Anda di halaman 1dari 14

SISTEM PEMILU DAN SISTEM KEPARTAIAN INGGRIS RAYA DENGAN

INDONESIA

Mata Kuliah :
(C)

Dosen Pengampu :
.

Disusun Oleh :
()

2020
BAB 1
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Pemilihan umum merupakan suatu bentuk acara yang biasa dilakukan setiap
negara yang memegang prinsip demokrasi sebagai landasan dalam kehidupan
bernegara, yang dilaksanakan dalam jangka waktu tertentu. Pemilihan umum
dilaksanakan baik di tingkat pemerintahan yang tertinggi samapai dengan tingkat
pemerintahan terendah di suatu negara. Semua hal ini kembali lagi pada sistem yang
dianut oleh negara masing-masing. Secara singkat bagaimana nantinya negara harus
memiliki kekuasaan legislatif, eksekutif, yudikatif. Yang dikenal sebagai tiga bentuk
kekuasaan dalam pemerintahan, sebagai prinsip trias politica dalam demokrasi. Tiga
kekuasaan Pemerintah ini merupakan tiga kekuasaan yang berperan dalam
pelaksanaan kekuasaan kedaulatan sebuah Negara.
Ukuran bahwa salah satu bentuk demokrasi adalah pemilihan umum (PEMILU).
Pemilihan umum merupakan proses pemilihan orang-orang untuk mengisi jabatan-
jabatan politik tertentu secara demokratis yang dilakukan dengan regulasi, norma, dan
etika serta juga menerapkan azas-azas pemilu yang ada sehingga proses pemilihan
atau pergantian kekuasaan dapat dilakukan secara damai dan beradab.
Pelaksanaan pemilihan umum akan berjalan baik atau tidak, semua itu akan
tergantung pada sistem yang diterapkan oleh suatu negara, maka dari itu sangat
diperlukan ketelitian atau kejelian pemerintahan dalam melihat dan menerapkan
sistem pemilu yang sesuai dengan yang dibutuhkan negara.
Berbicara mengenai pemilu di dalam sebuah negara demokrasi pasti tidak
terlepas dari keberadaan partai politik sebagai salah satu elemen yang penting dalam
pelaksanaan pemilu. Partai politik adalah sebuah wadah yang dapat digunakan oleh
warga negara sebagai sarana berpartisipasi atau ikut kedalam pegelolaan negara.
Sebagai suatu lembaga politik, partai bukanlah suatu hal yang ada dengan
sendirinya, melainkan melalui sebuah proses yang sangat panjang dalam
perkembangannya. Dalam arti yang berbeda, Partai Politik yaitu sebuah kelompok
yang dibentuk dengan tujuan untuk memenangkan kekuasaan pemerintah, yang
dilakukan menggunakan media pemilihan ataupun yang lainnya. Partai Politik
memberikan kesempatan kepada rakyat untuk terlibat secara langsung didalam
proses penyelenggaraan negara dengan menempatkan wakilnya untuk menduduki
kursi pemerintahan melalui politik.
Terkait dengan sistem pemilu di Indonesia dengan Inggris Raya terdapat
kesamaan dan juga perbedaan di dalam pelaksanannya. Indonesia dengan Inggris Raya
menganut sistem politik demokrasi yang mana keduanya tersebut sama-sama
melaksanakan Pemilihan umum.
Indonesia dengan Inggris Raya, sebagai sebuah negara yang menjunjung tinggi
asas demokrasi, sangat menghargai keberadaan partai politik sebagai salah satu unsur
pembangun masyrakat dan juga merupakan institusi penting dalam demokrasi.
Pasalnya, dalam pemilihan umum partai politik menjadi unsur penting dan juga sarana
rakyat untuk menyampaikan aspirasi mereka serta hak politiknya kepada pemerintahan
yang sedang dan akan berusaha.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana persamaan dan perbedaan bentuk jalannya sistem pemilihan umum
Negara Indonesia dengan Inggris Raya?
2. Apa perbedaan dan persaamaan sistem kepartaian Negara Indonesia dengan
Inggris Raya?
BAB II

PEMBAHASAN

I. PERSAMAAN DAN PERBEDAAN SISTEM PEMILIHAN UMUM


INDONESIA DENGAN INGGRIS RAYA
Sebelum membahasa persamaan dan perbedaan sistem pemilihan umum
Indonesia dengan Inggris, kita bahas terlebih dahulu seperti apakah Sistem Pemilihan
Umum tersebut. Sistem Pemilihan Umum merupakan metode yang mengatur dan
memungkinkan warga negara memilih para wakil rakyat di antara mereka sendiri.
Dalam pemilu tersebut warga negara berhak untuk memilih wakilwakilnya yang akan
duduk di jabatan publik. Dalam menggunakan suaranya tersebut tentu saja haruslah
didukung kondisi yang memungkinkan warga negara memilih secara bebas tanpa
adanya tekanan dari pihak lain.

