Anda di halaman 1dari 45

LOGIKA, JATIDIRI

DAN KELEMBAGAAN
PENGAWAS PEMILU
B AWA S L U P R O V I N S I S U L AW E S I U T A R A
LOGIKA BERPIKIR
PENGAWASAN PENCEGAHAN
KENAPA HARUS ADA PENGAWAS
PEMILU?
STANDARD PEMILU UNIVERSAL

1. Hak pilih universal (universal adult suffrage)


2. Kerahasiaan surat suara (the secrecy of the ballot)
3. Bebas dari paksaan, dan menjalankan prinsip satu orang satu suara.
PRINSIP PEMILU BEBAS DAN ADIL
1. Pemilihan reguler dan berkala
2. Hak pilih universal
3. Dilaksanakan oleh suatu lembaga yang independen dan tidak berpihak
4. Adanya persaingan antarpartai politik
5. Kebebasan berbicara/media yang bebas
6. Kebebasan dari kebohongan, pengaruh yang menyesatkan atau tekanan pada pemilih
7. Surat suara rahasia
8. Hasil yang cepat
9. Mudah digunakan
10. Satu orang, satu suara, satu nilai
11. Perwakilan parlementer yang sesungguhnya
12. Kekuatan pada mayoritas dan minoritas yang terwakili
13. Pemungutan suara wajib atau sukarela dan partisipasi penuh
ETIKA PENYELENGGARA PEMILU

1. Mentaati peraturan perundang-undangan


2. Non partisan dan netral
3. Transparan
4. Akurat
5. Melayani pemilih
JATI DIRI
PENGAWAS
3 Pertanyaan Kunci?

1. Mengapa jati diri pengawas pemilu diperlukan?


2. Kapan jati diri pengawas pemilu muncul?
3. Apa saja perwujudan jati diri pengawas pemilu?
DEFINISI:

• Arnold Dashelfsky mengartikan jati diri sebagai ciri-ciri yang melekat pada
diri seseorang
• Soemarno Soedarsono memberi arti jati diri sebagai tanda spesifik yang
membedakan seseorang dengan orang lain.

Jadi Jati diri adalah identitas seseorang atau kelompok yang dapat
menggambarkan keberadaan atau eksistensi dan keadaan seseorang atau
kelompok tersebut
Jati
diri:
Jati diri Jati diri kolektif adalah suatu interaksi individu ke individu
lain dalam suatu kelompok bahkan tindakan-tindakan bersama
individu dalam sebuah kelompok.

Jati diri Jati diri kolektif adalah suatu interaksi individu ke individu lain

kolektif
dalam suatu kelompok bahkan tindakan-tindakan bersama
dalam sebuah kelompok.
• Kekuatan jiwa manusia yang terdiri dari sifat, karakter, paham, semangat,
kepribadian, moralitas, ahlak dan keyakinan yang merupakan hasil proses
belajar dalam waktu yang panjang dan yang muncul dalam ekspresi dan
aktualisasi diri serta dalam pola-pola perilaku berkehidupan, bermasyarakat
dan berbudaya.

• Jati diri Bawaslu diartikan sebagai suatu kekuatan yang dimiliki


Bawaslu yang berakar dari Bawaslu itu sendiri, yang menjadi
identitas, karakter, atau ciri Bawaslu itu sendiri yang menjadi
modal dasar untuk membangun dirinya.
• Jati diri muncul ketika seseorang atau kelompok melakukan interaksi.
• Jati diri tersebut muncul disebabkan oleh beberapa hal yaitu sebagai refleksi hati nurani,
keramahan yang tulus dan santun, ketakwaan kepada Tuhan, keuletan dan ketangguhan,
kecerdasan yang arif dan harga diri.

Mengapa seseorang atau kelompok memerlukan jati diri??.


