Anda di halaman 1dari 17

MODUL HUKUM KESEHATAN

PERLINDUNGAN HUKUM BAGI DOKTER, PASIEN,


DAN RUMAH SAKIT

DEPARTEMEN HUKUM PIDANA


FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS HASANUDDIN
2021
Prakata

Alhamdulillah, puja dan puji hanya untuk Allah SWT yang telah dan senantiasa
memberi inayah kepada penulis untuk menyelesaikan modul ini. Salam dan shawalat kepada
Rasulullah SAW atas segala petunjuknya untuk mengarahkan umat manusia ke jalan
kemanusian dan keilahian yang ditetapkan oleh Allah SWT. Penulis berharap modul ini dapat
menjadi amal jariyah di masa datang.
Suatu kebahagian tersendiri dari Penulis yang telah menyelesaikan modul ini. Modul
ini memang belum sempurna. Namun, kebutuhan akan modul ini sangat diperlukan saat
pembelajaran. Meskipun sangat sederhana, modul ini tetap dicetak untuk digunakan di
kalangan sendiri.
Ucapan terima kasih tak lupa disampaikan kepada pimpinan Fakultas Hukum Unhas,
Ketua dan seluruh dosen di Departemen Hukum Pidana Fakultas Hukum Universitas
Hasanuddin. Serta tim pengampu mata kuliah Hukum Kesehatan lingkup Fakultas Hukum
Unhas..
Semoga modul ini dapat menjadi referensi dan menambah pengetahuan mahasiswa
sebagai referensi belajar.

Makassar, Februari 2021

Penulis

i
Daftar Isi

Prakata ................................................................................................................................... i
Daftar Isi ............................................................................................................................... ii
MODUL HUKUM KESEHATAN : PERLINDUNGAN HUKUM BAGI DOKTER, PASIEN
DAN RUMAH SAKIT.......................................................................................................... 1
KEGIATAN BELAJAR 2 ..................................................................................................... 2
PERLINDUNGAN HUKUM BAGI DOKTER, PASIEN, DAN RUMAH SAKIT ................ 2
A. DESKRIPSI SINGKAT .......................................................................................... 2
B. RELEVANSI .......................................................................................................... 2
C. CAPAIAN PEMBELAJARAN ............................................................................... 2
1. Uraian ................................................................................................................. 2
A. Pengertian Perlindungan Hukum ...................................................................... 2
B. Perlindungan Hukum Dokter ............................................................................ 4
C. Hak dan Kewajiban Dokter .............................................................................. 6
D. Perlindungan Hukum Pasien ............................................................................ 7
E. Hak dan Kewajiban Pasien ............................................................................... 9
2. Latihan .............................................................................................................. 13
3. Rangkuman ....................................................................................................... 13
4. Pustaka .............................................................................................................. 13
D. TUGAS DAN LEMBAR KERJA ......................................................................... 14
E. UMPAN BALIK DAN TINDAK LANJUT .......................................................... 14

ii
MODUL HUKUM KESEHATAN : PERLINDUNGAN HUKUM BAGI DOKTER,
PASIEN DAN RUMAH SAKIT

Modul ini akan mengantar peserta kuliah memperoleh pengetahuan perlindungan


hukum bagi dokter, pasien, dan rumah sakit. Dalam modul ini, akan dipaparkan
perlindungan hukum bagi dokter, pasien, dan rumah sakit.
Dalam mempelajari modul ini, peserta kuliah diharapkan membaca tahap demi
tahap terlebih dahulu kemudian kembali membaca dan mengikutinya setiap tahapan. Untuk
keperluan itu, peserta kuliah diharapkan mengikuti langkah-langkah berikut dalam
mempelajari modul ini.
Pada modul ini, peserta kuliah akan menyelesaikan dua kegiatan belajar, yaitu
kegiatan belajar untuk mendalami perlindungan hukum bagi dokter, pasien, dan rumah
sakit. Untuk mendapatkan capaian pembelajaran yang optimal, peserta kuliah diharapkan
mengikuti tahapan berikut dalam mempelajari modul ini.
a. Bacalah bagian urain dari setiap Kegiatan Belajar. Tahapan ini diperlukan agar
peserta kuliah mendapat informasi atau akhir dari setiap tahapan,
b. Setelah itu, peserta kuliah membaca kembali bagian uraian sambil
mempraktekkan setiap langkah,
c. Kerjakanlah latihan sesuai instruksi yang telah disediakan.
d. Bacalah Rangkuman yang disediakan untuk memberikan ringkasan tentang
aspek-aspek esensial dari setiap Kegiatan Belajar. Namun Anda juga diminta
untuk membuat rangkuman yang menurut Anda merupakan inti dari kegiatan
belajar tersebut.
e. Kerjakan Tes Formatif yang disediakan untuk mengecek seberapa jauh Anda
mencapai tujuan pembelajaran setiap kegiatan belajar tanpa melihat rambu-
rambu jawaban yang disediakan.
f. Bila Anda merasa telah menjawab Tes Formatif dengan baik, bandingkanlah
jawaban Anda tersebut dengan rambu-rambu jawaban yang disediakan. Bila
nilai Anda ternyata telah mencapai tingkat penguasaan sama atau lebih besar
dari 80% setelah dihitung, Anda dipersilakan meneruskan ke kegiatan belajar
berikutnya

1
KEGIATAN BELAJAR 2
PERLINDUNGAN HUKUM BAGI DOKTER, PASIEN, DAN RUMAH SAKIT

A. DESKRIPSI SINGKAT
Pada kegiatan belajar 2 ini, peserta kuliah akan mempelajari uraian dan analisis
perlindungan hukum bagi dokter, pasien, dan rumah sakit.
B. RELEVANSI
Perlindungan hukum bagi dokter, pasien, dan rumah sakit merupakan bagian penting
dari hukum kesehatan. Dari aspek hukum, hubungan antara dokter dengan pasien merupakan
hubungan antara subjek hukum dengan subjek hukum yang diatur dalam kaidahkaidah hukum
perdata yang pada dasarnya dilakukan berdasarkan atas kesepakatan bersama, maka dalam
hubungan ini terdapat hak dan kewajiban yang sifatnya timbal balik; hak dokter menjadi
kewajiban pasien dan hak pasien merupakan kewajiban dokter
C. CAPAIAN PEMBELAJARAN
1. Uraian
A. Pengertian Perlindungan Hukum

