Oleh:
ISBN : 978-623-7635-35-2
Tanggal Terbit : 1 Juli 2020
PENERBIT:
Universitas Katolik Soegijapranata
Anggota APPTI No. 003.072.1.1.2019
Jl. Pawiyatan Luhur IV/1 Bendan Duwur Semarang 50234
Telpon (024)8441555 ext. 1409
Website: www.unika.ac.id
Email Penerbit: ebook@unika.ac.id
ii
Hukum Jaminan Kesehatan
PRAKATA
Puji Syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena
berkat rahmatnya yang berlimpah, maka buku ini yang sempat tertunda
beberapa waktu akhirnya dapat kami selesaikan. Buku ini kami beri judul
“Hukum Jaminan Kesehatan (Sebuah Telaah Konsep Negara
Kesejahteraan Dalam Pelaksanaan Jaminan Kesehatan). Tim Penulis
sengaja memilih judul tersebut sebagai buku pertama, yang merupakan
luaran hasil penelitian tentang jaminan kesehatan, dan akan diteruskan
dengan buku kedua.
Pada buku pertama ini telaah dilakukan terhadap konsep negara
kesejahteraan yang dianut Indonesia dengan landasan Pancasila dan
UUD’45. Konsep mana menunjukkan bagaimana Negara melaksanakan
tanggungjawabnya untuk mewujudkan kesejahteraan bagi warganya.
Pelaksanaan jaminan kesehatan bagi masyarakat adalah salah satu
strateginya.
Buku ini diharapkan dapat memberikan informasi bagi lingkungan
akademisi, dan para peneliti untuk melakukan telaah lebih lanjut terkait
dengan Jaminan Kesehatan Nasional (JKN). Buku ini juga diharapkan
bermanfaat bagi penentu kebijakan terkait dengan berbagai ketentuan
hukum yang perlu disesuaikan dengan perkembangan.
Ucapan terimakasih yang sebesar-besarnya kami sampaikan
kepada Alm. Sdr. L Edy Wiwoho, SH.MH, yang telah banyak membantu
dan memberi dukungan pada saat penelitian dilaksanakan.
Akhir kata, tiada gading yang tak retak, Tim penulis mohon saran
dan masukan untuk penyempurnaan buku ini dan Tim penulis
mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu
terselesaikannya buku pertama ini.
Salam,
Tim Penulis
iii
Hukum Jaminan Kesehatan
KATA PENGANTAR
iv
Hukum Jaminan Kesehatan
DAFTAR ISI
BAGIAN 1
PENDAHULUAN .......................................................................................................1
BAGIAN 2
v
Hukum Jaminan Kesehatan
BAGIAN 3
vi
Hukum Jaminan Kesehatan
vii
Sebuah Telaah Konsep Negara Kesejahteraan
Dalam Pelaksanaan Jaminan Kesehatan
Hukum Jaminan Kesehatan
BAGIAN 1
PENDAHULUAN
1
IB. Indra Gautama dan Donald Pardede, Reformasi Jaminan Sosial Kesehatan (Pembiayaan
Kesehatan, Agenda dan Isu-Isu Jaminan Kesehatan), Pusat Pelayanan dan Jaminan Kesehatan Depkes
RI. hlm. 1.
[1]
Sebuah Telaah Konsep Negara Kesejahteraan
Dalam Pelaksanaan Jaminan Kesehatan
Hukum Jaminan Kesehatan
2
Sri Rejeki Hartono, Hukum Asuransi dan Perusahaan Asuransi, Sinara Grafika, cetakan
kelima, Jakarta, 2008, hlm. 2.
3
Ibid. hlm. 2.
[2]
Sebuah Telaah Konsep Negara Kesejahteraan
Dalam Pelaksanaan Jaminan Kesehatan
Hukum Jaminan Kesehatan
akan terasa berat manakala harus dipikul sendiri, terutama bagi masyarakat
miskin, karena untuk memulihkan kesehatannya membutuhkan biaya yang tidak
sedikit.
Dalam upaya mengatasi risiko di bidang kesehatan tersebut, negara
mempunyai tanggung jawab, sehingga dapat terwujudnya masyarakat sejahtera.
Tanggung jawab negara tersebut, telah diamanahkan dalam konstitusi untuk
menyediakan pelbagai pelayanan hak-hak dasar kehidupan masyarakat dalam
bidang sosial, ekonomi, dan kebudayaan, termasuk pelayanan kesehatan,
pendidikan, dan pembangunan lainnya. Dalam memenuhi hak-hak dasar tersebut,
maka pembangunan ekonomi sebagai kebijakan pembangunan sosial ekonomi
nasional tidak lain ditujukan untuk menigkatkan kesejahteraan rakyat yang harus
dapat dinikmati secara berkelanjutan, adil dan merata, serta dapat menjangkau
seluruh lapisan masyarakat.
[3]
Sebuah Telaah Konsep Negara Kesejahteraan
Dalam Pelaksanaan Jaminan Kesehatan
Hukum Jaminan Kesehatan
[4]
Sebuah Telaah Konsep Negara Kesejahteraan
Dalam Pelaksanaan Jaminan Kesehatan
Hukum Jaminan Kesehatan
seluruh rakyat agar dapat memenuhi kebutuhan dasar hidupnya yang layak.
Kebutuhan dasar yang layak dimaksud adalah kebutuhan yang harus dipenuhi
yang memungkinkan seseorang berproduksi/berfungsi normal. Kebutuhan dasar
kesehatan menjadi sulit untuk diukur secara awam, karena hanya para profesional
yang dapat mengukur kebutuhan dasar yang disesuaikan dengan kebutuhan medis
karena sakitnya sesorang, dengan demikian kebutuhan dasar dalam kesehatan
harus komprehensif sesuai kebutuhan medis. Ketentuan jaminan sosial kesehatan
ini, lebih lanjut diatur dalam Pasal 19 ayat (1) UU SJSN, yang menyebutkan:
“Jaminan kesehatan diselenggarakan secara nasional berdasarkan prinsip asuransi
sosial dan prinsip ekuitas”.
Pembangunan bidang kesehatan merupakan suatu prioritas, karena
kesehatan merupakan hak fundamental setiap individu, yang keberadaannya
diatur dalam berbagai peraturan, baik dalam skala internasional maupun nasional.
Secara internasional hak kesehatan diatur dalam Pasal 25 ayat (1) Deklarasi
Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) tanggal 10 Desember 1948 tentang Hak Asasi
Manusia (HAM):
“Everyone has the right to a standard of living adequate for the health
and well being of himself and of his family including food, clothing,
housing and medical care and necessary social services, and the right to
security in the event of unemployment, sickness, disability, widowhood, old
age or other lack of livelihood in circumstances beyond his control”.
[5]
Sebuah Telaah Konsep Negara Kesejahteraan
Dalam Pelaksanaan Jaminan Kesehatan
Hukum Jaminan Kesehatan
bahwa: “Negara mengakui hak setiap orang, untuk menikmati standar tertinggi
yang dapat dicapai atas kesehatan fisik dan mental dengan mengupayakan
pengurangan tingkat kelahiran, mati dan kematian anak serta perkembangan anak
sehat, melaui perbaikan semua aspek kesehatan lingkungan dan industri dengan
melakukan pencegahan, pengobatan, dan pengendalian segala penyakit
menular/endemik, penyakit lain yang berhubungan dengan pekerjaan serta
menciptakan kondisi yang akan menjamin semua pelayanan dan perhatian medis
dalam hal sakitnya seseorang”.
Ketentuan yang diatur dalam Pasal 28 H ayat (1) Undang-Undang Dasar
1945 hasil amandemen ke-2, mempunyai makna yang sangat penting, karena
untuk pertama kalinya dalam sejarah Indonesia, kata “kesehatan” masuk dalam
konstitusi dan pertama kalinya pula, negara menyatakan bahwa kesehatan adalah
hak warga negara yang harus ditunaikan oleh pemerintah sebagai pengelola
negara. Komitmen pemerintah dalam upaya mewujudkan pembangunan di bidang
kesehatan, juga ditegaskan dalam UUD 1945, Pasal 34 ayat (3) “Negara
bertanggungjawab atas penyediaan fasiltas pelayanan kesehatan dan fasilitas
pelayanan umum yang layak”.
Berdasarkan berbagai ketentuan tersebut di atas dapat dipahami bahwa
kesehatan adalah hak, dan setiap warga negara berhak atas kesehatannya termasuk
masyarakat miskin. Dalam hal ini diperlukan suatu sistem yang mengatur
pelaksanaan bagi upaya pemenuhan hak warga negara untuk hidup sehat, dengan
mengutamakan pada pelayanan kesehatan bagi masyarakat, dan di lain pihak
negara bertanggung jawab untuk memberikan jaminan kepastian pemenuhan hak
kesehatan bagi seluruh warga negaranya, agar tercapai tingkat kesejahteraan
secara merata dalam bentuk jaminan sosial kesehatan.
Pada hakikatnya, pembangunan di bidang kesehatan adalah bagian dari
pembangunan nasional yang bertujuan meningkatkan kesadaran, kemauan dan
kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujudnya derajat kesehatan
masyarakat yang setinggi-tingginya. Pembangunan kesehatan ini merupakan
[6]
Sebuah Telaah Konsep Negara Kesejahteraan
Dalam Pelaksanaan Jaminan Kesehatan
Hukum Jaminan Kesehatan
4
Kebijakan pemerintah adalah suatu perencanaan atau program pemerintah mengenai apa yang
akan dilakukan dalam menghadapi problem tertentu dan cara bagaimana melakukan atau melaksanakan
sesuatu yang telah direncanakan atau diprogramkan.
[7]
Sebuah Telaah Konsep Negara Kesejahteraan
Dalam Pelaksanaan Jaminan Kesehatan
Hukum Jaminan Kesehatan
kurangnya kesadaran dari berbagai pihak akan pentingnya kendali biaya dan
kendali mutu pelayanan kesehatan dan masih terbatasnya sumber daya manusia
Pengelola Program.
Permasalahan paling krusial yang timbul adalah dalam penerapan
kebijakan Program Askeskin ini, dasar hukum yang digunakan dalam
penerapannya banyak yang tidak sesuai (tidak sinkron) dan bertentangan dengan
peraturan perundang-undangan yang lain. Ketidak sinkronan dan disharmonis ini,
antara lain terjadi dalam Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor
417/Menkes/SK/IV/2007 tentang Pedoman Pelaksanaan Jaminan Pemeliharaan
Kesehatan Masyarakat Miskin dan Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor
1241/MENKES/SK/XI/ 2004 tentang Penugasan PT. Askes (Pesero) dalam
Pengelolaan Program Pemeliharaan Kesehatan Bagi Masyarakat Miskin, sebagai
dasar hukum penyelenggaraan Program Askeskin dengan dasar hukum lain yang
lebih tinggi, yaitu Undang-Undang Dasar 1945, Undang-Undang Nomor 23
Tahun 1992 tentang Kesehatan, Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2004 tentang
Sistem Jaminan Sosial Nasional, Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1992 tentang
Asuransi dan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah.
Setelah dilakukan evaluasi dan dalam rangka efisiensi manfaat program
jaminan sosial kesehatan, maka pada tahun 2008 dilakukan perubahan dalam
sistem penyelenggaraannya. Perubahan ini, sebagaimana dituangkan dalam
Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 125/Menkes/SK/II/2008 tentang Pedoman
Penyelenggaraan Program Jaminan Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas).
Perubahan pengelolaan program tersebut adalah dengan pemisahan fungsi
pengelolaan dengan fungsi pembayaran yang didukung dengan penempatan
tenaga verifikator di setiap Rumah Sakit.
