Anda di halaman 1dari 26

NILAI DASAR

PENGAWAS
PEMILU
Daniel Zuchron (Rektor ITBVN/ Bawaslu 2012-2017)
Sosialisasi Bawaslu Provinsi Jawa Barat
Bogor, 11 November 2022
LATAR BELAKANG
• Sosio Kultural adalah suatu wadah atau proses yang menyangkut
hubungan antara manusia dankebudayaan. Dimana proses tersebut
menyangkut tingkah laku manusia dan diatur olehnya, terjadi proses
yang saling mengikat antara unsur-unsur kebendaan dan spiritual.
• Sosio kultural juga didefinisikan sebagai gagasan-gagasan, kebiasaan,
keterampilan, seni, dan alat yang memberi ciri pada sekelompok orang
pada waktu tertentu. Di dalamnya juga mengatur tingkah laku
seseorang dalam kelompok dan membuat seseorang sensitif terhadap
status.
MASALAH
Bagaimana karakter pengawas pemilu sesuai dengan konsep ideal
pengawasan pemilu dan selaras dengan realitas empirik sosio kemasyarakatan
di Indonesia?
Materi Pembentukan Karakter Pengawas Pemilu.
Adapun Sub Pokok Bahasan yang diharapkan adalah :
1. Asas Penyelenggaraan Pemilu
2. Karakter Pengawas Pemilu
3. Nilai Dasar Pengawas Pemilu
ALUR PEMBAHASAN
1. Akar demokrasi pemilu Indonesia
2. Asas penyelenggaraan pemilu di Indonesia
3. Akar pengawas pemilu
4. Nilai dasar pengawas pemilu
5. Karakter pengawas pemilu
1. AKAR DEMOKRASI
PEMILU INDONESIA
• Sejarah pembentukan badan independen untuk menyelenggarakan
pemilu pertama kali pasca kemerdakaan tahun 1945 telah
dipersiapkan dengan nama Badan Pekerja Susunan Komite
Nasional Pusat (BPSKNP) dan di tingkat daerah disingkat dengan
Cabang BPSKNP. Badan ini disahkan berdasarkan UU Nomor 12
Tahun 1946 dengan keanggotaan dari wakil-wakil partai politik dan
ditetapkan presiden serta dipersiapkan sebagai penyelenggara
pemilu untuk memilih kekosongan keanggotaan Komite Nasional
Indonesia Pusat (KNIP).

• Untuk selanjutnya disahkan UU Nomor 27 Tahun 1948 tentang pemilihan
Anggota Dewan Perwakilan Rakyat (DPR). Untuk memilih anggota DPR,
dipersiapkanlah suatu badan penyelenggara pemilu yang disebut Kantor
Pemilihan Pusat (KPP) dengan jumlah anggota sekurang-kurangnya 5 orang
untuk masa kerja 5 tahun.
• Berdasarkan UU Nomor 7 Tahun 1953 dibentuk badan yang bertugas sebagai
penyelenggara pemilu tahun 1955, yaitu Panitia Pemilihan Indonesia (PPI)
yang berkedudukan di pusat, Panitia Pemilihan (PP) pada tingkat provinsi dan
Panitia Pemungutan Suara (PPS) di tingkat kabupaten.
(Ramlan Surbakti & Kris Nugroho, Studi tentang Desain Kelembagaan Pemilu yang Efektif, Kemitraan: 2015)
AKAR
DEMOKRASI
Rakyat Bangka nyata bersemangat Republikein,
nyata berkehendak Bangka masuk dalam daerah
Republik..\
Seseorang pemimpin rakyat Bangka yang tidak
berbuat sesuai dengan kehendak rakyat Bangka itu,
dan berbuah memisahkan rakyat Bangka dari
Republik adalah berbuat bertentangan dengan
demokrasi bahkan mengkhianati demokrasi itu.
Agar supaya kehendak rakyat Bangka itu dapat
dikemukakan dengan sempurna di dalam sesuatu
pemungutan suara, maka perlulah dibangunkan satu
organisasi untuk memimpin dan mengawasi
pemungutan suara itu.
Merdeka, Muntok 21/2/1949 (Presiden Soekarno)
2. ASAS PENYELENGGARAAN
PEMILU DI INDONESIA
Pasal 22E UUD 1945
(1)    Pemilihan umum dilaksanakan secara langsung,
umum, bebas, rahasia, jujur, dan adil setiap lima tahun
sekali.
3. AKAR PENGAWAS
PEMILU
• Pemilu 1955 yang diikuti oleh 178 peserta pemilu baik partai politik, organisasi ataupun
perorangan merujuk pada UU No 7/1953 tentang Pemilihan Anggota Konstituante dan
Anggota DPR.
• Pemilu 1971 diikuti oleh 9 parpol dan Golkar mengacu pada UU No 15/1969 tentang
Pemilihan Umum Anggota-anggota Badan Permusyawaratan/ Perwakilan rakyat.
• Pemilu 1977 diikuti dua parpol dan Golkar merujuk pada UU No 4/ 1975 tentang Perubahan
UU No 15/1969.
• Pemilu 1982 yang mulai dikenalkan Panitia Pengawas Pemilihan Umum (Panwaslak)
mengacu pada UU No 2/1980 tentang Perubahan atas UU No 15/1969 tentang Pemilihan
Umum Anggota-anggota Badan Permusyawaratan/ Perwakilan Rakyat sebagaimana telah
diubah dengan UU No 4/ 1975.

