Anda di halaman 1dari 47

Tata Kelola Pemilu

Titi Anggraini
Senin, 4 April 2022
Tata Kelola
Pemilu (Electoral
Governance)
• Rule Making
• Rule Application
• Rule Adjudication

The Comparative Study of


Electoral Governance—
Introduction, Shaheen Mozaffar,
Andreas Schedler, Published 1
January 2002.
Ramlan Surbakti, 2016:
1. Proses pembuatan hukum pemilu,
yaitu pasal-pasal yang mengatur
pemilu dalam konstitusi, perjanjian
internasional yang terkait dengan
Tata Kelola hukum pemilu yang sudah
diratifikasi, dan semua undang-
Pemilu undang yang mengatur pemilu;
2. Proses penyelenggaraan pemilu;
3. Badan penyelenggara pemilu; dan
4. Sistem penegakan hukum dan
sengketa pemilu.
Electoral Cycle
• Ada banyak tahapan dalam proses
pemilu: dalam pemilu, misalnya, ini
termasuk desain dan penyusunan
undang-undang, perekrutan dan
pelatihan staf pemilu, perencanaan
pemilu, pendaftaran pemilih,
pendaftaran partai politik, pencalonan
partai dan calon, kampanye pemilu,
pemungutan suara, penghitungan
suara, tabulasi hasil, deklarasi hasil,
penyelesaian sengketa pemilu,
pelaporan, audit dan pengarsipan.
• Setelah akhir dari satu proses pemilu,
diharapkan pekerjaan di proses
berikutnya dimulai: seluruh proses
dapat digambarkan sebagai siklus
pemilu (electoral cycle).
ACE Project,
https://aceproject.org/electoral-advice/el
ectoral-assistance/electoral-cycle
Tahapan Pemilu
Tahapan Penyelenggaraan Pemilu meliputi (Pasal 167 ayat (4) UU No. 7 Tahun 2017:
a. perencanaan program dan anggaran serta penyusunan peraturan pelaksanaan Penyelenggaraan
Pemilu;
b. pemutakhiran data Pemilih dan penyusunan daftar Pemilih;
c. pendaftaran dan verifikasi Peserta Pemilu;
d. penetapan Peserta Pemilu;
e. penetapan jumlah kursi dan penetapan daerah pemilihan;
f. pencalonan Presiden dan Wakil Presiden serta anggota DPR, DPD, DPRD provinsi, dan DPRD
kabupaten/kota;
g. masa Kampanye Pemilu;
h. Masa Tenang;
i. pemungutan dan penghitungan suara; j. penetapan hasil Pemilu; dan
j. pengucapan sumpah/janji Presiden dan Wakil Presiden serta anggota DPR, DPD, DPRD provinsi, dan
DPRD kabupaten/kota.
Tahapan Pemilihan Kepala Daerah
Meliputi:
• Pengumuman pendaftaran pasangan Calon Gubernur dan Calon Wakil Gubernur, pasangan Calon
Bupati dan Calon Wakil Bupati, serta pasangan Calon Walikota dan Calon Wakil Walikota;
• Pendaftaran pasangan Calon Gubernur dan Calon Wakil Gubernur, pasangan Calon Bupati dan
Calon Wakil Bupati, serta pasangan Calon Walikota dan Calon Wakil Walikota;
• Penelitian persyaratan Calon Gubernur dan Calon Wakil Gubernur, Calon Bupati dan Calon Wakil
Bupati, serta Calon Walikota dan Calon Wakil Walikota;
• Penetapan pasangan Calon Gubernur dan Calon Wakil Gubernur, pasangan Calon Bupati dan
Calon Wakil Bupati, serta pasangan Calon Walikota dan Calon Wakil Walikota;
• Pelaksanaan Kampanye;
• Pelaksanaan pemungutan suara;
• Penghitungan suara dan rekapitulasi hasil penghitungan suara;
• Penetapan calon terpilih;
• Penyelesaian pelanggaran dan sengketa hasil Pemilihan; dan
• Pengusulan pengesahan pengangkatan calon terpilih.
Pasal 5 ayat (3) UU No. 8 Tahun 2015
15 Standar Pemilu Demokratis
• (1) Strukturisasi kerangka hukum,•(9) Akses media dan keterbukaan
• (2) Sistem pemilu, informasi dan kebebasan berpendapat,
• (3) Penetapan daerah pemilihan/•(10) Dana kampanye dan pembiayaan
unit pemilu , kampanye,
• (4) Hak memilih dan dipilih, •(11) Pemungutan suara ,
• (5) Lembaga penyelenggara •(12) Perhitungan suara dan tabulasi,
pemilu , •(13) Peran keterwakilan partai politik
• (6) Pendaftaran pemilih dan dan kandidat,
daftar pemilih •(14) Pemantau pemilu, dan
• (7) Akses suara bagi partai politik•
(15) Kepatuhan dan penegakan
dan kandidat,
hukum pemilu.
• (8) Kampanye pemilu yang
• International IDEA, International Electoral Standards, Guidelines for Reviewing the
demokratis, Legal Framework of Elections, 2002)
Keadilan Pemilu (Electoral Justice)
• Keadilan pemilu adalah berbagai cara dan mekanisme yang menjamin
agar setiap tindakan, prosedur, dan keputusan terkait proses pemilu
sesuai dengan hukum (undang-undang dasar, undang-undang, ketentuan
atau perjanjian internasional, dan ketentuan lain yang berlaku di suatu
negara), maupun cara dan mekanisme untuk menjamin atau
memulihkan hak pilih. Melalui keadilan pemilu, pihak-pihak yang
meyakini bahwa hak pilih mereka telah dilanggar dimungkinkan untuk
mengajukan pengaduan, mengikuti persidangan, dan menerima putusan.