Perlindungan hukum adalah suatu perlindungan yang diberikan kepada subyek


hukum yakni orang atau badan hukum ke dalam bentuk perangkat baik yang bersifat
preventif maupun yang bersifat represif, baik yang lisan maupun yang tertulis.
Perlindungan hukum adalah memberikan pengayoman kepada hak asasi manusia yang
dirugikan orang lain dan perlindungan tersebut diberikan kepada masyarakat agar mereka
dapat menikmati semua hak-hak yang diberikan oleh hukum atau dengan kata lain
perlindungan hukum adalah berbagai upaya hukum yang harus diberikan oleh aparat
penegak hukum untuk memberikan rasa aman, baik secara pikiran maupun fisik dari
gangguan dan berbagai ancaman dari pihak manapun.1
Hukum diciptakan sebagai suatu sarana atau instrument untuk mengatur hak-hak
dan kewajiban-kewajiban subyek hukum. Selain itu, hukum juga berfungsi sebagai
instrumen perlindungan bagi subyek hukum. Menurut Sudikno Mertokusumo hukum
berfungsi sebagai perlindungan kepentingan manusia 2
Berikut merupakan pengertian mengenai perlindungan hukum dari pendapat para
ahli, yakni sebagai berikut:
a. Menurut Satijipto Raharjo, perlindungan hukum adalah memberikan
pengayoman terhadap hak asasi manusia (HAM) yang dirugikan orang lain dan
perlindungan itu diberikan kepada masyarakat agar dapat menikmati semua
hak-hak yang diberikan oleh hukum3
b. Menurut Phipipus M.Hadjon berpendapat bahwa perlindungan hukum adalah
perlindungan akan harkat dan martabat, serta pengakuan terhadap hak-hak asasi
manusia yang dimiliki oleh subyek hukum berdasarkan ketentuan hukum dari
kesewenanangan4

1 Satjipto Rahardjo. 1993 Penyelenggaraan Keadilan Dalam Masyarakat Yang Sedang Berubah, Jurnal Masalah Hukum. Edisi 10
2 Sudikno Mertokusumo. 1993.Bab-Bab Tentang Penemuan Hukum. Bandung: Citra Aditya Bakti. hlm. 140
3 Glosarium. Pengertian Perlindungan Hukum Menurut Para Ahli. http://tesishukum.com/pengertian- perlindungan-hukum-menurut-para-

ahli/. Diakses pada tanggal 23 Februari 2021


4 Satijipto Raharjo. 2000. Ilmu Hukum. Bandung: Citra Aditya Bakti. hlm. 54

2
c. Menurut CST Kansil perlindungan hukum adalah berbagai upaya hukum yang
harus diberikan oleh aparat penegak hukum untuk memberikan rasa aman, baik
secara pikiran maupun fisik dari ganguan dan berbagai ancaman dari pihak
manapun5
d. Menurut Philipus M. Hadjon Perlindungan Hukum adalah Sebagai kumpulan
peraturan atau kaidah yang akan dapat melindungi suatu hal dari hal lainnya.
Berkaitan dengan konsumen, berarti hukum memberikan perlindungan terhadap
hak-hak pelanggan dari sesuatu yang mengakibatkan tidak terpenuhinya hak-
hak tersebut.
e. Menurut Muktie, A. Fadjar Perlindungan Hukum adalah penyempitan arti dari
perlindungan, dalam hal ini hanya perlindungan oleh hukum saja. Perlindungan
yang diberikan oleh hukum, terkait pula dengan adanya hak dan kewajiban,
dalam hal ini yang dimiliki oleh manusia sebagai subyek hukum dalam
interaksinya dengan sesama manusia serta lingkungannya. Sebagai subyek
hukum manusia memiliki hak dan kewajiban untuk melakukan suatu tindakan
hukum.
Berdasarkan uraian tersebut di atas dapat diketahui bahwa Perlindungan hukum
adalah perlindungan akan harkat dan martabat, serta pengakuan terhadap hakhak asasi
manusia yang dimiliki oleh subyek hukum berdasarkan ketentuan hukum dari
kesewenangan atau sebagai kumpulam peraturan atau kaidah yang akan dapat
melindungi suatu hal dari hal lainnya.6 Prinsip perlindungan hukum bagi rakyat
Indonesia bersumber pada Pancasila dan konsep Negara Hukum, kedua sumber tersebut
mengutamakan pengakuan serta penghormatan terhadap harkat dan martabat manusia.
Dalam menjalankan dan memberikan perlindungan hukum dibutuhkannya
suatu tempat atau wadah dalam pelaksanaannya yang sering disebut dengan sarana
perlindungan hukum. Sarana perlindungan hukum dibagi menjadi dua macam yang
dapat dipahami, sebagai berikut:
a. Sarana Perlindungan Hukum Preventif
Pada perlindungan hukum preventif ini, subyek hukum diberikan kesempatan
untuk mengajukan keberatan atau pendapatnya sebelum suatu keputusan pemerintah
mendapat bentuk yang definitif. Tujuannya adalah mencegah terjadinya sengketa.
Perlindungan hukum preventif sangat besar artinya bagi tindak pemerintahan
yang didasarkan pada kebebasan bertindak karena dengan adanya perlindungan hukum
yang preventif pemerintah terdorong untuk bersifat hati-hati dalam mengambil
keputusan yang didasarkan pada diskresi. Di indonesia belum ada pengaturan khusus
mengenai perlindungan hukum preventif.
b. Sarana Perlindungan Hukum Represif
Perlindungan hukum yang represif bertujuan untuk menyelesaikan sengketa.
Penanganan perlindungan hukum oleh Pengadilan Umum dan Peradilan Administrasi
di Indonesia termasuk kategori perlindungan hukum ini. Prinsip perlindungan hukum

5Glosarium. Pengertian Perlindungan Hukum Menurut Para Ahli.