Pemilu harus dilakukan secara jujur, adil dan demokratis. Agar pemilu dapat
mencapai derajat tersebut maka diperlukan beberapa syarat atau prakondisi yang
mendukungnya. Syarat-syarat tersebut dipergunakan untuk mendapatkan pemilu yang
berkualitas sehingga mendapatkan pejabat publik yang legitimate. Syarat minimal dari
pemilu adalah free dan fair.

Setelah beberapa syarat pemilu terpenuhi, maka diharapkan pemilu dapat


terlaksana secara demokratis sehingga mendapatkan pejabat publik yang legitimate.
Untuk mengukur derajat kualitas pemilu diperlukan beberapa indikator sebagai tolok
ukurnya. Indikator tersebut digunakan untuk menilai apakah sistem pemilu tersebut
cocok bagi sebuah negara atau tidak. Indikator tersebut adalah: akuntabilitas
(accountability), keterwakilan (representativeness), keadilan (fairness), persamaan hak
tiap pemilih (equality), lokalitas, reliabel, numerikal.

Sistem pemilu di dunia terbagi ke dalam 4 (empat) keluarga besar, yaitu sistem
distrik, sistem proporsional, sistem campuran, dan sistem di luar ketiga sistem utama.
Secara rinci keluarga sistem pemilu tersebut dapat dijelaskan dalam uraian di bawah
ini:

a. Sistem Distrik
Dalam sistem ini wilayah negara dibagi ke dalam beberapa distrik
pemilihan yang biasanya didasarkan atas jumlah penduduk. Setiap
distrik diwakili oleh satu orang wakil, kecuali pada varian block vote
dan party block vote. Kandidat yang memiliki suara terbanyak akan
mengambil semua suara yang didapatnya. Sistem ini terbagi atas first
past the post, alternative vote, two round system, block vote.
b. Sistem Proporsional
Dalam sistem ini proporsi kursi yang dimenangkan oleh sebuah
partai politik dalam sebuah wilayah pemilihan akan berbanding
seimbang dengan proporsi suara yang diperoleh partai tersebut. Dalam
sistem ini dikenal istilah district magnitude. Variasi dari sistem ini
adalah proportional representation dan single transferable vote.
c. Sistem campuran
Sistem pemilu campuran merupakan perpaduan penerapan secara
bersama-sama sistem distrik dengan sistem proporsional dalam suatu
negara. Sistem ini meliputi sistem parallel dan mixed member
proportional.
d. Sistem pemilu di luar ketiga sistem utama Sistem ini merupakan
campuran antara sistem distrik dan proporsional. Varian dari sistem ini
adalah single non-transferable vote, limited vote, dan borda count.

Dari beberapa macam sistem pemilu yang ada diatas, negara yang berhak
memilih sistem pemilu manakah yang cocok dan dianggap pas sesuai dengan kondisi
atau keadaan negaranya, tentu pemilihan sistem pemilhan umum tersebut sebelumnya
telah dikaji dan diteliti oleh ahlinya.

Indonesia sendiri sebagai salah satu negara yang menganut sistem demokrasi
sudah barang tentu melaksanakan pemilihan umum. Indonesia telah
menyelenggarakan pemilihan umum sejak zaman kemerdekaan, sampai saat ini
penyelenggaran pemilihan umum di Indonesia terhitung sudah 12 kali di
selenggarakan yaitu pada tahun 1955, 1971, 1977, 1982, 1987, 1992, 1997, 1999,
2004, 2009, dan 2019.
Dalam masa perjalanan pemilu yang telah diselenggarakan sebanyak 12 kali,
Indonesia lebih menggunakan sistem pemilu proporsional tetapi juga dibarengi dengan
beberapa variasi. Dimulai pada tahun 1955 Indoensia menggunakan sistem pemilu
proporsional, kemudian dari tahun 1971-1999 Indonesia menggunakan sistem pemilu
proporsional dengan sistem stelsel daftar, artinya besarnya kekuatan perwakilan
organisasi dalam DPR dan DPRD berimbang dengan besarnya dukungan pemilih
karena pemilih memberikan suaranya kepada organisasi peserta pemilu.