International Institute for Democracy and Electoral Assistance


(International IDEA), 2010
1. Hak untuk memperoleh Pemulihan pada
keberatan dan sengketa Pemilu.
2. Sebuah rezim standar dan prosedur Pemilu
yang didefinisikan secara jelas.
International Standards in
3. Arbiter yang tidak memihak dan memiliki
Electoral Dispute pengetahuan.
Resolution: Guidelines for
4. Sebuah sistem peradilan yang mampu
Understanding, menyelesaikan putusan dengan cepat.
Adjudicating, and
5. Penentuan beban pembuktian dan standar
Resolving Disputes in bukti yang jelas.
Elections, GUARDE, 2011
6. Ketersediaan tindakan perbaikan yang berarti
dan efektif.
7. Pendidikan yang efektif bagi para pemangku
kepentingan.
Konstruksi Konstitusi
• Pasal 22E Ayat (2) UUD NRI Tahun 1945: Pemilihan umum
diselenggarakan untuk memilih anggota Dewan Perwakilan
Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, Presiden dan wakil presiden
dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah.*** )
• Pasal 18 Ayat (4) UUD NRI Tahun 1945: Gubernur, Bupati, dan
Walikota masing-masing sebagai kepala pemerintah daerah
provinsi, kabupaten dan kota dipilih secara demokratis.**)
KERANGKA HUKUM PEMILU DAN PILKADA
PEMILU PEMILIHAN (PILKADA)

UU No. 7 Tahun 2017 tentang UU No. 1 Tahun 2015 tentang Penetapan


Pemilihan Umum (mengatur Perpu No. 1 Tahun 2014 tentang Pemilihan
Penyelenggara Pemilu, Pilpres, dan Gubernur, Bupati, dan Walikota menjadi
Pileg) Undang-Undang sebagaimana telah diubah
dengan UU No. 8 Tahun 2015, UU No. 10
Tahun 2016, dan UU No. 6 Tahun 2020

1. Peraturan Komisi Pemilihan Umum


Regulasi 2. Peraturan Badan Pengawas Pemilihan Umum
Teknis 3. Peraturan Dewan Kehormatan Penyelenggara Pemilu
4. Peraturan Mahkamah Konstitusi
5. Peraturan Mahkamah Agung
6. Peraturan Bersama Ketua Bawaslu, Kapolri, dan Jaksa Agung
tentang Sentra Gakkumdu
PEMILU DAN PEMILIHAN