6Yohana Puspitasari Wardoyo. Thesis. “Perlindungan Hukum Bagi Konsumen Terhadap Iklan Kosmetik Yang Menyesatkan Melalui Media
Periklanan”. Malang. 2017. Universitas Muhammadiyah Malang. Hlm 25

3
terhadap tindakan pemerintah bertumpu dan bersumber dari konsep tentang pengakuan
dan perlindungan terhadap hak-hak asasi manusia karena menurut sejarah dari barat,
lahirnya konsep-konsep tentang pengakuan dan perlindungan terhadap hak-hak asasi
manusia diarahkan kepada pembatasan-pembatasan dan peletakan kewajiban
masyarakat dan pemerintah.
Prinsip kedua yang mendasari perlindungan hukum terhadap tindak
pemerintahan adalah prinsip negara hukum. Dikaitkan dengan pengakuan dan
perlindunganterhadap hak-hak asasi manusia, pengakuan dan perlindungan terhadap
hak-hak asasi manusia mendapat tempat utama dan dapat dikaitkan dengan tujuan dari
negara hukum.
B. Perlindungan Hukum Dokter

Undang-Undang No 44 Tahun 2009 Tentang Rumah Sakit Pasal 45 ayat (1)


menjelaskan bahwa pasien berhak menolak atau menghentikan pengobatan. Pasien
yang menolak pengobatan karena alasan finansial harus diberikan penjelasan bahwa
pasien berhak memperoleh jaminan dari pemerintah.
Atas dasar ketentuan tersebut dapat diuraikan bahwa, perlindungan hukum bagi
Rumah Sakit (dokter) merupakan hak bagi Rumah Sakit dalam kedudukan hukumnya
sebagai subyek hukum (recht persoon), yang melakukan hubungan hukum dengan
pihak lain, yaitu pasien. Sebagai salah satu fasilitas pelayanan kesehatan yang tugas
pokoknya melayani masyarakat dalam lingkungan hukum publik, yang artinya pula
membantu pemerintah dalam pelayanan publik, maka sudah selayaknya Rumah
Sakit/dokter mendapatkan perlindungan hukum.

a. Perlindungan Hukum Berbasis Nilai Keadilan


Profesi kedokteran atau profesi dokter merupakan sebuah profesi yang luhur
(noble profession), yang dalam pengabdiannya lebih mengutamakan kepentingan orang
lain dan masyarakat (altruistic). Oleh sebab itu menganjurkan agar profesi yang luhur
tersebut dipercayakan hanya kepada orang-orang yang sopan, terhormat, dan memiliki
jiwa paternalistik. Profesi itu sendiri merupakan sebuah pekerjaan yang dicirikan
memiliki Knowledge, Cleverness, Devotion; dan Purity (physic and mind).
Knowledge merupakan ciri terpenting dari profesi disebabkan knowledge inilah
yang akan membimbing profesional di bidang kesehatan (seperti: dokter, dokter gigi,
perawat, dan bidan) menuju ke suatu tingkat kompetensi dan norma tertentu sehingga
mereka mampu melaksanakan tugas dan pengabdiannya dengan benar. Sudah tentu
knowledge yang dipersyaratkan pada zaman Charaka Samhita adalah pengetahuan
tentang tetumbuhan (herbal) yang berkhasiat sebagai obat.
Cleverness merupakan ciri penting lainnya dari profesi di bidang amalan
perobatan sebab dalam mengatasi berbagai macam masalah kesehatan diperlukan
kecerdasan, ketrampilan, dan kecekatan.
Devotion juga merupakan ciri profesi yang tidak kalah penting, dan ia
diperlukan sebab dengan jiwa pengabdian yang tulus atas dasar kemanusiaan maka para
profesional di bidang amalan perobatan akan memperoleh arahan dalam melaksanakan
pengabdiannya.
Purity (physic and mind) merupakan ciri terakhir yang diperlukan dalam profesi
di bidang amalan perobatan sebab dengan penampilan fisik yang bersih (yang
4
melambangkan kesucian) disertai pikiran yang jernih pula maka pasien dan masyarakat
akan menaruh kepercayaan.
Profesi mensyaratkan adanya kompetensi (the condition of being capable atau
the capacity to perform task and role) agar pemangku profesi dapat melaksanakan
peran, tugas, dan tanggung jawabnya dengan baik dan benar. Dalam kaitannya dengan
profesi di bidang amalan perobatan maka kompetensi mutlak dipersyaratkan
disebabkan profesi di bidang ini bukan merupakan hak alami (natural right) yang boleh
diamalkan oleh siapa saja. Hak melakukan amalan perobatan lebih merupakan hak
istimewa (privilege) yang diberikan hanya kepada seseorang karena kompetensinya.
Guna menjamin agar para profesional lebih mematuhi nilai dan norma dalam etika
maka tradisi yang telah dirintis oleh pengikut Pythagoras perlu dilestarikan dengan
mewajibkan kepada setiap lulusan dokter untuk mengucapkan sumpah atau janji
manakala ingin menjadi profesional (pengemban profesi amalan perobatan). Sumpah
profesi (seperti Sumpah Dokter, Sumpah Perawat, atau Sumpah Bidan) pada
hakekatnya merupakan janji kepada masyarakat (social contract) yang diucapkan atas
nama Tuhan Yang Maha Esa, sehingga konsekuensinya wajib dilaksanakan guna
menjaga hubungan baik dengan masyarakat (habblum minan naas) dan hubungan
dengan Sang Pencipta (habblum minal Allah).
Hal yang menjadi perlindungan hukum terhadap dokter apabila diduga
melakukan malpraktek medis yang terdiri dari : dasar-dasar hukum yang memberikan
perlindungan hukum terhadap dokter dalam menjalankan profesi kedokteran, hal-hal
yang harus dilakukan dokter untuk menghindarkan diri dari tuntutan hukum, dan alasan
peniadaan hukuman terhadap dokter yang diduga melakukan malpraktek medis.
1. Dasar-Dasar Hukum Yang Memberikan Perlindungan Hukum Terhadap
Dokter Dalam Menjalankan Profesi Kedokteran Ketentuan hukum yang
melindungi dokter apabila terjadi dugaan malpraktek terdapat dalam Pasal
50 Undang-Undang Praktik Kedokteran No 29 Tahun 2004, Pasal 24 Ayat
(1), jo Pasal 27 Ayat (1) dan Pasal 29 Undang-Undang No 36 Tahun 2009
Tentang Kesehatan, dan Pasal 24 Ayat (1) PP Tentang Tenaga Kesehatan
2. Hal-Hal Yang Harus Dilakukan Dokter Untuk Menghindarkan Diri Dari
Tuntutan Hukum:
a. Informed Consent
Dalam menjalankankan profesinya Informed Consent merupakan
kewajiban yang harus dipenuhi oleh seorang dokter. Informed Consent
terdiri dari dua kata yaitu.”informed” yang mengandung makna
penjelasan atau keterangan (informasi), dan kata “consent” yang
bermakna persetujuan atau memberi izin. Dengan demikian Informed
Consent mengandung pengertian suatu persetujuan yang diberikan oleh
pasien atau keluarganya setelah mendapat informasi tindakan medis
yang akan dilakukan terhadap dirinya serta segala resikonya.
b. Rekam Medik
Selain Informed Consent, dokter juga berkewajiban membuat “Rekam
Medik” dalam setiap kegiatan pelayanan kesehatan terhadap
pasiennya. Pengaturan rekam medis terdapat dalam Pasal 46 ayat (1)
Undang-Undang No 29 Tahun 2009 Tentang Praktik Kedokteran.
Rekam medik merupakan berkas yang berisi catatan dan dokumen