• Pemilu 2004 mulai dikenal Pilpres langsung sehingga ada dua UU yang jadi
landasannya yakni UU No 12/2003 tentang Pemilihan Umum Anggota DPR, DPRD,
dan DPD serta UU No 23/2003 tentang Pemilihan Umum Presiden dan Wapres.
Panwas mulai dibentuk oleh KPU.
• Pemilu 2009 muncul lembaga permanen Bawaslu sehingga ada 3 UU yang menjadi
dasar yakni UU No 22/2007 tentang Penyelenggara Pemilihan Umum, UU No 10/
2008 tentang Pemilihan Umum Anggota DPR, DPRD, dan DPD, serta UU No 42/
2008 tentang Pemilihan Umum Presiden dan Wapres.
• Pada tahun 2005 mulai diperkenalkan Pemilihan Kepala daerah secara langsung
melalui UU No 32/ 2004 tentang Pemerintahan Daerah dan muncul inefektivitas
pembentukan panwaslu oleh DPRD dan KPU. Cikal bakal Bawaslu yang hirarkis.

• Pemilu 2014 bersandar pada UU No 11/2011 tentang Penyelenggara Pemilu yang
mulai diperkenalkan Bawaslu Propinsi, UU No 8/2012 tentang Pemilihan Umum
Anggota DPR, DPRD, dan DPD, serta UU No 42/ 2008 tentang Pemilihan Umum
Presiden dan Wapres.
• Pada pemilu 2019 akhirnya ketiga UU pada pemilu 2014 dilebur menjadi UU No
7/2017 tentang Pemilihan Umum. UU ini memperkenalkan Bawaslu
Kabupaten/kota yang permanen.
• Berdasarkan historis pengawasan tersebut maka dapat dikenali berbagai model
pengawasan yakni pengawasan oleh kontestan, pengawasan pemerintah,
pengawasan lembaga mandiri, dan pengawasan publik pemantau pemilu.
MANDAT PENGAWASAN
PEMILU

UU UU
UU UU
2/1980-PP UU 3/1999 32/2004-
12/2003 23/2003
41/1980 PP 6/2005

• Melakukan • Mengawasi • Mengawasi • Mengawasi • Mengawasi tahapan


tahapan tahapan tahapan • Menerima laporan
pengawasan • Menyelesaikan • Menerima laporan • Menerima laporan • Menyelesaikan
pelaksanaan sengketa • Menyelesaikan • Menyelesaikan sengketa
• Meneruskan
pemilu • Menindaklanjuti sengketa sengketa temuan/ laporan
temuan/ • Meneruskan • Meneruskan • Koordinasi pengawas
sengketa temuan/ laporan temuan/ laporan