Program Jamkesmas, sebagai salah satu program unggulan Departemen
Kesehatan, telah mampu meningkatkan kepesertaan yang cukup signifikan, pada
tahun 2005 dengan jumlah peserta 36,1 juta penduduk miskin, pada tahun 2007
dan 2008, jumlah penduduk miskin dan hampir miskin yang dijamin pemerintah
terus meningkat hingga menjadi 76,4 juta jiwa. Peningkatan pemanfaatan program
[8]
Sebuah Telaah Konsep Negara Kesejahteraan
Dalam Pelaksanaan Jaminan Kesehatan
Hukum Jaminan Kesehatan
Jamkesmas menunjukkan bahwa tujuan program tersebut telah tercapai. Data ini
menunjukkan keberhasilan yang cukup menggembirakan, tetapi di sisi lain juga
dapat ditemukan permasalahan yang muncul sebagaimana diungkapkan oleh
Ketua Tim Kerja (Timja) Kesehatan Panitia Ad hoc (PAH) III Dewan Perwkilan
Daerah (DPD) Nuzran Joher5, yang mendesak pemerintah meninjau ulang
program Jamkesmas, karena tidak mengacu kepada Undang-Undang Nomor 40
Tahun 2004 tentang SJSN. Lebih lanjut juga dikatakan bahwa jika tidak ditinjau
lagi dikhawatirkan akan terbangun sistem jaminan sosial nasional yang tidak
sesuai dengan amanat Undang-Undang Dasar 1945, karena pada dasarnya
“Paguyuban Hukum Jamkesmas jauh dari tujuan UU SJSN”.
Di samping program Jamkesmas, di berbagai daerah juga
menyelenggarakan Program Jaminan Kesehatan Daerah (Jamkesda) dengan
mengacu pada Putusan Judicial Review Mahkamah Konstitusi terhadap UU
Nomor 40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional (UU SJSN).
Dalam Putusan Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia, terhadap perkara
Nomor 007/PUU-III/2005 tentang Pengujian UU SJSN telah ditetapkan
kewajiban daerah dan prioritas belanja untuk mengembangkan Sistem Jaminan
Sosial berdasarkan Pasal 22 huruf ‘f’ dan Pasal 167 Undang-Undang Nomor 32
Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah (UU Pemerintah Daerah), berikut
peraturan pelaksanaannnya, sebagai sub-sistem jaminan sosial nasional yang
5
Kompas, Berita Utama, 27 Maret 2008, Sebagai Dasar pendapat tersebut adalah, Beberapa
rumah sakit penyelenggara program pelayanan kesehatan masyarakat miskin di Jambi, Bengkulu, Jawa
Timur, Kalimantan Barat, dan Bali yang dikunjungi Timja Kesehatan PAH III DPD sangat
berkeberatan dengan program Jamkesmas yang melibatkan mereka sebagai pembayar. ”Mereka sangat
keberatan,” katanya. Dengan program Jamkesmas, dana dikucurkan dari kas negara ke rumah sakit,
kemudian rumah sakit membayar klaim. Rumah sakit tersebut berkeinginan profesional sebagai
pelayan tenaga medik, bukan bertindak sebagai pembayar. ”Mereka tidak mau nanti berurusan dengan
lembaga pemeriksa seperti BPK dan kejaksaan. Akan merepotkan,” ujar Nuzran.
Lihat juga pendapat Kartono Mohamad, dalam Kompas 8/3/2008 hlm. 6,….. Dalam kaitan
dengan pemberlakuan apa yang disebut Jamkesmas ini, satu lagi keberanian Menkes yang perlu dicatat
yakni tidak berusaha untuk semakin mendekati ketentuan Undang-Undang Nomor 40 tahun 2004
tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN). Program Askeskin yang diluncurkan sejak awal 2005
sebenarnya dapat merupakan cikal-bakal implementasi Undang-Undang SJSN di bidang kesehatan.
Karena masalah tehnis di lapangan, program ini harus dibuat lumpuh layu dan diganti dengan program
yang kesesuaian arahnya dengan Undang-Undang SJSN perlu dipertanyakan. Apakah pengucuran
dana bantuan sosial langsung ke rumah sakit tersebut sesuai dengan prinsip Asuransi Sosial?
[9]
Sebuah Telaah Konsep Negara Kesejahteraan
Dalam Pelaksanaan Jaminan Kesehatan
Hukum Jaminan Kesehatan
6
Untuk mencapai tujuan tersebut, maka suatu asuransi sosial haruslah didasari pada suatu
undang-undang dengan pembayaran premi dan paket jaminan yang memungkinkan terjadinya
pemerataan. Dalam penyelenggaraanya, pada asuransi sosial mempunyai ciri (a) kepesertaan wajib
bagi sekelompok atau seluruh penduduk, (b) besaran premi ditetapkan oleh undang-undang, umumnya
proporsional terhadap pendapatan/gaji, dan (c) paketnya ditetapkan sama untuk semua golongan
pendapatan, yang biasanya sesuai dengan kebutuhan medis.
[ 10 ]
Sebuah Telaah Konsep Negara Kesejahteraan
Dalam Pelaksanaan Jaminan Kesehatan
Hukum Jaminan Kesehatan
jaminan kesehatan, jaminan kecelakaan kerja, jaminan hari tua, dan santunan
akibat kematian alamiah dan dikelola oleh PT. Jamsostek. Sampai saat ini
penyelenggaraan Jamsostek baru mencakup sekitar 12 juta peserta aktif dari
sekitar 31 juta tenaga kerja di sektor formal (Standing, 2000). Bagi Pegawai
Negeri Sipil (PNS), pensiunan pegawai negeri, pensiunan TNI-POLRI, Veteran,
dan anggota keluarga mereka menerima jaminan kesehatan yang dikelola oleh PT.
Askes berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 69 Tahun 1991.
Berdasarkan data yang ada, cakupan beberapa skema jaminan sosial
kesehatan masih sangat rendah. Pada saat ini penduduk Indonesia baru terdapat
50,8 persen yang mempunyai jaminan kesehatan; terdiri dari peserta
Jamkesmas/Jamkesda 37,5 persen, peserta Askes sosial 6,6 persen, peserta Askes
komersial 1 persen, Jaminan Kesehatan dalam Jamsostek 2 persen, Asabri 0,9
persen, dan asuransi lain 2,9 persen. Cakupan kepesertaan program jaminan sosial
kesehatan ini masih terlalu sedikit (sekitar 20%) bila dibanding dengan negara lain
yang rata-rata sudah mencapai 80%7.
Beberapa hasil penelitian menunjukkan, bahwa rendahnya cakupan
kepesertaan program jaminan sosial saat ini, dikarena program tersebut belum
sepenuhnya mampu memberikan perlindungan yang adil bagi para peserta dan
manfaat yang diberikan kepada peserta juga belum memadai untuk memenuhi
kebutuhan dasar yang layak 8. Selain itu, Manfaat yang diperoleh peserta juga
masih sangat terbatas, prinsip/sistem penyelenggaraan juga bervariasi, sehingga
kondisi ini mengakibatkan berbagai kasus ketidakadilan dalam pelaksanaan
jaminan sosial kesehatan, di satu sisi terdapat kelompok masyarakat yang dapat
mengakses pelayanan kesehatan sampai ke luar negeri, sedangkan disisi lain
masih banyak kelompok warganegara yang gagal untuk memperoleh perawatan
kesehatan yang layak dan masih “terbatasnya akses kesehatan dan rendahnya
7
Pusat Pembiayaan dan Jaminan Departemen Kesehatan RI. Tahun. 2009.
8
Thabrany dkk., dalam Sulastomo, Mencari Model Sistem Pembiayaan Kesehatan, Kompas,
Rabu 7 November 2001.
[ 11 ]
Sebuah Telaah Konsep Negara Kesejahteraan
Dalam Pelaksanaan Jaminan Kesehatan
Hukum Jaminan Kesehatan
mutu pelayanan kesehatan9”. Berbagai peristiwa yang “masgul” ini, dapat terlihata
dalam berbagai kasus berikut ini:
9
Hasil penelitian Nugroho Soeharno, seorang dokter dan peneliti, tahun 2007, hlm. 6, ditemukan
berbagai kasus pelayanan kesehatan yang terjadi diberbagai tempat: di Jakarta seorang buruh bangunan
tertimpa bangunan ditolak sebuah rumah sakit swasta karena tiak mampu membayar uang muka, maka
akibatnya mininggal dunia; di Jakarta seorang pasien dari keluarga miskin sakit dan akhirnya
meninggal dunia karena ditolak rumah sakit gara-gara tidak mempunyai Surat Keterangan Tanda
Miskin (SKTM); di Yogyakarta seorang pensiunan PNS, sakit dan harus cuci darah secara berkala
tetapi terus berhenti karena biaya tidak tejangkau akhirnya meninggal dunia, dan masih banyak kasus
serupa yang banyak menimpa pasien dari keluarga miskin. Di samping itu juga secara faktual data
departemen Kesehatan Republik Indonesia tahun 2007, menunjukan kondisi harapan untuk hidup (life
expectancy) masyarakat Indonesia juga masih rendah, yaitu hanya 70 tahun.
[ 12 ]
Sebuah Telaah Konsep Negara Kesejahteraan
Dalam Pelaksanaan Jaminan Kesehatan
Hukum Jaminan Kesehatan
[ 13 ]
Sebuah Telaah Konsep Negara Kesejahteraan
Dalam Pelaksanaan Jaminan Kesehatan
Hukum Jaminan Kesehatan
sementara itu besarnya dana yang dialokasikan untuk upaya promotif dan
preventif, maupun rehabilitatif sangat terbatas.
Melalui studi komparasi, dapat ditemukan bahwa, sistem Asuransi
kesehatan adalah menjadi salah satu sistem yang banyak diterapakan oleh negara
dalam upaya memenuhi hak dasar kesehatan masyarakat. Konsep asuransi
kesehatan dalam pembiayaan kesehatan telah berkembang melalui berbagai
pendekatan, baik asuransi kesehatan sosial (social health insurance) maupun
asuransi kesehatan komersial (commercial health insurance). Diantara keduanya
berkembang regulated Health Insurance yang dalam laporan Bank Dunia (1993)
disarankan untuk dilaksanakan sebagai pengganti prinsip Commercial / Private
Health Insurance.
Pada saat ini, model asuransi kesehatan sosial menjadi pilihan banyak
negara, karena adanya aspek pengalihan risiko (ekonomi) sakit dan syarat hukum
the law of the large number. Kecenderungan (universal) dari implementasi
asuransi kesehatan sosial10 adalah:
1) Bahwa program asuransi kesehatan sosial dimulai dari kelompok formal,
tenaga kerja, untuk kemudian berkembang pada kelompok non-formal dan
self employed. Program bagi masyarakat miskin seringkali dikembangkan
menjadi bagian dari kelompok non formal, atau dikembangkan secara
tersendiri bergantung kepada kebijakan negara. Program asuransi
kesehatan sosial di berbagai negara menunjukkan terjadinya peningkatan
akses seluruh penduduk ke fasilitas kesehatan serta terjadinya
pengendalian biaya.
10
Ibid. hlm.8 .
[ 14 ]
Sebuah Telaah Konsep Negara Kesejahteraan
Dalam Pelaksanaan Jaminan Kesehatan
Hukum Jaminan Kesehatan
11
Bandingkan Abbas Salim dalam bukunya Asuransi dan Manjemen Risiko, hlm. 125-126, “….
jaminan sosial adalah compulsary insurance yang bertujuan memberikan jaminan sosial untuk
masyarakat. Compulsary insurance dijalankan dengan paksaan (force saving), oleh karena itu, setiap
warga negara diwajibkan ikut serta dengan jalan memotong gaji tiap-tiap bulan (iuran pensiun). “Social
Insurance is designed to provide a minimum of protection against hazards that tend to produce
dependency problems for society”
12
Sulastomo, hlm. 99, berpendapat bahwa dengan konsep asuransi kesehatan sosial,
sebagaimana diletakkan oleh Otto von Bismarck pada permulaan abad XIX, adalah sebuah program
asuransi kesehatan yang dibiayai secara gotong-royong oleh pesertanya (dan tempat kerjanya/majikan)
dengan iuran sesuai persentase pendapatan. Dengan demikian, kegotong-royongan yang terjadi adalah
sangat menyeluruh, antara kaya-miskin, sehat-sakit, tua-muda, dengan kepesertaan wajib.
[ 15 ]
Sebuah Telaah Konsep Negara Kesejahteraan
Dalam Pelaksanaan Jaminan Kesehatan
Hukum Jaminan Kesehatan
senilai US$ 90 miliar. Kekuatan dana asuransi sosial inilah, antara lain, yang
menyelamatkan Malaysia dari krisis mata uang pada tahun 1998.
