Anda di halaman 1dari 12

SISTEM PEMILIHAN UMUM DI INDONESIA

Jurnal ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Hukum Administrasi Negara
Dosen Pengampu : Sepa Munawar, S.H.,M.H.

Disusun oleh :

Kelompok 4

Muhamad Alfatih : A1A1210040


Hilda Adawiah : A1A1210027
Liliek Iklimah : A1A1210035

PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI PUBLIK


SEKOLAH TINGGI ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
SAMUDERA INDONESIA SELATAN
(STISIP SAINS)
2022
ABSTRAK

Salah satu wujud dari penyelenggaraan demokrasi adalah dengan pemilihan


umum.Pemilihan umum telah dianggap menjadi ukuran demokrasi karena rakyat dapat
berpartisipasi menentukan sikapnya terhadap pemerintahan dan negaranya.Pemilihan umum
(pemilu) adalah salah satu cara dalam system demokrasi untuk memilih wakil-wakil rakyat
yang akan duduk di lembaga perwakilan rakyat,serta salah satu bentuk pemenuhan hak asasi
warga negara di bidang politik.Pemilu dilaksanakan dengan menganut asas langsung, umum,
bebas, rahasia,jujur dan adil.Di Indonesia telah berulang kali dilangsungkan pemilihan umum
yang disebut pesta demokrasi rakyat Indonesia baik sewaktu orde lama,orde baru dan
reformasi.Umumnya ada dua sistem pelaksanaan pemilu yang dipakai yaitu sistem Distrik
dan sistem proporsional.Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi
kepustakaan.
PENDAHULUAN

A.Latar Belakang
Pemilihan umum adalah suatu hal yang penting dalam kehidupan kenegaraan. Pemilu
adalah pengejewantahan sistem demokrasi, melalui pemilihan umum rakyat memilih
wakilnya untuk duduk dalam parlemen, dan dalam struktur pemerintahan. Dalam Undang-
undang Republik Indonesia Nomor 15 Tahun 2011 Pasal 1 ayat 1 " Pemilihan umum,
selanjutnya disingkat pemilu adalah sarana pelaksanaan kedaulatan rakyat yang
diselenggarakan secara langsung,umum, bebas, rahasia, jujur dan adil dalam Negara
Kesatuan Republik Indonesia berdasarkan Pancasila dan UUD 1945.
Namun pada kenyataannya banyak terjadi di daerah, calon legislatif yang telah
membina konstituen selama bertahun-tahun, dikalahkan perolehan suaranya oleh caleg yang
menggunakan 'serangan fajar'.masih banyak praktik-praktik money politics, tapi hampir tidak
ada mereka didiskualifikasi karena faktor-faktor tersebut.Untuk menyelesaikan persoalan ini
harus ada efektivitas penegakan hukum. Mata rantai penegakan hukum pemilu harus
dipangkas supaya tidak terlalu panjang dan berbelit.Sebab, jika sistem penegakan hukum
terlalu panjang, justru berpotensi menimbulkan ketidakpastian hukum.

B.Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan Pemilihan umum ?
2. Apa yang dimaksud sistem pemilihan umum ?
3. Bagaimana sistem pemilihan umum di Indonesia ?
PEMBAHASAN

1. Pengertian Pemilihan Umum


Salah satu wujud demokrasi adalah dengan Pemilihan Umum. Dalam kata lain,
Pemilu adalah pengejawantahan penting dari demokrasi prosedural. prosedur utama
demokrasi adalah pemilihan para pemimpin secara kompetitif oleh rakyat yang bakal mereka
pimpin. Selain itu, Pemilu sangat sejalan dengan semangat demokrasi secara subtansi atau
demokrasi subtansial, yakni demokrasi dalam pengertian pemerintah yang diselenggarakan
dari rakyat, oleh rakyat dan untuk rakyat. Artinya, rakyatlah yang memegang kekuasaan
tertinggi.Berdasarkan uraian di atas, Pemilu adalah lembaga sekaligus prosedur praktik
politik untuk mewujudkan kedaulatan rakyat yang memungkinkan terbentuknya sebuah
pemerintahan perwakilan (representative government). Secara sederhana, Pemilihan Umum
didefinisikan sebagai suatu cara atau sarana untuk menentukan orang-orang yang akan
mewakili rakyat dalam menjalankan pemerintahan

