Anda di halaman 1dari 6

Nama : Anand Ariefianto

NPM : 110110200035
Mata Kuliah : Hukum Pengawasan - A
Dosen Pengampu : Dr. Hj. Dewi Kania Sugiharti, S.H., M.H.
Dicky Risman, S.H., M.H.
Rully Herdita, S.H., M.H.

PENGAWASAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM (BAWASLU)


TERHADAP PELANGGARAN PIDANA PEMILIHAN UMUM

Sejarah Eksistensi Lembaga Pengawasan Pemilihan Umum

Dalam sejarah pelaksanaan pemilihan umum di Indonesia, istilah pengawasan pemilihan


umum baru muncul pada dekade 1980-an. Pada pelaksanaan pemilihan umum pertama di
Indonesia tahun 1955, tidak terdapat adanya lembaga pengawas pelaksanaan pemilu. Hal ini
disebabkan oleh terbentuknya suatu “trust” atau kepercayaan di antara peserta-peserta pemilu
dan juga warga negara dalam penyelenggaraan pemilu. Adanya rasa saling percaya itu juga
berdampak positif dengan minimalnya tingkat kecurangan pemilu, di samping
pertentangan-pertentangan ideologi yang terjadi saat itu.

Pada pelaksanaan pemilihan umum 1982, kelembagaan pengawas pemilihan umum baru
muncul dengan nama Panitia Pengawas Pelaksanaan Pemilu (Panwaslak Pemilu). Pada saat
itu sudah mulai muncul distrust terhadap pelaksanaan Pemilu yang mulai dikooptasi oleh
kekuatan rezim penguasa. Pembentukan Panwaslak Pemilu pada Pemilu 1982 dilatari oleh
protes-protes atas banyaknya pelanggaran dan manipulasi penghitungan suara yang dilakukan
oleh para petugas pemilu pada Pemilu 1971. Karena pelanggaran dan kecurangan pemilu
yang terjadi pada Pemilu 1977 jauh lebih masif. Protes-protes ini lantas direspon pemerintah
dan DPR yang didominasi Golkar dan ABRI. Akhirnya muncullah gagasan memperbaiki
undang-undang yang bertujuan meningkatkan 'kualitas' Pemilu 1982. Demi memenuhi
tuntutan PPP dan PDI, pemerintah setuju untuk menempatkan wakil peserta pemilu ke dalam
kepanitiaan pemilu. Selain itu, pemerintah juga mengintroduksi adanya badan baru yang akan
terlibat dalam urusan pemilu untuk mendampingi Lembaga Pemilihan Umum (LPU).1

Pada era reformasi, tuntutan pembentukan penyelenggara Pemilu yang bersifat mandiri dan
bebas dari kooptasi penguasa semakin menguat. Untuk itulah dibentuk sebuah lembaga
penyelenggara Pemilu yang bersifat independen yang diberi nama Komisi Pemilihan Umum

1
Wikipedia, Badan Pengawas Pemilihan Umum Republik Indonesia, diakses melalui
https://id.wikipedia.org/wiki/Badan_Pengawas_Pemilihan_Umum_Republik_Indonesia pada 11 Mei 2023
(KPU). Hal ini dimaksudkan untuk meminimalisasi campur tangan penguasa dalam
pelaksanaan Pemilu mengingat penyelenggara Pemilu sebelumnya, yakni LPU, merupakan
bagian dari Kementerian Dalam Negeri (sebelumnya Departemen Dalam Negeri). Di sisi lain
lembaga pengawas pemilu juga berubah nomenklatur dari Panwaslak Pemilu menjadi Panitia
Pengawas Pemilu (Panwaslu).

Perubahan mendasar terkait dengan kelembagaan Pengawas Pemilu baru dilakukan melalui
Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2003. Menurut UU ini dalam pelaksanaan pengawasan
Pemilu dibentuk sebuah lembaga ad hoc terlepas dari struktur KPU yang terdiri dari Panitia
Pengawas Pemilu, Panitia Pengawas Pemilu Provinsi, Panitia Pengawas Pemilu
Kabupaten/Kota, dan Panitia Pengawas Pemilu Kecamatan. Selanjutnya kelembagaan
pengawas Pemilu dikuatkan melalui Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2007 tentang
Penyelenggara Pemilu dengan dibentuknya sebuah lembaga tetap yang dinamakan Badan
Pengawas Pemilu (Bawaslu). Adapun aparatur Bawaslu dalam pelaksanaan pengawasan
berada sampai dengan tingkat kelurahan/desa dengan urutan Panitia Pengawas Pemilu
Provinsi, Panitia Pengawas Pemilu Kabupaten/Kota, Panitia Pengawas Pemilu Kecamatan,
dan Pengawas Pemilu Lapangan (PPL) di tingkat kelurahan/desa.2