5
tentang identitas pasien, pemeriksaan, pengobatan, tindakan dan
pelayanan yang diberikan kepada pasien. Rekam medik dibuat dengan
berbagai manfaat, yaitu untuk pengobatan pasien, peningkatan kualitas
pelayanan, pendidikan dan penelitian, pembiayaan, statistik kesehatan
serta pembuktian masalah hukum, disiplin dan etik.

Peningkatan mutu pelayanan kesehatan, tidak terlepas dari pemahaman atas


hak-hak dan kewajiban, yaitu pemahaman atas aspek-aspek hukum kesehatan secara
lebih khusus, agar terhindar dari jerat hukum dalam melaksankan tugas-tugas
kesehatan. Disisi lain pasien, yang pada prinsipnya adalah pihak yang lemah, perlu
mendapat perlindungan hukum seperti diamanatkan oleh perundang-undangan
dibidang kesehatan. Hukum kesehatan dan perundang-undangan dibidang kesehatan
senantiasa berkembang, oleh karena itu sudah menjadi keharusan bagi tenaga
kesehatan untuk dapat memahaminya dengan baik agar dapat memberikan pelayanan
kesehatan yang bermutu bagi masyarakat, karena saat ini masyarakat tidak lagi
menjadi pihak yang pasif dalam menerima jasa pelayanan kesehatan, tetapi telah
menjadi lebih cerdas dan tahu akan hak serta kewajibannya.
Undang-Undang No. 29 Tahun 2004 Praktik Kedokteran diundangkan pada
tanggal 6 bulan Oktober Tahun 2004. Undang-Undang Praktik Kedokteran dibuat
untuk memenuhi rasa keadilan dari seluruh pihak yang terkait dengan pemberi dan
penerima pelayanan kesehatan.Undang- Undang Praktik Kedokteran terdiri atas 12
Bab dan 88 Pasal.
Praktik kedokteran dilaksanakan berdasaskan Pancasila dan didasarkan pada
nilai ilmiah, manfaat, keadilan, kemanusian, keseimbangan, serta perlindungan dan
keselamatan pasien, dan yang kemudian ditujukan untuk memberikan perlindungan
kepada pasien, mempertahankan dan meningkatkan mutu pelayanan medis serta
memberikan kepastian hukum terhadap dokter dan masyarakat. Hal tersebut tertuang
dalam undang-undang kesehatan dalam (Pasal 2 dan Pasal 3).
Undang-Undang 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan. Undang-Undang ini
sesungguhnya merupakan undang-undang yang bersifat administrasi. Hanya saja
terhadap hukum adminisrasi ini diberikan sanksi pidana selain sanksi administrasi.
Pasal-pasal yang mengandung sanksi pidana dalam undang- undang tersebut terdapat
pada pasal 190 – 200.

C. Hak dan Kewajiban Dokter

Dokter dilengkapi dengan serangkaian hak-hak dokter. Secara normatif hak-hak


tersebut telah tercantum dalam perundang-undangan yang dapat dituntut
keberadaannya khususnya diatur pada Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2004 tentang
Praktik Kedokteran (UUPK) pada Pasal 50 yang menyatakan sebagai berikut:
a. Memperoleh perlindungan hukum sepanjang melaksanakan tugas sesuai
dengan profesi dan standar prosedur operasional.
b. Memberi pelayanan medis menurut standar profesi dan standar oprasional.
c. Memperoleh informasi yang lengkap dan jujur dari pasien atau keluarganya,
dan
d. Menerima imbalan jasa.

6
Dari hak-hak dokter sebagaimana diatur dalam Pasal 50 diatas, nampak bahwa
dokter berhak mendapatkan perlindungan hukum dari tindakan medis yang telah
dilakukannya, sepanjang apa yang telah dilakukan dokter sesuai dengan standar profesi
dan standar prosedur operasional. Dengan kata lain apabila dokter melakukan tindakan
medis telah sesuai dengan standar profesi dan standar prosedur operasional tidak dapat
dituntut secara hukum dipersidangan.
Menurut Leenen sebagaimana dikuip oleh Danny Wiradharma 7, kewajiban
dokter atau dokter gigi dalam melaksakan pelayanan kesehatan. Kewajiban yang timbul
dari sifat perawatan medik dimana dokter harus bertindak sesuai dengan standar profesi
medis atau menjalankan praktek kedokterannya secara lege artis.
Kewajiban-kewajiban dimaksud dapat dibagi menjadi 2 (dua) kelompok, yaitu:
a. Kewajiban untuk menghormati hak-hak pasien yang bersumber dari hak-
hak asasi dalam bidang kesehatan.
b. Kewajiban yang berhubungan dengan fungsi sosial pemeliharaan kesehatan.
Disini misalnya dokter harus mempertimbangkan penulisan resep obat-
obatan yang harganya terjangkau dengan khasiat yang kira-kira sama
dengan obat yang harganya lebih mahal.
Kewajiban dokter terhadap pasien dalam melaksanakan pelayanan kesehatan
lebih kongkrit dalam Pasal 51 Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2004 tentang praktek
kedokteran, yang telah menentukan secara normatif tentang serangkaian kewajiban
dokter dalam melakukan pelayanan kesehatan yang harus dilaksanakannya kepada
pasien :
a. Memberikan pelayanan medis sesuai dengan standar profesi dan standar
prosedur operasional serta kebutuhan medis pasien.
b. Merujuk pasien ke dokter lain yang mempunyai keahlian atau kemampuan
yang lebih baik, apabila tidak mampu melakukan suatu pemeriksaan atau
pengobatan.
c. Merahasiakan segala sesuatu yang di ketahuinya bahkan juga setelah pasien
itu meninggal dunia.
d. Melakukan pertolongan darurat atas dasar perikemanusian kecuali bila ia
yakin ada orang lain yang bertugas dan mampu melakukannya.
e. Menambah ilmu pengetahuan dan mengikuti perkembangan ilmu
kedokteran.