2.Sistem Pemilihan Umum


i. Sistem Distrik
Sistem ini merupakan sistem pemilihan umum yang paling tua dan didasarkan atas
kesatuan geografis. Setiap kesatuan geografis (yang biasanya disebut distrik karena kecilnya
daerah yang diliputi) mempunyai satu wakil dalam dewan perwakilan rakyat.Untuk keperluan
itu, negara dibagi dalam sejumlah besar distrik dan jumlah wakil rakyat dalam dewan
perwakilan rakyat ditentukan oleh jumlah distrik. Calon yang di dalam satu distrik
memperoleh suara terbanyak dikatakan pemenang, sedangkan suara-suara yang ditujukan
kepada calon-calon lain dianggap hilang dan tidak diperhitungkan lagi, bagaimanapun
kecilnya selisih kekalahannya.

a. Keuntungan Sistem Distrik


Sistem ini lebih mendorong ke arah integrasi partai-partai politik karena kursi yang
diperebutkan dalam setiap distrik pemilihan hanya satu. Hal ini akan mendorong partai-partai
untuk menyisihkan perbedaan perbedaan yang ada dan mengadakan kerja sama, sekurang-
kurangnya menjelang pemilihan umum, antara lain melalui stembus accord.
Fragmentasi partai dan kecenderungan membentuk partai baru dapat dibendung malahan
sistem ini bisa mendorong ke arah penyederhanaan partai secara alami dan tanpa paksaan.
Karena kecilnya distrik, maka wakil yang terpilih dapat dikenal oleh komunitasnya,
sehingga hubunan denga konstituen lebih erat. Dengan demikian si wakil akan lebih
cenderung untuk memperjuangkan kepentingan distriknya.Bagi partai besar system ini
menguntungkan karena melalui distortion effect dapat meraih suara dari pemilih-pemilih lain,
sehingga memperoleh kedudukan mayoritas. Dengan demikian, sedikit banyak partai
pemenang dapat mengendalikan parlemen.Lebih mudah bagi suatu partai untuk mencapai
kedudukan mayoritas dalam parlemen, sehingga tidak perlu diadakan koalisi dengan partai
lain. hal ini mendukung stabilitas nasional.Sistem ini sederhana dan mudah untuk
diselenggarakan.

b.Kelemahan Sistem Distrik


System ini kurang memperhatikan kepentingan partai-partai kecil dan golongan
minoritas, apalagi jika golongan-golongan ini terpencar dalam berbagai distrik. Sistem ini
kurang representatif dalam arti bahwa partai yang calonnya kalah dalam suatu distrik
kehilangan suara yang telah mendukungnya. Hal ini berarti bahwa ada sejumlah suara yang
tidak diperhitungkan sama sekali, atau terbuang sia-sia. Dan jika banyak partai mengadu
kekuatan, maka jumlah suara yang hilang dapat mencapai jumlah yang besar. Hal ini akan
dianggap tidak adil terhadap partai dan golongan yang dirugikan. Sistem distrik dan dianggap
kurang efektif dalam masyarakat yang plural karena terbagi dalam kelompok etnis, religius,
dan tribal, sehingga menimbulkan anggapan bahwa kebudayaan nasional yang terpadu secara
ideologis dan etnis mungkin merupakan prasyarat bagi suksesnya sistem ini.