Di negara-negara tetangga, kepesertaan tenaga kerja yang memperoleh
jaminan sosial sudah mencakup seluruh tenaga kerja formal. Dalam program
asuransi kesehatan sosial dengan pendanaan publik, Indonesia jauh tertinggal
dibandingkan dengan negara-negara tetangga seperti Thailand dan Philipina
karena baru menjamini 9 (sembilan) persen dari jumlah penduduknya. Sedangkan
dalam program jaminan hari tua/asuransi, jaminan sosial di Indonesia baru
mencapai maksimal 20 persen dari total pekerja di sektor formal. Thailand telah
menjamin seluruh penduduknya, sehingga tidak ada lagi penduduk rentan yang
tidak memiliki jaminan kesehatan.
Dalam mewujudkan sistem Jaminan Sosial Kesehatan Nasional, tidak
cukup hanya memperluas cakupan kepesertaan, tetapi diperlukan kesiapan-
kesiapan infrastruktur yang matang. Lahirnya organisasi penyelenggara jaminan
sosial pada tanggal 12 Agustus 2011, yang dituangkan dalam Undang-Undang
Nomor 24 Tahun 2011 tentang Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS)
diharapakan akan dapat terwujudnya Badan penyelenggara yang bersifat nirlaba,
dana amanah, bersifat nasional, akuntabel, transparan, dan terlaksananya aspek
portabilitas. Guna memenuhi hal ini, maka sistem jaminan sosial kesehatan, harus
dapat diwujudkan dengan memadukan subsistem pembiayaan kesehatan dengan
subsistem pelayanan kesehatan, perlu ditata secara harmonis dan dirancang secara
baik. Ketersediaan Pemberi Pelayanan Kesehatan (PPK) yang meliputi pelayanan
kesehatan dasar/primer hingga tersier, guna menuju pencapaian Jaminan
Kesehatan Sosial Nasional bagi seluruh masyarakat Indonesia, sebagaimna telah
ditetapkan dalama UU SJSN.
[ 16 ]
Sebuah Telaah Konsep Negara Kesejahteraan
Dalam Pelaksanaan Jaminan Kesehatan
Hukum Jaminan Kesehatan
[ 17 ]
Sebuah Telaah Konsep Negara Kesejahteraan
Dalam Pelaksanaan Jaminan Kesehatan
Hukum Jaminan Kesehatan
mewujudkan dan mengembangkan sistem pembiayaan pra upaya yang lebih luas
dan adil, dengan pendekatan sistem jaminan sosial kesehatan yang menyeluruh,
tidak parsial, baik dari aspek sub sistem pembiayaan (health care financing
system) maupun sub-sistem pemberian pelayanan kesehatan (health care dilevery
system).
Hal ini sesuai dengan arah jaminan sosial bidang kesehatan sebagaimana
ditetapkan dalam Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan
Sosial Nasional (UU SJSN), yaitu memberikan perlindungan sosial yang
menyeluruh dan terpadu, dan disusun berlandaskan prinsip-prinsip yang
memenuhi keadilan, keberpihakan pada masyarakat banyak (equity egaliter),
transparansi, akuntabilitas, kehati-hatian (prudentiality) dan layak. Prinsip equity
egaliter merupakan suatu bentuk keadilan sosial berasaskan Pancasila yang dicita-
citakan, di mana setiap penduduk harus dapat memenuhi kebutuhan dasar
hidupnya (yang layak) tanpa memeperhatikan kemampuan ekonominya. Dalam
bidang kesehatan, prinsip ini diwujudkan dengan menjamin agar semua penduduk
yang sakit mendapatkan pengobatan yang dibutuhkan sekalipun ia miskin.
Kajian disertasi dengan judul “Sistem Jaminan Sosial Kesehatan Dalam
Memenuhi Hak Dasar Kesehatan Masyarakat yang Berkeadilan”, dengan menitik
beratkan ke arah membangun jaminan sosial kesehatan sebagai sistem kesehatan
yang meliputi sub sistem pembiayaan (health care financing system) maupun sub-
sistem pemberian pelayanan kesehatan (health care dilevery system) dan model
mana yang tepat bagi Indonesia, untuk itu perlu diketahui aspek-aspek
penentunya, sehingga dapat ditemukan sistem jaminan sosial kesehatan semesta
(universal coverage) dan berkeadilan guna terwujudnya kesejahteraan
masyarakat.
[ 18 ]
Sebuah Telaah Konsep Negara Kesejahteraan
Dalam Pelaksanaan Jaminan Kesehatan
Hukum Jaminan Kesehatan
BAGIAN 2
13
S.F. Marbun, Negara Hukum dan Kekuasaan Kehakiman, Jurnal Ius Quia Iustum. Nomor 9,
Vol 4-1997, hlm.9.
[ 19 ]
Sebuah Telaah Konsep Negara Kesejahteraan
Dalam Pelaksanaan Jaminan Kesehatan
Hukum Jaminan Kesehatan
Rule of the game. Dalam negara hukum, semua aktivitas penguasa (pemerintah)
termasuk warga negaranya harus tunduk dan patuh pada aturan hukum (asas
legalitas).
Dalam sejarah perkembangannya dikenal adanya negara hukum dalam arti
sempit atau dikenal dengan negara hukum liberal, sebagaimana diperkenalkan
dalam ajaran Imanuel Kant dan Fichte. Konsep negara hukum ini dikenal dengan
konsep negara liberal yang banyak dipengaruhi oleh faham liberalism, konsep
negara hukum liberal ini merupakan antitesis dari tipe negara polizeli 14. Dalam
negara polizeli kekuasaan raja amat sangat besar dalam menentukan dan
mengembangkan kesejahteraan rakyatnya, sedangkan dalam ajaran negara hukum
liberal, peran negara justru diminimalisir dari campur tangan urusan rakyatnya.
Peran dalam negara hukum liberal dikenal dua unsur saja yaitu : 1) perlindungan
terhadap Hak Asasi Manusia (HAM), dan 2) pemisahan kekuasaan.
Ajaran hukum liberal ini selanjutnya dikembangkan oleh F.J. Stahl dalam
bukunya “Philosophie des Rech”t pada tahun 1878. Modifikasi negara hukum
baru ini dikenal dengan istilah negara hukum formal, yaitu untuk dapat disebut
sebagai suatu negara hukum harus memenuhi empat unsur penting sebagai
berikut:
1) Adanya perlindungan terhadap Hak Asasi Manusia;
2) Adanya pembagian kekuasaan dalam Negara;
3) Setiap tindakan pemerintah harus didasarkan pada peraturan
perundang-undangan yang berlaku; dan
4) Adanya Peradilan Tata Usaha Negara/Peradilan Administrasi
Negara15.
14
Hestu B. Cipto, Hukum Tata Negara, Kewarganegaraan dan Hak Asasi Manusia, Penerbit
Universitas Atmajaya, Yogyakarta, 2003, hlm. 12.
15
Ibid. hlm.13.
[ 20 ]
Sebuah Telaah Konsep Negara Kesejahteraan
Dalam Pelaksanaan Jaminan Kesehatan
Hukum Jaminan Kesehatan
adalah pada masa Yunani kuno16. Menurut Jimly Asiddiqie gagasan kedaulatan
rakyat tumbuh dan berkembang dari tradisi Romawi, sedangkan tradisi Yunani
Kuno menjadi sumber dari gagasan kedaulatan hukum.
Dalam perkembangannya menjelang abad ke XX negara hukum liberal
mengalami pertumbuhan dengan lahirnya konsep negara hukum moderen atau
dikenal dengan sebutan negara welfare state. Dalam konsep negara welfare state
tugas negara berubah dari penjaga malam dan penjaga keamanan menjadi negara
atau pemerintah harus bertanggung jawab atas kesejahteraan rakyat.
Perkembangan negara hukum terjadi karena banyaknya kritikan dan kecaman
terhadap berbagai ekses dalam industrialisasi dan sistem kapitalis, dengan
tersebarnya paham sosialisme yang menginginkan pembagian kekuasaan dan
kemengangan partai sosialis di Eropa17.
Pemahamana terhadap Welfare state adalah suatu bentuk masyarakat yang
ditandai dengan suatu sistem kesejahteraan yang demokratis dan ditunjang oleh
16
Pada masa Yunani Kuno pemikiran tentang Negara Hukum dikembangkan oleh filsuf besar
seperti Plato (429-347s.M) dalam bukunya Politikos yang dihasilkan dalam penghujung hidupnya,
Plato menguraikan bentuk-bentuk pemerintahan yang dapat diselenggarakan pemerintah yang dibentuk
melalui jalan hukum dan pemerintahan yang terbentuk tidak melalui jalan hukum. Bandingkan pula
dalam Budiono Kusumohamidjojo, Filsafat Hukum : Problematika Ketertiban yang Adil, Grasindo,
Jakarta, 2004, hlm. 36-37, yang menjelaskan Konsep Negara hukum menurut Ariestoteles (384-
322s.M) adalah negara yang berdiri di atas hukum yang menjamin keadilan kepada warga negaranya.
Keadilan merupakan syarat bagi tercapainya kebahagiaan hidup untuk warga negaranya, dan sebagai
dasar dari pada keadilan itu perlu dajarkan rasa susila kepada setiap manusia agar ia menjadi warga
negara yang baik; dan bagi Aristoles yang memerintah dalam negara bukan manusia sebenarnya,
melainkan fikiran yang adil, sedangkan penguasa sebenarnya hanya pemegang hukum dan
keseimbangan.
Bandingkan dalam Notohamidjojo, Makna Negara HukumBagi Pembaharuan Negara dan
Wibawa Hukum Bagi Pembaharuan masyarakat di Indonesia, Badan Penerbit Kristen, 1970, hlm. 21.
Pada masa abad pertengahan pemikiran tentang Negara hukum lahir sebagai perjuangan melawan
kekuasaan absolute para raja. Menurut Paul Scholten dalam bukunya : Verzamel Geschriften, deel ,
Tahun 1949, hlm 383, dalam pembicaraan Over den Reschtaat, istilah Negara hukum berasal dari abat
XIX, tetapi gagasan tentang Negara Hukum itu tumbuh di Eropa sudah hidup dalam abad tujuh belas.
Gagasan itu tumbuh di Inggris dan merupakan latar belakang dari Glorious Revolution 1688 M.
gagasan itu timbul sebagai reaksi terhadap kerajaan yang absolute, dan dirumuskan dalam piagam yang
terkenal sebagai Bill of Right 1689 (Great Britain), yang berisi hak dan keebasan dari pada kawula
Negara serta peraturan pengganti raja di Inggris.
17
Miriam Budihardjo, Dasar-Dasar Ilmu Politik, cetakan ke XIII, Gramedia Pustaka Utama,
Jakarta, 1991, hlm. 59.
[ 21 ]
Sebuah Telaah Konsep Negara Kesejahteraan
Dalam Pelaksanaan Jaminan Kesehatan
Hukum Jaminan Kesehatan
18
Romanyshyn, Sanford, The Constitusional Faith, Princenton University Press, 1971, hlm. 3
(dalam disertasi Endang Wahyati “Akreditasi Rumah Sakit dalam Pelayanan Kesehatan Yang Optimal,
2010, hlm. 126)
19
Paul Spicker, Social Policy : Themes and Approaches, London: Prantice Hall Stiglitz, Joseph
E, Globalization and Its Discontents, New York: W.W. Norton and Company, 1995, hal 82. Di Inggris
[ 22 ]
Sebuah Telaah Konsep Negara Kesejahteraan
Dalam Pelaksanaan Jaminan Kesehatan
Hukum Jaminan Kesehatan
the state to the best possible standards.” Dari pengertian ini dapat dikatakan
bahwa, Negara Kesejahteraan mengacu pada peran pemerintah yang responsif
dalam mengelola dan mengorganisasikan perekonomian sehingga mampu
menjalankan tanggungjawabnya untuk menjamin ketersediaan pelayanan
kesejahteraan dasar dalam tingkat tertentu bagi warga negaranya. Esping-
Anderson, dalam Tribowo dan Bahagijo, mengatakan bahwa konsep ini dipandang
bentuk keterlibatan negara dalam memajukan kesejahteraan rakyat setelah
mencuatnya bukti-bukti empiris mengenai kegagalan pasar (market failure) pada
masyarakat kapitalis dan kegagalan negara (state failure) pada masyarakat
sosialis.
