Anda di halaman 1dari 11

DASAR-DASAR ILMU POLITIK

Perbandingan Sistem Pemilu di Indonesia dengan system pemilu di


Malaysia

Dosen Pengampu :

Anwar Ilmar, S.Sos.M.IP

Disusun oleh :

Muhammd Farid. F (2210413130)

PROGRAM STUDI S-1 ILMU POLITIK FAKULTAS ILMU SOSIAL


DAN POLITIK UPN VETERAN JAKARTA

2022
PERBANDINGAN SISTEM PEMILU DI INDONESIA DENGAN SISTEM

PEMILU DI MALAYSIA

1. LATAR BELAKANG MASALAH

Pemilu adalah pemilihan umum yang dilaksanakan secara langsung, umum,


bebas, rahasia, jujur, dan adil dalam Negara kesatuan republik Indonesia berdasarkan
pancasila dan undang undang dasar Negara republik Indonesia 1945. Pemilu adalah
cara untuk memilih wakil rakyat di badan Esekutif dan Legislatif di tingkat pusat
maupun daerah. Pemilihan umum di Indonesia dilakukan sejak 1955 hingga saat ini
terakhir di pemilu 2019 mengalami banyak sekali perubahan dari segi aspek kerangka
hukum, penyelenggara, tahapan, peserta, kelembagaan, pelanggaran, maupun
manajemen pelaksanaannya. Sukses nya peyelenggaraan pemilihan umum adalah
partisipasi masyarakat yang diwujudkan dengan pemberian hak suara oleh
masyarakat yang telah mempunyai hak pilih. Boleh dikatakan bahwa semakin tinggi
partisipasi masyarakat dalam pemilihan umum itu lebih baik. Sebaliknya, tingkat
partisipasi yang rendah pada umumnya dianggap sebagai tanda yang kurang baik,
karena dapat ditafsirkan banyak warga tidak menaruh perhatian terhadap Negara.

Bagi Negara yang demokratis, tantangannya adalah bagaimana praktik dan


lembaga demokratis yang baru itu dapat diperkuat, atau sebagaimana di kemukakan
oleh beberapa pakar politik dikonsolidasikan sehingga dapat bertahan terhadap ujian
waktu, konflik politik, dan krisis.

Pemilihan umum tidak lahir tanpa tujuan tetapi untuk memilih wakil rakyat yang
mempunyai tujuan untuk mewujudkan pemerintah dari, oleh, dan untuk rakyat.
Pemilihan umum diselenggarakan secara berkala disebabkan oleh beberapa sebab.
Pertama, pendapat atau aspirasi rakyat mengenai berbagai aspek kehidupan bersama
dalam masyarakat bersifat dinamis, dan perkembangan dari waktu ke waktu. Kedua,
disamping pendapat rakyat yang berubah dari waktu ke waktu kondisi kehidupan
bersama dalam masyarakat dapat pula berubah karena dinamika dunia internasional
atau faktor dalam negeri sendiri, baik karena faktor internal manusia maupun faktor
eksternal. Ketiga, perubahan-perubahan aspirasi dan pendapat rakyat dapat juga
dimungkinkan terjadi karena pertambahan jumlah penduduk dan rakyat yang dewasa,
terutama para pemilih baru belum tentu mempunyai sikap yang sama dengan para
orang tua mereka sendiri.

Keempat, pemilihan umum harus dilakukan secara berkala untuk maksud


menjamin kualitas kepimpinan negara, baik dari cabang kekuasaan eksekutif maupun
legislatif.

Pemilihan umum di Malaysia mempunyai dua tingkatan yaitu tingkat pertama


adalah federal dan tingkat kedua adalah negara bagian. Pemilihan tingkat federal
adalah memilih anggota legislatif untuk dijadikan majelis legislatif rendah atau
Dewan Rakyat yang nantinya akan duduk menjadi bagian dari Parlemen Malaysia,
sedangkan pemilihan tingkat Negara bagian adalah memilih anggota legislatif untuk
menempati kursi di majelis legislatif negara bagian atau  Dewan Undangan Negeri.
Ketua eksekutif di federal adalah perdana menteri sedangkan untuk negara bagian
adalah menteri besar digunakan untuk negara bagian dengan sistem monarki dan
ketua menteri digunakan untuk negara bagian non-monarki. Masing-masing ketua
eksekutif dipilih secara langsung oleh partai yang memenangkan pemilihan umum
ditingkat federal maupun ditingkat negeri/negara bagian.