Pada tahun 2004-2019 menggunakan sistem proporsional dengan daftar calon


terbuka, tetapi pada pemilu edisi 2014 dan 2019 Indonesia menerapkan sistem
proporsional untuk memilih DPR dan DPRD serta juga menerapkan sistem distrik
untuk memilih DPD. Indonesia menerapkan sistem proporsional dengan didasarkan
pada fakta sosiologis bangsa Indonesia. Indonesia merupakan bangsa dengan multi
kultur, yang terdiri dari banyak suku bangsa maupun agama. Parlemen dengan prinsip
utama representasi atau keterwakilan harus dijamin. Oleh karena itu, sistem
proporsional merupakan sistem pemilu yang diyakini dapat menjamin prinsip
keterwakilan tersebut. Sementara itu, daftar terbuka merupakan sebuah legal policy
yang ditempuh pembuat undang-undang, Pemerintah dan DPR, dalam rangka
menjamin prinsip kedekatan antara pemilih dengan wakilnya. Dengan demikian,
pemilih lebih mengenal calon yang akan dijadikan sebagai wakilnya di parlemen.

Sedangkan pemilihan untuk anggota DPD pada tahun 2014 dan 2019
menggunakan sistem distrik berwakil banyak. Prinsip utama dari pemilihan untuk
anggota DPD ini adalah penjaminan atas keterwakilan daerah. Maka dari itu, distrik
dalam pemilihan anggota DPD adalah berdasarkan provinsi, di mana setiap provinsi
memiliki 4 (empat) orang wakil di DPD. Anggota DPD inilah yang diharapkan dapat
menyuarakan berbagai permasalahan kedaerahannya.

Pemilihan umum yang dilaksanankan Indonesia tidak hanya memilih DPR,


DPRD, dan DPD tetapi juga memilih Presiden dan Wakil Presiden sebagai kepala
negara dan kepala Pemerintahan yang pada dasarnya Indonesia menganut sistem
presidensial.

Sementara itu, di Negara Inggris Raya hanya menggunakan sistem pemilihan


distrik atau disebut disebut Plurality and Majority System atau Single Member
Constituency. Sistem distrik adalah suatu sistem pemilihan yang wilayahnya dibagi
atas distrik-distrik pemilihan, yang jumlahnya sama dengan jumlah kursi yang tersedia
di parlemen1.

Sistem distrik satu wilayah kecil memilih satu wakil tunggal atas dasar suara
terbanyak, sistem distrik memilki variasi, yakni:2

1. First past the post : sistem yang menggunakan single member district dan
pemilihan yang berpusat pada calon, pemenangnya adalah calon yang
memiliki suara terbanyak.
2. The two round system : sistem ini menggunakan putaran kedua sebagai
landasan untuk menentukan pemenang pemilu. Hal ini dilakukan untuk
menghasilkan pemenang yang memperoleh suara mayoritas.
3. The alternative vote : sama seperti first past the post bedanya para pemilih
diberi otoritas untuk menentukan preverensinya melalui penentuan rangking
terhadap calon-calon yang ada.
4. Block vote : para pemilih memiliki kebebasan untuk memilih calon-calon
yang terdapat dalam daftar calon tanpa melihat afiliasi partai dari calon-
calon yang ada.

Sistem First past the post kemudian yang dipilih oleh Inggris Raya sebagai
sistem pemilu di negaranya, dengan sistem First past the post Inggris Raya membuat
pemilu berakhir dengan satu partai yang berkuasa atau pemenang setiap daerah
pemilihan mendapatkan satu kursi di parlemen.

Di Inggris Raya secara keseluruhan terdapat 650 daerah pemilihan, yang


masing-masing diwakili oleh satu orang di House of Commons, dengan perincian
sebagai berikut: 533 daerah pemilihan di Inggris; 59 di Skotlandia; 40 di Wales; dan
18 di Irlandia Utara.

