Anda di halaman 1dari 5

Posisi Kasus

29 Maret 2019

Berdasarkan keterangan tujuh dari 12 orang yang siswi SMA terkait dugaankekerasan yang

buka suara usai dimintai keterangan oleh polisi di Polresta Pontianak,Rabu (10/4/2019),

perkelahian terjadi pada Jumat (29/3). Pada Jumat (29/3)

itu, berdasarkan cerita Ec alias NNA, dia dan A membuat janji bertemu pada Sabtu (30/3)unt

uk menyelesaikan permasalahan mereka yang berawal dari ejek-ejekan di medsos. Namun,

rupanya A meminta pertemuan dilakukan di hari itu juga. A dan Ec pun bertemudi pinggir

tepi Kapuas. Dalam pertemuan itu, mereka terlibat adu mulut dan berlanjutdengan baku

hantam. Tak berhenti di situ, perkelahian berlanjut ke lokasi lainnya, yaituTaman Akcaya

yang jaraknya sekitar 500 meter dari tepi Kapuas. Di sana A berkelahilagi dengan Ar dan Ll.

Ec menyebut tak ada pengeroyokan, yang ada duel satu per satu.Di lokasi yang sama,

Komisioner KPPAD Pontianak Alik R Rosyad, yang mendampingikorban dan pelaku karena

masih termasuk kategori anak, juga menjelaskan

kronologi perkelahian tersebut. Menurut Alik, berdasarkan penjelasan para pelajar tersebut, p

erkelahian diawali dari Ec dan A di Aneka Pavilion. Kemudian A mencoba lari keTaman

Akcaya, yang berjarak sekitar 500 meter dari lokasi pertama. A kemudian dikejarEc. Saat

sedang mengejar korban, Ec bertemu Ar di Jalan Uray Bawadi. Ar kemudiandiajak mengejar

A, dan mereka bertemu korban di Taman Akcaya. Kemudian

A berkelahi dengan Ar. Setelah selesai berkelahi dengan A, Ll datang dan berkelahi lagideng

an A di lokasi yang sama.

5 April 2019

Ibu korban mengadukan kasus ini ke Polsek Pontianak.


8 April 2019

Kasus ini kemudian dilimpahkan ke Polresta Pontianak. Dari BAP orang tua, A

disebutsempat dijemput di rumahnya oleh temannya yang berinisial DE dan diantar ke

rumahsepupunya yang berinisial PP. Selanjutnya, A dan PP pergi naik motor dan

mengakudibuntuti 4 perempuan. Mereka lalu dicegat seseorang berinisial TR, yang

lalumelakukan penganiayaan bersama EC dan LL.

Isu Hukum

Isu hukum yang dapat diambil dari kasus ini adalah sebagai berikut:

1. Apakah korban dapat menuntut ganti kerugian secara keperdataan pada pelaku?

2. Apakah dengan korban dan keluarganya memaafkan pelaku dapat

menghapuskan pertanggungjawaban pelaku dalam tindak - tindak pidana tersebut?

Analisis Hukum

1. Apakah korban dapat menuntut ganti kerugian secara keperdataan pada pelaku

Dalam kasus audrey, keluarga korban yaitu keluarga audrey dapat menuntut gantikerugian

secara perdata. Menurut Pasal 1365 Kitab Undang - Undang Hukum Perdata(KUHPER)

berbunyi bahwa:

" Tiap perbuatan melanggar hukum, yang membawa kerugian kepada orang lain,mewajibkan

orang yang karena salahnya menerbitkan kerugian itu, mengganti kerugiantersebut".


PadaPasal 1365 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata tidak hanya mengaturmasalah

perbuatan melanggar hukum perdata saja, tetapi juga mengatur perbuatan melanggarhukum

pidana. Oleh karena pasal tersebut berada dalam bab tentang perikatan-perikatan

yangdilahirkan demi undang-undang (secara umum).

Sehingga dapat dikatakan adanya suatu asas hukum: “Menjalani masa pemidanaan

tidak menghilangkan kewajiban hukum untuk mengganti kerugian keperdataan yang

diakibatkan oleh perbuatan melanggar hukum.”

Alat bukti apa yang dipergunakan sebagai alas hak mengajukan gugatan keperdataanatas

tindak pidana? Alat bukti yang dapat diajukan di muka persidangan adalah cukup

denganmengajukan alat bukti tulisan berupa putusan hakim pidana. Bahwa suatu putusan

hakim pidana mempunyai nilai kekuatan pembuktian yang sempurna dalam perkara perdata,

baikterhadap orang yang dihukum (dalam hal ini adalah Tergugat) pada putusan hakim

pidanamaupun terhadap pihak ketiga dengan memperbolehkan adanya pembuktian

perlawanan.Pada umumnya dalam suatu perkara perdata salah satu pihak mengajukan

suatu putusan pidana untuk membuktikan

sesuatu, pihak lawan harus diberikan kesempatan untukmengajukan bukti balasan, tetapi

dalam hal ini pemberian bukti balasan tersebut tidaklah perlu karena fakta-

katanya terang dan tidak merupakan perselisihan antara kedua belah pihak.

2. Apakah dengan korban dan keluarganya memaafkan pelaku dapat

menghapuskanpertanggungjawaban pelaku dalam tindak - tindak pidana tersebut

Dalam kasus audrey, kasus tersebut merupakan sebuah kasus penganiayaan danmerupakan

dari delik aduan. Untuk delik aduan, pengaduan hanya boleh diajukan dalam waktu enam

bulan sejak orang yang berhak mengadu mengetahui adanya kejahatan,

jika bertempat tinggal di Indonesia, atau dalam waktu sembilan bulan jika bertempat tinggal
di luar Indonesia (Pasal 74 ayat [1] KUHP). Dan orang yang mengajukan pengaduan

berhakmenarik kembali pengaduan tersebut dalam waktu tiga bulan setelah pengaduan

diajukan (Pasal 75 KUHP)

Pada intinya, terhadap pelaku delik aduan hanya bisa dilakukan proses hukum pidanaatas

persetujuan korban dan keluarga korbannya. Jika pengaduannya kemudian dicabut,selama

dalam jangka waktu tiga bulan setelah pengaduan diajukan, maka proses hukum akan

dihentikan.

Kesimpulan atau Rekomendasi

Kesimpulan dari kasus audrey ini adalah telah jelas bahwa tindakan yang dilakukanoleh 3

pelaku terhadap audrey adalah perbuatan melawan hukum dan melanggar Hak AsasiManusia.

Tindakan yang dilakukan oleh ketiga pelaku tersebut dijerat dengan Pasal 76 C juncto

Pasal 80 ayat (1) UU Perlindungan Anak tentang kekerasan terhadap anak. Pihak

yang berwenang masih menyelidiki kasus tersebut secara serius dan meneliti kasus tersebut a

gartidak terjadi kasus yang hoax. Namun korban dapat meminta ganti rugi secara

keperdataan,hal tersebut tercantum dalam pasal 1365 Kitab Undang - Undang Hukum

Perdata(KUHPER). Apabila korban dan keluarga korban telah memaafkan pelaku yang

melakukantindakan pidana tersebut maka pengaduan tersebut dapat dihentikan sehingga

pelaku bebasdari tindakan pidana tersebut.


Tugas Logika dan Penalaran Hukum

Legal Opinion Kasus Audrey

Oleh:

Elisabeth (1621002)

Kelas A

UNIVERSITAS ATMAJAYA MAKASSAR

Fakultas Hukum

(2019)

Anda mungkin juga menyukai