• Bagi seseorang, jati diri merupakan kekuatan untuk mempengaruhi, mengetahui posisi dan peran
dalam berinteraksi. Sementara, bagi sebuah kelompok atau lembaga, jati diri diperlukan untuk
membedakan suatu lembaga terhadap lembaga lain sehingga mantap dalam berpola pikir,
bersikap, bertindak menghadapi perubahan zaman.
• Untuk mencapai hal tersebut diperlukan suatu paradigma yang berfungsi sebagai pedoman atau
acuan serta wahana berinteraksi dalam lembaga untuk mampu menyatukan derap langkah
bersama dalam menghadapi tantangan sehingga terbentuk lembaga yang unggul, maju dan
harmoni. Jati diri lembaga dapat digali dari nilai-nilai sejarah lembaga
Pembentuk Jati Mandat Sejarah
Diri Pengawas • Lembaga pengawas pemilu hadir karena pemilu Indonesia
Pemilu dalam perjalanannya diwarnai praktek-praktek kompetisi
yang tidak fair, banyak pelanggaran dan sengketa. T
Mandat
sejarah • Secara formil keberadaan lembaga pengawas pemilu di
Indonesia dimulai pada pemilu tahun 1982 yaitu Panita
Konteks
sosial, Pelaksanaan Pengawasan Pemilihan Umum (Panwaslak).
politik, Pemilu 1999 Panwaslak berubah nama menjadi Panitia
hukum, Pengawas Pemilu (Panwaslu) dan pada pemilu 2004 dan
budaya 2009 dibentuklah Badan Pengawas Pemilu yang sifatnya
permanen sampai di level provinsi
Mandat UU
Konteks sosial, politik, hukum dan Budaya
• Konteks adalah sebuah lingkungan yang melatari sebuah peristiwa.
• Dalam hal ini, kehadiran dan peran pengawas pemilu sebagaimana diuraikan
sebelumnya lahir dalam sebuah konteks yang tidak dapat dipisahkan dari
kelahiran dan standard kinerja lembaga itu sendiri.
• Pemahaman terhadap konteks ini diperlukan untuk mengetahui apa yang
dikehendaki oleh pihak-pihak yang melahirkan sebuah institusi.
• Kelahiran dan kebutuhan akan peran pengawasan pemilu berada dalam
beberapa konteks sosial, politik, dan budaya
Mandat UNDANG-UNDANGAN
• Salah satu pilar penting dari jati diri pengawas pemilu adalah mandat
perundang-undangan.
• Mandat ini lahir dari dasar hukum tertinggi yakni konstitusi (UUD 1945)
• UU 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah
• UU 22 Tahun 2007 Tentang Penyelenggara Pemilu
• UU Nomor 15 Tahun 2011 tentang Penyelenggara Pemilu
• Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2015 Tentang Penetapan Peraturan
Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2014 Tentang
Pemilihan Gubernur, Bupati dan Walikota sebagaimana telah diubah
• UU 7 Tahun 2017 tentang Pemilu
KELEMBAGAAN BAWASLU?
SIFAT
LEMBAGA

UU 15/2011 UU 7/2017

(2) Bawaslu dan Bawaslu Provinsi sebagaimana


dimaksud pada ayat (1) bersifat tetap Bawaslu, Bawaslu Provinsi, dan
(3) Panwaslu Kabupaten/Kota, Panwaslu Bawaslu Kabupaten/Kota bersifat
Kecamatan, Pengawas Pemilu Luar Negeri tetap
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) bersifat ad (Pasal 89 ayat (4))
hoc
(Pasal 69 ayat (2) dan (3))

Terdapat perubahan secara kelembagaan terhadap Panitia Panwaslu


Kabupaten/Kota berubah menjadi Bawaslu Kabupaten/Kota, hal ini
berimplikasi pada sifat dari lembaga tersebut yang semula ad hoc menjadi
lembaga yang bersifat tetap
KEANGGOTAAN LEMBAGA

UU 15/2011 UU 7/2017

Jumlah anggota: Jumlah anggota:


a. Bawaslu sebanyak 5 (lima) orang; a.Bawaslu sebanyak 5 (lima) orang;
b. Bawaslu Provinsi sebanyak 3 (tiga) orang; b.Bawaslu Provinsi sebanyak 5 (lima)
c. Panwaslu Kabupaten/Kota sebanyak 3 (tiga) atau 7 (tujuh) orang;
orang; c.Bawaslu Kabupaten/Kota sebanyak 3
d. Panwaslu Kecamatan sebanyak 3 (tiga) (tiga) atau 5 (lima) orang;
orang. d. Panwaslu Kecamatan sebanyak 3 (tiga)
orang.