• PEMILU  Pemilihan presiden dan wakil


presiden, anggota DPR, anggota DPD, anggota
DPRD.
• PEMILIHAN  Pemilihan gubernur dan wakil
gubernur, pemilihan bupati dan wakil bupati,
pemilihan walikota dan wakil walikota.
Pemilu dan Pemilihan 2024
• Pemungutan suara Pemilu Serentak (Pilpres dan Pileg) pada Rabu,
14 Februari 2024 vide Keputusan KPU No. 21 Tahun 2022 tentang
Hari dan Taggal Pemungutan Suara Pemilu 2024.
• Pemungutan suara Pemilihan Kepala Daerah Serentak Nasional
pada Rabu, 27 November 2024. Meliputi 33 Provinsi dan 508
Kabupaten/Kota (minus Provinsi DIY dan 6 Kabupaten/Kota di DKI
Jakarta).
• Pilkada serentak 2024 merupakan pilkada serentak gelombang
keempat setelah Pilkada Serentak 2015 (269 daerah), Pilkada
Serentak 2017 (101 daerah), Pilkada Serentak 2018 (171 daerah),
dan Pilkada Serentak 2020 (270 daerah).
Masalah Hukum Pemilu
(Jenis Pelanggaran dan Sengketa)

Pemilihan Umum Pemilihan Kepala Daerah


1. Pelanggaran Administratif Pemilu 1. Pelanggaran Administrasi Pemilihan.
2. Pelanggaran Kode Etik 2. Pelanggaran Kode Etik Penyelenggara
Penyelenggara Pemilu Pemilu
3. Sengketa Proses Pemilu di 3. Sengketa Pemilihan (Sengketa
Bawaslu Antarpeserta Pemilihan dan Sengketa
4. Sengketa Proses Pemilu di Antara Peserta dengan Penyelenggara
Pengadilan Tata Usaha Negara Pemilihan)
(Sengketa Tata Usaha Negara 4. Sengketa Tata Usaha Negara
Pemilu) – PTUN Pemilihan – PTTUN dan MA
5. Tindak Pidana Pemilu 5. Tindak Pidana Pemilihan
6. Perselisihan Hasil Pemilu (PHPU) 6. Perselisihan Hasil Pemilihan (PHP)
UU No. 1 Tahun 2015 jo. UU No. 8 Tahun 2015 jo.
UU No. 7 Tahun 2017 UU No. 10 Tahun 2016 Jo. UU No. 6 Tahun 2020
Desain Penegakan Hukum Pemilu di Indonesia