ii. Sistem Perwakilan Berimbang atau Sistem proporsional


Sistem ini dianut oleh Indonesia. Pemilu tidaklah langsung memilih calon yang
didukungnya, karena para calon ditentukan berdasarkan nomor urut calon-calon dari masing-
masing parpol atau organisasi social politik (orsospol). Para pemilih adalah memilih tanda
gambar atau lambing sustu orsospol. Perhitungan suara untuk menentukan jumlah kursi
raihan masing-masing orsospol, ditentukan melalui pejumlahan suara secara nasional atau
penjumlahan pada suatu daerah (provinsi). Masing-masing daerah diberi jatah kursi
berdasarkan jumlah penduduk dan kepadatan penduduk di daerah yang bersangkutan. Banyak
atau sedikitnya kursi yang diraih adalah ditentukan oleh jumlah suara yang diraih masing-
masing parpol atau orsospol peserta pemilihan umum. Calon terpilih untuk menjadi wakil
rakyat ditentukan berdasarkan nomor urut calon yang disusun guna mewakili orsospol pada
masing-masing daerah. Inilah yang disebut perhitungan suara secara proporsional, bukan
menurut distrik pemilihan (yang pada setiap distrik hanya aka nada satu calon yang terpilih).

a.Keuntungan Sistem Proporsional


Dianggap lebih representative karena persentase perolehan suara setiap partai sesuai
dengan persentase perolehan kursinya di parlemen. Tidak ada distorsi antara perolehan suara
dan perolehan kursi.Setiap suara dihitung dan tidak ada yang hilang. Partai kecil dan
golongan minoritas diberi kesempatan untuk menempatkan wakilnya di parlemen.Karena itu
masyarakat yang heterogen dan pluralis lebih tertarik pada system ini

b.Kelemahan Sistem Proporsional


Kurang mendorong partai-partai yang berintegrasi satu sama lain, malah sebaliknya
cenderung mempertajam perbedaan-perbedaan diantara mereka. Bertambahnya jumlah partai
dapat menghambat proses integrasi diantara berbagai golongan di masyarakat yang sifatnya
pluralis. Hal ini mempermudah fragmenrasi dan berdirinya partai baru yang pluralis.Wakil
rakyat kurang erat hubungannya dengan konstituennya, tetapi lebih erat dengan partainya
(termasuk dalam hal akuntabilitas). Peranan partai lebih menonjol daripada kepribadian
seorang wakil rakyat. Akibatnya,system ini member kedudukan kuat kepada pimpinan partai
untuk menentukan wakilnya di parlemen melaluin Stelsel daftar (List System).Banyaknya
partai yang bersaing mempersukar satu partai untuk mencapai mayoritas di parlemen. Dalam
system pemerintahan parlementer, hal ini mempersulit terbentuknya pemerintahan yang stabil
karena harus mendasarkan diri pada koalisi.

3. Pemilihan Umum Di Indonesia


1. Asas-asas Pemilihan Umum
Meskipun Undang-Undang Politik tentang Pemilihan Umum (UU Pemilu) dari
Pemilu ke Pemilu beberapa kali mengalami perubahan, perubahan itu ternyata tidak bersifat
mendasar. Secara umum, asas-asas dari Pemilu ke Pemilu di Indonesia dapat digambarkan
sebagai berikut.
 Langsung, yaitu rakyat sebagai pemilih mempunyai hak untuk memberikan
suaranya secara langsung, sesuai dengan kehendak hati nuraninya, tanpa
perantara.
 Umum, yaitu pada dasarnya semua warga negara yang memenuhi
persyaratan sesuai dengan undang-undang berhak mengikuti Pemilu.
Pemilihan yang bersifat umum menjamin kesempatan yang berlaku
menyeluruh bagi semua warga negara tanpa diskriminasi.
 Bebas, yaitu setiap warga negara yang berhak memilih bebas menentukan
pilihannya tanpa tekanan dan paksaan dari pihak manapun. Di dalam
melaksanakan haknya, setiap warga negara dijamin keamanannya, sehingga dapat
memilih sesuai kehendak hati nurani dan kepentingannya.
 Rahasia, yaitu dalam memberikan suaranya, pemilih dijamin bahwa
pilihannya tidak akan diketahui oleh pihak manapun dan dengan jalan
apapun.
 Jujur, yaitu setiap penyelenggara Pemilu, aparat pemerintah, peserta Pemilu,pengawas
Pemilu, pemantau Pemilu, pemilih, serta semua pihak yang terkait harus bersikap dan
bertindak jujur sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
 Adil, yaitu setiap pemilih dan peserta Pemilu mendapat perlakuan yang
sama, serta bebas dari kecurangan pihak mana pun.