D. Perlindungan Hukum Pasien

Pasien atau pesakit adalah seseorang yang menerima perawatan medis, kata pasien
dari bahasa Indonesia analog dengan kata patient dari Bahasa Inggris, patient diturunkan
dari bahasa Latin yaitu patiens yang memiliki kesamaan arti dengan kata kerja pati yang
artinya "menderita", orang sakit (yang dirawat dokter), penderita (sakit). Sedangkan
menurut pasal 1 ayat (4) Undang-Undang No 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit, “Pasien

7 Danny Wiradharma, Penuntun Kuliah Hukum Kedokteran, (Cet.I; Jakarta: Bina Rupa Aksara, 2002), hlm.74.

7
adalah setiaporangyang melakukan konsultasi masalah kesehatannya untuk memperoleh
pelayanan kesehatan yang diperlukan, baik secara langsung maupun tidak langsung di
Rumah Sakit.”
Hukum perlindungan pasien adalah keseluruhan asas-asas dan kaidah-kaidah yang
mengatur dan melindungi pasien dalam hubungan dan masalah pelayanan medis dengan
tenaga medis maupun penyelenggara medis, dalam hal memperoleh pelayanan medis.
Tegasnya, hukum perlindungan konsumen merupakan keseluruhan peraturan perundang-
undangan, baik undang-undang maupun peraturan perundang-undangan lainnya serta
putusan hakim yang substansinya mengatur mengenai kepentingan konsumen.
Berdasarkan deklarasi hak-hak manusia (declaration of humans rights) dari PBB,
tahun 1948 setiap orang berhak mendapat pelayanan dan perawatan kesehatan bagi dirinya
dan keluarganya , juga jaminan ketika menganggur, sakit, cacat, menjadi janda, usia lanjut
atau kekurangan nafkah yang disebabkan oleh hal-hal di luar kekuasaannya. Pasien
seharusnya dihargai hak dasar dan hak asasi pasien, namun terkadang karena beberapa hal
hak pasien ini diabaikan, sehingga perlindungan hukum terhadap pasien semakin
memudar8.
Undang-Undang Nomor 36 tahun 2009 tentang Kesehatan memberikan
perlindungan hukum, baik kepada pasien sebagai penerima (konsumen) jasa pelayanan
kesehatan dan pemberi (produsen) jasa pelayanan kesehatan, diantaranya Pasal 53, 54, dan
55. Dibutuhkan perlindungan hukum bagi pasien (penerima jasa pelayanan kesehatan),
yang senantiasa diabaikan haknya untuk mendapatkan perawatan kesehatan.9
UU No 29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran memeperhatikan pada pasal 3
dan pasal 4, pemerintah melalui undang-undang ini berusaha untuk memberikan
perlindungan baik pada pasien, masyarakat penerima jasa kesehatan dengan usaha
meningkatkan mutu pelayanan kesehatan dengan menertapka agar dalam melakukan
pelayanan kesehatan semua tindakan dokter harus didasarkan pada persetujuan dari
(informed consent) sebagaimana diatur dalam pasal 45 UU N o 29 Tahun 2004 tentang
Praktik Kedokteran.10
Perlindungan terhadap pasien sebagai penerima jasa pelayanan medis, juga
tercantum pada pasal 66 UU No 29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran. Hal ini tertulis
pada pasal 66 ayat (1) : “setiap orang yang mengetahui atau kepentingannya dirugikan atas
tindakan dokter dan dokter gigi dalam menjalankan praktik kedokteran dapat mengadukn
secara tertulis kepada Ketua Majelis Kehormatan Disiplin Kedokteran Indonesia”. Juga
disebutkan pada ayat (3) : “pengaduan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan (2) tidak
menghilangkan hak setiap orang untuk melaporkan adanya dugaan tindak pidana kepada
pihak yang berwenang dan/atau menggugat kerugian perdata ke pengadilan. Pada pasal 69
khususnya pada ayat (3) sanksi displin sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dapat berupa
:
a. Pemberian peringatan tertulis;

8 Siringoringo Valeri M.P., Hendrawati Dewi, Suharto R. 2017. Pengaturan perlindungan hukum hak - hak pasien dalam peratura perundang-
undangan tentang kesehatan di indonesia. Law Jurnal. Volume 6, Nomor 2. Semarang. Fakultas hukum Universitas Diponegoro
9 Eka Ryanda Pratiwi, Mahdi Syahbandir dan Azhari.2017. perlindungan hukum terhadap hak asasi pasien pengguna badan penyelenggara

jaminan social kelas 3 . Law Jurnal. Vol.1(1). Banda Aceh.fakultas hukum Universitas Syah Kuala
10 Soewono Hendrojono. 2006. Perlindungan hak-hak pasien dalam transaksi terapeutik. Surabaya: Srikandi. Hlm 105

8
b. Rekomendasi pencabutan surat tanda registrasi atau surat ijin praktik; dan/atau
c. Kewajiabn mengikuti pendidikan atau pelatihan di institusi pendidikam dokter
atau dokter gigi. 11
E. Hak dan Kewajiban Pasien

