Anda di halaman 1dari 6

MAKALAH

HUKUM KRIMINOLOGI

“TEORI NETRALISASI”

Oleh :
CHARLY A. SAMORI
2020021014355

UNIVERSITAS NEGERI CENDERAWASIH


FAKULTAS HUKUM
2023
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Pengertian Netralisasi

Netralisasi adalah sebuah teori yang menggambarkan


bagaimana seseorang dapat menghilangkan perasaan
bersalah setelah melakukan tindakan yang melanggar
aturan atau norma sosial. Teori ini juga menjelaskan
mengapa seseorang cenderung untuk melakukan tindakan
yang melanggar aturan atau norma sosial, serta bagaimana
seseorang memilih tindakan yang akan diambil setelah
melanggar aturan atau norma sosial.
Teknik netralisasi adalah serangkaian metode teoretis
dimana mereka yang melakukan perbuatan haram untuk
sementara waktu menetralisir nilai-nilai tertentu dalam
dirinya yang biasanya akan melarang mereka untuk
melakukan perbuatan tersebut, seperti moralitas, kewajiban
untuk mematuhi hukum, dan sebagainya. Dalam istilah
yang lebih sederhana, ini adalah metode psikologis bagi
orang untuk mematikan "protes batin" ketika mereka
melakukannya, atau akan melakukan sesuatu yang mereka
anggap salah.
Teori netralisasi memberikan penjelasan bahwa
ketika pelaku berpikir untuk melakukan tindak kejahatan,
mereka menggunakan dalih pembenaran untuk
menetralisir rasa bersalah karena melakukan kejahatan
tersebut. Karena hal itu, mereka dapat melakukan
kejahatan tanpa ada rasa bersalah dalam dirinya

BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Sejarah dan Perkembangan Teori Netralisasi


Teori netralisasi pertama kali dikemukakan oleh
David Matza dan Gresham Sykes pada tahun 1957. Mereka
mengembangkan teori ini sebagai tanggapan terhadap
kegagalan teori kontrol sosial untuk menjelaskan mengapa
seseorang dapat melanggar aturan atau norma sosial,
terutama di kalangan remaja. Matza dan Sykes
berpendapat bahwa orang yang melanggar aturan atau
norma sosial sering kali memiliki alasan atau justifikasi
untuk tindakan mereka, meskipun alasan ini mungkin
tidak rasional atau beralasan. Mereka mengidentifikasi lima
teknik netralisasi yang digunakan oleh pelanggar aturan
atau norma sosial untuk mengurangi perasaan bersalah
dan membenarkan tindakan mereka :

1) Negasi dari tanggung jawab


2) Penyangkalan dari kerugian
3) Penyangkalan dari korban
4) Menunjukkan kesetaraan antara tindakan
yang melanggar aturan atau norma sosial
dengan tindakan yang diterima masyarakat
5) Menunjukkan bahwa tindakan melanggar
aturan atau norma sosial diperlukan untuk
mencapai tujuan tertentu.

Sejak kemunculan teori netralisasi pada tahun 1957,


banyak penelitian telah dilakukan untuk menguji teori ini
dan mengembangkan konsep dan teknik netralisasi yang
lebih kompleks.
Selanjutnya Larry J. Siegel menyatakan bahwa teori
netralisasi menyatakan bahwa seseorang akan belajar
untuk mengabaikan nilai moral yang mengendalikan
perilaku manusia, dan kemudian melakukan perilaku
menyimpang. Teori ini juga menjelaskan bagaimana para
pemuda terlibat dalam perilaku menyimpang dan
bagaimana mereka merasionalisasikan tindakan mereka
untuk memperdaya nilai-nilai dan norma dalam
masyarakat. John Hagan juga mengemukakan hal yang
sama.

2.2 Konsep Dasar Teori Netralisasi


Teori netralisasi didasarkan pada asumsi bahwa
orang memiliki kecenderungan untuk mengikuti aturan
atau norma sosial, tetapi dalam beberapa situasi, orang
dapat melanggar aturan atau norma sosial. Ketika orang
melanggar aturan atau norma sosial, mereka merasakan
perasaan bersalah dan tekanan dari masyarakat untuk
mempertanggungjawabkan tindakan mereka. Namun,
orang dapat menggunakan teknik netralisasi untuk
mengurangi perasaan bersalah dan membenarkan tindakan
mereka. Teknik ini melibatkan penggunaan argumen dan
justifikasi yang membuat tindakan melanggar aturan atau
norma sosial menjadi lebih dapat diterima oleh diri sendiri
maupun masyarakat.
Ada lima teknik netralisasi yang diidentifikasi oleh
Matza dan Sykes, yaitu :
1) Denial of Responsibility, yaitu pelaku
menggambarkan dirinya sendiri sebagai
orang-orang yang tidak berdaya dalam
menghadapi tekanan- tekanan masyarakat
(misalnya kurang mendapat kasih saying dari
orang tua, berada dalam pergaulan atau
lingkungan yang kurang baik).
2) Denial of Injury, yaitu pelaku berpandangan
bahwa perbuatan yang dilakukan tidak
menyebabkan kerugian yang besar pada
masyarakat.
3) Denial of Victim, yaitu pelaku memahami diri
sendiri sebagai “sang penuntut balas”,
sedangkan para korban dari perbuatannya
dianggap sebagai orang yang bersalah.
4) Condemnation of the Condemners, yaitu
pelaku beranggapan bahwa orang yang
mengutuk perbuatan yang telah dilakukan
sebagai orang- orang munafik, hipokrit,
sebagai pelaku kejahatan terselubung, karena
dengki, dan sebagainya.
5) Appeal to Higher Loyalities, yaitu pelaku
merasa bahwa dirinya terperangkap antara
kemauan masyarakat dan ketentuan hukum
yang ada di masyarakat dengan kebutuhan
kelompok yang lebih kecil, yaitu kelompok
tempat mereka berada atau bergabung.

BAB III
PENUTUP

Kesimpulan
Berdasarkan paparan tentang teori nertralisasi di atas,
dapat dipahami bahwa teori netralisasi mengungkapkan
bahwa tingkah laku menyimpang atau jahat dilakukan
seseorang karena didasarkan pada pemikirannya sendiri
dan didorong oleh beberapa kondisi di luar individu,
sehingga pelaku selalu mencari alasan pembenar atas
perbuatannya melalui proses rasionalisasi.

Anda mungkin juga menyukai