2. Pelaksanaan Penyelenggaraan Pemilihan Umum


a. Pemilu 1995
Pemilihan Umum Indonesia 1955 adalah pemilihan umum pertama di
Indonesia dan diadakan pada tahun 1955. Pemilu ini sering dikatakan sebagai pemilu
Indonesia yang paling demokratis. Pemilu tahun 1955 ini dilaksanakan saat keamanan negara
masih kurang kondusif. Dalam keadaan seperti ini, anggota angkatan bersenjata dan polisi
juga memilih. Mereka yang bertugas di daerah rawan digilir datang ke tempat pemilihan.
Pemilu akhirnya pun berlangsung aman. Pemilu ini bertujuan untuk memilih anggota-anggota
DPR dan Konstituante. Jumlah kursi DPR yang diperebutkan berjumlah 260, sedangkan kursi
Konstituante berjumlah 520 (dua kali lipat kursi DPR) ditambah 14 wakil golongan minoritas
yang diangkat pemerintah. Pemilu ini dipersiapkan di bawah pemerintahan Perdana Menteri
Ali Sastroamidjojo. Namun, Ali Sastroamidjojo mengundurkan diri dan pada saat
pemungutan suara, kepala pemerintahan telah dipegang oleh Perdana Menteri Burhanuddin
Harahap.
b. Pemilu Orde Baru
 Pemilu 1971
Pemilihan umum pertama sejak orde baru atau Pemilu kedua sejak Indonesia
merdeka,yakni pemilu 1971 diikuti oleh 10 organisasi peserta pemilu,yakni 9 partai politik
dan 1 golongan karya.Undan-unadang yang menjadi landasan hukumnya adalah UU No 15
tahun 1969 tentang pemilihan umum.
 Pemilu 1977
Pemilu 1977 diselenggarkan dengan berlandaskan pada UndangUndang No. 4 tahun1975
tentang Pemilihan Umum pengganti UU No.15 tahun 1969, dan UU No. 5 tahun 1975
pengganti UU No. 16 tahun 1969 tentang Susunan dan Kedudukan PR, DPR dan DPRD.
Selain kedua UU tersebut, Pemilu 1977 juga menggunakan UU No. 3 tahun 1975 tentangv
Partai Politik dan Golongan karya. Berdasarkan ketiga UU itulah diselenggarakan Pemilihan
Umum pada tanggal 3 Mei 1977 dengan diikuti oleh 3 Organisasi Peserta Pemilu (OPP),
yakni dua Partai Politik dan satu Golongan Karya.
 Pemilu 1982
Dengan UU No. 2 tahun 1980 pengganti UU No. 4 tahun 1975 tentang Pemilihan Umum,
Indonesia kembali menyelenggarakan Pemilihan Umumnya yang keempat pada tanggal 4
Mei 1982.
 Pemilu 1987
Dengan UU No. 1 tahun 1985 penggantinUU No. 2 tahun 1980, Indonesia
menyelenggarakan Pemilihan Umum yang kelima tahun 1987. Pemungutan suara Pemilu
1987 secara serentak dilaksanakan pada tanggal 23 April 1987.
 Pemilu 1992
Mengingat UU No. 1 yahun 1985 ini dianggap masih sesuai dengan perkebangan politik
Orde Baru, tahun 1992 diselenggarakan Pemilu keenam di Indonesia berdasarkan paying
hokum yang sama dengan paying hokum Pemilu sebelumnya. Pemungutan suara
diselenggarakan secara serentak pada tanggal 9 Juni 1992 Pemilu 1997. Dengan payung
hukum (undang-undang Pemilu) yang sama dengan Pemilu sebelumnya, Indonesia kembali
menyelenggarakan Pemilu yang ketujuh.
c. Pemilu Era Reformasi
Pasca jatuhnya pemerintahan orde baru pemerintah menyelenggarakan
 Pemilu 1999
Pemilihan Umum 1999 ditujukan untuk memilih anggota DPR dan DPRD. Pemungutan
suaranya dilaksanakan pada taggal 7 Juni 1999. Pemilu ini diikuti oleh 48 Partai dengan
berlandaskan UU No. 2 tahun 1999 tentang Partai Politik dan Ubdang-Undang No. 3 tahun