Pengertian “kesejahteraan” mengandung makna yang luas, karena di
dalamnya terkandung berbagai komponen atau subsistem. Hal ini sebagaimana
disebutkan oleh Kamerman & Kahn20 yang menjelaskan, bahwa sedikitnya ada
enam komponen atau subsistem dari kesejahteraan, yaitu : 1) Pendidikan; 2)
Kesehatan; 3) Pemeliharaan penghasilan (income maintenance); 4) Pelayanan
kerja; 5) Perumahan, dan 6) Pelayanan sosial personal (personal social service).
Negara Kesejahteraan21 sangat erat kaitannya dengan kebijakan sosial
(social policy) yang di berbagai negara mencakup strategi dan upaya-upaya
konsep welfare state dipahami sebagai alternatif terhadap the Poor Law yang kerap menimbulkan
stigma, karena hanya ditunjukan untuk memberi bantuan bagi orang-orang miskin. Berbeda dengan
sistem dalam the Poor Law, Negara Kesejahteraan difokuskan pada penyelenggaraan sistem
perlindungan sosial yang melembaga bagi setiap orang sebagai cermin dari adanya hak
kewarganegaraan (right of citizenship), di satu pihak, dan kewajiban negara (state obligation), dipihak
lain. Negara kesejahteraan ditujukan untuk menyediakan pelayanan-pelayanan sosial bagi seluruh
penduduk-orang tua, dan anak-anak, pria dan wanita, kaya dan miskin, sebaik dan sedapat mungkin, ia
berupaya untuk mengintegrasikan sistem sumber dan menyelenggarakan jaringan pelayanan yang
dapat memelihara dan meningkatkan kesejahteraan (well-being) warga negara secara adil dan
berkelanjutan.
20
Kamerman, Frederik & Kahn Mobugonje (1979), “System Approach to a Theory of Rural
Urban Migration”, Geography Analysis 2 (dalam disertasi Endang Wahyati “Akreditasi Rumah Sakit
dalam Pelayanan Kesehatan Yang Optimal, 2010, hlm. 126).
21
Lihat pula, Midgley, James, Martin B. Tracy dan Michelle Livermore, “Introduction : Social
Policy and Social Welfare”, The handbook of Social Policy, London, 2000, hal xi-xv, dalam Edi
Suharto, WelfareStateDepsos, 2006, hal 3. Yang mengatakan bahwa : Pengertian sejahtera (well-
being), adalah menunjuk pada istilah kesejahteraan sosial (social welfare) sebagai suatu keadaan
terpenuhinya kebutuhan material dan non-material. Midgley21, et al, mendefinisikan kesejahteraan
sosial sebagai “… a condition or state of human well-being”, dengan kata lain kondisi sejahtera terjadi
[ 23 ]
Sebuah Telaah Konsep Negara Kesejahteraan
Dalam Pelaksanaan Jaminan Kesehatan
Hukum Jaminan Kesehatan
manakala kehidupan manusia aman dan bahagia karena kebutuhan dasar akan gizi, kesehatan,
pendidikan, tempat tinggal, dan pendapatan dapat terpenuhi; serta manakala manusia memperoleh
perlindungan dari risiko-risiko utama yang mengancam kehidupannya. Adapun pengertian
kesejahteraan sosial, adalah serangkaian aktivitas yang terencana dan melembaga yang ditujukan untuk
meningkatkan standar dan kualitas kehidupan manusia; sebagai sebuah proses untuk meningkatkan
kondisi sejahtera. Sedangkan menurut Marshall sebagimana dikutip oleh Faturrochman 21 memberikan
pengertian secara filosofi “Negara kesejahteraan (welfare state) mendasarkan pada pandangan bahwa
kesejahteraan adalah hak semua penduduk, hak ini dijamin oleh Negara, namun dalam pelaksanaannya
ada kelompok yang berhak mendapatkannya dari negara, dan seballiknya ada kelompok lain yang tidak
memili. Kelompok pertama adalah seperti tersebut di atas, sedangkan kelompok kedua adalah yang
tidak lagi berhak karena sudah tergolong sejahtera. Kelompok kedua ini bahkan mempunyai kewajiban
untuk ikut menyejahterakan kelompok pertama, salah satunya adalah melalui mekanisme pajak,
terutama pajak progresif. Lebih lanjut Faturochman mengatakan bahwa : “Kemampuan untuk memberi
jaminan kesejahteraan pada kelompok riskan berkaitan erat dengan kemampuan ekonomi suatu Negara,
terutama pertumbuhan ekonominya”. Pada saat pertumbuhan ekonomi sulit dipacu, orientasi pada
kesejahteraan masyarakat bergeser dan cenderung mengalami penurunan. Pada dasarnya isu ini lahir
sebagai upaya untuk menyeimbangkan antara hak dan kewajiban pada masyarakat.
22
Triwibowo, Dawam dan Sugeng Bahaijo : Demokrasi dangan Kesejateraan Menguak
Beberapa Mitos Negara Kesejahteraan dan menimbang Relevansinya bagi Indonesia, dalam Seminar
“Mengkaji Ulang Relevansi Welfare State dan Terobosan melalui Desentralisasi-Otonomi di
Indonesia” Institute for Research and Empowerment (REI), Wisma MM UGM, Yohyakarta 25 Juli
2006.
[ 24 ]
Sebuah Telaah Konsep Negara Kesejahteraan
Dalam Pelaksanaan Jaminan Kesehatan
Hukum Jaminan Kesehatan
23
Edi Suharto, dalam makalah: Peta dan dinamika Welfare State di Beberapa Negara:
Pelajaran Apa yang Bisa Dipetik untuk Membangun Indonesia?, Seminar “Mengkaji Ulang Relevansi
Welfare State da Terobosan melalui Desentralisasi-Otonomi di Indonesia” Institute for Research and
Empowerment (REI), Wisma MM UGM, Yohyakarta 25 Juli 2006, hlm. 7
[ 25 ]
Sebuah Telaah Konsep Negara Kesejahteraan
Dalam Pelaksanaan Jaminan Kesehatan
Hukum Jaminan Kesehatan
[ 26 ]
Sebuah Telaah Konsep Negara Kesejahteraan
Dalam Pelaksanaan Jaminan Kesehatan
Hukum Jaminan Kesehatan
Pelayanan sosial
Jaminan Pelayanan
Sosial sosial personal
[ 27 ]
Sebuah Telaah Konsep Negara Kesejahteraan
Dalam Pelaksanaan Jaminan Kesehatan
Hukum Jaminan Kesehatan
24
Ibid. hlm. 40.
[ 28 ]
Sebuah Telaah Konsep Negara Kesejahteraan
Dalam Pelaksanaan Jaminan Kesehatan
Hukum Jaminan Kesehatan
Berkaitan dengan hal ini, Moh. Mahfud MD., berpendapat bahwa Negara
Pancasila merupakan ideologi yang menunjukkan konsep paternalistik, konsep
mana memadukan inti nilai yang baik dari berbagai nilai yang saling bertentangan.
Pancasila sebagai sebuah nilai yang paternalistik sesungguhnya dikristalisasikan
dari nilai-nilai yang hidup dalam masyarakat nusantara yang sejak dahulu. Nilai
25
Philiphus M. Hadjon, Pengantar Hukum Administrasi Negara, UGM University Press,
Yogyakarta, hlm. 79-80.
[ 29 ]
Sebuah Telaah Konsep Negara Kesejahteraan
Dalam Pelaksanaan Jaminan Kesehatan
Hukum Jaminan Kesehatan
paternalistik ini merajut nilai-nilai baik semua sistem hukum secara eklektis,
sehingga menjadi sistem hukum Indonesia26. Selanjutnya dikatakan, dalam
konsepsi prismatik tersebut minimal dicirikan oleh empat hal27 :
26
Muh. Mahfud MD., Hukum, Moral dan Politik, makalah disampaikan pada matrkulasi
Program Doktor Ilmu Hukum Undip, 23 Agustus 2008, hlm. 7
27
Ibid., hlm. 7
28
Philiphus M. Hadjon, Perlindungan Hukum bagi Rakyat di Indonesia, Bina Ilmu, Surabaya,
1985, hlm. 84.
[ 30 ]
Sebuah Telaah Konsep Negara Kesejahteraan
Dalam Pelaksanaan Jaminan Kesehatan
Hukum Jaminan Kesehatan
ekonomi. Karena itu, istilah yang biasa digunakan dalam bahasa Inggris untuk
menyebut prinsip negara Hukum adalah ‘the rule of law, not of man’. Sedangkan
yang disebut pemerintahan pada pokoknya adalah hukum sebagai sistem, bukan
orang perorang yang berkuasa dan sistem adalah yang mengaturnya.
Negara hukum, sering diterjemahkan dari rechstaats atau the rule of law,
paham rechstaat pada dasarnya betumpu pada hukum Eropa Kontinental. Ide
tentang rechstaats popular mulai pada abad ke XVII sebagai akibat dari situasi
sosial politik Eropa di dominir oleh absolutisme raja29. Paham rechstaats
dikembangkan oleh ahli-ahli hukum Eropa Barat Kontinental, seperti Immanuel
Kant (1724-1804) dan Frederich Julius Stahl30; sedangkan paham the rule of law
mulai mulai dikenal setelah Albert Venn Dicey pada tahun 1885 yang menerbitkan
buku Introduction to Study of The Law of The Constitution. Paham the rule of law
bertumpu pada sistem hukum Anglo Saxon atau Common Law system31. Konsepsi
Negara hukum menurut Immanuel Kant, dalam bukunya Methaphysiche
Ansfanggrunde der Rechtslehr, mengememukakan mengenai konsep negara
hukum liberal. Immanuel Kant mengemukakan paham negara hukum dalam arti
sempit, yang menempatkan fungsi recht pada staat, hanya sebagai alat
perlindungan hak-hak individual dan kekuasaan negara diartikan secara pasif,
yang bertugas sebagai pemelihara ketertiban dan keamanan masyarakat. Paham
Immanuel Kant ini terkenal dengan sebutan nachwachkerstaats atau
nachwachterstaats32.
29
Padmo Wahjono, Pembangunan Hukum di Indonesia, Ind-Hill Co., Jakarta, 1989, hlm. 30,
bandingkan dengan Philiphus M. Hajon, Perlindungan Hukum Bagi Rakyat di Indonesia; Sebuah Studi
tentang Pinsip-Prinsipnya, Penerapannya oleh Pengadilan Dalam Lingkungan Peradilan Umum dan
Pembentukan Peradilan Administrasi Negara. Bina Ilmu, Surabaya, 1972,.
30
Mariam Budiardjo, Dasar-dasar Ilmu Politik, Gramedia Pustaka Uama, Jakarta 1998, hlm 57
31
Ibid. hlm. 72.
32
M. Tahir Azhary, Negara Hukum, Jakarta Bulan Bintang, 1992. hlm 3-74.
[ 31 ]
Sebuah Telaah Konsep Negara Kesejahteraan
Dalam Pelaksanaan Jaminan Kesehatan
Hukum Jaminan Kesehatan
Berkaitan dengan hal ini, Paul Scholten, salah seorang jurist (ahli hukum)
yang terbesar dalam abad ke XX di Nederland, menulis karangan tentang Negara
Hukum (Over den Rechstaats, pada tahun 1935, menyebutkan adanya dua ciri dari
negara hukum. Ciri utama dari negara hukum adalah: “er is recht tegenover den
staats”, yang dapat diartikan “kawula negara itu mempunyai hak terhadap negara,
individu mempunyai hak terhadap masyarakat”. Asas ini sebenarnya meliputi dua
segi, yaitu35 :
33
Op.cit. hlm. 24
34
Meriam Budihardjo.Op.Cit. hlm. 57-58.
35
Notohamidjojo, Op.Cit. hlm. 25.
