NIM : B011181315 Kelas : Hukum Perburuhan E Perlindungan Pekerja/Buruh Terkait Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Keselamatan dan kesehatan kerja (selanjutnya disebut K3) adalah suatu
program yang dibuat bagi pekerja/buruh maupun pengusaha sebagai upaya pencegahan (Preventif) bagi timbulnya kecelakaan kerja dan penyakit akibat hubungan kerja dalam lingkungan kerja dengan cara mengenali hal–hal yang berpotensi menimbulkan kecelakaan kerja dan penyakit akibat hubungan kerja, dan tindakan antisipatif bila terjadi hal demikian. Menurut Iman Soepomo, keselamatan kerja adalah aturan yang bertujuan menjaga keamanan pekerja/buruh atas bahaya kecelakaan dalam menjalankan pekerjaan di tempat kerja yang menggunakan alat/mesin/dan/atau bahan pengolah berbahaya. Keselamatan Kerja adalah keselamatan yang bertalian dengan mesin, pesawat, alat kerja, bahan dan proses pengolahannya, landasan tempat kerja dan lingkungannya serta cara-cara melakukan pekerjaan. Keselamatan kerja bersasaran segala tempat kerja, baik di darat, di dalam tanah, di permukaan air, di dalam air, maupun di udara. Tempat-tempat kerja demikian tersebar pada segenap kegiatan ekonomi, seperti pertanian, industri, pertambangan, perhubungan, pekerjaan umum, jasa, dan lain-lain. Tujuan keselamatan kerja adalah sebagai berikut: a. Melindungi tenaga kerja atas hak keselamatannya dalam melakukan pekerjaan untuk kesejahteraan hidup dan meningkatkan produksi serta produktivitas nasional, b. Menjamin keselamatan setiap orang lain yang berada di tempat kerja, c. Sumber produksi dipelihara dan dipergunakan secara aman dan efisien Fungsi dari keselamatan kerja seperti berikut.
a. Antisipasi, identifikasi, dan evaluasi kondisi serta praktik berbahaya.
b. Buat desain pengendalian bahaya, metode, prosedur, dan program. c. Terapkan, dokumentasikan, dan informasikan rekan lainnya dalam hal pengendalian bahaya dan program pengendalian bahaya. d. Ukur, periksa kembali keefektifan pengendalian bahaya dan program pengendalian bahaya.
Kesehatan kerja adalah upaya mempertahankan dan meningkatkan derajat
kesehatan fisik, mental dan kesejahteraan sosial semua pekerja yang setinggi- tingginya. Mencegah gangguan kesehatan yang disebabkan oleh kondisi pekerjaan; melindungi pekerja dari faktor risiko pekerjaan yang merugikan kesehatan; penempatan dan pemeliharaan pekerja dalam suatu lingkungan kerja disesuaikan dengan kapabilitas fisiologi dan psikologinya, dan disimpulkan sebagai adaptasi pekerjaan kepada manusia dan setiap manusia kepada pekerjaannnya. Tujuan Kesehatan Kerja adalah sebagai berikut : a. Meningkatkan dan memelihara derajat kesehatan tenaga kerja yang setinggi- tingginya baik fisik, mental maupun social b. Mencegah dan melindungi tenaga kerja dari gangguan kesehatan yang disebabkan oleh kondisi lingkungan kerja c. Menyesuaikan tenaga kerja dengan pekerjaan atau pekerjaan dengan tenaga kerja d. Meningkatkan produktivitas kerja Pelaksanaan pengawasan kesehatan kerja dilakukan oleh: a. Pegawai pengawas keselamatan dan kesehatan kerja; b. Ahli keselamatan kerja; c. Pengawas ketenagakerjaan terpadu (umum dan spesialis) Fungsi dari kesehatan kerja sebagai berikut. a. Identifikasi dan melakukan penilaian terhadap risiko dari bahaya kesehatan di tempat kerja. b. Memberikan saran terhadap perencanaan dan pengorganisasian dan praktik kerja termasuk desain tempat kerja. c. Memberikan saran, informasi, pelatihan, dan edukasi tentang kesehatan kerja dan APD. d. Melaksanakan survei terhadap kesehatan kerja. e. Terlibat dalam proses rehabilitasi. f. Mengelola P3K dan tindakan darurat. Sedangkan yang berhak melakukan pemeriksaan kesehatan pekerja adalah dokter yang ditunjuk oleh pimpinan tempat kerja/perusahaan dan yang disetujui oleh Departemen Tenaga Kerja. Sumber-sumber bebahaya bagi kesehatan tenaga kerja yaitu sebagai berikut: a. Faktor fisik, misalnnya : radiasi, suara terlalu bising b. Faktor kimia, misalnya : gas/uap c. Faktor biologis, misalnya : bakteri, virus, jamur, cacing d. Faktor faal, misalnya : sikap badan yang tidak baik pada waktu kerja e. Factor psikologis, misalnya : pekerjaan yang cenderung lebih mudah menimbulkkan kecelakaan Status kesehatan seseorang menurut Blum (1981) ditentukan oleh empat faktor sebagai berikut : a. Lingkungan, berupa lingkungan fisik (alami, buatan), kimia (organik/anorganik, logam berat, debu), biologik (virus, bakteri, mikroorganisme), dan sosial budaya (ekonomi, pendidikan, pekerjaan). b. Perilaku yang meliputi sikap, kebiasaan, tingkah laku. c. Pelayanan kesehatan: promotif, perawatan, pengobatan, pencegahan kecacatan, rehabilitasi. d. Genetik, yang merupakan faktor bawaan setiap manusia. Keselamatan dan kesehatan kerja diperlukan seiring dengan perkembangan industry yang membawa serta penggunaan berbagai alat, mesin, instalasi dan bahan-bahan berbahaya maupun beracun. Penggunaan alat dan bahan yang awalnya bertujuan untuk memudahkan pekerja/buruh dalam melakukan pekerjaannya kerap justru menimbulkan peningkatan resiko kerja dalam proses penggunaannya. Risiko yang langsung berakibat bagi pekerja/buruh umumnya adalah risiko kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja. Keselamatan dan kesehatan kerja harus diterapkan dan dilaksanakan disetiap tempat kerja (perusahaan). Pelaksanaan keselamatan dan kesehatan kerja di tempat kerja (perusahaan) dilakukan secara Bersama-sama oleh pimpinan atau pengurus perusahaan dan seluruh tenaga kerja. Tempat kerja adalah setiap tempat yang didalamnya terdapat 3 unsur yaitu : a. Adanya suatu usaha, baik ekonomis dan social b. Adanya sumber bahaya c. Adanya tenaga kerja yang bekerja ddidalamnya, baik secara terus menerus maupun hanya sewaktu-waktu Terhadap tenaga kerja yang baru bekerja, pemimpin perusahaan berkewajiban menunjukkan dan menjelaskan tentang kondisi dan bahaya yang dapat ditimbulkan di tempat kerja, semua alat pengaman dan pelindung yang diharuskan, cara dan sikap dalam melakukan pekerjaannya, memeriksakan kesehatan baik fisik maupun mental tenaga kerja yang bersangkutan. Pemimpin perusahaan juga diwajibkan menyelenggarakan pembinaan bagi semua tenaga kerja yang berada dibawah pimpinannya, dalam pencegahan kecelakaan, penanggulangan kebakaran, serta peningkatan keselamatan dan kesehatan kerja, juga dalam pemberian pertolongan pertama pada kecelakaan. Dan melaporkan tiap kecelakaan yang terjadi dalam tempat kerja yang dipimpinnya pada pejabat yang ditunjuk oleh Menteri tenaga kerja. Landasan hukum merupakan bentuk perlindungan yang diberikan oleh pemerintah terhadap masyarakat dan karyawan yang wajib untuk di terapkan oleh perusahaan. Pengertian perlindungan buruh atau arbeidsbescherming (dalam bahasa belanda), employee protection (dalam bahasa inggris) adalah perlindungan yang diberikan dalam lingkungan kerja itu sendiri, dengan jalan memberikan tuntunan, maupun dengan jalan meningkatkan pengakuan hak–hak asasi manusia, perlindungan fisik dan teknis serta sosial ekonomi melalui norma yang berlaku. Perlindungan hukum ini penting untuk menjamin agar hak–hak manusia sebagai subjek hukum tidak di langgar atau di rugikan oleh pihak lainnya.Berikut adalah peraturan yang mengenai Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3). 1. Undang-undang Nomor 1 Tahun 1970 mengenai Keselamatan Kerja Undang-Undang ini mengatur tentang kewajiban dan hak dari tenaga keja. Kewajiban tenaga keja yaitu : a. Memberikan keterangan yang benar bila diminta oleh pegawai pengawas atau ahli keselamatan dan kesehatan kerja b. Memakai alat perlindungan diri yang diwajibkan c. Memenuhi dan menaati persyaratan dan keselamatan dan kesehatan kerja yang berlaku ditempat/ perusahaan yang bersangkutan. Sedangkan hak tenaga kerja yaitu : a. Meminta kepada pimpinan atau pengurus perusahaan tersebut agar dilaksanakan semua syarat keselamatan dan kesehatan kerja yang diwajibkan ditempat kerja/ perusahaan yang bersangkutan b. Menyatakan keberatan melakukan pekerjaan bila syarat keselamatan dan kesehatan kerja serta alat pelindungan diri yang diwajibkan tidak memenuhi persyaratan, kecuali dalam hal khusus ditetapkan lain oleh pegawai pengawas dalam batas-batas yang masih dapat dipertanggungjawabkan. 2. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1992 mengenai Kesehatan Undang-undang ini menyatakan bahwa secara khusus perusahaan berkewajiban memeriksakan kesehatan badan, kondisi mental dan kemampuan fisik pekerja yang baru maupun yang akan dipindahkan ke tempat kerja baru, sesuai dengan sifat-sifat pekerjaan yang diberikan kepada pekerja, serta pemeriksaan kesehatan secara berkala. Sebaliknya, para pekerja juga berkewajiban memakai alat pelindung diri (APD) dengan tepat dan benar serta mematuhi semua syarat keselamatan dan kesehatan kerja yang diwajibkan. Undang-Undang No.23 tahun 1992, Pasal 23 tentang Kesehatan Kerja juga menekankan pentingnya kesehatan kerja agar setiap pekerja dapat bekerja secara sehat tanpa membahayakan diri sendiri dan masyarakat sekelilingnya hingga diperoleh produktivitas kerja yang optimal. Karena itu, kesehatan kerja meliputi pelayanan kesehatan kerja, pencegahan penyakit akibat kerja dan syarat kesehatan kerja. 3. Undang-undang Nomor 13 tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan UU ini mengatur mengenai segala hal yang berhubungan dengan ketenagakerjaan mulai upah kerja, hak maternal, cuti sampai dengan keselamatan dan kesehatan kerja. Dalam UU ini mengenai K3 ada pada Bagian Kesatu Perlindungan, Paragraf 5 Keselamatan Kesehatan Kerja Pasal 86 yaitu
Pasal 86 Ayat (1): Setiap pekerja/buruh mempunyai hak untuk
memperoleh perlindungan atas: a. keselamatan dan kesehatan kerja; b. moral kesusilaan; dan c. perlakuan yang sesuai dengan harkat dan martabat manusia serta nilai-nilai agama. Pasal 86 Ayat (2): Untuk melindungi keselamatan pekerja/buruh guna mewujudkan produktivitas kerja yang optimal diselenggarakan upaya keselamatan dan kesehatan kerja. Pasal 86 Ayat (3): Perlindungan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dan ayat (2) dilaksanakan sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Pasal 87 Ayat (1): Setiap perusahaan wajib menerapkan sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja yang terintegrasi dengan sistem manajemen perusahaan. Pasal 87 Ayat (2): Ketentuan mengenai penerapan sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) diatur dengan Peraturan Pemerintah. 4. Peraturan Menteri Tenaga Kerja Nomor 05 Tahun 1996 mengenai Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja UU ini mengatur mengenai K3 di perusahaan, yang bertujuan untuk mengendalikan risiko pekerjaan. SMK3 merupakan sistem manajemen yang terintegrasi dengan sistem manajemen perusahaan lainnya seperti sistem manajemen mutu dan lingkungan. 5. Peraturan Menteri Tenaga Kerja Nomor 04 Tahun 1967 mengenai Panitia Pembina Keselamatan dan Kesehatan Kerja serta Tata Cara Penunjukkan Ahli Keselamatan Kerja. 6. Peraturan Menteri Tenaga Kerja No. 03/MEN/98 tentang Tata Cara Pelaporan dan Pemeriksaan Kecelakaan. 7. Keputusan Menteri Tenaga Kerja Nomor 155 Tahun 1984 yang merupakan penyempurnaan Keputusan Menteri Tenaga Kerja Nomor 125 Tahun1982 mengenai Pembentukan Susunan dan Tata Kerja DK3N, DK3W, dan P2K3, pelaksanaan dari Undang-undang Keselamatan Kerja. 8. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 50 Tahun 2012 mengenai Penerapan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja. 9. Keputusan Presiden Nomor 22 tahun 1993 tentang Penyakit Yang Timbul Akibat Hubungan Kerja 10. Peraturan Menteri Tenaga Kerja Nomor 02 Tahun 1992 mengenai Tata cara Penunjukkan, Kewajiban, dan Wewenang Ahli K3.