Dalam hal jumlah anggota Bawaslu, Bawaslu Provinsi, maupun Bawaslu Kabupaten/Kota terdapat
perubahan sebagai berikut:
a.Bawaslu Provinsi: dari 3 (tiga) orang menjadi 5 (lima) atau 7 (tujuh) orang anggota;
b. Bawaslu Kabupaten/ Kota: dari 3 (tiga) orang anggota menjadi 3 (tiga) atau 5 (lima) orang
anggota.
TUGAS BAWASLU

UU 15/2011 UU 7/2017

Melakukan pencegahan dan penindakan


Bawaslu bertugas mengawasi penyelenggaraan
terhadap:
Pemilu dalam rangka pencegahan dan penindakan
a. Pelanggaran Pemilu; dan
pelanggaran untuk terwujudnya Pemilu yang
b. Sengketa Proses Pemilu
demokratis (Pasal 73 ayat (2))
(Pasal 93 huruf b)

Dalam perubahan diperjelas bahwa objek pencegahan dan penindakan ialah Pelanggaran Pemilu dan
Sengketa Proses Pemilu, dimana pada UU 15/2011 hanya dilakukan pada pelanggaran Pemilu saja.

Pada UU 15/2011 Bawaslu hanya melakukan


pengawasan terhadap pelaksanaan kampanye,
Mengawasi pelaksanaan tahapan
tidak disebutkan melakukan pengawasan terhadap
Penyelenggaraan Pemilu, yang terdiri atas:....
dana kampanye.)
5. pelaksanaan kampanye dan dana
kampanye;
(Pasal 93 huruf d angka 5)
Perluasan objek pengawasan.
TUGAS PENGAWASAN PERSIAPAN PENYELENGGARAAN PEMILU

UU 15/2011 UU 7/2017

Mengawasi persiapan penyelenggaraan


Pemilu yang terdiri atas: Mengawasi persiapan
1. perencanaan dan penetapan jadwal
Penyelenggaraan Pemilu, yang
tahapan Pemilu;
2. perencanaan pengadaan logistik oleh terdiri atas:
KPU; 1. perencanaan dan penetapan
3. pelaksanaan penetapan daerah jadwal tahapan Pemilu;
pemilihan dan jumlah kursi pada setiap
daerah pemilihan untuk pemilihan
2. perencanaan pengadaan logistik
anggota Dewan Perwakilan Rakyat oleh KPU;
Daerah Provinsi dan anggota Dewan 3. sosialisasi Penyelenggaraan
Perwakilan Rakyat DaerahKabupaten/Kota
Pemilu; dan;
oleh KPU sesuaidengan ketentuan
peraturan perundang-undangan; 4. pelaksanaan persiapan lainnya
4. sosialisasi penyelenggaraan Pemilu; dan dalam Penyelenggaraan
5. pelaksanaan tugas pengawasan lain Pemilu sesuai dengan ketentuan
yang diatur
dalam ketentuan peraturan perundang- peraturan perundangundangan.
undangan.
TUGAS PENGAWASAN TAHAPAN PENYELENGGARAAN PEMILU

