukum Internasional, antara lain;
Lex celebrationis,
Lex domisili,
Lex situ,
Lex nasionalis.
• Untuk menjadi subjek Hukum Internasional maka negara harus memiliki kualifikasi
(unsur-unsur) sbb:
1. A permanent population
2. Defined territory,
3. A government,
4. A capacity to enter into internasional relation with other state,
5. Internasional capacity,
6. Independence.
Ad 3): A government,
• Menurut Terpach:
Syarat pemerintahan lebih penting dari syarat yang lainnya.
Bentuk-bentuk Negara.
• Bentuk-bentuk negara, meliputi:
1. Kesatuan,
2. Dependent states,
a. Negara protectorat,
b. Negara mandat/ perwalian,
3. Federal states,
4. Members of commonwealth (negara persemakmuran),
Negara-negara tersebut berdiri sendiri (sui generic),
5. Negara netral,
Menurut Starke :
Negara netral adalah suatu negara kemerdekaan, politik, wilayahnya dengan
kokoh dijamin oleh suatu perjanjian bersama negara-negara besar, dan negara-
negara ini tidak akan pernah berperang melawan negara lain, kecuali untuk
Intervensi
• Menurut Lauterpacht:
Intervensi adalah campur tangan secara dictator oleh suatu negara terhadap urusan
luar negeri lainnya dengan maksud baik untuk memelihara atau mengubah keadaan,
situasi, atau barang di negeri tersebut.
• Bentuk-bentuk intervensi (menurut J.G. Starke):
1. Intervensi internal,
2. Intervensi eksternal,
3. Intervensi punitivie,
• Pengecualian prinsip intervensi:
1. Negara pelindung diberi hak istimewa oleh negara yang meminta perlindungan.
2. Suatu negara mengadakan perjanjian untuk mengadakan intervensi.
3. Suatu negara melanggar ketantuan-ketentuan umum/ hukum kebiasaan yang
diterima secara umum maka negara lain berhak untuk mengintervensi.
4. Negara yang warga negaranya berada di luar negari diperlakukan semena-mena,
maka boleh mengintervensi.
5. Atas kesepakatan bersama.
6. Atas permintaan tegas dari suatu negara.
• Doktrin Monrue (prinsip non kolonisasi); di Amerika tidak ada wilayah yang tak
bertuan (terra nullus), digunakan prinsip intervensi; setiap kekuatan asing yang
masuk ke AS harus dilawan.
Recognition of Insurgency
• Fenwick : pernyataan keyakinan kaum pemberontak jangan diperlakukan sebagai
kaum pengacau jika mereka tertangkap dan mereka berhak menerima pembekalan
dari negara-negara netral.
• Untuk pemberontak yang tidak berada di bawah pimpinan negara yang tersisih
memiliki wilayah tertentu atau tidak mau menaati hukum perang.
Suksesi Negara
• Ada 2 pendapat tentang suksesi ini :
1. Tradisional : menginginkan adanya prinsip kontinuitas diistilahkan sebagai
suksesi negara terhadap hak dan kewajiban internasional sekalipun terjadi
perubahan kedaulatan wilayah.
Secara umum negara pengganti (successor state) melanjutkan hak-hak dan
kewajiban internasional (yang diemban oleh negara yang diganti (predecessor
state)).
KEDAULATAN
• Kedaulatan (sovereignity) adalah kekuasaan tertinggi yang dimiliki oleh suatu negara
atas wilayah dan penduduknya/warga negaranya.
• Kedaulatan adalah suatu konsep dimana negara memiliki kekuasaan tertinggi atsa
dasar, laut, udara (yurisdiksi territorial) dan warga negara (yurisdiksi personal).
Tidak mencakup runag angkasa karena ruang angkasa merupakan kepentingan
bersama).
• Wilayah (territory) suatu negara terbagi menjadi empat dimensi, yaitu:
Kedaulatan Negara
1. Ruang Angkasa
- Prinsip: equality terhadap eksplorasi
- Benda angkasa/ celestial boarding tidak boleh dimiliki negara lain
- Yurisdiksi: tempat/ negara dimana pesawat itu didaftarkan
2. Ruang Udara
- Konvensi Chicago ‘44
Negara memiliki kedaulatan yurisdiksi eksklusif dan mengontrol ruang dari
atas wilayahnya
- Kapal terbang dapat memasuki wilayah negara lain. Jika akan mengisi bahan
bakar (jika terjadi pembajakan)
- Kewenangan/ yuridiksi eksklusif : kewenangan yang penuh tentang suatu
wilayah.
Kedaulatan Teritorial
• Kedaulatan territorial adalah kedaulatan yang dimiliki suatu negara dalam
melaksanakan yurisdiksi eksekutif di wilayahnya.
• Kaitannya dengan wilayah, kedaulatan mempunyai dua ciri, yaitu: (menurut Hakim
Huber)
1. Kedaulatan merupakan satu prasyarat hukum untuk adanya suatu negara.
2. Kedaulatan menunjukan negara tersebut merdeka yang sekaligus juga merupakan
fungsi dari suatu negara.