SENGKETA PELANGGARAN
PEMILU
PEMILU

Sengketa Sengketa Etika


Hasil Non Hasil Pidana Administrasi Penyelenggara
Pelanggaran Pemilu
• Pelanggaran administratif/administrasi adalah pelanggaran yang
berkaitan dengan pelanggaran terhadap tata cara, prosedur, atau
mekanisme yang berkaitan dengan administrasi pelaksanaan pemilu
dalam setiap tahapan Penyelenggaraan Pemilu.;
• Tindak pidana pemilu adalah tindak pidana yang dirumuskan di dalam
UU Pemilu dan UU Pilkada. Diselesaikan dengan sistem penanganan
khusus di dalam UU Pemilu dan UU Pilkada;
• Pelanggaran Kode Etik Penyelenggara Pemilu merupakan pelanggaran
terhadap etika Penyelenggara Pemilu yang berdasarkan sumpah
dan/atau janji sebelum menjalankan tugas sebagai Penyelenggara
Pemilu.
Sengketa Pemilu
1. Perselisihan hasil pemilu, antara peserta pemilu dengan penyelenggara
pemilu, tentang hasil pemilu yang ditetapkan dalam Keputusan KPU, dan
diajukan ke Mahkamah Konstitusi.
2. Sengketa nonhasil pemilu, perselisihan antara peserta pemilu dengan
penyelenggara pemilu tentang keputusan penyelenggara pemilu, atau
antara peserta pemilu, yang tidak berkaitan dengan haisl pemilu.
Penyelesaiannya menjadi kewenangan pengawas pemilu.
3. Untuk sengketa antara peserta dengan penyelenggara, terkait dengan
pencalonan, dapat diupayakan sampai PTUN untuk Pemilu, serta PTTUN
dan Mahkamah Konstitusi untuk Pilkada.
Penanganan Temuan dan Laporan Pelanggaran Pemilu
• Pelanggaran Pemilu berasal dari temuan pelanggaran Pemilu dan laporan pelanggaran
Pemilu.
• Temuan pelanggaran Pemilu merupakan hasil pengawasan aktif Bawaslu, Bawaslu
Provinsi, Bawaslu Kabupaten/Kota, Panwaslu Kecamatan, Panwaslu Kelurahan/Desa,
Panwaslu LN, dan Pengawas TPS pada setiap tahapan Penyelenggaraan Pemilu.
• Laporan pelanggaran Pemilu merupakan laporan langsung Warga Negara Indonesia yang
mempunyai hak pilih, Peserta Pemilu, dan pemantau Pemilu kepada Bawaslu, Bawaslu
Provinsi, Bawaslu Kabupaten/Kota, Panwaslu Kecamatan, Panwaslu Kelurahan/Desa,
Panwaslu LN, dan/atau Pengawas TPS pada setiap tahapan Penyelenggaraan Pemilu.
• Laporan pelanggaran Pemilu disampaikan secara tertulis dan paling sedikit memuat: a.
nama dan alamat pelapor; b. pihak terlapor; c. waktu dan tempat kejadian perkara; dan
d. uraian kejadian.
• Hasil pengawasan ditetapkan sebagai temuan pelanggaran Pemilu paling lama 7 (tujuh)
hari sejak ditemukannya dugaan pelanggaran Pemilu.
• Laporan pelanggaran Pemilu disampaikan paling lama 7 (tujuh) hari kerja
sejak diketahui terjadinya dugaan pelanggaran Pemilu.
• Temuan dan laporan pelanggaran Pemilu yang telah dikaji dan terbukti
kebenarannya wajib ditindaklanjuti oleh Bawaslu, Bawaslu Provinsi, Bawaslu
Kabupaten/Kota, Panwaslu Kecamatan, Panwaslu Kelurahan/Desa, Panwaslu
LN, dan Pengawas TPS paling lama 7 (tujuh) hari setelah temuan dan
laporan diterima dan diregistrasi.
• Dalam hal Bawaslu, Bawaslu Provinsi, Bawaslu Kabupaten/Kota, Panwaslu
Kecamatan, Panwaslu Kelurahan/Desa, Panwaslu LN, dan Pengawas TPS
memerlukan keterangan tambahan mengenai tindak lanjut sebagaimana,
keterangan tambahan dan kajian dilakukan paling lama 14 (empat belas)
hari kerja setelah temuan dan laporan diterima dan diregistrasi.
Pasal 454 UU No. 7 Tahun 2017
LEMBAGA YANG MEMILIKI WEWENANG
TERKAIT PEMILU DAN PEMILIHAN

Komisi Pemilihan Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu), Bawaslu Provinsi, Bawaslu Dewan Mahkamah
Umum (KPU), KPU Kabupaten/Kota, Panwaslu Kecamatan: memutus pelanggaran administrasi, Kehormatan Konstitusi
Provinsi, KPU memutus sengketa dalam tahapan (proses/pemilihan), memproses tindak Penyelenggara (MK)
Kabupaten/Kot, pidana Pemilu sebelum diajukan ke Penyidik Pemilu (DKPP) memutus
menyelesaikan
Panitia Pemilihan PHPU dan
pelanggaran
Kecamatan (PPK), PHP
kode etik
Panitia Pemungutan penyelenggara
Bawaslu Pengadilan Tata Usaha KOORDINASI  Sentra
Suara (PPS): Pemilu
memeriksa Negara (PTUN)  Untuk penegakan hukum
menyelenggarakan
dan memutus Sengketa Tata Usaha terpadu (Sentra
tahapan pemilu
pelanggaran Negara Pemilu GAKKUMDU)
administrasi
Pengadilan Tinggi Tata
Usaha Negara Pemilu
(PTTUN)  Untuk PENEGAK HUKUM 
Sengketa Tata Usaha Kepolisian, Kejaksaan
Negara Pemilihan pada
Pemilihan Kepala Daerah
Pengadilan Negeri
(PN)  untuk tindak
Mahkamah Agung (MA) pidana
memutus tingkat akhir pemilu/pemilihan
sengketa TUN Pemilihan Pengadilan Tinggi (PT)
yang tidak selesai di PT  untuk tindak
TUN, memutus perkara pidana
Pelanggaran Administrasi pemilu/pemilihan
yang bersifat TSM yang tingkat banding
diputus oleh Bawaslu
PELANGGARAN ADMINSTRATIF PEMILU
Pelanggaran administratif Pemilu meliputi pelanggaran terhadap
tata cara, prosedur atau mekanisme yang berkaitan dengan
administrasi pelaksanaan Pemilu dalam setiap tahapan
Penyelenggaraan Pemilu