Hak pasien sebenarnya merupakan hak yag asasi dan bersumber dari hak dasar
individual, the right of self determination, atau zelfbeschikkingsrecht. Hak, dalam Black’s
Law Dictionary 7th ed, berarti sebagai right yang mengandung beberapa antara lain hak
alami (natural right), hak politik (political right), serta hak pribadi (civil right)12. Hak
pasien adalah kewenangan seseorang pasien untuk memenuhi tuntutannya sesuai dengan
prinsip-prinsip moral atau etika. Hak pasien dapat muncul dari hubungan hukum antara
tenaga kesehatan dan pasien dan muncul dari kewajiban professional tenaga kesehatan
berdasarkan ketentuan-ketentuan profesi. Fred Ameln menyebutkan beberapa hak pasien.
Menurutnya hak-hak tersebut meliputi ha katas informasi, hak memberikan informasi, hak
memilih dokter, hak memilih sarana kesehatan, ha katas rahasia kedokteran, hak menolak
pengobatan, hak menolak suatu tindakan medic tertentu, hak untuk menghentikan
pengobatan, hak melihat rekam medis, dan hak second opinion.
Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan diatur mengenai hak
untuk setiap orang tidak terkecuali bagi pasien, ketentuannya terdapat dalam pasal 4 sampai
dengan pasal 8. Dijelaskan dalam pasal 4 bahwa “ setiap orang berhak atas kesehatan”,
pasal 5 ayat (1) Setiap orang mempunyai hak yang sama dalam memperoleh akses atas
sumber daya di bidang kesehatan (2) Setiap orang mempunyai hak dalam memperoleh
pelayanan kesehatan yang aman, bermutu, dan terjangkau (3) Setiap orang berhak secara
mandiri dan bertanggung jawab menentukan sendiri pelayanan kesehatan yang diperlukan
bagi dirinya, pasal 6 memuat bahwa “Setiap orang berhak mendapatkan lingkungan yang
sehat bagi pencapaian derajat kesehatan.”. pasal 7 memuat bahwa “Setiap orang berhak
untuk mendapatkan informasi dan edukasi tentang kesehatan yang seimbang dan
bertanggung jawab”, pasal 8 memuat bahwa “Setiap orang berhak memperoleh informasi
tentang data kesehatan dirinya termasuk tindakan dan pengobatan yang telah maupun yang
akan diterimanya dari tenaga kesehatan”.
Kemudian hak- hak pasien di atas dikuatkan lagi di dalam ketentuan pasal 32
Undang-undang No 44 Tahun 2009 tentang rumah sakit :
a. Setiap pasien mempunyai hak: memperoleh informasi mengenai tata tertib dan
peraturanyang berlaku di Rumah Sakit;
b. Memperoleh informasi tentang hak dan kewajiban pasien;
c. Memperoleh layanan yang manusiawi, adil, jujur, dan tanpa diskriminasi;
d. Memperoleh layanan kesehatan yang bermutu sesuai dengan standar profesi dan
standar prosedur operasional;
e. Memperoleh layanan yang efektif dan efisien sehingga pasien terhindar dari
kerugian fisik dan materi;
f. Mengajukan pengaduan atas kualitas pelayanan yang didapatkan;

11
Ibid . hlm 106
12
Sudrajat A Diwa, Irawaty Dewi dan Mustikasari. 2008. Pemenuhan ha-hak pasien di sebuah rumah sakit di jakarta. Jakarta. Jurnal
Keperawatan Indonesia. Volume 12, No. 2. Fakultas Ilmu Kedokteran. Universitas Indonesia

9
g. Memilih dokter dan kelas perawatan sesuai dengan keinginannya dan peraturan
yang berlaku di Rumah Sakit;
h. Meminta konsultasi tentang penyakit yang dideritanya kepada dokter lain yang
mempunyai Surat Izin Praktik (SIP) baik di dalam maupun di luar Rumah Sakit;
i. Mendapatkan privasi dan kerahasiaan penyakit yang diderita termasuk datadata
medisnya;
j. Mendapat informasi yang meliputi diagnosis dan tata cara tindakan medis,
tujuan tindakan medis, alternatif tindakan, risiko dan komplikasi yang mungkin
terjadi, dan prognosis terhadap tindakan yang dilakukan serta perkiraan biaya
pengobatan;
k. Memberikan persetujuan atau menolak atas tindakan yang akan dilakukan oleh
tenaga kesehatan terhadap penyakit yang dideritanya;
l. Didampingi keluarganya dalam keadaan kritis;
m. Menjalankan ibadah sesuai agama atau kepercayaan yang dianutnya selama hal
itu tidak mengganggu pasien lainnya;
n. Memperoleh keamanan dan keselamatan dirinya selama dalam perawatan di
Rumah Sakit;
o. Mengajukan usul, saran, perbaikan atas perlakuan Rumah Sakit terhadap
dirinya;
p. Menolak pelayanan bimbingan rohani yang tidak sesuai dengan agama dan
kepercayaan yang dianutnya;
q. Menggugat dan/atau menuntut Rumah Sakit apabila Rumah Sakit diduga
memberikan pelayanan yang tidak sesuai dengan standar baik secara perdata
ataupun pidana; dan
r. Mengeluhkan pelayanan Rumah Sakit yang tidak sesuai dengan standar
pelayanan melalui media cetak dan elektronik sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.
Pasal 52 Undang-undang Nomor 29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran juga
menjelaskan bahwa “ Pasien, dalam meenrima pelayanan pada praktik kedokteran,
mempunyai hak :
a. mendapatkan penjelasan secara lengkap tentang tindakan medis sebagaimana
dimaksud dalam pasal 45 ayat (3)
b. meminta pendapat dokter atau dokter gigi lain
c. mendapatkan pelayanan sesuai dengan kebutuhan medis
d. menolak tindakan medis dan
e. mendapatkan isi rekam medis
Disamping hak atas informasi, pasien juga mempunyai hak-hak lainnya yang perlu
diperhatikan seperti yang diatur dalam KODEKI sebagai berikut :
a. hak untuk hidup, hak atas tubuhya sendiri, dan hak untuk mati secara wajar
Dikaitkan dengan Persetujuan Tindakan Medik, penolakan, atau
persetujuan pasien terhadap tindakan medic tertentu merupakan pelaksanaan
dari ketiga hak tersebut.
b. hak memperoleh pelayanan kedokteran yang manusiawi sesuai dengan standar
profesi kedokteran