[ 32 ]
Sebuah Telaah Konsep Negara Kesejahteraan
Dalam Pelaksanaan Jaminan Kesehatan
Hukum Jaminan Kesehatan
Ciri yang ke dua dari negara hukum menurut Paul Scholten berbunyi; “er
is scheiding van machten”, yang dapat diartikan bahwa “dalam negara hukum ada
pemisahan kekuasaan”. Selanjutnya Von Munch, berpendapat bahwa unsur
negara berdasarkan atas hukum ialah adanya 36 :
36
A. Hamid S. Attamimi, Peranan Keputusan Presiden Republik Indonesia dalam
Penyelenggaraan Pemerintahan Negara; Susatu Studi Analisa Mengenai Keputusan Preseiden yang
Berfungsi Pengaturan dalam Kurun Waktu Pelita I- Pelita IV, Fakultas Pasca sarjana UI, 1990, hlm.
312.
[ 33 ]
Sebuah Telaah Konsep Negara Kesejahteraan
Dalam Pelaksanaan Jaminan Kesehatan
Hukum Jaminan Kesehatan
dari hak-hak individu yang dirumuskan dan ditegaskan oleh peradilan; singkatnya,
prinsip-prinsip hukum privat melalui tindakan peradilan dan Parlemen.
Menurut Jimly Asshiddiqie, dalam rangka merumuskan kembali ide-ide
pokok konsepsi Negara Hukum dan penerapanya dalam situasi Indonesia dewasa
ini, terdapat duabelas (12) prinsip pokok negara hukum (rechtstaat) yang berlaku
di zaman sekarang. Keduabelas prinsip-prinsip pokok tersebut merupakan pilar-
pilar utama yang menyangga berdiri tegaknya satu negara modern sehingga dapat
disebut sebagai negara hukum (rechtstaat maupun the rule of law) dalam arti yang
sebenarnya. Adapun keduabelas prinsip pokok ini, antara lain meliputi37 :
37
Jimmly Assidhiqqie, Konstitusi dan Konstitusionalime di Indonesia, Sekjen dan Kepaniteraan
MK RI, Jakarta, hlm. 154-161.
[ 34 ]
Sebuah Telaah Konsep Negara Kesejahteraan
Dalam Pelaksanaan Jaminan Kesehatan
Hukum Jaminan Kesehatan
4) Pembatasan Kekuasaan
Dalam hal adanya pembatasan kekuasaan negara dan organ-organ negara
dengan cara menerapkan prinsip pembagian kekuasaan secara vertikal atau
pemisahan kekuasaan secara horizontal.
[ 35 ]
Sebuah Telaah Konsep Negara Kesejahteraan
Dalam Pelaksanaan Jaminan Kesehatan
Hukum Jaminan Kesehatan
[ 36 ]
Sebuah Telaah Konsep Negara Kesejahteraan
Dalam Pelaksanaan Jaminan Kesehatan
Hukum Jaminan Kesehatan
38
Jimmly Assidhiqqie, Gagasan Negara Hukum Indonesia, PDF Created with desk PDF PDF
Writer - Trial http://www.docudesk.com, diunduh 24 Oktober , 2011.
[ 37 ]
Sebuah Telaah Konsep Negara Kesejahteraan
Dalam Pelaksanaan Jaminan Kesehatan
Hukum Jaminan Kesehatan
39
Lihat juga dalam Darmawan Triwibowo, Sugeng Bahagijo, Mimpi Negara Kesejahteraan,
Pustaka LP3ES Indonesia Perkumpulan PraKarsa Jakarta, 2006, hlm. xvi, yang mengatakan bahwa :
“Para pendiri negara bangsa Indonesia dalam merumuskan cita-cita bernegara melalui UUD 1945,
tidak bisa lain kecuali membentuk negara kesejahteraan (welfare state). Dalam pembukaan UUD 1945
menunjukkan niat membentuk negara kesejahteraan itu “…”Pemerintah melindungi segenap bangsa
dan seluruh tumpah darah, memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa”. Selain
itu juga dapat dapat kita temukan dalam Pasal 27, yang menyatakan bahwa: “Setiap warga negara
berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan dan tercermin dalam Pasal 31
…”yang menjamin hak tiap warga negara untuk mendapatkan pendidikan”. Begitu pula dalam Pasal
33 dan pasal 34 UUD 1945, yang mengamanatkan … “pengelolaan kekayaan alam untuk sebesar-besar
kemakmuran rakyat serta fakir miskin dan anak terlantar dipelihara oleh negara”. Lebih lanjut beliau
mengatakan bahwa : “suatu negara bisa digolongkan sebagai negara kesejahteraan jika mempunyai
empat pilar utama yaitu : sosial citizenship, full democracy, modern industrial relation systems, serta
rights to education and the expansion of modern mass education systems. Dengan syarat-syarat
ekonomi-sosial dan politik tersebut, tidak semua negara dengan penduduk berpendapatan tinggi dapat
dianggap sebagai negara kesejahteraan”.
[ 38 ]
Sebuah Telaah Konsep Negara Kesejahteraan
Dalam Pelaksanaan Jaminan Kesehatan
Hukum Jaminan Kesehatan
1945, tentang keadilan sosial bagi seluruh rakayat Indonesia dan tujuan nasional
khususnya untuk mewujudkan kesejahteraan masyarakat.
Menurut Husodo40 Pembukaan UUD 1945 menunjukkan niat dan tujuan
membentuk Negara Kesejahteraan yang menyebutkan “...Pemerintah melidungi
segenap bangsa dan seluruh tumpah darah, memajukan kesejahteraan umum dan
mencerdaskan kehidupan bangsa.” Disamping itu, jika dilihat dari rumusan batang
tubuh UUD 1945, dapat diketahui komitmen mengenai konsep negara hukum
kesejahteraan Indonesia, dapat diuraikan dalam beberapa hal sebagai berikut:
a. Melalui keikutsertaan pemerintah dalam mewujudkan masyarakat yang
adil dan makmur (civil society) sebagaimana dinyatakan pada alinea
keempat pembukaan UUD 1945 yang juga merupakan tujuan Negara
Indonesia dan cita hukum Negara Republik Indonesia (rechtsidee) yang
didasarkan pada keadilan, kehasil-gunaan (doelmatigheid) dan kepastian
hukum (rechtszekerheid), yaitu :
1) Melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah
Indonesia (protectional function);
2) Memajukan kesejahteraan umum (welfare function)
3) Mencerdaskan kehidupan bangsa (educational function)
4) Ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan
kemerdekaan, perdamaikan abadi dan keadilan sosial
(peacefulness function).
b. Ikut sertanya pemerintah dalam berbagai bidang kehidupan rakyat seperti
dalam bidang politik, sosial, ekonomi dan budaya. Keikutsertaan
pemerintah tersebut diatur secara yudridis agar pemerintah tidak
sewenang-wenang (abus de droit)’
40
Siswono Yudo Husodo, dalam makalah “Membangun Negara Kesejahteraan”, disampaikan
dalam seminar Mengkaji ulang Relevansi Welfare State dan terobosan melalui Desentralisasi-Otonomi
di Indonesia”, IRE Yogyakarta, Wisma MM UGM, 25 Juli 2006, hlm. 3.
[ 39 ]
Sebuah Telaah Konsep Negara Kesejahteraan
Dalam Pelaksanaan Jaminan Kesehatan
Hukum Jaminan Kesehatan
[ 40 ]
Sebuah Telaah Konsep Negara Kesejahteraan
Dalam Pelaksanaan Jaminan Kesehatan
Hukum Jaminan Kesehatan
41
Lihat Irfan Fachrudin, Pengawasan Peradilan Administrsi Terhadap Tindakan Pemerintah,
Alumni Bandung, 2004, hlm, 36-37
[ 41 ]
Sebuah Telaah Konsep Negara Kesejahteraan
Dalam Pelaksanaan Jaminan Kesehatan
Hukum Jaminan Kesehatan
42
Lihat Ridwan HR, Hukum Administrasi Negara, UUI Press, Yogyakarta, 2003, hlm. 9.
43
SF. Marbun, et al, Loc.Cit., hlm. 9-20.
[ 42 ]
Sebuah Telaah Konsep Negara Kesejahteraan
Dalam Pelaksanaan Jaminan Kesehatan
Hukum Jaminan Kesehatan
44
Lihat Bernard Arief Sidharta, Refleksi tetang Struktur Ilmu Hukum, Mandar Maju, Bandung,
2000, hlm., 199-202.
45
Ibid, hlm., 199-202.
[ 43 ]
Sebuah Telaah Konsep Negara Kesejahteraan
Dalam Pelaksanaan Jaminan Kesehatan
Hukum Jaminan Kesehatan
46
Mashudi Dalam : SF Marbun et al., Dimensi-Dimensi Pemikiran Hukum Administrasi Negara,
UUI Press, Yogyakarta, 2001, hlm. 64-65.
47
Lihat juga dalam Darmawan Triwibowo, Sugeng Bahagijo, Mimpi Negara Kesejahteraan,
Pustaka LP3ES Indonesia Perkumpulan PraKarsa Jakarta, 2006, hlm. xvi, yang mengatakan bahwa :
Kewajiban pemerintah dalam negara kesejahteraan untuk menghadirkan kesejahteraan sebagai hak
sosial warga mengharuskan negara memiliki kemampuan mencapai pertumbuhan ekonomi yang
memadai, yang akan memberikan kesempatan kerja yang cukup bagi warganya. Warga negara
didorong menjadi produktif, bukan malas-malasan karena ada jaminan sosial. negara harus mampu
menghimpun akumulasi surplus ekonominya pada tingkat tertentu (yang berbeda-beda pada tiap warga
negara) sebelum didistribusikan pada rakyatnya dalam bentuk welfare. Kesejahteraan adalah buah dari
sistem ekonomi negaranya yang mandiri, produktif dan efisien dengan pemdapatan individu yang
memungkinkan adanya saving”.
48
SF Marbun et al, Loc Cit., hlm. 71-73
[ 44 ]
Sebuah Telaah Konsep Negara Kesejahteraan
Dalam Pelaksanaan Jaminan Kesehatan
Hukum Jaminan Kesehatan
Konsep welfare state atau social service state, yaitu konsep yang
menempatkan negara yang pemerintahannya bertanggung jawab penuh untuk
memenuhi berbagai kebutuhan dasar sosial dan ekonomi dari setiap warga negara,
tujuannya adalah mencapai suatu standar hidup minimal.49 Dalam konsep welfare
state negara diwajibkan untuk berperan secara aktif di seluruh segi kehidupan
masyarakatnya. Sifat khas dari suatu pemerintahan modern (negara hukum
kesejahteraan atau negara hukum modern), dengan begitu adalah terdapatnya
pengakuan dan penerimaan terhadap peran-peran yang dilakukannya, sehingga
suatu kekuatan yang aktif dalam rangka membentuk (menciptakan) kondisi sosial,
ekonomi dan lingkungan atau fungsinya.
Konsep negara kesejahteraan (welfare state), yang telah merubah konsep
negara hukum sebelumnya, menyebabkan pemerintah harus bersifat aktif untuk
turut serta dalam kegiatan masyarakat, sehingga kesejahteraan bagi semua orang
tetap terjamin. Dalam arti lain, pemerintah harus memberikan perlindungan bagi
warganya bukan hanya dalam bidang politik saja tetapi juga dalam bidang
ekonomi, sosial, kesehatan, dan pendidikan, dengan begitu menempatkan
pemerintah untuk diserahi kewajiban menyelenggarakan kesejahteraan umum.50
Berdasarkan uraian di atas, tampak bahwa dalam penyelenggaraan
pelayanan publik, yang salah satunya bidang pelayanan kesehatan adalah
ditujukan untuk mensejahterakan dan memakmurkan masyarakat, sebagai
konsekuensi atas tanggung jawab negara kepada masyarakat. Penerapan konsep
negara kesejahteraan dilakukan dengan pembangunan pelayanan kesehatan, yang
di antaranya dilakukan dengan pengembangan sistem pelayanan kesehatan dan
pembiayaan kesehatan. Program tersebut ditujukan untuk meningkatkan derajat
49
Lihat Prayudi Atmosudirdjo, Hukum Administrasi Negara, Ghalia Indonesia, Jakara, 1986,
hlm. 45.
50
S.F. Marbun dan M.Mahfud MD. Loc.Cit., hlm. 45.
[ 45 ]
Sebuah Telaah Konsep Negara Kesejahteraan
Dalam Pelaksanaan Jaminan Kesehatan
Hukum Jaminan Kesehatan
kesehatan masyarakat; maka asas persamaan dan asas fungsi sosial yang
terkandung dalam konsep ini sangat tepat untuk dijadikan landasan dalam
penyelenggaraan pelayanan kesehatan yang merupakan salah satu bentuk
pelayanan kepentingan umum.