UU
UU 15/2 UU 8/2012 UU 1/2015 UU 7/2017
22/2007

• Mengawasi tahapan • Mengawasi


penyelenggaraan Pemilu
• Prinsip idem • Prinsip idem • Merinci tugas
• Menerima laporan • Penyelesaian bawaslu
• Menyampaikan
dalam rangka pencegahan • Menjadi uu
dan penindakan
sengketa • Penguatan
temuan/laporan pelanggaran untuk pilkada penyelesaian
• Meneruskan laporan terwujudnya Pemilu yang pemilu legislatif
• Mengawasi lainnya demokratis (dst idem)
pertama
pertama sengketa
• Menyelesaikan sengketa
bawaslu
ORIGINAL INTEND
• Dalam penyelenggaraan pemilihan umum, diperlukan adanya suatu pengawasan
untuk menjamin agar pemilihan umum tersebut benar-benar dilaksanakan
berdasarkan asas pemilihan umum dan peraturan perundang-undangan. Untuk
mengawasi penyelenggaraan pemilihan umum, Undang-Undang ini mengatur
mengenai Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu) yang bersifat tetap. Fungsi
pengawasan intern oleh KPU dilengkapi dengan fungsi pengawasan ekstern yang
dilakukan oleh Bawaslu serta Panwaslu Provinsi, Panwaslu Kabupaten/Kota,
Panwaslu Kecamatan, Pengawas Pemilu Lapangan, dan Pengawas Pemilu Luar
Negeri. Pembentukan Pengawas Pemilu tersebut tidak dimaksudkan untuk
mengurangi kemandirian dan kewenangan KPU. (UU 22/2007)

Salah satu faktor penting bagi keberhasilan penyelenggaraan Pemilu
terletak pada kesiapan dan profesionalitas Penyelenggara Pemilu itu
sendiri, yaitu Komisi Pemilihan Umum, Badan Pengawas Pemilu, dan
Dewan Kehormatan Penyelenggara Pemilu sebagai satu kesatuan fungsi
penyelenggaraan Pemilu. Ketiga institusi ini telah diamanatkan oleh
undang-undang untuk menyelenggarakan Pemilu menurut fungsi, tugas
dan kewenangannya masing-masing (UU 15/2011)

Dalam Undang-Undang ini juga diatur mengenai kelembagaan yang
melaksanakan_Pemilu, yakni KPU, Bawaslu, serta DKPP. Kedudukan
ketiga lembaga- tersebut diperkuat dan diperjelas tugas dan fungsinya
serta disesuaikan dengan perkembangan kebutuhan hukum dalam
Penyelenggaraan Pemilu. Penguatan kelembagaan dimaksudkan untuk
dapat menciptakan Penyelenggaraan pemilu yang lancar, sistematis, dan
demokratis (UU 7/2017).
penyelenggara pemilu d i I n d o n e s i a

SATU
KESATUA
gradasi fungsi
N SETARA

Bawa s lu
DKPP
DKPP
KPU

Bawaslu
KPU
EVOLUSI KELEMBAGAAN PENYELENGGARA PEMILU

Pemilu 1955 Pemilu ORBA Pemilu 1999


LPU - KPU-PPI
Badan
Panwaslak - Panwaslu
Pen yel enggar a
(pemer i ntah- (perad i l an)
Pemilihan 198 2) Pemantau
-

Pemilu 2014 Pemilu 2009 Pemilu 2004


- KPU RI-Prov-KK - KPU RI-Prov-KK - KPU RI-Prov-KK
- Bawaslu R I - - Bawaslu - Panwaslu (KPU)
Provinsi - DK KPU-Bawaslu - DK KPU
- DKPP