UU 15/2011 UU 7/2017
1. pemutakhiran data pemilih dan penetapan daftar
pemilih sementara serta daftar pemilih tetap;
2. penetapan peserta Pemilu;
3. proses pencalonan sampai dengan penetapan
anggota Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan
Perwakilan Daerah, Dewan Perwakilan Rakyat 1. pemutakhiran data pemilih dan penetapan daftar
Daerah, pasangan calon presiden dan wakil pemilih sementara serta daftar pemilih tetap;
presiden, dan calon gubernur, bupati, dan walikota 2.penataan dan penetapan daerah pemilihan DPRD
sesuai dengan ketentuan peraturan kabupaten/kota;
perundangundangan; 3. penetapan Peserta Pemilu;
pelaksanaan kampanye; 4. pencalonan sampai dengan penetapan Pasangan Calon,
5. pengadaan logistik Pemilu dan pendistribusiannya; calon anggota DPR, calon anggota DPD, dan calon
6. pelaksanaan pemungutan suara dan penghitungan anggota DPRD sesuai dengan ketentuan peraturan
suara hasil Pemilu di TPS; perundangundangan;
7. pergerakan surat suara, berita acara penghitungan 5. pelaksanaan kampanye dan dana kampanye;
suara, dan sertifikat hasil penghitungan suara dari 6. pengadaan logistik Pemilu dan pendistribusiannya;
tingkat TPS sampai ke PPK; 7. pelaksanaan pemungutan suara dan penghitungan
8. pergerakan surat tabulasi penghitungan suara dari suara hasil Pemilu di TPS;
tingkat TPS sampai ke KPU Kabupaten/Kota; 8. pergerakan surat suara, berita acara penghitungan
9. proses rekapitulasi hasil penghitungan perolehan suara,dan sertifikat hasil penghitungan suara dari tingkat
suara di PPS, PPK, KPU Kabupaten/Kota, KPU TPS sampai ke PPK;
Provinsi, dan KPU; 9. rekapitulasi hasil penghitungan perolehan suara di PPK,
10. pelaksanaan penghitungan dan pemungutan suara KPU Kabupaten/Kota, KPU Provinsi, dan KPU;
ulang, Pemilu lanjutan, dan Pemilu susulan; 10. pelaksanaan penghitungan dan pemungutan suara
11. pelaksanaan putusan pengadilan terkait dengan ulang, Pemilu lanjutan, dan Pemilu susulan; dan
Pemilu; 11. penetapan hasil Pemilu;
12. pelaksanaan putusan DKPP; dan
13. proses penetapan hasil Pemilu.
TUGAS BAWASLU

UU 15/2011 UU 7/2017

Pencegahan Money Politics tidak dinyatakan Mencegah terjadinya praktik politik uang
secara eksplisit dalam UU 15/2011 (Pasal 93 huruf e)

Memperkuat tugas Bawaslu dalam melakukan pencegahan terhadap pelanggaran Money


Politics yang Terstruktur Sistematis Massif (TSM).

UU 15/2011 belum mengatur pengawasan Mengawasi netralitas ASN, TNI, dan POLRI
netralitas ASN, TNI dan POLRI (Pasal 93 huruf f)

Tugas baru Bawaslu dalam hal pengawasan terhadap ASN, TNI, dan POLRI sehingga patut dipertimbangkan
untuk dibuatkan satu Perbawaslu untuk mengakomodir hal tersebut, dan juga perlu adanya SKB dengan
instansi-instansi tersebut.
TUGAS BAWASLU

UU 15/2011 UU 7/2017

Mengawasi atas pelaksanaan putusan


Mengawasi pelaksanaan putusan/keputusan,
pelanggaran Pemilu. (Pasal 73 (3) huruf e) yang terdiri atas:...
3. Putusan/keputusan Bawaslu, Bawaslu
Provinsi, dan Bawaslu Kab/Kota;
4. Keputusan KPU, KPU Provinsi, dan KPU
Dalam UU 7/2017 disebut secara eksplisit apa-apa
Kab/Kota;
saja putusan/keputusan yang dapat diawasi
5. Keputusan pejabat yang berwenang atas
pelaksanaannya, ditambah dengan keputusan
pelanggaran netralitas ASN, TNI, dan POLRI
mengenai netralitas ASN, TNI, dan POLRI.
(Pasal 93 huruf g)

Dalam UU 15/2011 tidak terdapat tugas untuk Menyampaikan dugaan pelanggaran kode etik
menyampaikan dugaan pelanggaran etik Penyelenggara Pemilu kepada DKPP
Penyelenggara Pemilu kepada DKPP. (Pasal 93 huruf h)

Ada perluasan tugas dari Bawaslu, UU 7/2017 menyebutkan bahwa Bawaslu memiliki tugas untuk
menyampaikan dugaan pelanggaran etik Penyelenggara Pemilu kepada DKPP, yang pada UU 15/2011 tidak ada
tugas tersebut melainkan hanya mengawasi pelaksanaan putusan DKPP mengenai pelanggaran kode etik
Penyelenggara Pemilu.
TUGAS BAWASLU