1999 tentang Pemilihan Umum. Pemilu 1999 ini disebut oleh banyak kalangan sebagai
Pemilu paling Demokratis setelah Pemilu 1955. Cara pembagian kursi hasil Pemilu kali ini
tetap menggunakan system proporsional dengan mengikuti Varian Roget. Dalam system ini,
sebuah partai memperoleh kursi seimbang dengan suara yang diperolehnya di daerah
pemilihan, termasuk perolehan kursi berdasarkan the largest remainder.
 Pemilu 2004
Pemilu ini berbeda dengan pemilu sebelumnya, termasuk Pemilu 1999. al ini dikarenakan
selain demokratis dan bertujuan memilih anggota DPR dan DPRD, Pemilu 2004 juga
memilih Dewan Perwakilan daerah (DPD) dan memilih Presiden dan Wakil Presiden tidak
dilakukan secara terpisah. Pada Pemilu ini, yang terpilih adalah pasangan calon (pasangan
calon Presiden dan Wakil Presiden). Bukan calon Presiden dan calon Wakil Presiden secara
terpisah. Pemilu ini dibagi menjadi maksimal tiga tahapan:
Tahap pertama atau Pemilu Legislatif, Pemilu 2004 diikuti oleh 24 Partai politik dan
dilaksanakan pada tanggal 5 April 2004. Pemilu ini bertujuan untuk memilih Partai Politik
(sebagai persyaratan Pemilu Presiden) dan anggotanya untuk dicalonkan menjadi anggota
DPR, DPRD dan DPD.Tahap kedua atau Pemilu Presiden dan Wakil Presiden putaran
pertama adalah untuk memilih pasangan calon Presiden dan Wakil Presiden secara langsung.
Tahap kedua ini dilaksanakan pada tanggal 5 Juli 2004.Tahap ketiga atau Pemilu Presidan
dan Wakil Presiden tahap puturan kedua adalah babak terakir yang dilaksanakan hanya
apabila pada tahap kedua, belum ada pasangan calon yang mendapatkan suara lebih dari 50%
(bila keadaannya demikian, dua pasangan calon yang mendapatkan suara terbanyak akan
diikutsertakan pada Pemilu Presiden putaran kedua.
Akan tetapi apabila pada Pemilu Presiden putaran pertama sudah ada pasangan calon
yang mendapatkan suara lebih dari 50 persen, pasangan calon tersebut akan langsung
diangkat menjadi Presiden dan Wakil Presiden. Tahap ketiga ini dilaksanakan pada taggal 20
September 2004.
3.Pemilu 2009
Sama halnya dengan Pemilihan Umum 2004, Pemilihan Umum 2009 juga dibagi
menjadi tiga tahapan.Tahap pertama merupakan Pemilihan Umum yang ditujuan untuk
memilih anggota DPR, DPD dan DPRD, atau biasa disebut Pemilu Legislatif 2009. Pemilu
ini diikuti oleh 38 partai yang memenuhi criteria untuk ikut serta dalam Pemilihan Umum
2009. Pemilu ini diselenggarakan secara serentak di hamper seluruh wilayah Indonesia pada
Tanggal 9 April 2009, yang seharusnya dijadwalkan berlangsung tanggal 5 April 2009.Tahap
kedua atau Pemilu Presiden dan Wakil Presiden putaran pertama adalah untuk memilih
pasangan calon Presiden dan Wakil Presiden secara langsung. Tahap kedua ini dilaksanakan
pada tanggal 8 Juli 2009.Tahap ketiga atau Pemilu Presidan dan Wakil Presiden tahap
puturan kedua adalah babak terakir yang dilaksanakan hanya apabila pada tahap kedua,
belum ada pasangan calon yang mendapatkan suara lebih dari 50% (bila keadaannya
demikian, dua pasangan calon yang mendapatkan suara terbanyak akan diikutsertakan pada
Pemilu Presiden putaran kedua.