Bawaslu, Bawaslu Provinsi, Bawaslu Kabupaten/Kota menerima,


memeriksa, mengkaji dan memutus pelanggaran administratif Pemilu

KPU, KPU Provinsi, dan KPU Kabupaten/Kota wajib menindaklanjuti


putusan Bawaslu, Bawaslu Provinsi, dan Bawaslu Kabupaten/Kota
paling lama 3 (tiga) hari kerja sejak tanggal putusan dibacakan.

Dalam hal KPU, KPU Provinsi, KPU Kabupaten/Kota, PPK, PPS, tidak menindaklanjuti putusan Bawaslu,
Bawaslu Provinsi, dan Bawaslu Kabupaten/Kota, maka Bawaslu, Bawaslu Provinsi, dan Bawaslu
Kabupaten/Kota mengadukan ke DKPP
Tindak Pidana Pemilu
• Pelanggaran terhadap ketentuan pidana Pemilu yang diatur dalam UU
No 7 Tahun 2017 tentang Pemilu (dan UU Pilkada) yang
penyelesaiannya dilaksanakan melalui pengadilan dalam lingkungan
peradilan umum.
• Diatur dalam Pasal 476 sd 554 UU No. 7 Tahun 2017 Tentang Pemilu.
• Sentra Gakkumdu: Untuk menyamakan pemahaman dan pola
penanganan tindak pidana Pemilu, Bawaslu, Kepolisian Negara
Republik Indonesia, dan Kejaksaan Agung Republik Indonesia
membentuk Gakkumdu. Gakkumdu melekat pada Bawaslu, Bawaslu
Provinsi, dan Bawaslu Kabupaten/Kota.
PENANGANAN TINDAK PIDANA PEMILU
BERDASARKAN PERBAWASLU 9/2018 TENTANG SENTRA GAKKUMDU

1X24 jam KLARIFIKASI PEMBUATAN


REGISTRAS PEMBAHASA / KAJIAN/ LAPORAN
I N PERTAMA PENYELIDIK HASIL
• Dilakukan paling lama 1x24 Jam
sejak Temuan/Laporan diregister
AN PENYELIDIKAN
• Membahas substansi syarat formil
Membahas hasil penyidikan dan dan materil (Pasal 19) Paling lama 14 hari kerja Pleno menentukan apakah
pelimpahan kasus (Pasal 25) temuan/laporan diteruskan ke penyidik atau dihentikan

DITERUSKAN
PEMBAHASA PEMBAHASA
KE RAPAT PLENO
N KETIGA N KEDUA
PENYIDIKAN
• Dilakukan paling lama 14 hari kerja

DIHENTIKA •
sejak Temuan/Laporan diregister
Menentukan apakah
temuan/laporan tindak pidana atau
N bukan (Pasal 22)