UU 15 2011 UU 7/2017

Menyampaikan dugaan tindak


Belum ada pengaturan tentang tugas pidana Pemilu kepada Sentra
penyampaian dugaan tindak pidana Gakkumdu
Pemilu kepada Sentra Gakkumdu (Pasal 93 huruf i)

Secara eksplisit disebutkan dalam UU 7/2017 bahwa Bawaslu bertugas untuk menyampaikan
dugaan tindak pidana Pemilu kepada Sentra Penegakan Hukum Terpadu (Gakkumdu)
PENCEGAHAN DAN PENINDAKAN
PELANGGARAN PEMILU SERTA
SENGKETA PROSES PEMILU

UU 15/2011 UU 7/2017

(1) Dalam melakukan pencegahan pelanggaran Pemilu dan pencegahan


Tidak ada pasal khusus yang
sengketa proses Pemilu sebagaimana
menjelaskan tugas bawaslu dalam dimaksud dalam Pasal 93 huruf b, Bawaslu bertugas:
melakukan pencegahan; penindakan a.mengidentifikasi dan memetakan potensi kerawanan serta pelanggaran
pelanggaran; dan sengketa Pemilu. Pemilu;
b.mengoordinasikan, menyupervisi, membimbing, memantau, dan
mengevaluasi penyelenggaraan Pemilu;
c.berkoordinasi dengan instansi pemerintah terkait; dan
d.meningkatkan partisipasi masyarakat dalam pengawasan Pemilu.
Terdapat pendetilan tugas (2) Dalam melakukan penindakan pelanggaran Pemilu sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 93 huruf b, Bawaslu bertugas:
Bawaslu dalam Pencegahan; a.menerima, memeriksa dan mengkaji dugaan pelanggaran Pemilu;
Penindakan; dan Sengketa b.menginvestigasi dugaan pelanggaran Pemilu;
c.menentukan dugaan pelanggaran administrasi Pemilu, dugaan
Proses Pemilu. pelanggaran kode etik Penyelenggara Pemilu, dan/atau dugaan tindak
pidana Pemilu; dan
d.memutus pelanggaran administrasi Pemilu.
(3) Dalam melakukan penindakan sengketa proses Pemilu sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 93 huruf b, Bawaslu bertugas:
a.menerima permohonan sengketa proses Pemilu;
b.memverifikasi secara formal dan materiel permohonan sengketaproses
Pemilu;
c.melakukan mediasi antarpihak yang bersengketa;
d.melakukan proses adjudikasi sengketa proses Pemilu; dan
e. memutus penyelesaian sengketa proses Pemilu.
(Pasal 94)
PENCEGAHAN DAN PENINDAKAN
PELANGGARAN PEMILU SERTA
SENGKETA PROSES PEMILU

UU 15/2011 UU 7/2017

Aturan dalam UU 15/2011 tidak 2) Dalam melakukan penindakan pelanggaran Pemilu


mengatur secara rinci tentang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 93 huruf b,
penindakan pelanggaran Pemilu. Bawaslu bertugas:
a.menerima, memeriksa dan mengkaji dugaan
pelanggaran Pemilu;
b.menginvestigasi dugaan pelanggaran Pemilu;
c.menentukan dugaan pelanggaran administrasi
Pemilu, dugaan pelanggaran kode etik
Hal ini berpotensi Bawaslu Penyelenggara Pemilu, dan/atau dugaan tindak
pidana Pemilu; dan
akan memainkan berbagai d.memutus pelanggaran administrasi Pemilu.
peran baik sebagai
penyelidik, penyidik, hingga (Pasal 93 Ayat 2)
pemutus pelanggaran.
PENCEGAHAN DAN PENINDAKAN
PELANGGARAN PEMILU SERTA
SENGKETA PROSES PEMILU

UU 15/2011 UU 7/2017

Tidak ada pasal yang mengatur (3) Dalam melakukan penindakan sengketa proses
Pemilu sebagaimana dimaksud dalam Pasal 93
mengenai penindakan sengketa
huruf b, Bawaslu bertugas:
proses pemilu.
a.menerima permohonan sengketa proses
Pemilu;
b.memverifikasi secara formal dan materiel
permohonan sengketaproses Pemilu;
c.melakukan mediasi antarpihak yang
Tugas penindakan sengketa bersengketa;
pemilu diperjelas dalam Pasal d.melakukan proses adjudikasi sengketa proses
Pemilu; dan
94 ayat (3) UU 7/2017
e. memutus penyelesaian sengketa proses
Pemilu.
(Pasal 94 Ayat 3)
WEWENANG BAWASLU