Pada abad modern ini, hak asasi manusia tidak lagi dipandang sekedar
sebagai perwujudan paham individualisme dan liberalisme saja, melainkan
adanya pemahaman bahwa hak asasi manusia lebih dipahami secara humanistik,
yaitu sebagai hak-hak inheren dengan harkat dan martabat kemanusiaan. Apapun
latar belakang ras, etnik, agama, warna kulit, agama, warna kulit, jenis kelamin
dan pekerjaannya. Konsep tentang hak asasi manusia dalam konteks modern
dilatarbelakangi oleh pembicaraan yang lebih manusiawi tersebut, sehingga
konsep HAM diartikan sebagai: “Human rights could generally be defined as
those rights which are inherent in our nature and without which we cannot live as
human beings”
Dalam pemahaman seperti tersebut di atas, konsep hak asasi manusia
disifatkan sebagai suatu common standard of achivement for all people and all
nations, yaitu sebagai tolok ukur bersama tentang prestasi kemanusiaan yang perlu
dicapai oleh seluruh masyarakat dan negara di dunia.
Sejak diproklamirkan The Universal Declaration of Human Right tahun
1948, pada tatanan internasional, wacana hak asasi manusia telah mengalami
perkembangan yang sangat signifikan. Di samping itu telah tercatat dua tonggak
historis lainnya dalam perjalanan penegakan hak asasi manusia pada tingkat
internasional, yaitu Pertama, diterimanya dua kovenan (covenant) Perserikatan
Bangsa-Bangsa (PBB), yaitu mengenai hak sipil dan hak politik serta hak
ekonomi, sosial dan budaya. Dua kovenan ini sudah dipermaklumkan pada tahun
[ 46 ]
Sebuah Telaah Konsep Negara Kesejahteraan
Dalam Pelaksanaan Jaminan Kesehatan
Hukum Jaminan Kesehatan
1966, namun baru diberlakukan sepuluh tahun kemudian setelah diratifikasi tiga
puluh lima negara anggota PBB. Kedua, diterimanya Deklarasi Wina beserta
Program Aksinya oleh para wakil dari 171 negara pada tanggal 25 Juni 1993
dalam Konferensi Dunia Hak Asasi Manusia PBB di Wina, Austria. Deklarasi
yang kedua ini merupakan kompromi antar visi negara-negara di barat dengan
pandangan negara-negara berkembang dalam penegakkan hak asasi manusia.
Pemahaman penegakan hak asasi manusia, di Indonesia dimulai pada
tahun 1977, yaitu semenjak Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (KOMNAS
HAM) didirikan setelah diselenggarakannya Lokakarya Nasional Hak Asasi
Manusia pada tahun 1991. Semenjak adanya KOMNAS HAM, maka pembicaraan
melalui berbagai sarana, baik seminar, diskusi maupun pembicaraan yang serius
dan berkesinambungan. Kesinambungan itu berwujud pada usaha untuk
mendudukkan persoalan HAM, dalam kerangka budaya dan sistem politik
nasional sampai pada tingkat implementasi, untuk membentuk jaringan kerjasama
guna meneggakkan penghormatan dan perlindungan HAM tersebut di Indonesia.
Pemahaman akan HAM tumbuh dan berkembang dan secara
konstitusional HAM ini dituangkan dalam UUD 1945. Dalam amandemen yang
ke dua UUD 1945 yang disahkan pada tanggal 18 Agustus tahun 2000, telah
ditegaskan akan arti pentingnya HAM, dengan menempatkan secara khusus Bab
Hak Asasi Manusia dan Bab tentang Perekonomian dan Kesejahteraan Sosial yang
memuat perlindungan terhadap Hak Asasi Manusia. Dalam amandemen ini, dapat
dipahami akan arti pentingnya pengakuan HAM secara konstitusional. Sebagai
hak konstitusional, maka setiap orang, dan negara berkewajiban untuk mengakui
dan menghormati hak asasi manusia tanpa kecuali.
Pengaturan HAM di Indonesia, selain secara konstitusional, juga dapat
ditemukan dalam sitem hukum yaitu diatur dalam Undang-Undang Nomor 39
Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia (untuk selanjutnya disingkat dengan UU
HAM) dan Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2000 tentang Pengadilan HAM.
Setelah diberlakukannya ke dua undang-undang ini di Indonesia, maka merupakan
langkah progresif dan dinamis di bidang hak asasi manusia. Konsep HAM dalam
[ 47 ]
Sebuah Telaah Konsep Negara Kesejahteraan
Dalam Pelaksanaan Jaminan Kesehatan
Hukum Jaminan Kesehatan
[ 48 ]
Sebuah Telaah Konsep Negara Kesejahteraan
Dalam Pelaksanaan Jaminan Kesehatan
Hukum Jaminan Kesehatan
mengeluarkan pikiran dengan lisan dan tulisan, kebebasan memeluk agama dan
kepercayaan itu, hak untuk memperoleh pendidikan dan pengajaran”
Berdasarkan berbagai pengertian tersebut di atas, maka hak yang berkaitan
dengan kesejahteraan dapat diartikan, bahwa setiap orang mempunyai hak milik,
baik sendiri maupun bersama-sama dengan orang lain demi pengembangan
dirinya, bangsa dan masyarakat dengan cara tidak melanggar hukum serta
mendapat jaminan sosial yang dibutuhkan, berhak atas pekerjaan kehidupan yang
layak dan berhak mendirikan serikat pekerja demi melindungi dan
memperjuangkan kehidupannya. Dalam konteks yang demikian, maka negara
termasuk pemerintah bertanggung jawab dan berkewajiban baik secara hukum,
maupun secara politik, ekonomi dan moral, untuk melindungi dan memajukan
serta mengambil langkah-langkah konkrit demi tegaknya Hak Asasi Manusia dan
Kebebasan Dasar manusia serta dapat terwujudnya kesejahteran masyarakat.
Sehat itu adalah hak, dimana setiap orang berhak untuk mendapatkan akses
pelayanan kesehatan sebagaimana dijamin dalam Deklarasi Universal tentang
Hak-Hak Asasi manusia (The Universal Declaration of Human Right) tanggal 10
Desember 1948, yang diterima dengan suara bulat oleh Majelis Umum
Perserikatan Bangsa-Bangsa (United Nation/UN). Deklarasi ini berisikan
pedoman umum untuk meningkatkan prestasi bagi semua orang dan semua
bangsa51.
Dalam Mukadimah Deklarasi ini, dimulai dengan pengakuan terhadap
martabat dan hak yang sama dan yang tidak dapat dicabut dari semua anggauta
umat manusia diseluruh dunia, akan hak-haknya. Secara umum dalam mukadimah
51
Lihat pula, Sutandyo Wignyo Soebroto, dalam, …. Lebih lanjut dari Deklarasi dari tahun 1948
yang baru bersifat deklaratur, kedua kovenan deklaratur, kedua kovenan tersebut di muka ini lebih
tertuju ke maksud mengikuti secara yuridis negara-negara peserta yang menyepakati kovenan-kovenan
tersebut. Dalam Mukadimah kedua kovenan itu sama-sama menyertakan pertimbangan bahwa negara-
negara peserta – sejalan dengan apa yang dituliskan dalam piagam Perserikatan Bangsa-Bangsa –
memang berkewajiban untuk memajukan penghormatan secara universal dan juga untuk mentaati hak-
hak asasi berikut kebebasan manusia.
[ 49 ]
Sebuah Telaah Konsep Negara Kesejahteraan
Dalam Pelaksanaan Jaminan Kesehatan
Hukum Jaminan Kesehatan
52
Lihat Liah Levin, Hak-hak Asasi Manusia, (Tanya jawab) Pradnya Paramita, Jakarta, 1987,
hlm 18.
53
Ibid., hlm 19, lihat pula Sudarmono, et al., Reformasi Perumahsasiktan Indonesia, Depkes
RI, Jakarta, 2000, hlm. 74-75.
[ 50 ]
Sebuah Telaah Konsep Negara Kesejahteraan
Dalam Pelaksanaan Jaminan Kesehatan
Hukum Jaminan Kesehatan
[ 51 ]
Sebuah Telaah Konsep Negara Kesejahteraan
Dalam Pelaksanaan Jaminan Kesehatan
Hukum Jaminan Kesehatan
54
Sukijo Notoatmodjo, , Promosi Kesehatan (Teori dan Aplikasi), Rineka Cipta, Jakarta, 2005,
hlm 3.
[ 52 ]
Sebuah Telaah Konsep Negara Kesejahteraan
Dalam Pelaksanaan Jaminan Kesehatan
Hukum Jaminan Kesehatan
meliputi:
a) Nilai dasar, adalah asas-asas yang kita terima sebagai dalil yang
bersifat mutlak, sebagi sesuatu yan benar atau tidak perlu
dipertanyakan lagi. Nilai-nilai dasar dari Pancasila adalah nilai
55
Lihat FX. Djoko Pranowo dan Ary Natalina, Filsafat Pancasila, Universitas Gunadarma,
Jakarta, 2007, hlm. 12-13.
[ 53 ]
Sebuah Telaah Konsep Negara Kesejahteraan
Dalam Pelaksanaan Jaminan Kesehatan
Hukum Jaminan Kesehatan
Asas dapat berarti dasar, landasan, fundamen, prinsip dan jiwa atau cita-
cita. Asas adalah suatu dalil umum yang dinyatakan dalam istilah umum dengan
tidak menyebutkan secara khusus cara pelaksanaannya. Asas dapat juga disebut
pengertian-pengertian dan nilai-nilai yang menjadi titik tolak berfikir tentang
sesuatu57. Asas hukum adalah prinsip yang dianggap dasar atau fundamen hukum
yang terdiri dari pengertian-pengertian atau nilai-nilai yang menjadi titik tolak
berpikir tentang hukum58. Kecuali itu asas hukum dapat disebut landasan atau
alasan bagi terbentuknya suatu peraturan hukum atau merupakan suatu ratio legis
dari suatu peraturan hukum, yang memuat nilai-nilai, jiwa, cita-cita sosial atau
perundang-undangan etis yang ingin diwujudkan59. Dalam hal ini, asas hukum
56
Ibid ., hlm. 12-13.
57
Lihat The Liang Gie, Teori-Teori Keadilan, Penerbit Super Sukses, Yogyakarta, 1982, hlm. 9
58
Lihat Theo Huijbers, Filsafat Hukum Dalam Lintasan Sejarah, Kanisius, Yogyakarta,1982,
hlm. 79.
59
Lihat Satjipto Rahardjo, Ilmu Hukum, Alumni, Bandung, 1982, hlm. 85-86.
[ 54 ]
Sebuah Telaah Konsep Negara Kesejahteraan
Dalam Pelaksanaan Jaminan Kesehatan
Hukum Jaminan Kesehatan
60
Ibid. hlm. 86.
61
Shidarta, “Melegalkan Etika Bisnis Mungkinkah”. Dialogia Iuridica, Volume I, No. 1,
Maranatha University Press, Bandung , 2009, hlm. 4-5.
[ 55 ]
Sebuah Telaah Konsep Negara Kesejahteraan
Dalam Pelaksanaan Jaminan Kesehatan
Hukum Jaminan Kesehatan
pikiran dasar yang umum dan abstrak atau merupakan latar belakang peraturan
konkrit yang terdapat dalam peraturan perundang-undangan dan keputusan
hakim.” Pada dasarnya, asas hukum ini mimiliki ciri-ciri sebagai berikut62 :
a) “asas hukum adalah aturan hukum yang berisikan ukuran nilai etis;
b) Asas hukum adalah fundamen dari system (tatanan) hukum,oleh
karena dia adalah pikiran-pikiran dari nsistem hukum;
c) Asas hukum bersifat lebih umum dari pada ketentuan undang-undang
dan kepuusan-keputusan hukum, oleh arena ketentuan undang-undang
dan keputusan-keputusan hukum adlah penjabaran asas-asas hukum;
d) Asas hukum sebagai meta kaidah terhadap kaidah hukum. Beberapa
asas hukum berada sebagai dasar dari sistem hukum, beberapa lagi
dibelakangnya jadi di luar sistem hukum itu sendiri, sungguhpun
demikian mempunyai pengaruh terhadap sistem (tatanan) hukum
tersebut;
e) Asas hukum pada umumnya bersifat dinamis, berkembang mengikuti
kaidah hukumnya.
