4. Penutup
Dari apa yang telah dipaparkan di atas dapat disimpulkan bahwa:
1. Penyelenggara pemilu oleh Panwaslu tidak bisa berperan secara efektif dalam hal
melakukan pengawasan di setiap tahapan Pemilukada Provinsi Gorontalo di Kabupaten
Pohuwato. Terdapat hambatan-hambatan yang dihadapi oleh Panwaslu Kabupaten maupun
Panwaslu Kecamatan dalam menjalankan perannya, yaitu faktor Sumber Daya Manusia,
faktor rekrutmen/ pembentukan Panwaslu dan faktor anggaran.
2. Panwaslu Kabupaten Pohuwato dalam hal meminimalisir hambatan-hambatan yang
dimiliki oleh anggota Panwaslu Kecamatan sampai tingkat Panitia Pengawas Lapangan (PPL)
di desa, kemudian melakukan bimbingan teknis tentang bagaimana pelaksanaan fungsi
pengawasan dalam seluruh tahapan Pemilukada Provinisi Gorontalo di Kabupaten Pohuwato
dan mekanisme penerimaan laporan pelanggaran Pemilukada. Panwaslu kabupaten juga
membentuk PPL Pembantu juga memberikan pengawasan di tiap-tiap desa yang memiliki
jumlah TPS lebih dari satu.
DAFTAR PUSTAKA
Budiardjo, Miriam. 2008. Dasar-Dasar Ilmu Politik. Jakarta. Penerbit PT Gramedia Pustaka
Utama.
Putra, Fadillah. 2003. Partai Politik dan Kebijakan Publik. Yogyakarta. Pustaka Pelajar.
Rachim, M. Djufri. 2008. Face Of Local Democracy. Kendari: KOMUNIKA
Sahdan, Gregorius dan Muhtar Haboddin. 2009. Evaluasi Kritis Penyelenggaraan Pilkada di
Indonesia. Yogyakarta.
Santoso, Topo.2006. Tindak Pidana Pemilu. Jakarta: Sinar Grafika.
………………….. 2007. Hukum dan Proses Demokrasi. Jakarta. Kemitraan.
Peraturan Perundang-Undangan :
Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah.
Undang-undang Nomor 12 tahun 2008 tentang Pemerintahan Daerah.
Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2007 tentang Penyelenggara Pemilu.