UU 15/2011

Bawaslu berwenang:
a. menerima laporan dugaan pelanggaran terhadap pelaksanaan ketentuan
peraturan perundang-undangan mengenai Pemilu;
b. menerima laporan adanya dugaan pelanggaran administrasi Pemilu dan
mengkaji laporan dan temuan, serta merekomendasikannya kepada yang
berwenang;
c. menyelesaikan sengketa Pemilu;
d. membentuk Bawaslu Provinsi;
e. mengangkat dan memberhentikan anggota Bawaslu Provinsi; dan
f. melaksanakan wewenang lain yang diatur dalam ketentuan peraturan
perundang-undangan.
 (Pasal 73 ayat (4))
WEWENANG BAWASLU

UU 7/2017

Bawaslu berwenang:
a. Menerima dan menindaklanjuti laporan yang berkaitan dengan dugaan adanya pelanggaran terhadap pelaksanaan
peraturan perundang-undangan yang mengatur mengenai Pemilu;
b. Memeriksa, mengkaji, dan memutus pelanggaran administrasi Pemilu;
c. Memeriksa, mengkaji, dan memutus pelanggaran politik uang;
d. Menerima, memeriksa, memediasi atau mengadjudikasi, dan memutus penyelesaian sengketa proses Pemilu;
e. Merekomendasikankepada instansi yang bersangkutan mengenai hasil pengawasan terhadap netralitas aparatur
sipil negara, netralitas anggota Tentara Nasional Indonesia, dan netralitas anggota Kepolisian Republik Indonesia;
f. Mengambil alih sementara tugas, wewenang, dan kewajiban Bawaslu Provinsi dan BawasluKabupaten/Kota
secara berjenjang jika Bawaslu Provinsi dan BawasluKabupaten/Kota berhalangan sementara akibat dikenai sanksi
atau akibat lainnya sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan;
g. Meminta bahan keterangan yang dibutuhkan kepada pihak terkait dalam rangka pencegahan dan penindakan
pelanggaran administrasi, pelanggaran kode etik, pelanggaran pidana Pemilu, dan sengketa proses Pemilu;
h. Mengoreksi putusan dan rekomendasi Bawaslu Provinsi dan Bawaslu Kabupaten/Kota apabila terdapat hal yang
bertentangan dengan ketentuan peraturan perundang-undangan;
i. Membentuk Bawaslu Provinsi, Bawaslu Kabupaten/Kota, dan Panwaslu LN;
j. Mengangkat, membina, dan memberhentikan anggota Bawaslu Provinsi, anggota Bawaslu Kabupaten/Kota, dan
anggota Panwaslu LN; dan
k. Melaksanakan wewenang lain sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
(Pasal 95)
WEWENANG BAWASLU

• Terkait pelanggaran politik uang TSM sekali lagi diperkuat dan


diperjelas dalam wewenang Bawaslu
• Terkait rekomendasi terhadap instansi mengenai netralitas anggota
instansi tersebut memberi dampak bahwa nantinya Bawaslu akan
mengeluarkan surat rekomendasi kepada instansi yang harus didukung
dengan SKB dengan instansi tersebut agar kekuatan surat rekomendasi
tersebut dapat ditindaklanjuti oleh instansi terkait
• Kewenangan meminta bahan keterangan harus diatur kembali dalam
Perbawaslu mengenai teknisnya
• Dalam UU 7/2017 juga ditambahkan wewenang yang baru yaitu Bawaslu
dapat langsung mengoreksi putusan dan rekomendasi Bawaslu Provinsi
dan Bawaslu Kabupaten/Kota apabila terdapat hal yang bertentangan
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
KEWAJIBAN BAWASLU