Asas hukum dapat pula dibagi atas asas hukum umum dan asas hukum
khusus. Asas hukum umum adalah asas hukum yang berhubungan dengan seluruh
bidang hukum, seperti asas lex posteriori derogate legi priori, sedangkan asas
hukum khusus ialah asas hukum yang hanya berlaku dalam bidang hukum
tertentu, seperti HTN, HAN, Hukum Acara Pidana, Hukum Perdata dan Hukum
Acara Peradilana Administrasi.63
Berkaitan dengan asas hukum, Sudikno merangkum beberapa pendapat
dari para ahli antara lain adalah pendapat Bellefroid yang membagi asas hukum
menjadi asas hukum umum adalah norma dasar yang dijabarkan dari hukum
positif dan asas hukum khusus yang oleh ilmu hukum tidak dianggap berasal dari
62
B. Hestu Cipto Handoyo, Prinsip-Prinsip Legal Drafting dan Design Naskah Akademik,
Universitas Atma Jaya Yogyakarta, Yogyakarta, 2008, hlm. 82.
63
Lihat SF.Marbun, Peradilan Aministrasi Negra dan Upaya Administrasi di Indonesia,
Liberty, Yogyakarta, 1997, hlm. 182.
[ 56 ]
Sebuah Telaah Konsep Negara Kesejahteraan
Dalam Pelaksanaan Jaminan Kesehatan
Hukum Jaminan Kesehatan
aturan-aturan yang lebih umum, asas hukum umum tidak boleh dianggap sebagai
hukum positif dalam suatu masyarakat.
Menurut van Eikema Hommes, asas hukum bersifat tidak boleh dianggap
sebagai norma-norma hukum yang konkrit, akan tetapi perlu dipandang sebagai
dasar-dasar umum atau petunjuk-petunjuk bagi hukum yang berlaku; dengan kata
lain asas hukum ialah dasar-dasar atau petunjuk arah dalam pembentukan hukum
positif. Pendapat yang berbeda dikemukakan van der Velden, yang mengatkan
bahwa asas hukum adalah tipe putusan tertentu yang dapat digunakan sebagai
tolok ukur untuk menilai situasi atau digunakan sebagai pedoman berperilaku.asas
hukum didasarkan atas suatu nilai atau lebih yang menentukan situasi yang benilai
yang harus direalisasi.64
Atas dasar berbagai pendapat tersebut di atas, maka Sudikno
berkesimpulan bahwa asas hukum bukanlah hukum konkrit dan dapat tersirat pada
peraturan perundangan maupun putusan hakim yang merupakan hukum positif
dan dapat diketemukan dengan mencari sifat-sifat atau ciri-ciri umum dalam
peraturan konkrit tersebut.65 Sejalan dengan berbagai pendapat tersebut, dapat
diberikan penjelasan bahwa asas pelayanan kesehatan optimal bukan merupakan
norma hukum konkrit melainkan suatu pedoman atau dasar yang memberikan arah
bagi penyelenggara maupun pengaturan pelayanan kesehatan yang dapat
diketemukan dengan mencari sifat-sifat atau ciri-ciri umum dalam peraturan
pelayanan kesehatan khususnya dalam Undang-Undang Kesehatan.
Dalam rangka penyelenggaraan pelayanan kesehatan Diperlukan pola asas
hukum yang menjadi pedoman arah. Asas ini merupakan asas pokok yang menjadi
jiwa perundangan-undangan bidang pelayanan kesehatan. Dalam rumusan
pertimbangan Undang-undang Kesehatan maupun dalam Rumusan Batang Tubuh
disebutkan bahwa derajat kesehatan yang setinggi-tingginya merupakan hal yang
sangat penting artinya bagi pembentukan sumber daya manusia Indonesia,
64
Budima NPD Sinaga, Ilmu Pengetahuan Perundang-Undangan , UUI Press, Yogyakarta,
2004, hlm 15-16.
65
Ibid. hlm. 11.
[ 57 ]
Sebuah Telaah Konsep Negara Kesejahteraan
Dalam Pelaksanaan Jaminan Kesehatan
Hukum Jaminan Kesehatan
66
Lihat Soekijo Notoatmodjo, Promosi Kesehatan (Teori dan Aplikasi), Rineka Cipta, Jakarta,
2005, hlm.2.
[ 58 ]
Sebuah Telaah Konsep Negara Kesejahteraan
Dalam Pelaksanaan Jaminan Kesehatan
Hukum Jaminan Kesehatan
67
Lihat Veronika Komalawati, Peranan Inform Consent dalam Transaksi Terapeutik, Citra
Aditya Bhakti, Bandung, 1999, hlm. 77.
68
Lihat Topatimasang Roem, Et. AL, Sehat Itu Hak (Panduan Advokasi Kebijakan Kesehatan),
Fakultas Kedokteran UI, Jakarta, 2005, hlm. 9.
[ 59 ]
Sebuah Telaah Konsep Negara Kesejahteraan
Dalam Pelaksanaan Jaminan Kesehatan
Hukum Jaminan Kesehatan
[ 60 ]
Sebuah Telaah Konsep Negara Kesejahteraan
Dalam Pelaksanaan Jaminan Kesehatan
Hukum Jaminan Kesehatan
[ 61 ]
Sebuah Telaah Konsep Negara Kesejahteraan
Dalam Pelaksanaan Jaminan Kesehatan
Hukum Jaminan Kesehatan
69
Lihat Azrul Azwar, Menuju Pelayanan Kesehatan yang Bermutu, Yayasan Penerbit IDI,
Jakarta, 1996, hlm. 173.
70
Sudikno Mertokosumo dam B. Hestu Cipto Handiyo, Loc. Cit., hlm. 82.
71
Ibid. hlm. 82.
[ 62 ]
Sebuah Telaah Konsep Negara Kesejahteraan
Dalam Pelaksanaan Jaminan Kesehatan
Hukum Jaminan Kesehatan
72
Lihat Soediman Kartohadiprodjo, Kumpulan Karya Ilmiah, “Pancasila dan Hukum”,
Pembangunan, Djakarta, 1965. hlm. 129-134.
[ 63 ]
Sebuah Telaah Konsep Negara Kesejahteraan
Dalam Pelaksanaan Jaminan Kesehatan
Hukum Jaminan Kesehatan
lama tertanam dalam sanubari dan akar kultur masyarakat Indonesia sejak tiga
setengah abad lamanya. Pancasila adalah “sistem filsafat”, di mana Pancasila
memiliki metode holistik, komprehensip, integral, dan sistemik, berisikan nilai-
nilai universal bagi seluruh bangsa Indonesia. Pancasila memiliki basis epistemik
yang bisa diperdebatkan. Pancasila merupakan kristalisasi Indonesia. Pancasila
memandang Indonsia secara luas, dalam, filosofis, dan menyeluruh, makdsudnya
bahwa Pancasila memandang Indonesia secara keseluruhan, bahkan memandang
kepentingan dalam ruang lingkup dunia internasional. Kritik terhdap Pancasila
sebagai ideologi campuran beberapa ideologi lain seperti: Ideologi Theokrasi yang
tercermin dari asas Ketuhana, faham liberalisme yang mengagungkan HAM
individu, maupun keadilan sosial yang dianggap mirip faham Marxisme-
Leninnisme yang melihat semua disama ratakan.
Menurut Soediman Kartohadiprodjo, pemikiran tersebut di atas dianggap
sebagai kesalahan “cara pandang/cara melihat” saja. Pancasila, oleh karena itu,
jangan lagi dilihat dalam perspektif barat, tetapi Pancasila harus dipahami dalam
perspektif ke-Indonesiaan. Pancasila melepaskan sekat-sekat perjuangan, ras,
agama, disiplin ilmu, hingga menuju Bhinneka Tunggal Ika, menuju ke kesatuan
yang utuh. Pancasila sebagai paham yang tak termakan oleh zaman, melainkan ia
selalu hadir sebagai perspektif kontemporer yang cocok bagi bangsa Indonesia.
“Keterbuktiannya sebagai filsafat bangsa dijelaskan melalui hukum adat dimana
asas hukumnya persis bersinggungan pada hakikat Pancasila yang adalah jiwa
bangsa; yakni “kekeluargaan”. Fungsi Pacasila ialah sebagai dasar negara, sebagai
landasan atau asas dasar, identitas kultural dan cita-cita bangsa Indonesia.73
Konsep keadilan sosial yang dikemukakan oleh Soediman
Kartohadiprodjo, juga bersumber dari ajaran Soekarno, yang pada mulanya
menyebut sebagai “kesejahteraan sosial”, yakni terciptanya masyarakat adil dan
makmur dan sejahtera. Pandangan tentang keadilan sosial ini tidak lepas dari
konsepnya tentang “hakekat manusia” yang selalu hidup bersama dan selalu
73
Ibid. hlm. 86-89.
[ 64 ]
Sebuah Telaah Konsep Negara Kesejahteraan
Dalam Pelaksanaan Jaminan Kesehatan
Hukum Jaminan Kesehatan
berorganisasi, dan ini merupakan pandangan yang sama sekali berbeda dengan
pandangan Barat bahwa manusia hidup bersama karena “hasrat sosial”, seperti
pandangan yang kemudian dikembangkan oleh Rawls dengan teori kontrak
sosialnya.74
Pandangan Soediman Kartohadiprodjo tersebut di atas, dapat digunakan
untuk menjelaskan pula maksud asas Pancasila sebagai asas pelayanan kesehatan
yang optimal, mengingat asas ini harus menjadi jiwa atau roh dalam pengaturan
maupun penyelenggaraan pelayanan kesehatan, untuk mewujudkan kesejahteraan
bagi penyelenggaraan pelayanan kesehatan, untuk kemudian diterapkan dalam
bentuk pelayanan kesehatan yang berkeadilan sosial. Sasaran pelayana kesehatan
adalah seluruh masyarakat Indonesia; dengan demikian, jaminan kesehatan adalah
bukan merupakan upaya kesehatan bagi seluruh masyarakat, baik kaya maupun
miskin. Atas dasar prinsip keadilan sosial maka upaya jaminan kesehatan
ditujukan bagi setiap orang yang membutuhkan, dengan membuka akses seluas-
luasnya, dan memberikan pelayanan tanpa membedakan sekat-sekat golongan,
ras, agama, atau kelompok sosial tertentu, sebagaiman dimaksudkan oleh
Soediman.
Atas dasar uraian tersebut di atas, maka asas Pancasila sebagai landasan
umum pelayanan kesehatan yang optimal, jika dicermati lebih lanjut di dalamnya
maka terkandung prinsip kemanusiaan dan keadilan sosial. Di samping itu ciri-
ciri khusus pelayanan kesehatan optimal yang dapat ditarik dari berbagai undang-
undang adalah bahwa ruang lingkup jaminan kesehatan harus selalu dilakukan
dalam bentuk pelayanan yang prima yang berlandaskan pada asas-asas dan nilai-
nilai dasar, yang dapat diidentifikasi sebagai berikut: (1) non-diskriminatif; (2)
manfaat; (3) kebebasan yang bertanggung jawab; (4) profesionalisme; dan (5)
perlindungan bagi para pihak dalam mengakses pelayanan kesehatan.
Nilai dasar dan asas yang terkandung dalam pelayanan kesehatan secara
universal maupun secara nasional harus menjadi nilai dasar pemenuhan hak dasar
74
Ibid. hlm. 99-101.
[ 65 ]
Sebuah Telaah Konsep Negara Kesejahteraan
Dalam Pelaksanaan Jaminan Kesehatan
Hukum Jaminan Kesehatan
[ 66 ]
Sebuah Telaah Konsep Negara Kesejahteraan
Dalam Pelaksanaan Jaminan Kesehatan
Hukum Jaminan Kesehatan
misalnya keputusan pengadilan dapat dikatagorikan sebagai adil atau tak adil.