3.Tujuan Pemilihan Umum


Tujuan diselenggarkannya Pemilihan Umum adalah untuk memilih wakil rakyat dan
wakil daerah untuk membentuk pemerintahan yang demokratis, kuat dan memperoleh
dukungan dari rakyat dalam rangka mewujudkan tujuan nasional.
PENUTUP

Pemilihan umum telah dianggap menjadi ukuran demokrasi karena rakyat dapat
berpartisipasi menentukan sikapnya terhadap pemerintahan dan negaranya. Pemilihan umum
adalah suatu hal yang penting dalam kehidupan kenegaraan.Dalam ilmu politik sendiri
dikenal berbagai variasinya, akan tetapi pada umumnya berkisar pada dua prinsip pokok,
yaitu:Single-member Constituency (satu daerah pemilihan memilih satu wakil, biasanya
disebut Sistem Distrik).Multy-member Constituency (satu daerah pemilihan memilih
beberapa wakil; biasanya dinamakan sistem perwakilan berimbang atau Sistem Proporsional).
Dan Indonesia sendiri menganut sistem pemilihan umum multy member constituency.
Dalam kurun waktu 67 tahun setelah kemerdekaan Indonesia. Indonesia telah melaksanakan
Pemilihan Umum sebanyak sepuluh kali, dimulai dengan Pemilihan Umum tahun 1955
hingga yang paling baru adalah Pemilihan Umum yang dilaksanakan Tahun 2009.
DAFTAR PUSTAKA

Farisa, F. c. (n.d.). Sistem Pemilu Indonesia dinila Belum Jujur dan Adil. Retrieved Oktober
10,2022,fromkompas:https://amp-kompas
com.cdn.ampproject.org/v/s/amp.kompas.com/nasional/read/2019/08/05/13334951/sis
tem-pemilu-di-indonesia-dinilai-belum-jujur-dan-adil-ini-
alasannya?amp_gsa=1&amp_js_v=a9&usqp=mq331AQKKAFQArABIIACAw%3D
%3D#amp_tf=Dari%20%251%24s&aoh=1665375

Fibrianti ika dkk. (2011). undang undang republik indonesia. Bandung : Medium.

Fibrianti, I. d. (2019). Undang-undang Republik Indonesia Nomor 15 Tahun 2011 Tentang


Penyelenggaraan Pemilu. Bandung: Medium.

Kencana Syafiie, I. d. (2002). Sistem Politik Indonesia. Bandung: PT Refika Aditama.

S, L. A. (2016). Kedudukan Ketetapan MPR dalam Hierarki Peraturan Perundang undangan


di Indonesia. Lex Jurnalica, volume 13.

S, L. A. (2017). Partisipasi Masyarakat dalam Pembentukan Perundang-undangan Untuk


Mewujudkan Negara Kesejahteraan Indonesia. Jurnal Politik Pemerintahan Dharma
Praja, 1. Retrieved from https://doi.org/10.33701/jppdp.v10i1.379.

Anda mungkin juga menyukai