Berdasarkan ketentuan Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2007, sebagian kewenangan dalam


pembentukan Pengawas Pemilu merupakan kewenangan dari KPU. Namun selanjutnya
berdasarkan Keputusan Mahkamah Konstitusi terhadap judicial review yang dilakukan oleh
Bawaslu terhadap Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2007, rekrutmen pengawas Pemilu
sepenuhnya menjadi kewenangan dari Bawaslu. Kewenangan utama dari Pengawas Pemilu
menurut Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2007 adalah untuk mengawasi pelaksanaan
tahapan pemilu, menerima pengaduan, serta menangani kasus-kasus pelanggaran
administrasi, pelanggaran pidana pemilu, serta kode etik.3

Dinamika kelembagaan pengawas Pemilu ternyata masih berjalan dengan terbitnya


Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2011 tentang Penyelenggara Pemilu. Secara kelembagaan
pengawas Pemilu dikuatkan kembali dengan dibentuknya lembaga tetap Pengawas Pemilu di
tingkat provinsi dengan nama Badan Pengawas Pemilu Provinsi (Bawaslu Provinsi).

2
Ibid
3
Ibid
Badan Pengawas Pemilihan Umum (Bawaslu)

Badan Pengawas Pemilihan Umum (Bawaslu) Republik Indonesia merupakan suatu lembaga
penyelenggara Pemilu yang bertugas mengawasi penyelenggaraan Pemilu di seluruh wilayah
Negara Kesatuan Republik Indonesia. Pendirian Badan Pengawas Pemilihan Umum Republik
Indonesia diamanahkan dalam Bab IV Undang-Undang No. 15 Tahun 2011 Tentang
Penyelenggaraan Pemilihan Umum terkait Pengawas Pemilihan Umum.

Bawaslu RI berkedudukan di ibukota negara4, saat ini Bawaslu berkantor di Jl. M.H. Thamrin
No.14, Menteng, Jakarta Pusat. Sementara, Bawaslu tingkat Provinsi berkedudukan di
Ibukota Provinsi. Selain itu, di tingkat kabupaten/kota dan kecamatan, terdapat panitia
pengawas pemilu sebagai lembaga pengawasan pemilu. Untuk Bawaslu Pusat dan Provinsi
kedudukannya bersifat tetap, sementara untuk panwaslu di tingkat kabupaten/kota dan
kecamatan bersifat ad hoc.

Untuk menjalankan tugas dan fungsinya, tentu saja Bawaslu memiliki Tugas, Wewenang, dan
Kewajiban untuk dilaksanakan. Tugas, wewenang, dan kewajiban Bawaslu tercantum dalam
Pasal 73 dan 74 Undang-Undang No. 15 Tahun 2011 Tentang Penyelenggaraan Pemilihan
Umum. Di antara tugas dan wewenangnya itu adalah5

1) Bawaslu menyusun standar tata laksana kerja pengawasan tahapan penyelenggaraan


Pemilu sebagai pedoman kerja bagi pengawas Pemilu di setiap tingkatan
2) Bawaslu bertugas mengawasi penyelenggaraan Pemilu dalam rangka pencegahan dan
penindakan pelanggaran untuk terwujudnya Pemilu yang demokratis.
3) Tugas Bawaslu meliputi
a) mengawasi persiapan penyelenggaraan Pemilu
b) mengawasi pelaksanaan tahapan penyelenggaraan Pemilu
c) mengelola, memelihara, dan merawat arsip/dokumen serta melaksanakan
penyusutannya berdasarkan jadwal retensi arsip yang disusun oleh Bawaslu
dan ANRI;
d) memantau atas pelaksanaan tindak lanjut penanganan pelanggaran pidana
Pemilu oleh instansi yang berwenang;
e) mengawasi atas pelaksanaan putusan pelanggaran Pemilu;

4
Pasal 71(1) Undang-Undang No. 15 Tahun 2011 Tentang Penyelenggaraan Pemilihan Umum
5
Pasal 73 Undang-Undang No. 15 Tahun 2011 Tentang Penyelenggaraan Pemilihan Umum
f) evaluasi pengawasan Pemilu;
g) menyusun laporan hasil pengawasan penyelenggaraan Pemilu; dan
h) melaksanakan tugas lain yang diatur dalam ketentuan peraturan
perundang-undangan
4) Wewenang Bawaslu meliputi
a) menerima laporan dugaan pelanggaran terhadap pelaksanaan ketentuan
peraturan perundang-undangan mengenai Pemilu;
b) menerima laporan adanya dugaan pelanggaran administrasi Pemilu dan
mengkaji laporan dan temuan, serta merekomendasikannya kepada yang
berwenang;
c) menyelesaikan sengketa Pemilu;
d) membentuk Bawaslu Provinsi;
e) mengangkat dan memberhentikan anggota Bawaslu Provinsi; dan
f) melaksanakan wewenang lain yang diatur dalam ketentuan peraturan
perundang-undangan.