• Kedaulatan mempunyai dua aspek :
1. Aspek positif,
Adalah aspek yang berkaitan dengan sifat hak eksekutif kompetensi suatu negara
terhadap wilayahnya.
2. Aspek negative,
Adalah adanya kewajiban untuk tidak mengganggu hak negara-negara lain.
• Kedaulatan teritorial mencakup tiga dimensi yaitu :
1. Tanah
2. Laut,
Ad 2): Laut
• Di laut, suatu negara memilki kedaulatan yang penuh.
• Pasal 3 KHL (Konvensi Hukum Laut) 1982 :
- Negara berhak menetapkan lebar laut teritorialnya hingga suatu batas yang tidak
melebihi 12 mil laut, diukur dari garis pangkal yang ditentukan sesuai dengan
konvensi ini.
- Daerah berdekatan 100 mil dari laut wilayah; kepala pengawas negara yang
bersangkutan masih bisa melakukan pengawasan terhadap lain kapal.
- Pasal 30: Negara pantai dapat menyuruh pergi kapal perang bila tidak mematuhi
ketentuan-ketentuan negara pantai kapal perang (lewat sea lanes; tidak perlu
otoritas tapi harus memberi tahu (di luar alur)).
- Lintas damai: Tidak membahayakan perdamaian kemanan ketertiban umum dan
kepentingan negara yang bersangkutan (yang dilintasi).
• Antara lain :
1. Territorial sea (laut territorial),
Adalah laut yang terletak di sisi luar garis pangkal (base line) yang tidak melebihi
lebar 12 mil laut yang diukur dari garis pantai.
Negara memiliki kedaulatan penuh, tetapi negara lain masih dimungkinkan untuk
menikmati hak linats damai, yaitu hak untuk melewati laut itu.
Konsekuensinya, setiap kapal asing yang akan lewat di laut teritorial harus dapat
izin dari negara yang bersangkutan.
2. Internal/ national/ interior water (laut pedalaman),
Adalah perairan yang berada pada sisi darat (dalam) garis pangkal.
Contoh: teluk, sungai, danau, dsb.
Negara memiliki kedaulatan penuh (kedaulatan negara atas daratan).
Ad 3): Udara
• Menurut Konvensi Chicago 1944 tentang pengaturan mengenai wilayah udara, pasal
1-nya menyatakan bahwa setiap negara memilki kedaulatan yang komplit dan
eksklusif (complete and exclusive) terhadap ruang udara yang ada di atasnya; jadi
kalau misalnya daratan seluas satu juta Km persegi, maka wilayah udaranya pun
seluas itu.
• Yang dimaksud complete and exclusive adalah sbb:
Complete, atrinya negara itu memiliki kekuasaan tidak terbatas terhadap ruang udara
(air space-nya).
Exclusive, hanya negara tersebut yang berhak melakukan tindakan-tindakan di atas
ruang udara tersebut.
Konsekuensinya; tanpa seizin negara maka pihak lain tidak boleh melakukan
aktivitas-aktivitas di ruang udara tersebut sehingga apabila suatu pesawat udara
negara lain akan melintas di suatu ruang udara, maka harus meminta izin dari negara
yang memiliki ruang udara tersebut.
• Kekuasaannya tidak terbatas (unlimited) ke atas dan ke bawah.
• Secara prinsip yang dimaksud ruang udara itu sampai dengan ruang yang masih ada
udaranya untuk secara teknis sampai dengan pesawat bisa terbang di sana.
Servitudes
• Merupakan pembatasan terhadap kedaulatan (territorial) negara.
• Muncul manakala di suatu wilayah negara terdapat hak-hak negara lain.
YURISDIKSI
• Yurisdiksi adalah kekuasaaan atau kompetensi hukum negara terhadap orang, benda
atau peristiwa (hukum).
- Yuridiksi merupakan refleksi prinsip dasar kedaulatan negara.
Konvensi Montreal
- 16 pasal
- Pelengkap dan memberi perluasan pengertian terhadap beberapa ketentuan
tertentu dengan maksud agar si pelaku kejahatan terlepas dari jangkauan hukum.
DOKTRIN
1. Doktrin Toba
KASUS EYCKMAN
• Pelanggaran yurisdiksi teritorial oleh negara.
• Kasus tentang penjahat perang Jerman yang kabur ke Amerika Latin dan diculik oleh
Israel ke Argentina; menggunakan ras sebagai dasar hukum melakukan penculikan,
karena ketika Jerman membunuh bangsa Yahudi yang menjadi korban adalah
beberapa negara di dunia (belum ada negara Israel).
• Hot Pursuit : pengejaran seketika; tidak boleh berhenti.
• Pasal 111, Konvensi Hukum Laut’82/ pasal 123 Konvensi Hukum Laut 1958.