Peserta Pemilu di Inggris Raya dapat berasal dari Partai Politik maupun dari
independen. Namun, hampir semua anggota parlemen adalah dari partai politik.
Banyak partai politik di Inggris Raya, namun hanya terdapat 2 partai besar, yaitu

1
Ni’matul Huda, Hukum Tata Negara Indonesia, Rajawali Press:Yogyakarta. 2005. Hlm 273.
2
Muhammad Kusnardi, Harmily Ibrahim, Hukum Tata Negara Indonesia, Selatan:Sinar Bakti, Jakarta, 1976. Hlm
342
Partai Konservatif dan Partai Buruh yang selalu bergantian memegang Pemerintahan.
Baik Partai Buruh maupun Partai Konservatif mempunyai pendukung tradisional.
Partai Konservatif mempunyai pendukung kuat di daerah pedesaan, sedangkan Partai
Buruh mempunyai pendukung kuat di daerah perkotaan, perindustrian, pertambangan
dan pemukiman kelas pekerja. Wilayah Wales dan wilayah Skotlandia juga
merupakan daerah pendukung kuat Partai Buruh.

Dalam pemilu 2010 Partai Buruh meraih 41 kursi dari 59 kursi di Skotlandia.
Jajak pendapat memperlihatkan bahwa SNP bisa menghancurkan dominasi Partai
Buruh di wilayah tersebut dalam pemilu kali ini. Kemudian pada Hasil Pemilu Inggris
Raya Tahun 2015 menunjukkan representasi perolehan suara partai politik dengan
perolehan kursi di parlemen. Partai Konservatif memperoleh suara 36,9 %, namun di
parlemen memperolehkursi 50,8 %. Partai Buruh mmeperoleh suara 30, 4 % dan
memperoleh kursi 35,7 %.Sementara UKIP (United Kingdom Indpendece Party)
berhasil memperoleh 12,6 % suara, namun hanya dapat meraih 1 kursi atau 0,15 %
kursi di parlemen.

Pemilihan umum di Inggris hanya akan memilih anggota parlemen, berbeda


dengan indonesia yang menggunakan sistem presidensial. Inggris Raya adalah negara
yang menganut sistem monarki konstitusional dan menggunakan sistem pemerintahan
parlementer yang dipimpin oleh seorang ratu dan juga terdapat perdana menteri, maka
tidak ada pemilihan Presiden atau Wakil Presiden melainkan hanya memilih anggota
parlemen. Sedangkan perdana menteri diangkat oleh ratu inggris raya.

II. PERBEDAAN DAN PERSAMAAN SISTEM KEPARTAIAN INDONESIA


DENGAN INGGRIS RAYA

Ada banyak definisi mengenai partai politik, salah satunya pengertian yang
dijelaskan oleh R.H. Soltau yaitu Partai Politik adalah sekelompok warga negara yang
sedikit banyak terorganisir, yang bertindak sebagai kesatuan politik dan yang dengan
memanfaatkan kekuasaannya untuk memilih, bertujuan untuk menguasai
pemerintahan dan melaksanakan kebijaksanaan umum mereka.3

3
Miriam Budiardjo, Dasar-Dasar Ilmu Politik, Gramedia Pustaka Utama:Jakarta, 1995, hlm.28
Indonesia menggunakan menganut sistem multi partai. Aturan ini tersirat
dalam pasal 6A (2) UUD 1945 yang menyebutkan bahwa presiden dan wakil presiden
diusulkan oleh partai politik atau gabungan partai politik. Dari pasal tersebut tersirat
bahwa Indonesia menganut sistem multi partai karena yang berhak mencalonkan
pasangan calon presiden dan wakil presiden adalah partai politik atau gabungan partai
politik4. Dan bersaing dengan calon lain yang diusulkan partai-partai lain. Ini artinya
sistem kepartaian di Indonesia harus diikuti oleh minimal 3 partai politik atau lebih.

Indonesia selama ini dalam peraturan perundangan terkait pemilu dan partai
politik selalu mencantumkan tujuan pemilu yaitu untuk membentuk sebuah sistem
kepartaian yang multi partai sederhana. Namun demikian, makna sistem multi partai
sederhana tersebut tidak dijelaskan secara lebih rinci.

Apabila dilacak dari beberapa pendekatan yang ada terkait dengan sistem
kepartaian, sistem multi partai sederhana yang hendak dicapai dari pemilu di
Indonesia lebih cenderung pada pendekatan kuantitas partai efektif yang ada di
parlemen. Pendekatan ini lebih mengutamakan bagaimana hubungan keterkaitan partai
politik satu dengan lainnya dalam kehidupan politik.

