Anda di halaman 1dari 4

1

1. Jelaskan menurut saudara penyelenggaraan pemilu di Inonesia yang ideal?


Pelaksanaan pemilu dikatakan berjalan secara demokratis apabila setiap
warga negara Indonesia yang mempunyai hak pilih dapat menyalurkan
pilihannya secara langsung, umum, bebas, rahasia, jujur, dan adil. Setiap
pemilih hanya menggunakan hak pilihnya satu kali dan mempunyai nilai yang
sama, yaitu satu suara.Pemilihan umum di Indonesia menganut asas Langsung,
Umum, Bebas dan Rahasia. Dasar hukum Undang-Undang ini adalah : Pasal 1
ayat (2), Pasal 5 ayat (1), Pasal 6, Pasal 6A, Pasal 18 ayat (3), Pasal 19 ayat (1),
Pasal 20, Pasal 22C ayat (1), dan Pasal 22E Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945.
Pelaksanaan penyelenggaraan pemilu di Indonesia yang ideal yaitu
lembaga penyelenggara pemilu yaitu Komisi Pemilihan Umum sebagai
penyelenggara pemilu melaksanakan tugasnya sesuai aturan undang-undang
yang berlaku, pemilu menganut asas luber, KPU yang independen, partisipasi
masyarakat banyak dan perannya lembaga pengawas pemilu yang independen
tidak ada tekanan atau pesanan dari partai tertentu atau penguasa serta adanya
pemenuhan hak seorang warga negara dalam proses pemilu yaitu hak untuk
memilih dan dipilih. Hak memilih dan dipilih dalam pemilu adalah hak asasi
manusia dalam bidang politik warga negara yang diakui sebagai bagian
dari Hak Asasi Manusia (HAM)
2. Apa yang menjadi latar belakang rendahnya partisipasi masyarakat dalam
pemilu :
Partisipasi masyarakat dalam pemilu, khususnya memilih siapa yang
akan menjadi pemimpin dan siapa yang akan menjadi wakil-wakil rakyat di
parlemen, merupakan indikator keberhasilan demokrasi. Partisipasi masyarakat
dalam Pemilu adalah salah satu aspek penting suatu demokrasi. Sehingga
dengan partisipasi politik tersebut, masyarakat berharap kebijakan yang dibuat
oleh pemerintah tersebut dapat memberikan perubahan yang lebih baik di
masyarakat. Hingga dapat mewujudkan cita-cita negara tersebut :
a. Pertama, katanya terbatasnya pilihan pasangan calon dari yang diajukan
partai politik. Mayoritas daerah Pilkada yang hanya diikuti oleh 2 sampai
2

3 pasangan calon tidak secara maksimal mengakomodasi aspirasi


masyarakat pemilih.Arah partai politik dalam mendukung pasangan
calon yang populer dan bermodal besar pada akhirnya berujung pada
jumlah pasangan calon yang terbatas sehingga mengurangi jumlah
perbincangan antara kandidat dan masyarakat.
b. Faktor kedua, katanya perbedaan antara janji kampanye dengan realitas
politik nasional. Mayoritas materi kampanye pasangan calon adalah
pemberantasan korupsi, pengelolaan pemerintahan yangtransparan dan
pengalokasian anggaran yang memihak rakyat.Akan tetapi janji
kampanye ini tidak sebangun dengan apa yang terjadi di tingkat nasional.
Praktik-praktik korupsi yang terjadi terus-menerus sepanjang tahun
memberikan keraguan tertentu kepada masyarakat akan terjadinya
pemerintahan yang benar-benar bersih.
c. Faktor ketiga, turunnya aktivitas sosialisasi dan pendidikan pemilih oleh
penyelenggara Pilkada. Persepsi masyarakat terkait bahan kampanye
yang disediakan oleh KPU masih dipahami secara politis dilakukan oleh
pasangan calon, sementara jumlah kegiatan sosialisasi tatap muka oleh
penyelenggara pilkada berkurang
Perlu dilakukan berbagai upaya untuk mewujudkan partisipasi
masyarakat yaitu:
1) bagaimana Parpol memilih dan menyeleksi kandidat publik,
2) bagaimana Parpol melakukan seleksi pada kepemimpinan kekuasaan,
3) bagaimana Parpol merumuskan suatu kebijakan.dimana Dewan Petinggi
Parpo berkedudukan sebagai manager. Ia hanya mengatur soal internal
paprol, tetapi tidak ikut campur dalam kekuasaan publik. Sehingga, harus
ada pemisahan antara siapa yang fokus ke pejabat publik dan siapa yang
fokus untuk mengurus interna Parpol.
4) Ketua Umum Perpol tetap memiliki kekuasaan penuh, namun harus ada
prosedur suksesinya yang diatur dalam UU, meliputi:
a) Pencalonan, minimal harus ada dua calon dalam proses pemilu,
tidak dibolehkan ada calon tunggal.
3

b) Pemilih, harus dilakukan oleh yang berhak, yaitu anggota Parpol.