UU 15/2011 UU 7/2017

Bawaslu berkewajiban: Bawaslu berkewajiban:


a. bersikap tidak diskriminatif dalam menjalankan tugas a. bersikap adil dalam menjalankan tugas dan
dan wewenangnya; wewenang;
b. melakukan pembinaan dan pengawasan terhadap b. melakukan pembinaan dan pengawasan terhadap
pelaksanaan tugas Pengawas Pemilu pada semua pelaksanaan tugas Pengawas Pemilu pada semua
tingkatan; tingkatan;
c. menerima dan menindaklanjuti laporan yang berkaitan c. menyampaikan laporan hasil pengawasan kepada
dengan dugaan adanya pelanggaran terhadap Presiden dan DPR sesuai dengan tahapan Pemilu
pelaksanaan peraturan perundang-undangan secara periodik dan/atau berdasarkan kebutuhan;
mengenai Pemilu; d. mengawasi pemutakhiran dan pemeliharaan data
d. menyampaikan laporan hasil pengawasan kepada pemilih secara berkelanjutan yang dilakukan oleh
Presiden, Dewan Perwakilan Rakyat, dan KPU sesuai KPU dengan memperhatikan data kependudukan
dengan tahapan Pemilu secara periodik dan/atau sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
berdasarkan kebutuhan; dan undangan; dan
e. melaksanakan kewajiban lain yang diberikan oleh e. melaksanakan kewajiban lain sesuai dengan
peraturan perundang-undangan. ketentuan peraturan perundang-undangan.
 (Pasal 74 UU 15/2011) (Pasal 96)

Kewajiban Bawaslu tidak banyak berubah kecuali mengawasi mutarlih (Pemutakhiran dan Pemeliharaan Data
Pemilih) serta berkelanjutan yang dilakukan oleh KPU diperjelas dan dibunyikan dalam UU 7/2017
TARGET PENGAWASAN

Pencegaha
n Adanya
partisipasi
masyaraka Mengawasi
t dalam proses
proses penyelengg Adanya
araan sesuai Tindaklanj
pengawas hasil
dengan ut hasil
an pengawasan
kententuan pengawasa
yang akurat
UU dan n-
daan tepat
peraturan. penindakan
sasaran
pelanggara
n
ISU KRUSIAL PENGAWASAN DATA PEMILIH

Kinerja PPDP

Perbaikan
penyusunan data
Perbaikan penyusunan data
pemilih dan
pemilih dan pemutakhiran
pemutakhiran
dalam system SIDALIH
dalam system
SIDALIH

Pemilih
ganda/Pemilih
Keaslian E-KTP dan Fiktif/Pemilih yang
Pemilih non E-KTP tidak memenuhi
syarat masih (akurasi
Data Pemilih)

Perbaikan
Hilangnya hak pilih
penyusunan data
kepada pemilih rentan
pemilih dan
(disabilitas/grey
pemutakhiran dalam
area/Narapidana)
system SIDALIH
ISU KRUSIAL PENCALONAN

Verifikasi
Verifikasi keabsahan
dukunganperseoranga
syarat bakal calon
n melalui sensus

Mahar Politik

Penyalahgunaan
Dukungan ganda
wewenang calon
partai politik
pertahana
ISU KRUSIAL KAMPANYE
Politik
identitas dan
Isu sara
Pelibatan
Penggunaan
Pihak lain
Fasilitas
yang
negara
dilarang

Kampanye
Kampanye
negative di
Pemberitaan
media sosial
ISU KRUSIAL DANA KAMPANYE
Penyumbang fiktif dan
Manipulasi sumbangan

Perbandingan Kepatuhan pelaporan


pengeluaran real dan LADK
Hasil Audit Dana LPSDK
Kampanye LPPDK

Menghitung pengeluaran Sumber sumbangan yang


dana kampanye dilarang
ISU KRUSIAL LOGISTIK
Kualitas
dibawah
standar

Keterlambatan
Keamanan
distribusi

Kekurangan
jumlah
ISU KRUSIAL TUNGSURA DAN REKAP
Kekurangan
Logisitk

Kesalahan TPS tidak


administrasi dibuka tepat
dan waktu
Manipulasi

Penyalahguna
Pelayanan
an undangan

Mobilisasi
dan
Intimidasi
STANDAR PENGAWASAN

PANDUAN ALAT KERJA


PERBAWASLU
PEGAWASAN PENGAWASAN

ALAT
KALENDER EVALUASI
PENGAWASAN HASIL
PENGAWASAN
KOLABORASI PENCEGAHAN
KERJASA
MA
LEMBAG
A

WADAH KOLABORASI
PARA PIHAK DALAM PENCEGAH
PENCEGAHAN DAN PROGRAM
AN DAN
PENGAWAS
PENGAWASAN BAWASLU AN
PARTISIPAT
PARTISIPATIF IF