Di tingkat federal atau nasional para masyarakat akan memilih 222 anggota dewan
rakyat yang nantinya akan duduk di parlemen Malaysia. Konstitusi Malaysia
menganut sistem politik sistem multipartai dengan sistem pemungutan suara first-
past-the-post-system dimana partai politik yang memperoleh  kursi mayoritas di
Dewan Rakyat atau Majlis legislatif negara bagian diberikan hak
membentuk pemerintahan eksekutif.

Di tingkat negara bagian para masyarakat akan memilih anggota legislatif Dewan
Undangan Negeri yang nantinya akan menempati kursi di majelis legislatif negara
bagian. Jumlah anggota legislatif yang menempati kursi di majelis legislatif dimasing-
masing Dewan Negeri bervariasi. Sarawak merupakan negara bagian yang memiliki
anggota legislatif sebanyak 82 kursi sedangkan Perlis merupakan negara bagian yang
medapatkan bagian kursi sedikit yaitu 15. Sama seperti halnya pemilu tingkat federal,
jika partai yang menang pada pemilu tingkat negeri maka partai itu berhak
membentuk pemerintahan eksekutif.

Di Malaysia terdapat pemilihan umum sela yaitu pemilihan umum sela ini terjadi


ketika anggota parlemen mengalami musibah karena anggota parlemen meninggal
dunia atau didiskualifikasi dari anggota dewan ataupun tidak hadir di parlemen selama
enam bulan berturut-turut tanpa keterangan. Tetapi jika kursi parlemen itu kosong
kurang dari dua tahun maka kursi tersebut tidak akan diisi oleh anggota parlemen lain
lalu dibiarkan kosong hingga pemilihan umum berikutnya

2. RUMUSAN MASALAH

Agar memudahkan penelitian ini permasalahan harus dirumuskan dengan jelas.


Maka perumusan masalah penelitian ini diajukan dalam sebuah pertanyaan yaitu :
“Bagaimanakah sistem pemilihan umum Indonesia dengan pemilihan umum
Malaysia”

3. KERANGKA TEORI
a) Pengetian pemilu

Pemilihan umum adalah pengambilan keputusan seacara formal di mana anggota


masyarakat yang sudah memenuhi persyaratan untuk memilih seseorang wakil rakyat
yang akan memegang jabatan dan bertanggung jawab atas jabatan tersebut dengan
mewakili suara rakyat. Namun beberapa pakar memiliki deifinisi pengertian pemilihan
umum sebagai berikut :

 Menurut Ali moertopo ia mengatakan “pada hakekatnya pemilu adalah


sarana yang tersedia bagi rakyat untuk menjalankan kedaulatannya
sesuai dengan azas yang bermaktub dalam pembukaan UUD 1945.
Pemilu pada dasarnya adalah lembaga demokrasi yang memilih anggota
wakil rakyat dalam MPR, DPR, DPRD yang bertugas untuk
menjalankan
pemerintahan, membuat kebijakan, dan menjaga kesejahteraan rakyat”
 Dalam studi politik pemilihan umum dapat dikatakan sebuah aktivitas
politik dimana pemilihan umum merupakan sebuah lembaga sekaligus
praktis politik yang membentuk pemerintahan perwakilan.
(Haris,1998:7).

 Pemilu adalah implementasi dari pemerintah oleh rakyat dengan


memilih wakil rakyat melalui mekanisme yang dinamakan dengan
pemilihan umum. Pemilihan umum cara yang di gunakan untuk memilih
wakil rakyat (Mashudi,1993:2)

b) Batas pemilihan umum

Setiap warga Indonesia mempunyai hak untuk megikuti pemilu. Namun dalam
undang-undang pemilu terdapat batasan umur untuk bisa mengikuti pemilihan umum.
Batas umur untuk bisa mengikuti pemilihan umum yaitu sudah berumur 17 tahun atau
sudah kawin, berdasarkan perkembangan kehidupan politik di Indonesia bahwa warga
Negara republik Indonesia yang telah mencapai 17 tahun sudah mempunyai tanggung
jawab politik terhadap Negara dan masyarakat. Maka ketika sudah mencapai 17 tahun
diberikan hak untuk memilih wakil rakyat dalam pemilihan umum.

c) Asas-asas dalam pemilu

Dalam pemilu memiliki asas-asas untuk sebagai acuan pelaksanaan pemilu.