PELIMPAHAN KE
DIHENTIKAN PELIMPAHAN KE PEMBAHASA
PENGADILAN
JAKSA/PU N KEEMPAT
NEGERI
• Dilakukan paling lama 1x24 jam
• PRA setelah putusan pengadilan dibacakan
PENUNTUTAN
• DIHENTIKAN
PUTUSAN • Menentukan sikap terhadap putusan,
apakah melakukamn upaya hukum
atau eksekusi (Pasal 29)
Double Track Administratif dan Pidana
• Pasangan Calon, calon anggota DPR, DPD, DPRD provinsi, DPRD Kabupaten/Kota, pelaksana kampanye,
dan/atau tim kampanye dilarang menjanjikan dan/atau memberikan uang atau materi lainnya untuk
memengaruhi Penyelenggara Pemilu dan/atau Pemilih.
• Pasangan Calon serta calon anggota DPR, DPD, DPRD provinsi, dan DPRD kabupaten/kota yang terbukti
melakukan pelanggaran, berdasarkan rekomendasi Bawaslu dapat dikenai sanksi administratif
pembatalan sebagai Pasangan Calon serta calon anggota DPR, DPD, DPRD provinsi, dan DPRD
kabupaten/kota oleh KPU.
• Pelanggaran sebagaimana dimaksud merupakan pelanggaran yang terjadi secara terstruktur, sistematis,
dan masif.
• Pemberian sanksi terhadap pelanggaran tidak menggugurkan sanksi pidana.
• Yang dimaksud dengan “pelanggaran terstruktur” adalah kecurangan yang dilakukan oleh aparat
struktural, baik aparat pemerintah maupun penyelenggara pemilihan secara kolektif atau secara
bersama-sama. Yang dimaksud dengan “pelanggaran sistematis” adalah pelanggaran yang direncanakan
secara matang, tersusun, bahkan sangat rapi. Yang dimaksud dengan “pelanggaran masif” adalah
dampak pelanggaran yang sangat luas pengaruhnya terhadap hasil pemilihan bukan hanya sebagian.
Pasal 286 UU No. 7 Tahun 2017.
PELANGGARAN KODE ETIK

1. Ps 454 dan Pasal 459 UU No. 7 Th 2017


Panggaran Kode Etik Penyelenggara
2. Peraturan Bersama DKPP, KPU dan Bawaslu
Pemilu adalah Pelanggaran terhadap tentang Kode Etik PP
etika Penyelenggara Pemilu yang 3. Peraturan Bersama DKPP, KPU dan Bawaslu
berpedoman sumpah dan/atau janji tentang Pedoman Beracara
sebelum menjalankan tugas sebagai
penyelenggara Pemilu.
• Putudan MK No. 31/PUU-XI/2013 tertanggal 3
April 2014.
Pelanggaran Kode Etik diselesaikan oleh Putusan MK No. 32/PUU-XIX/2021 tertanggal 29
Dewan Kehormatan Penyelenggara Maret 2022.
Pemilihan Umum
SENGKETA PROSES PEMILU/PEMILIHAN

• Pasal 466 UU Nomor 7 Tahun 2017 tentang Pemilihan Umum


• Pasal 4 ayat (2) Perbawaslu 18/2017 jo. Pasal 4 ayat (1) Perbawaslu 18/2018
DASAR
HUKUM • Pasal 143 UU No. 1 Tahun 2015 terakhir diubah dengan UU Nomor 10 Tahun 2016
• Pasal 3 Perbawaslu Nomor 2 Tahun 2020

• Sengketa antar-Peserta Pemilu/Pemilihan;


DEFINISI • Sengketa antara Peserta dengan Penyelenggara Pemilu/Pemilihan
(sebagai akibat dikeluarkannya Keputusan KPU/KPU Provinsi/KPU Kabupaten/KPU
SENGKETA Kota, Keputusan KPU/KPU Prov/KPU Kabupaten/KPU Kota yang dimaksud
dalam bentuk Surat Keputusan dan/atau Berita Acara.
OBJEK SENGKETA

01 02
Objek Sengketa

Pemilihan Pemilu
03 Perbedaan penafsiran … 04 Surat Keputusan
Pengakuan yang berbeda (penolakan, penghindaran
antar peserta) Berita Acara
Keputusan KPU Prov/Kab/Kota
05
SK atau BA KPU Prov/Kab/Kota
Jenis dan Metode Penyelesaian Sengketa

Pemilu Pemilihan
Jenis: Jenis:
• Antarpeserta • Antarpeserta
• Antara Peserta dengan • Antara Peserta dengan
Penyelenggara Penyelenggara

Metode: Metode:
• Mediasi • Musyawarah
• Adjudikasi
• Acara Cepat
• Acara Cepat
Acara cepat terhadap peristiwa yang terjadi pada tahapan penyelenggaraan
Pemilihan dan mengakibatkan hak peserta Pemilihan dirugikan secara
langsung oleh peserta Pemilihan lainnya.
Output Penyelesaian Sengketa