Sementara itu, Kewajiban Bawaslu meliputi6

a) bersikap tidak diskriminatif dalam menjalankan tugas dan wewenangnya;


b) melakukan pembinaan dan pengawasan terhadap pelaksanaan tugas Pengawas Pemilu
pada semua tingkatan;
c) menerima dan menindaklanjuti laporan yang berkaitan dengan dugaan adanya
pelanggaran terhadap pelaksanaan peraturan perundang-undangan mengenai Pemilu;
d) menyampaikan laporan hasil pengawasan kepada Presiden, Dewan Perwakilan
Rakyat, dan KPU sesuai dengan tahapan Pemilu secara periodik dan/atau berdasarkan
kebutuhan;
e) melaksanakan kewajiban lain yang diberikan oleh peraturan perundang-undangan.

Peran Badan Pengawas Pemilihan Umum (Bawaslu) dalam Pengawasan terhadap


Pelanggaran Pidana Pemilihan Umum

Dalam membahas peran Bawaslu dalam Pengawasan Terhadap Pelanggaran Pidana


Pemilihan Umum, saya akan memasukkan beberapa informasi terkait pelaksanaan pemilihan
umum kepala daerah 2020.

6
Pasal 74 Undang-Undang No. 15 Tahun 2011 Tentang Penyelenggaraan Pemilihan Umum
Pada pelaksanaan Pilkada 2020 telah terjadi 3.814 dugaan pelanggaran pilkada yang berasal
dari temuan maupun laporan masyarakat. Dari 3.814 dugaan pelanggaran pilkada tersebut
terdapat 112 kasus yang merupakan dugaan tindak pidana pemilihan (pilkada) yang sudah
masuk tahap penyidikan yang ditangani Sentra Gakkumdu (Penegakan Hukum Terpadu)
Bawaslu. Informasi penangan pelanggaran pidana pemilihan pada tahap penyidikan ini
merupakan hasil harmonisasi data dengan kepolisian. Lima provinsi terbanyak dengan kasus
pelanggaran pidana pemilihan adalah Sulawesi Selatan dengan angka 15 kasus sebagai posisi
teratas, diikuti Maluku Utara 10 Kasus, kemudian Papua 8 kasus, Bengkulu 8 Kasus, dan
Sulawesi Tengah 7 kasus.7

Berbagai pelanggaran tersebut, sebenarnya, bukan menunjukkan ketidakmampuan Bawaslu


dalam melaksanakan tugas pengawasannya terhadap pelaksanaan pemilihan umum. Namun,
hal ini menunjukkan kebobrokan moral bangsa dalam kehidupan politiknya. Terjadinya
banyak pelanggaran pidana pemilihan umum (suap, pelanggaran netralitas aparatur sipil
negara, perbuatan menguntungkan atau merugikan dari pasangan calon dan juga penggantian
pejabat, politik uang, dan lain sebagainya) menunjukkan bahwa untuk mendapatkan
kedudukan di pemerintahan, segala cara dianggap halal walaupun itu telah melanggar hukum
yang berlaku terkait pemilihan umum di Indonesia

Dalam opini saya, Bawaslu sebagai lembaga pengawasan pelaksanaan pemilu telah berusaha
melaksanakan tugasnya. Bawaslu telah menerima aduan masyarakat terkait
pelanggaran-pelanggaran pemilu yang terjadi tanpa adanya diskriminasi. Bawaslu juga telah
bekerja sama dengan Kepolisian Republik Indonesia dalam menangani berbagai kasus
pelanggaran pidana pemilihan umum. Hal ini menunjukkan upaya Bawaslu dalam
komitmennya menjalankan tugas untuk melakukan pengawasan terhadap pemilu sebagai
sarana pengisian jabatan eksekutif dan legislatif dalam ranah ketatanegaraan Indonesia. Di
samping berjalannya usaha dan upaya Bawaslu dalam menegakkan pengawasan terhadap
pelaksanaan pemilu, dibutuhkan adanya partisipasi aktif dari masyarakat dalam mengawasi
berjalannya pemilu. Masyarakat harus teredukasi terkait bagaimana seharusnya pemilu
berjalan. Melalui masyarakat yang teredukasi secara baik dapat tercapai meaningful
participation atau partisipasi berarti dari masyarakat dalam membersamai berjalannya
pemilihan umum lewat pengawasan masyarakat.

7
Hendru, Dari 3.814 Dugaan Pelanggaran Pilkada, 112 Dugaan Tindak Pidana Masuk Tahap Penyidikan,
diakses melalui
https://www.bawaslu.go.id/id/berita/dari-3814-dugaan-pelanggaran-pilkada-112-dugaan-tindak-pidana-masuk-ta
hap-penyidikan pada 17 Mei 2023

Anda mungkin juga menyukai