Asas ini digunakan sebagai tujuan pemilu. Berikut asas-asas yang digunakan
dalam pemilu :
 Langsung

Masyarakat memiliki hak untuk memilih secara langsung tanpa adanya


perantara

 Bebas

Seluruh warga Negara yang telah memenuhi persyaratan sebagai


pemilih pada pemilihan umum bebas untuk memilih siapa saja yang
akan di coblos

 Rahasia

Dalam menentukan pilihan warga Negara yang memilih di jamin


kerahasiaan pilihannya yang di coblos. Pemilih memberikan suaranya
pada surat suara tanpa diketahui oleh siapapun

 Jujur

Semua yang terkait dalam pemilu harus bertindak jujur sesuai peraturan
yang berlaku

 Adil

Setiap peserta pemilihan umum mendapatkan perlakuan yang sama serta


bebas dari kecurangan pihak manapun

4. FUNGSI PEMILIHAN UMUM

Pemilihan umum pasti mempunyai fungsinya sebagai sarana aktivitas politik.


Berikut fungsi-fungsi dari pemilihan umum itu sendiri :

a) Sarana legitimasi politik


Fungsi legitimasi adalah menjadi kebutuhan pemerintah dan sistem politik
melalui pemilihan umum keabsahan pemerintahan yang berkuasa dapat
ditegakkan. Begitu sama seperti program dan kebijakan yang dihasilkannya.

b) Fungsi perwakilan politik

Fungsi ini menjadi kebutuhan rakyat untuk mengevaluasi kinerja


pemerintah dalam menjalankan program serta kebijakan yang diterapkan.
Pemilihan umum dalam kaitan ini merupakan mekanisme demokratis bagi
rakyat untuk menentukan wakil rakyat yang dapat dipercaya untuk
menempati kursi pemerintahan.

c) Pemilihan umum sebagai mekanisme pergantian elit penguasa

Keterkaitan pemilihan umum dengan elit penguasa didasarkan pada asumsi


bahwa elit penguasa yang bertugas mewakili rakyat. Secara teoritis
hubungan pemilihan umum dengan elit penguasa dapat dilihat dengan
mobilitas kaum elit dan non elit yang menggunakan jalur institusi politik
untuk menjadi anggota elit tingkat nasional yaitu sebagai anggota parlemen.
Maka dari itu melalui pemilihan umum diharapkan bisa berlangsung
pergatian elit penguasa secara kompetitif dan demokratis.

d) Sebagai sarana pendidikan politik bagi rakyat

Pemilihan umum menjadi salah satu bentuk pendidikan politik bagi warga
Negara yang bersifat langsung, bebas, dan adil. Dan bisa mencerdaskan
pemahaman politik kepada masyarakat tentang demokrasi.
5. PEMBAHASAN
(a) Perbandingan sistem pemilu di Indonesia dengan di Malaysia

Indonesia dan Malaysia sudah menjadi Negara yang menganut sistem


demokrasi. Namun Malaysia menggunakan sistem pemerintahannya dengan
demokrasi berparlimen di bawah pentadbiran raja berperlembagaan dan seri
paduka baginda yang Di-pertuan agong sebagai ketua Negara. Sedangkan
Indonesia sendiri sistem pemerintahannya adalah presidensial dengan republik
sebagai bentuk pemerintahannya.

Di Malaysia pesta demokrasi nya dinamakan pilihan raya yang dilaksanakan


untuk pertama kali nya pada tahun 1959 dengan memperebutkan 104 kursi
parlemen. Sedangkan Indonesia pemilihan umum pertama kalinya yatiu pada
tahun 1955 yang memperebutkan 257 kursi parlemen yang mana partai nasional
Indonesia dan masyumi sama-sama mendapatkan kursi yang sama sebanyak 57
kursi.