Sejak era kemerdekaan, sebetulnya Indonesia telah memenuhi amanat pasal 6A


(2) UUD 1945. Melalui Keputusan Wakil Presiden No X/1949, pemilihan umum
pertama tahun 1955 diikuti oleh 29 partai politik dan juga peserta independen.
Pada masa pemerintahan orde baru, Presiden Soeharto memandang terlalu banyaknya
partai politik menyebabkan stabilitas poltik terganggu, maka Presiden Soeharto pada
waktu itu memiliki agenda untuk menyederhanakan jumlah partai politik peserta
pemilu. Pemilu tahun 1971 diikuti oleh 10 partai politik dan pada tahun 1974 peserta
pemilu tinggal tiga partai politik saja. Presiden Soeharto merestrukturisasi partai
politik menjadi tiga partai(Golkar, PPP, PDI) yang merupakan hasil penggabungan
beberapa partai.

Pada masa Reformasi 1998, terjadi perubahan di segala aspek kehidupan


berbangsa dan bernegara. Politik Indonesia merasakan dampak serupa dengan
diberikannya ruang bagi masyarakat untuk merepresentasikan politik mereka dengan

4
Partono. SISTEM MULTIPARTAI, PRESIDENSIAL DAN PERSOALAN EFEKTIVITAS PEMERINTAH. Jurnal Legislasi
Indonesia, Vol 5, No 1, 2008. Hal 16
memiliki hak mendirikan partai politik. Banyak sekali parpol yang berdiri di era awal
reformasi. Pada pemilu 1999 partai politik yang lolos verifikasi dan berhak mengikuti
pemilu ada 48 partai. Jumlah ini tentu sangat jauh berbeda dengan era orde baru.

Pada tahun 2004 peserta pemilu berkurang dari 48 menjadi 24 parpol saja. Ini
disebabkan telah diberlakukannya ambang batas(Electroral Threshold) sesuai UU no
3/1999 tentang PEMILU yang mengatur bahwa partai politik yang berhak mengikuti
pemilu selanjtnya adalah parpol yang meraih sekurang-kurangnya 2% dari jumlah
kursi DPR. Partai politikyang tidak mencapai ambang batas boleh mengikuti pemilu
selanjutnya dengan cara bergabung dengan partai lainnya dan mendirikan parpol baru.

Pada pemilu legislatif tahun 2004 dapat dilihat jumal partai politik yaitu 16
partai politik. Kemudian pada Pemilu tahun 2009 telah menghasilkan 18 peserta partai
politik . Pada tahun 2014 jumlah partai politik yang mengikuti pemilu berjumlah 12
partai politik. Dan terakhir pada tahun 2019 pemilu diikuti 16 partai politik.

Sementara itu, di Inggris Raya Inggris Sistem kepartaian di Inggris Raya telah
berlangsung sejak abad ke-18. Ingrris Raya menganut sistem dwipartai yang dapat
diartikan sebagai dua partai di antara beberapa partai. Partai tersebut menempati dua
teratas dalam pemilihan umum secara bergiliran dan mempunyai posisi dominan.
Pada sistem dwipartai ini hanya terdapat dua partai politik, yaitu partai yang berkuasa
dan partai oposisi. Partai yang kalah berperan sebagai pengecam kebijakan partai yang
duduk dalam pemerintahan, dengan pengertian bahwa peran ini bisa sewaktu-waktu
dapat bertukar tangan.

Partai Buruh dan Partai Konservativ adalah partai dominan di inggris


yang mempunyai pandangan tidak jauh berbeda mengenai asas dan tujuan
politiknya. Selain partai ini, beberapa partai kecil lainnya juga menghiasi dunia
perpolitikan Inggris. Seperti Partai Hijau yang merupakan partai yang paling berada di
sayap kiri di antara kesemuanya. Kemudian ada Partai Buruh yang beraliran sayap
kiri. Partai Demokrat yang berada di tengah dan selanjutnya Konservatif yang cukup
kanan dan disusul UKIP (United Kingdom Independent Party) yang paling berada di
sayap kanan.
Selain berasal dari partai-partai yang telah disebutkan di atas, ada pula partai-
partai nasional (National Party) misalnya Scottish National Party atau SNP. Demikian
pula, ada yang disebut sebagai kandidat independen, yang terdiri dari orang- orang
yang cukup populer untuk dipilih tanpa perlu bergabung dengan salah satu partai
politik.