10
Dalam hal kedokteran tidak memberikan pelayanan yang sesuai dengan
standar profesi, dan kemudian mengakibatkan cacat atau meninggalnya pasien,
maka dokter ini telah melakukan pelanggaran terhadap hak pasien untuk
memperoleh pelayanan yang manusiawi tersebut, sehingga pasien berhak
menuntut kepada dokter yang bersangkutan.
c. hak tentang memperoleh penjelasan tentang diagnosis dan terapi dari dokter
yang mengobatinya
Hak untuk memperoleh penjelasan ini merupakanhak informasi dalam
hubungan transaksi terapeutik. Inti dari ha katas informasi ini adalah hak pasien
untuk memperoleh informasi yang sejelas-jelasnya tentang hal-hal yang
berhubungan dengan penyakitnya. Hak atas informasi ini juga berfungsi sebagai
hak atau hubungan keperdataan yang dapat digunakan pasien atau keluarganya
untuk melakukan gugatan apabila terjadi hal-hal yang merugikan pasien.
Dalam hal hubungan dokter pasien, hak pasien atas informasi ini secara
otomatis menjadi kewajiban dokter untuk dilaksanakan, baik diminta ataupun
tidak oleh pasien.
d. hak untuk menolak prosedur diagnosis dan terapi yang direncanakan, bahkan
dapat menarik diri dari transaksi terapeutik
Suatu hak asasi manusia, untuk menerima atau menolak sesuatu yang
ditawarkan, apalagi bila hal ini dikaitkan dengan tindakan medik yang langsung
berkaitan dengan dirinya. Pasien mempunyai hak dasar atau asasi untuk
menentukan nasib sendiri, dan tindakan medic apapun yang akan dilakukan
terhadap pasien, sungguhpun kesemuanya itu demi kepentingan pasien, maka
pasien harus diberikan haknya untuk memberikan persetujuannya terhadap
tindakan medic yang akan dilakukan dokter atas dirinya. Pemberian persetujuan
pasien tersebut seyogjanya dalam bentuk tertulis (apalagi menyangkut tindakan
operasi besar).
Jika pasien menolak tindakan medic yang ditawarkan dokter, dokter
tidak boleh memaksakan kehendaknya, walaupun dokter mengetahui penolakan
tersebut dapat membahayakan jiwa pasien atau bahkan mungkin kematian
pasien. Bila dokter tetap memaksakan kehendaknya terhadap pasien walaupun
doter berniat baik untuk menyelamatkan nyawa penderita, akan berakibat
dituntutnya dokter tersebut dengan tuduhan telah melakukan malpraktik.
e. hak untuk memperoleh penjelasan tentang riset kedokteran tersebut

Besarnya manfaat serta bahaya dari segu medic, psikologi, social dan
ekonomi yang mungkin dapat terjadi selama penelitian perlu dijabarkan dengan
cara yang mudah dimengerti oleh pasien. Serta harus dijelaskan bahwa sebagai
subyek penelitian, setiap saat pasien boleh mengudurkan diri tanpa oenjatuhan
sanksi, dan hasil penelitian yang telah dijalani tetap dijamin kerahasiaannya.
f. hak untuk dirujuk ke dokter spesialis bila perlu dan dikembalikan ke dokter
yang merujuknya setelah selesai konsultasi atau pengobatan untuk memperoleh
perawatan atau tindak lanjut

11
g. Hak atas kerahasiaan atau rekam medik.

Dokter wajib merahasiakan keterangan yang diperoleh dari pasien dan


juga tentang penyakit pasien.13
Selanjutnya kewajiban pasien diatur dalam Pasal 31 Undang-Undang Nomor 44
tahun 2009 tentang Rumah Sakit yaitu :
a. Setiap pasien mempunyai kewajiban terhadap Rumah Sakit atas pelayanan yang
diterimanya.
b. Ketentuan lebih lanjut mengenai kewajiban pasien diatur dengan Peraturan
Menteri.
Dijelaskan lebih lanjut kewajiban pasien di dalam Pasal 53 Undang-Undang Nomor
29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran yaitu :
a. memberikan informasi yang lengkap dan jujur tentang masalah kesehatannya,
b. mematuhi nasihat dan petunjuk dokter atau dokter gigi
c. mematuhi ketentuan yang berlaku di sarana pelayanan kesehatan dan
d. memberikan imbalan jasa atas pelayanan yang diterima 14
Menurut Peraturan Menteri Kesehatan No 4 Tahun 2018 tentang Kewajiban Rumah
Sakit dan Kewajiban Pasien, Pasien mempunyai kewajiban:
a. mematuhi peraturan yang berlaku di Rumah Sakit;
b. menggunakan fasilitas Rumah Sakit secara bertanggung jawab;
c. menghormati hak Pasien lain, pengunjung dan hak Tenaga Kesehatan serta
petugas lainnya yang bekerja di Rumah Sakit ;
d. memberikan informasi yang jujur, lengkap dan akurat sesuai dengan
kemampuan dan pengetahuannya tentang masalah kesehatannya;
e. memberikan informasi mengenai kemampuan finansial dan jaminan kesehatan
yang dimilikinya;
mematuhi rencana terapi yang direkomendasikan oleh Tenaga Kesehatan di
Rumah Sakit dan disetujui oleh Pasien yang bersangkutan setelah mendapatkan
penjelasan sesuai dengan ketentuan peraturan perundangundangan;
f. menerima segala konsekuensi atas keputusan pribadinya untuk menolak
rencana terapi yang direkomendasikan oleh Tenaga Kesehatan dan/atau tidak
mematuhi petunjuk yang diberikan oleh Tenaga Kesehatan untuk penyembuhan
penyakit atau masalah kesehatannya; dan
g. memberikan imbalan jasa atas pelayanan yang diterima.