Antarpeserta Mengikat

Pemilihan
Peserta dengan Mengikat
PUTUSAN Penyelenggara

Pemilu Final dan Mengikat KECUALI putusan terhadap sengketa


proses Pemilu yang berkaitan dengan:
a. verifikasi Partai Politik Peserta Pemilu;
b. penetapan daftar calon tetap anggota
DPR, DPD,
c. DPRD provinsi, dan DPRD
kabupaten/kota; dan
d. penetapan Pasangan Calon.
Waktu dan Gugurnya Sengketa

Waktu Penyelesaian Sengketa

• Jangka waktu penyelesaian Gugurnya Sengketa


sengketa: memeriksa dan • Pemohon dan/atau Termohon meninggal dunia;
(Pemilu/Pemilihan);
memutus sengketa proses • Pemohon atau kuasanya tidak hadir 2 kali berturut turut dalam
pemilu/pemilihan paling lambat Proses musyawarah pertama setelah 2 (dua) kali diundang
secara patut dan sah; (Pemilihan);
12 (dua belas) hari sejak • Pemohon tidak hadir 2 (dua) kali berturut-turut dalam proses
diterimanya Permohonan Mediasi pertama; (Pemilu);
Penyelesaian Sengketa • Pemohon tidak hadir 2 (dua) kali berturut-turut dalam proses
Adjudikasi; (Pemilu);
• Termohon telah memenuhi tuntutan Pemohon sebelum
dilaksanakannya proses penyelesaian sengketa; dan
• Pemohon mencabut permohonannya.(Pemilu/Pemilihan).
ALU
R
Penyelesaian

Sengketa

Pemilihan
Musyawarah di tengah pandemi Covid-19
Pasal 68 (1) Perbawaslu No. 4 Tahun 2020
Musyawarah dalam penyelesaian sengketa Pemilihan dapat
dilaksanakan secara tatap muka dan/atau teknologi informasi dan
komunikasi berbasis daring sesuai dengan: a. kebutuhan pelaksanaan
penyelesaian sengketa Pemilihan; dan/atau b. kondisi dan kebijakan
pemerintah daerah setempat mengenai persebaran COVID-19 di
wilayah Bawaslu Provinsi atau Bawaslu Kabupaten/Kota.
Metode musyawarah ditetapkan oleh ketua musyawarah atau majelis
musyawarah.
ALUR PENYELESAIAAN SENGKETA PROSES
PEMILU

LANGSUNG

PERMOHONAN

PEMERIKSAAN
PEMOHON BERKAS FISIK
TIDAK LANGSUNG PERMOHONAN DAPAT MENYAMPAIKAN
KONFIRMASI ONLINE BERKAS FISIK

PEMBERITAHUAN
UNTUK MELENGKAPI
TIDAK DAPAT TIDAK LENGKAP
BERKAS
DIREGISTER LENGKAP

PENJADWALAN & TIDAK


ADJUDIKASI PEMANGGILAN MUFAKAT
PUTUSAN ADJUDIKASI
MEDIASI/ REGISTER
BERITA ACARA MUSYAWARAH

MUFAKAT/
PENYAMPAIAN KESEPAKATAN
SALINAN PUTUSAN

TIDAK LANJUT
KOREKSI PUTUSAN OLEH KPU
Perselisihan Hasil Pemilu

Pemilihan Presiden dan Wakil Presiden

Pemilihan Anggota DPR, DPD, dan DPRD

Pemilihan Gubernur, Bupati, Walikota *

Ref. Pan Moh. Faiz, PhD.

39
Badan Peradilan Khusus
Pasal 157 (1) UU No. 10 Tahun 2016
• Perkara perselisihan hasil Pemilihan diperiksa dan diadili oleh badan
peradilan khusus.
• Badan peradilan khusus dibentuk sebelum pelaksanaan Pemilihan
serentak nasional.
• Perkara perselisihan penetapan perolehan suara tahap akhir hasil
Pemilihan diperiksa dan diadili oleh Mahkamah Konstitusi sampai
dibentuknya badan peradilan khusus.
PERSELISIHAN HASIL PEMILIHAN

PERSELISIHAN HASIL PEMILIHAN

PESERTA PENETAPAN PENYELENGGARA


PEMILIHAN PEROLEHAN SUARA PEMILIHAN
HASIL PEMILIHAN

Ref. Pan Moh. Faiz, PhD.