Pemilu 2019 Pemilu 2024 Pilkada


2005- 2007

?
- KPU RI-Prov-KK
- Bawaslu R I - - KPU daerah
Prov-KK - Pan wa s lu
- DKPP (DPRD)
4. NILAI DASAR PENGAWAS
PEMILU
• Pengawasan atas pemilu dapat dilakukan oleh siapa saja.
• Secara formal pengawas pemilu eksis sejak pemilu 1982 hingga sekarang.
Mengacu kepada latar historis kepemiluan, terdapat muatan yang berbeda atas
watak lembaga pengawas pemilu pada era Orde Baru, era Reformasi dan era
Digital.
• Pionir pengawasan pemilu muncul pada pemilu 1997 ketika organ masyarakat sipil
mengawal pemilu melalui organ KIPP. Dan berikutnya muncul JPPR, UNFREL,
FORUM REKTOR, JAMPPI dll menandakan spirit partisipasi non negara pada dimensi
kepemiluan.
• Sifat pengisian lembaga pengawas pemilu yang bertujuan menjadikannya lebih
profesional tidak kemudian meninggalkan watak reformasi pada tubuh pengawas
pemilu.

• Lingkup tugas pengawasannya meliputi pra penyelidikan, penyelidikan, kerjasama
penegakan hukum pidana, ajudikasi dan putusan perkara sengketa pemilu. Koordinasinya
lintas batas dan menjadi leading sector pengawasan/ penegakan hukum pemilu.
• Jika tidak dikelola dengan baik akan muncul kontradiksi tugas dan kewenangan yang
dimiliki pengawas pemilu bukan karena bawaan UU tetapi atas dasar peran yang dimainkan
atas perkara aktual kepemiluan. Beberapa isu aktual pemilu 2019 seperti isu DPTHP, hak
orang ODGJ, kotak suara kardus, debat dengan kisi-kisi, caleg koruptor dll menjadi cermin
dilema pengawas pemilu. Apalagi struktur sosial politik bagi daerah yang sudah
melaksanakan pilkada sebelumnya belum terlalu jauh. Sehingga pengalaman dan memori
yang dimiliki pengawas pemilu masih kuat atas problem lapangan yang terjadi.
• Pada era digital terdapat variabel baru atas perubahan latar sosial yang menambah
kompleks dimensi pengawasan atas pemilu. Apakah Bawaslu masih menjadi leading sector
negara dan menjaga track partisipasi reformasi?
UNSUR
PEMBENTUK
• Berdasarkan historis pengawasan
pemilu di Indonesia maka dapat
dikenali berbagai model pengawasan
yakni pengawasan oleh kontestan, Pengawa
pengawasan pemerintah, pengawasan
lembaga mandiri, dan pengawasan
s pemilu
publik pemantau pemilu.
• Sejak UU 7/2017 ada, anggota
pengawas pemilu dituntut untuk
memiliki pengetahuan dan keahlian
tentang
• Penyelenggaraan pemilu
• Ketatanegaraan
• Kepartaian
• Pengawasan pemilu
UNSUR
KEAHLIAN
• Unsur yang membentuk
Bawaslu merupakan paduan
dari ragam unsur kapasitas
yang dimiliki oleh Pengawas
pemerintah, KPU, polisi, pemilu
jaksa, hakim, wartawan,
tokoh masyarakat (pemantau
pemilu), DPRD sepanjang
pelaksanaan pemilu dan
pilkada.
• Dimensi pengetahuan dan
keterampilan/keahlian
tersebut terwujud dalam
luasnya bidang pengawasan
meliputi pencegahan dan
penindakan dalam pemilu.
ESENSI PENGAWAS
PEMILU
Pengawas pemilu
Mengawasi

Menerima

Menyelesaikan
NDPP

1. Pengawas pemilu merupakan agen demokrasi level negara yang


menjamin pelaksanaan pemilu tetap jurdil luber.
2. Pengawas pemilu menggabungkan beragam keahlian yang
menjaga martabat demokrasi rakyat tetap lestari.
3. Pengawas pemilu memiliki kompetensi keahlian mengawasi,
melayani complain dan memutus perselisihan pelaksanaan
pemilu.
5. KARAKTER PENGAWAS
PEMILU
1. Mampu mengawasi
2. Mampu melayani
3. Mampu memutuskan SIM P
Selamat bertugas

Anda mungkin juga menyukai