Indonesia sudah melaksanakan pemilu sebanyak 12 kali dan selanjutnya akan


dilaksanakan 14 februari 2024 nanti dengan memperebutkan kursi kurang lebih
sebanyak 560 kursi dengan diikuti oleh 16 partai + 6 partai local aceh. Sedangkan
Malaysia juli 2022 sudah memasuki pemiliha raya yang ke-15 dengan
memperebutkan kursi sebanyak 222, dalam artian apabila diantara ketiga koalisi
partai (Barisan nasional, Pakatan harapan, dan Pas) mendapatkan kursi 112 secara
mutlak dapat memerintah malaysia selama 5 tahun kedepan.

Jika di Indonesia tanggal penentuan pemilu sudah diketahui setiap 5 tahun


sekali, namun tidak sama dengan di Malaysia. Karena yang berhak menentukan
tanggal pemilihan umum adalah pemerintah yang berkuasa. Merekalah yang
berhak mengajukan kepada yang Di-pertuan agong untuk pembubaran parlemen.
Pemerintah berkuasa bebas menentukan kapan tanggal pemilu setelah 60 hari
pembubaran parlemen dilakukan

Di Malaysia lembaga yang bertugas untuk menyelenggarakan pemilihan umum


di Malaysia adalah Suruhanjaya Silihan Raya (SPR). Tan Sri Mohd Hashim
Abdullah sebagai ketua SPR Malaysia dari 2016 hingga sekarang. Sedangkan
lembaga yang menyelenggarakan pemilihan umum di Indonesia adalah komisi
pemiliahan umum (KPU) dan Arief budiman sebagai ketua pada tahun 2017-2022

Tempat pemungutan suara di Indonesia dengan menyoblos salah satu calon


yang telah ada di kertas suara lalu di masukan ke dalam kotak suara. Sedangkan di
Malaysia lebih dikenali sebagai tempat membuang undi. Mereka akan memangkah
kertas suara sesuai dengan partai yang dipilihnya. Dan tempat pemilihan ini biasanya
diadakan di sekolahan atau di tempat kantor kepala desa

Jika TNI dan POLRI tidak memiliki hak suara berbeda dengan di Malaysia.
Mereka diperbolehkan atau diberi kebebasan mengundi pada waktu 2 hari sebelum
tanggal pengundian sehingga mereka bisa bertugas saat pemilihan raya dan mereka
mengundi lewat pos

Jadwal kampanye menjadi hal unik, jika di Indonesia ada masa tenang dimana
tidak diperkenankan adanya kerumunan massa seminggu saat menjelang hari
pemilihan umum. Berbeda dengan di Malaysia karena sampai hari pemilu petugas
partai dan tim sukses masih diperbolehkan kampanye secara aktif. Apalagi di jalan
protokol menuju tempat membuang undi mereka saling berkampanye dan merayu
undi di tepi jalan kepada orang-orang yang datang untuk menjalankan tanggung
jawabnya.

6. PENUTUP
(a) Kesimpulan

Indonesia dan Malaysia menerapkan sistem pemilu yang berbeda untuk


mencapai suatu kekuasaan agar dapat menjaga keutuhan dan kesejahteraan
rakyatnya. Sistem multipartai yaitu sistem pemungutan suara dengan first-past-
the-post-system, jika partai politik yang memperoleh  kursi mayoritas di Dewan
Rakyat atau Majlis legislatif negara bagian diberikan hak
membentuk pemerintahan eksekutif dan popular vote di Indonesia sama-sama
memiliki kekuatan dan kelemahan. Dengan begitu sistem pemilu Malaysia dan
Indonesia dapat membangun Negara yang demokratis serta dapat mengajak
seluruh masyarakat agar berpartisipasi dalam pemilihan umum yang di adakan
5 tahun sekali di Indonesia. Dan partisipasi masyarakat Malaysia juga ikut
berpartisipasi dalam pemilihan raya yang di adakan tidak menentu melainkan
tergantung Di-pertuan agong untuk melakukan penetapan tanggal pemilu.

Anda mungkin juga menyukai