Teori kesalahan
• Antara lain:
1. Teori objektif (teori risiko),
Tanggung jawab negara adalah mutak (strict),
Manakala suatu pejabat/ agen negara telah melakuakan tindakan yang
mengakibatkan kerugian terhadap orang lain, maka negara bertanggungjawab
menurut Hukum Internasional tanpa dibuktikan apakah tindakan tersebut
dilaksanakan dengan baik atau jahat.
2. Teori Subjektif (teori kesalahan),
Tanggung jawab negara ditentukan oleh adanya unsur kesalahan (dolus) atau
kelalaian (culpa) pada pejabat atau agen negara yang bersangkutan.
• Kecenderungan pada teori objektif.
Doktrin Imputabilitas
• Latar belakang doktrin ini yaitu bahwa negara sebagai satu kesatuan hukum yang
abstrak tidak dapat melakukan tindakan-tindakan yang nyata.
• Doktrin ini mengasimilasikan tindakan-tindakan pejabat-pejabat negara dengan
negaranya yang menyebabkan negara tersebut bertanggung jawab atas semua
kerugian atau kerusakan terhadap harta benda atau orang asing.
• Doktrin imputabilitas (kebal), dianggap tidak berlaku dalam kasus HAM karena
HAM merupakan proteksi terhadap individual right.
• HAM terdiri dari 3 generasi :
1. Generasi I; perlindungan hak-hak sipil dan politik.
2. Generasi II; perlindungan hak-hak ekonomi dan sosial.
3. Generasi III; perlindungan terhadap kebudayaan, orang terhadap orang.
Ekspropriasi
• Ekspropriasi atau pengambilalihan suatu perusahan asing adalah suatu pelanggaran
hukum kecuali apabila dipenuhi syarat-syarat sbb :
1. Tidak dilaksanakan hak-hak pemilikan perusahaan oleh negara yang
bersangkutan.
2. Untuk kepentingan umum (public purpose)
3. Ganti rugi yang pantas (appropriate compensation)
4. Non diskriminasi (non discrimination)
5. Merupakan suatu prasyarat agar ekspropiasi sah.
SENGKETA INTERNASIONAL
• Deklarasi prinsip-prinsip Hukum Internasional mengenai hubungan bersahabat antar
negara 24 Oktober 1979: agar semua negara menyelesaikan sengketa mereka dengan
cara damai sedemikian rupa agar perdamaian, keamanan internasional dan keadilan
tidak sampai terganggu. Merupakan konsekuensi langsung pasal 2 (4) piagam yang
melarang kekerasan.
• Prinsip-prinsip Hukum Internasional yang berlaku
Dimuat dalam deklarasi mengenai hubungan bersahabat dan kerjasama antar negara
24 Oktober 1970 (A/RES/2625/XXO) serta Deklarasi Manila 15 November 1982
(A/RES/37/K) mengenai penyelesaian sengketa internasional secara damai :
1. penyelesaian bahwa negara tidak akan menggunakan kekerasan yang bersifat
mengancam integritas teritorial atau kebebasan politik dan cara-cara lain yang
tidak sesuai dengan tujuan PBB.
2. penyelesaian non intervensi dalam urusan dalam negeri dan luar negeri.
3. penyelesaian persamaan hak dan menentukan nasib sendiri bagi tiap bangsa.
4. penyelesaian persamaan kedaulatan negara.
MAHKAMAH INTERNASIONAL
• Pasal 92 Piagam PBB: Mahkamah Internasional merupakan organisasi hukum utama
PBB.
• Kepentingan Mahkamah Internasional
1. Komposisi Mahkamah : informasi pihak-pihak yang bersengketa serta wakil-
wakilnya, analisis fakta-fakta dan argumen hukum pihak-pihak yang
bersangkutan.
2. Penjelasan motivasi Mahkamah.
3. Dispositif: kepentingan yang mengikat negara-negara yang bersangkutan,
disertakan juga suara yang dipilih.
• Wewenang :
1. wewenang ratiche perschae : siapa saja yang dapat mengajukan perkara ke
mahkamah, hanya negara anggota statuta (anggota PBB).
2. ratione material : jenis-jenis sengketa yang dapat diajukan.
3. wewenang fakultatif : intervensi mahkamah hanya dapat terjadi jika negara-
negara yang bersengketa dengan persetujuan bersama membawa perkara mereka
ke mahkamah apa saja terutama yang ada di piagam PBB dan konvensi-konvensi.
4. wewenang wajib/ compulsory jurisdictrium : hanya terjadi jika negara-negara
sebelumnya melalui persetujuan menerima wewenang tersebut dalam perjanjian.
• Standar Minimal Internasional: Standar penegakan hukumnya (enforcement) yakni
perlindungan yang efektif (menurut ketentuan Hukum Internasional) dalam kasus The
Neer; pengadilan menyatakan bahwa perlakuan terhadap orang asing adalah suatu
kejahatan internasional apabila perlakuan tersebut merupakan suatu kebiadaban,
itikad buruk, kelalaian yang disengaja, atau tindakan pemerintah yang tidak cakap.