INISIATIF
MASYAR
AKAT
JENIS PUSAT PENGAWASAN PARTISIPATIF

PENGAWASAN SAKA
POJOK
BERBASIS IT FORUM WARGA ADHYASTA
PENGAWASAN
(GOWASLU) PEMILU

GERAKAN
PENGABDIAN PENGAWASAN
MEDIA SOSIAL
MASYARAKAT PARTISIPATIF
PEMILU
A L UR P ENA N GA N AN P EL A NGG A R A N P EM I L UK A D A BER DA SA R K A N
P A S AL 1 3 4 UND A NG -U ND A NG NO 8 /2 0 1 5

1. WNI yang memiliki hak pilih


2. Peserta Pemilu
3. Pemantau Pemilu

Pelapor
(laporan) 1. Pelanggaran
adminitrasi pemilu
2. Pelanggaran kode
3 + 2 Hari etik pemilihan
3. Pelanggaran tindak
PENGAWAS pidana Pemilihan
PEMILU
(daluarsa 7 hari KAJIAN PLENO 4. Sengketa Pemilihan
5. Pelanggaran
sejak diketahui) terhadap ketentuan
1 x 24
peraturan
Jam
perundang-
undangan lainya

Dugaan
Pengawas pemilu
Pidana
(temuan) Pemilu
• Pemberkasan
• Klarifikasi
• Pengumpulan alat
Pembahasan Sentra bukti
Gakumdu (pengawas • Melakukan kajian
Pemilu, Kepolisan, dan
Kejaksaan)
A L UR P ENA N GA N AN P EL A NGG A R A N P EM I L U BER D A S A R K A N P A S A L 4 5 4
UND A NG - UND A NG NO 7/2 0 1 7

1. WNI yang memiliki hak pilih


2. Peserta Pemilu
3. Pemantau Pemilu

Pelapor
(laporan) 1. Pelanggaran
adminitrasi pemilu
2. Pelanggaran kode
7 + 7 Hari etik pemilihan
3. Pelanggaran tindak
PENGAWAS pidana Pemilihan
PEMILU
(daluarsa 7 hari KAJIAN PLENO 4. Sengketa Pemilihan
5. Pelanggaran
sejak diketahui) terhadap ketentuan
1 x 24
peraturan
Jam
perundang-
undangan lainya

Dugaan
Pengawas pemilu
Pidana
(temuan) Pemilu
• Pemberkasan
• Klarifikasi
• Pengumpulan alat
Pembahasan Sentra bukti
Gakumdu (pengawas • Melakukan kajian
Pemilu, Kepolisan, dan
Kejaksaan)
ALUR PENYELESAIAN SENGKETA
ALUR PENANGANAN PELANGGARAN TINDAK PIDANA PEMILIHAN
BERDASARKAN PASAL 146 UNDANG-UNDANG NO. 10 TAHUN 2016

Penyidik kepolisian dalam menjalankan tugas dapat


melakukan penggeledahan , penyitaan dan
pengumpulan alat bukti untuk kepentingan
penyelidikan maupun penyidikan tanpa surat izin ketua
pengadilan setempat

14 hari kerja sejak laporan Melimpahkan berkas


diterima dari Bawaslu perkara paling lama 5 hari
Provinsi dan Panwas kerja terhitung sejak
Kab/Kota menerima perkara dari
penyidik

Penyidik Penuntut Pengadilan


Kepolisan Umum Negeri

Dalam hal penydikan belum


3 hari kerja terhitung sejak
lengkap, paling lama 3 hari
tanggal penerimaan berkas
penuntut mengembalikan
dari penuntut umum
perkara pada penyidik

Penyidik Kepolisian

Anda mungkin juga menyukai