Secara umum, ketua partai akan menduduki posisi perdana menteri ketika
partai yang dipimpinnya memenangkan pemilihan umum dan mendapat perolehan
suara terbesar di parlemen. Sedangkan rivalnya yang tidak mendapat cukup
mayoritas kursi akan menduduki kursi oposisi dan membentuk kabinet bayangan.
Kabinet bayangan ini dibentuk sebagai pengawas kebijakan pemerintah. Dengan
demikian, dapat dipahami bahwa Leader of the Opposition akan mengawasi
dengan baik Perdana Menteri, demikian pula Shadow Education Secretary akan
mengeluarkan kritik terhadap Education Secretary.
BAB III

KESIMPULAN DAN REKOEMENDASI

I. KESIMPULAN

Pada dasarnya Indonesia dengan Inggris Raya memiliki sebuah kesamaan


dalam hal sebagai negara demokrasi, yang mana dalam sebuah negara demokrasi
Pemilihan umum merupakan sarana bagi masyarakat untuk menyalurkan hak
politiknya, hak untuk memilih dan dipilih. Maka dari hasil uraian diatas dapat
disimpulkan tentang persamaan dan perbedaan mengenai sistem pemilu dan kepartaian
Ingrris Raya dengan Indonesia bahwa :

1. Persamaan sistem pemilu Inggris Raya dengan Indonesia


 Inggris Raya dan Indonesia sama-sama melaksanakan Pemilu.
 Inggris Raya dan Indonesia dalam pemilu juga memilih anggota
parlemen.
2. Perbedaan Sistem Pemilu Inggris Raya dengan Indonesia
 Inggris Raya dengan Indonesia mempunya sistem pemilu yang berbeda,
Indonesia lebih condong pada sistem proporsianal sedangkan Inggris
Raya menggunakan sistem distrik.
 Inggris Raya dalam pemilu hanya memilih anggota parlemen, sedangkan
Indonesia memilih anggota parlemen dan juga memilih Presiden dan
Wakil Presiden.

Kemudian mengenai sistem kepartaian Indonesia dan Inggris Raya


mengehendaki adanya berbagai partai politik, hal ini membuktikan bahwa Inggris Raya dan
Indonesia memberikan hak bagi masyarakatnya untuk bergabung dalam sistem politik di
negaranya. Dari uraian pada bab pemabahasan dapat disimpulkan bahwa :

1. Persamaan Sistem Kepartaian Inggris Raya dengan Indonesia


 Inggris Raya dan Indonesia sama-sama menghendaki berdirinya partai
politik sebagai unsur dalam pemilu di negara demokrasi.
2. Perbedaan Sistem Kepartaian Inggris Raya dengan Indonesia
 Inggris Raya menerapkan sistem kepartaian yaitu dwi partai, sedangkan
Indonesia menerapkan sistem kepartaian multi partai
II. REKOMENDASI
 Bahwasannya dalam sistem pemilu yang dianut baik itu oleh Inggris Raya
maupun Indonesia perlu dikaji untuk kemudian ditingkatkan kembali agar nanti
di dalam pelaksanannya tercipta sebuah pemilu yang sesuai dengan asas-asas
pemilu dan menghasilkan keputusan yang tepat.
 Bahwasannya dalam sistem kepartain di Inggris Raya maupun Indonesia juga
perlu dikaji untuk kemudian ditingkatkan partisipasinya dalam pelaksanaan
pemilu sehingga tercipta sebuah keadilan bagi para partai politik peserta
Pemilu.
DAFTAR PUSTAKA

 Ni’matul Huda, Hukum Tata Negara Indonesia, Rajawali Press:Yogyakarta. 2005.


 Muhammad Kusnardi, Harmily Ibrahim, Hukum Tata Negara Indonesia, Selatan:Sinar
Bakti, Jakarta, 1976.
 Miriam Budiardjo, Dasar-Dasar Ilmu Politik, Gramedia Pustaka Utama:Jakarta, 1995.
 Partono. SISTEM MULTIPARTAI, PRESIDENSIAL DAN PERSOALAN
EFEKTIVITAS PEMERINTAH. Jurnal Legislasi Indonesia, Vol 5, No 1, 2008. Hal 13-27.

Anda mungkin juga menyukai