Batas Waktu

Jenis PHPU dan Batas Batas Waktu Batas Waktu


Waktu Pengajuan Penyelesaian Perkara

Pemilihan Presiden 3 hari 14 hari

Pemilihan Anggota 3 x 24 jam 30 hari


Legislatif

Pemilihan Kepala 3 hari 45 hari


Daerah

Ref. Pan Moh. Faiz, PhD.

42
TAHAPAN
PERSIDANGAN PERSELISIHAN HASIL PEMILIHAN
LEGISLATIF DAN KEPALA DAERAH

SIDANG
PANEL/PLENO SIDANG
SIDANG SIDANG
PANEL/PLENO SIDANG
RPH PANEL/PLENO RPH PLENO
Pemeriksaan Pemeriksaan PLENO Putusan
Pemeriksaan
Pendahuluan Persidangan
Persidangan

Putusan
Sela
a. Penjelasan a. Jawaban Putusan
Permohonan Termohon Pembahasan a. Pembuktian
Pemohon Dismissal Pembahasan
b. Keterangan Pihak perkara dan Pemohon, perkara dan
b. Perbaikan Terkait pengambilan Termohon, dan pengambilan
Permohonan putusan Pihak Terkait putusan
Pemohon (dismissal) b. Mendengar Ket.
apabila BAWASLU
dipandang dan/atau DKPP Putusan
perlu Akhir
c. Kesimpulan
Pemohon,
Pengesahan Alat Termohon, dan
Bukti Pihak Terkait

Ref. Pan Moh. Faiz, PhD.

43
Rekapitulasi Putusan Pileg dan Pilkada

 Perbandingan Sengketa Hasil Pemilu Legislatif (DPR dan DPRD)


Tahun Pemohon Jumlah Kabul Tolak Tidak Ditarik Sela/
Parpol Kasus Diterima Kembali Gugur
2004 23 252 38 131 74 9 -
2009 42 627 68 398 107 27 16
2014 14 869 9 647 195 6 12
2019 20 260 12 101 104 10 33

 Perbandingan Sengketa Hasil Pemilihan Kepala Daerah


Tahun Jumlah Jumlah Kabul Tolak Tidak Ditarik Gugur
Pilkada Perkara Diterima Kembali
2016 269 152 3 5 138 6 0
2017 101 60 3 7 50 0 0
Ref. Pan Moh. Faiz, PhD.
2018 171 72 2 6 61 1 2
44
Ref. Kode Inisiatif
Menurut Prof. Soerjono Soekanto
1. Faktor Hukumnya itu sendiri (Undang-Undang).
2. Faktor penegak hukum, yakni pihak-pihak yang
Efektifitas 3.
membentuk maupun menerapkan hukum.
Faktor sarana atau fasilitas yang mendukung
Penegakan penegakan hukum.

Hukum 4. Faktor masyarakat, yakni lingkungan dimana hukum


tersebut berlaku dan diterapkan.
5. Faktor kebudayaan, yakni sebagai hasil karya, cipta
dan rasa yang didasarkan pada karsa manusia di
dalam pergaulan hidup.
Masalah Penegakan Hukum Pemilu
• Kerangka hukum yang tidak komprehensif, tertinggal dari peristiwa, sulit untuk
dilaksanakan, dan tidak memberikan daya cegah dan efek jera.
• Hukum acara penyelenggaaraan yang rumit, tidak konsisten, dan menjauh dari tujuan
penegakan hukum dalam pemilu.
• Desain kelembagaan yang masih tumpang tindih, dan belum sejalan dengan tujuan
mewujudkan keadilan pemilu.
• Pengaturan yang terpisah antara Pemilu dan Pilkada membuat inkonsistensi dan
penerapan standar yang berbeda.
• Beda tafsir antar institusi penegakan hukum pemilu (Sentra Gakkumdu, antar-
peradilan, misal pada kasus Mulan Jameela, Misriyani Ilyas, dkk).
• Waktu penanganan yang sempit.
• Terlalu banyak jalur menuju keadilan pemilu, padahal Litis Finiri Opertet: Setiap
perkara harus ada akhirnya.
• Rasa aman masyarakat untuk melaporkan pelanggaran belum sepenuhnya hadir.

Anda mungkin juga menyukai