13 Soewono Hendrojono. 2006. Perlindungan Hak- Hak Pasien dalam Transaksi Terapeutik. Surabaya. Penerbit Srikandi. Hlm 56-58
14 Chazawi adami. 2007. Malpraktik Kedokteran. Malang. Penerbit Bayumedia Publishing, hlm 22-23

12
2. Latihan
Dalam latihan ini, peserta kuliah diharapkan menjawab kedua soal berikut ini. Setelah
menjawab, peserta kuliah diharapkan dapat menelusuri jawabannya pada bagian uraian.
1. Uraikan pengertian perlindungan hukum?
2. Uraikanlah pengertian perlindungan hukum bagi dokter?
3. Uraikanlah hak dan kewajiban dokter menurut Undang-Undang?
4. Uraikanlah pengertian perlindungan hukum bagi pasien?
5. Uraikanlah hak dan kewajiban menurut Undang-Undang?

3. Rangkuman
1. Perlindungan hukum adalah suatu perlindungan yang diberikan kepada subyek
hukum yakni orang atau badan hukum ke dalam bentuk perangkat baik yang
bersifat preventif maupun yang bersifat represif, baik yang lisan maupun yang
tertulis.
2. Perlindungan hukum bagi Rumah Sakit (dokter) merupakan hak bagi Rumah Sakit
dalam kedudukan hukumnya sebagai subyek hukum (recht persoon), yang
melakukan hubungan hukum dengan pihak lain, yaitu pasien.
3. Dokter berhak mendapatkan perlindungan hukum dari tindakan medis yang telah
dilakukannya, sepanjang apa yang telah dilakukan dokter sesuai dengan standar
profesi dan standar prosedur operasional. Dengan kata lain apabila dokter
melakukan tindakan medis telah sesuai dengan standar profesi dan standar
prosedur operasional tidak dapat dituntut secara hukum dipersidangan.
4. Kewajiban dokter terhadap pasien dalam melaksanakan pelayanan kesehatan lebih
kongkrit dalam Pasal 51 Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2004 tentang praktek
kedokteran.
5. Hukum perlindungan pasien adalah keseluruhan asas-asas dan kaidah-kaidah yang
mengatur dan melindungi pasien dalam hubungan dan masalah pelayanan medis
dengan tenaga medis maupun penyelenggara medis, dalam hal memperoleh
pelayanan medis.
6. Hak pasien adalah kewenangan seseorang pasien untuk memenuhi tuntutannya
sesuai dengan prinsip-prinsip moral atau etika
7. Kewajiban pasien diatur dalam Pasal 31 Undang-Undang Nomor 44 tahun 2009
tentang Rumah Sakit.

4. Pustaka

1. Chazawi adami. 2007. Malpraktik Kedokteran. Malang. Penerbit Bayumedia


Publishing
2. Danny Wiradharma, Penuntun Kuliah Hukum Kedokteran, (Cet.I; Jakarta: Bina
Rupa Aksara, 2002),
3. Eka Ryanda Pratiwi, Mahdi Syahbandir dan Azhari.2017. perlindungan hukum
terhadap hak asasi pasien pengguna badan penyelenggara jaminan social kelas 3 .
Law Jurnal. Vol.1(1). Banda Aceh.fakultas hukum Universitas Syah Kuala
4. Glosarium. Pengertian Perlindungan Hukum Menurut Para Ahli.

13
5. Glosarium. Pengertian Perlindungan Hukum Menurut Para Ahli.
http://tesishukum.com/pengertian- perlindungan-hukum-menurut-para-ahli/.
Diakses pada tanggal 23 Februari 2021
6. Satijipto Raharjo. 2000. Ilmu Hukum. Bandung: Citra Aditya Bakti.
7. Satjipto Rahardjo. 1993 Penyelenggaraan Keadilan Dalam Masyarakat Yang
Sedang Berubah, Jurnal Masalah Hukum. Edisi 10
8. Siringoringo Valeri M.P., Hendrawati Dewi, Suharto R. 2017. Pengaturan
perlindungan hukum hak- hak pasien dalam peratura perundang-undangan tentang
kesehatan di indonesia. Law Jurnal. Volume 6, Nomor 2. Semarang. Fakultas
hukum Universitas Diponegoro
9. Soewono Hendrojono. 2006. Perlindungan Hak- Hak Pasien dalam Transaksi
Terapeutik. Surabaya. Penerbit Srikandi
10. Soewono Hendrojono. 2006. Perlindungan hak-hak pasien dalam transaksi
terapeutik. Surabaya: Srikandi.
11. Sudikno Mertokusumo. 1993.Bab-Bab Tentang Penemuan Hukum. Bandung: Citra
Aditya Bakti.
12. Sudrajat A Diwa, Irawaty Dewi dan Mustikasari. 2008. Pemenuhan ha-hak pasien
di sebuah rumah sakit di jakarta. Jakarta. Jurnal Keperawatan Indonesia. Volume
12, No. 2. Fakultas Ilmu Kedokteran. Universitas Indonesia
13. Yohana Puspitasari Wardoyo. Thesis. “Perlindungan Hukum Bagi Konsumen
Terhadap Iklan Kosmetik Yang Menyesatkan Melalui Media Periklanan”. Malang.
2017. Universitas Muhammadiyah Malang.

D. TUGAS DAN LEMBAR KERJA


Membuat resume tentang teori perlindungan hukum bagi dokter, pasien, dan rumah
sakit maksimal 1000 kata. Tugas dikumpulkan pada menu tugas di SIKOLA.

E. UMPAN BALIK DAN TINDAK LANJUT


Bila Anda merasa telah menjawab tes formatif dengan baik, bandingkanlah jawaban
Anda tersebut dengan rambu-rambu jawaban yang disediakan. Jika hasil perhitungan
menunjukkan anda telah mencapai tingkat penguasaan sama atau lebih besar dari 80%,
Anda dipersilakan untuk meneruskan ke kegiatan belajar berikutnya.
Untuk mengetahui persentase penguasaan materi pada kegaitan belajar 1 ini, anda
cukup menghitung menggunakan rumus berikut:
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝐽𝑎𝑤𝑎𝑏𝑎𝑛 𝑌𝑎𝑛𝑔 𝐵𝑒𝑛𝑎𝑟
x 100 = %
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑆𝑜𝑎𝑙

14

Anda mungkin juga menyukai