c) Mekanisme Pemilihan, Pemilihan harus tegas dilakukan dengan
pemilihan langsung, tidak boleh aklamasi, dan
d) Ada Pembatasan Masa Jabatan Pimpinan Parpol, harus diatur
terkait pembatasan masa jabatan Pimpinan Parpol.
3. Peran dan fungsi lembaga pengawasan pemilu yang ideal
Kewenangan utama dari Pengawas Pemilu menurut Undang-Undang
Nomor 22 Tahun 2007 adalah untuk mengawasi pelaksanaan tahapan pemilu,
menerima pengaduan, serta menangani kasus-kasus pelanggaran administrasi,
pelanggaran pidana pemilu, serta kode etik. Memeriksa dan mengkaji dugaan
pelanggaran Pemilu di wilayah kabupaten/kota; Memeriksa, mengkaji, dan
memutus pelanggaran administrasi Pemilu; dan. Merekomendasikan tindak
lanjut pengawasan atas pelanggaran Pemilu di wilayah kabupaten/kota kepada
Bawaslu melalui Bawaslu Provinsi.
Segala hal yang terkait dengan aktivitas pemilu harus berlandaskan
prinsip transparansi, baik KPU, peserta pemilu maupun Pengawas Pemilu.
Transparansi ini terkait dengan dua hal, yakni kinerja dan penggunaan
sumberdaya. KPU harus dapat meyakinkan public dan peserta pemilu bahwa
mereka adalah lembaga independen yang kan menjadi pelaksana pemilu yang
adil dan tidak berpihak (imparsial). Pengawas dan pemantau pemilu juga harus
mampu menempatkan diti pada posisi yang netral dan tidak memihak pada
salah satu peserta pemilu. Sementara peserta pemilu harus dapat menjelaskan
kepada public darimana, berapa dan siapa yang menjadi donator untuk
membiayai aktifitas kampanye pemilu mereka. Bagaimana system rekrutmen
kandidat dan proses regenarasi politik yang ditempuh sehingga semua pihak
memiliki peluang yang sama untuk dipilih sebagai kandidat wakil rakyat.
4. Bagaimana membentuk lembaga pengawasan pemilu di Indonesia yang kuat,
adil objektif dalam penindakan pelanggaran pemilu di Indonesia ?
Untuk mendampingi lembaga pemilihan umum yang saat itu sebagian
terdiri dari wakil-wakil peserta pemilu, maka pemerintah merasa perlu
berdirinya suatu lembaga untuk hal ini. Badan ini bernama panitia pengawas
4

pelaksanaan Pemilihan Umum yang bertugas mengawasi pelaksanaan pemilu.


Pengawas Pemilu dilakukan melalui undang-undang Nomor 12 tahun 2003,
menurut UU ini dalam pelaksanaan pengawasan pemilu dibentuk sebuah
lembaga ad hoc terlepas dari struktur KPU yang terdiri dari panitia pengawas
pemilu, panitia pengawas Pemilu provinsi, panitia pengawas Pemilu
Kabupaten/ kota dan panitia pengawas Pemilu Kecamatan, selanjutnya
kelembagaan pengawas pemilu dikuatkan an melalui undang-undang nomor 22
tahun 2007 tentang penyelenggaraan pemilu dengan dibentuknya sebuah
lembaga tetap yang dinamakan badan pengawas pemilu (Bawaslu). Pemilu
yang demokratis mengharuskan adanya lembaga pengawas yang independent
dan otonom. Lembaga ini dibentuk untuk memperkuat pilar demokrasi,
meminimalkan terjadinya kecurangan dalam Pemilu, sekaligus menegaskan
komitmen Pemilu.
Ciri-ciri utama dari pengawas Pemilu/Pilkada yang independent yaitu
dibentuk berdasarkan perintah konstitusi atau undang-undang, tidak mudah di
intervensi oleh kepentingan politik tertentu, bertanggungjawab kepada
parlemen, menjalankan tugas sesuai dengan tahapan Pemilu/Pilkada, memiliki
integritas dan moralitas yang baik dan memahami tata cara penyelenggaraan
Pemilu/Pilkada. Dengan begitu panitia pengawas tidak
hanyabertanggungjawab terhadap pembentukan pemerintahan yang
demokratis, tetapi juga ikut andil dalam membuat rakyat memilih kandidat
yang mereka anggap mampu.
Lembaga pengawasan pemilu di Indonesia yang kuat, adil objektif harus
tegas dalam melakukan penindakan terhadap pelaku pelanggaran pemilu di
Indonesia baik yang dilakukan personal maupun pelanggaran yang dilakukan
oleh lembaga (partai politik), sehingga pelaksanaan atau penyelenggaraan
pemilu bisa berjalan sesuai dengan aturan yang berlaku, partisipasi masyarakat
yang banyak sehingga menghasilkan pemimpin yang berkualitas.

Anda mungkin juga menyukai