Pengertian yang sudah lama sekali dikenal adalah keadilan restributif (ganti-
rugi) mencerminkan kepedulian tentang perlunya hukuman bagi pelaku
kejahatan. Ada juga istilah “natural justice” dalam pengadilan menyerukan
pentingnya hakim yang tidak memihak dan tertuduh yang harus diberi hak
untuk membela diri. Keadilan dalam mewujudkan kesejahteraan masyarakat,
tidak ditujukan kepada individu, melainkan sasarnnya adalah masyarakat. Jika
setiap orang tanpa kecuali dapat terpenuhi hak-hak dasarnya sebagai manusia,
terutama haknya untuk hidup sejahtera lahir dan batin, sebagaimana di
amanatkan dalam Konsitusi, maka akan terwujud keadilan sosial.
Studi filsafat mengartikan keadilan sosial sebagai kesejahteraan
umum, yakni “diakui dan dihormatinya hak-hak asasi semua warga negara
penduduk lainnya” dan tersedianya barang-barang dan jasa-jasa keperluan
hidup yang terjangkau oleh daya beli rakyat banyak 75.” Konsep keadilan sosial
dalam arti yang modern muncul sebagai akibat awal indusrialisasi di Perancis
dan Inggris pada sekitar tahun 1840. Gagasan revolusioner yang mendasari
konsep keadilan sosial adalah keadilan dari institusi-institusi sosial” ternyata
dapat dilawan bukan hanya pada aspek pinggiran (margin), tetapi juga pada
pada aspek intinya (the core of social institutions). Perlawanan dapat
diarahkan terhadap dominasi dari keseluruhan sistem pasar tempat melekatkan
kapitalisme. Keadilan sosial dimaksud di sini adalah keadilan dalam bidang
sosial dan ekonomi atau secara lengkap keadilan sosial terkait erat dengan
pelayanan kepentingan umum.76
Perkembangan konsep keadilan sosial di Eropa ditandai saat konsep
ini mendapat dukungan dari partai-partai sosial demokrasi di seluruh Eropa,
namun argumennya diarahkan pada institusi-institusi yang dibutuhkan untuk
mewujudkan Keadilan Sosial. Di Swedia, terutama karena pendekatannya
75
Kirdi Dipoyudo, Membangun Atas Dasar Pancasila, CSIS, Jakarta, 1990, hlm. 56.
76
Agus Wahyudi, Loc.Cit., hlm. 3-4.
[ 67 ]
Sebuah Telaah Konsep Negara Kesejahteraan
Dalam Pelaksanaan Jaminan Kesehatan
Hukum Jaminan Kesehatan
77
Ibid, hlm. 24.
[ 68 ]
Sebuah Telaah Konsep Negara Kesejahteraan
Dalam Pelaksanaan Jaminan Kesehatan
Hukum Jaminan Kesehatan
78
Hans Kelsen, Loc. Cit., hlm. 117.
[ 69 ]
Sebuah Telaah Konsep Negara Kesejahteraan
Dalam Pelaksanaan Jaminan Kesehatan
Hukum Jaminan Kesehatan
79
A. Patricia King, et al.. opcit. hlm. 49.
80
Ibid. hlm. 50.
[ 70 ]
Sebuah Telaah Konsep Negara Kesejahteraan
Dalam Pelaksanaan Jaminan Kesehatan
Hukum Jaminan Kesehatan
Prinsip mana diantara enam prinsip tersebut yang harus dipilih, tidak
ada persoalan yang jelas, yang membatasi penggunaan lebih dari satu prinsip
atau asas ini. Beberapa teori keadilan yang kemudian dikembangkan filsuf
berikutnya, menerima enam prinsip tersebut secara utuh. Prinsip-prinsip
tersebut merupakan suatu rumusan moral yang masuk akal, karena pada
masing-masing prinsip material tersebut, ukurannya tidak dapat diterapkan
terlepas dari konteks utamanya itu, yaitu untuk mewujudkan keadilan dan
kesamaan, demi terwujudnya kesejahteraan.
Teori keadilan distributif dari Aristoteles, seperti di atas, menegaskan
bahwa bahwa unsur-unsur keadilan adalah keseimbangan antara hak dan
kewajiban, merupakan suatu sikap atau tindakan yang baik, dan ditujukan
81
Ibid. hlm. 53.
[ 71 ]
Sebuah Telaah Konsep Negara Kesejahteraan
Dalam Pelaksanaan Jaminan Kesehatan
Hukum Jaminan Kesehatan
pada orang banyak. Sasaran keadilan adalah masyarakat banyak, maka yang
dimaksud keadilan bukanlah keadilan individu melainkan keadilan sosial.
Maka konsepnya ini sangat cocok dengan konsep kesejahteraan masyarakat
sebagaimana dimaksudkan baik dalam UUD 1945 maupun dalam berbagai
perundang-undangan di bidang kesehatan.
[ 72 ]
Sebuah Telaah Konsep Negara Kesejahteraan
Dalam Pelaksanaan Jaminan Kesehatan
Hukum Jaminan Kesehatan
82
Lihat Kuntjoro Purbopranoto, Hak-Hak Azasi Manusia da Pancasila, Pradnya Paramita,
Jakarta, 1983, hlm. 46.
83
Ibid., hlm. 49.
[ 73 ]
Sebuah Telaah Konsep Negara Kesejahteraan
Dalam Pelaksanaan Jaminan Kesehatan
Hukum Jaminan Kesehatan
Nilai dasar keadilan pada sila ini mengandung arti kesadaran sikap dan
perilaku sesuai dengan nilai-nilai moral alam hidup bersama atas dasar
tuntunan hati nurani dengan memperlakukan sesuatu hal sebagaimana
mestinya. Maknanya antara lain : 1) Mengakui dan memperlakukan manusia
sesuai dengan harkat dan martabatnya sebagai makhluk Tuhan Yang Maha
Esa; 2) Mengakui persamaan derajat, persamaan hak, dan kewajiban asasi
setiap manusia, tanpa membeda-bedakan suku, keturunan, agama,
kepercayaan, jenis kelamin, kedudukan sosial, warna kulit dan sebagainya; 3)
Mengembangkan sikap saling mencintai sesama manusia; 4) Mengembangkan
sikap saling tenggang rasa dan tepa selira; 5) Mengembangkan sikap tidak
semena-mena terhadap orang lain; 6) Menjunjung tinggi nilai-nilai
kemanusiaan; 7) Gemar melakukan kegiatan kemanusiaan; 8) Berani membela
kebenaran dan keadilan; 9) Bangsa Indonesia merasa dirinya sebagai bagian
dari seluruh umat manusia; serta 10) Mengembangkan sikap hormat
menghormati dan bekerjasama dengan bangsa lain.
Nilai dasar ini dalam hal pelayanan kesehatan memberikan arah bahwa
segala bentuk peraturan maupun penyelenggaraan pelayanan kesehatan harus
[ 74 ]
Sebuah Telaah Konsep Negara Kesejahteraan
Dalam Pelaksanaan Jaminan Kesehatan
Hukum Jaminan Kesehatan
84
Ibid. 49.
[ 75 ]
Sebuah Telaah Konsep Negara Kesejahteraan
Dalam Pelaksanaan Jaminan Kesehatan
Hukum Jaminan Kesehatan
85
Lihat SF. Marbun dan M. Mahfud MD, Pokok-Pokok Hukum Administrasi Negara,
Yogyakarta, 2004, hlm. 66.
[ 76 ]
Sebuah Telaah Konsep Negara Kesejahteraan
Dalam Pelaksanaan Jaminan Kesehatan
Hukum Jaminan Kesehatan
kesehatan. Nilai dasar dimaksud adalah keadilan sosial, yang muaranya adalah
kesejahteraan bagi seluruh masyarakat. UUD 1945 menyatakan bahwa negara
bertanggung jawab atas kesejahteraan sosial. Pemberian kewenangan
pemerintah, oleh karena itu, diarahkan untuk mengakselerasi terwujudnya
kesejahteraan masyarakat melalui peningkatan kualitas dan kuantitas
pelayanan publik, pemberdayaan dan peran serta masyarakat. Melalui
berbagai bentuk kebebasan pemerintah dalam penyelenggaraan pelayanan
kepentingan umum, maka diharapkan agar kesejahteraan tersebut dapat
diwujudkan, dengan tetap memperhatikan prinsip demokrasi, pemerataan,
keadilan, akuntabilitas, efektifitas dan dan efisiensi.
Pemerintah dalam rangka meningkatkan efisiensi dan efektifitas
penyelenggaraan pemerintahan, tentu saja perlu memeperhatikan berbagai hal.
Salah satu hal yang wajib diperhatikan adalah pelayanan kepentingan umum,
yang dilaksanakan secara adil dan selaras. Di samping itu diperhatikan pula
peluang dan tantangan dalam persaingan global dengan memanfaatkan
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi terlebih dalam bidang
kesehatan.
Pemerintah agar mampu menjalankan perannya tersebut diberi
kewenangan yang seluas-luasnya untuk mengurus dan mengatur
penyelenggaraan pemeritahan dalam berbagai bidang yang terkait dengan
pelayanan publik. Kebebasan bertindak bagi pemerinah (fries ermersen atau
dekresi) di bidang kesehatan, dimaksudkan agar pemerintah mampu untuk
memberikan pelayanan, peningkatan peran serta, prakarsa dan pemberdayaan
masyarakat yang bertujuan untuk menyelenggarakan pelayanan kesehatan
yang optimal dan mewujudkan kesejahteraan rakyat.
[ 77 ]
Sebuah Telaah Konsep Negara Kesejahteraan
Dalam Pelaksanaan Jaminan Kesehatan
Hukum Jaminan Kesehatan
[ 78 ]
Sebuah Telaah Konsep Negara Kesejahteraan
Dalam Pelaksanaan Jaminan Kesehatan
Hukum Jaminan Kesehatan
BAGIAN 3
Pada dasarnya hak jaminan sosial adalah hak hidup setiap manusia. Secara
konstitusional jaminan sosial merupakan hak asasi setiap warga negara, hal ini
sebagaimana tercantum dalam Pasal 22 ayat (2) UUD 1945. Di samping itu
jaminan sosial secara universal juga diatur dalam Pasal 22 dan Pasal 25 Deklarasi
Universal Hak Asasi manusia yang di deklarasikan oleh Perserikatan Bangsa-
Bangsa pada tahun 1948, dimana Indonesia juga menjadi salah satu negara yang
meratifikasinya. Menyadari akan arti pentingya jaminan sosial, maka pemerintah
Indonesia telah melakukan pengaturan lebih lanjut dalam Pasal 34 ayat (2), yang
menyatakan bahwa “Negara mengembangkan Sistem Jaminan Sosial bagi seluruh
rakyat…..”.
Mendasar pada kententuan hal ini, maka menjadi tidak patut jika ada
seseorang dibiarkan mati secara perlahan karena kemiskinan dan
ketidakmampuan untuk bekerja demi menghidupi dirinya sendiri dan
keluarganya. Dalam hal ini dapat dikatakan, bahwa setiap manusia berhak untuk
memiliki standar kehidupan yang layak, yang menjangkau atas hak kesehatan, hak
atas perumahan, hak atas pendidikan dan lainnya. Dalam lingkup hak asasi
manusia, terdapat kewajiban pada negara untuk memastikan adanya jaminan
kehiduapan yang layak. Kosep jaminan yang telah dikembangkan di Indonesia
diharapkan dapat membantu negara untuk memastikan terpenuhinya hak asasi atas
kehidupan yang layak setiap warganya.
Berdasarkan uraian tersebut di atas maka dapat dipahami, bahwa hak atas
jaminan sosial adalah merupakan hak penjaminan oleh negara atas tersedianya
kebutuhan hidup yang layak, karena itulah jaminan hak atas jaminan sosial
[ 79 ]
Sebuah Telaah Konsep Negara Kesejahteraan
Dalam Pelaksanaan Jaminan Kesehatan
Hukum Jaminan Kesehatan
kesehatan adalah suatu bentuk hak asasi manusia di bidang ekonomi dan sosial.
Dalam perspektif hak asasi di bidang sipil dan politik, hak atas jaminan sosial
mengandung aspek perlindungan hak atas hidup, hak atas keamanan seseorang,
dan juga hak atas perlindungan dari siksaan fisik maupun segala bentuk perlakuan
tidak manusiawi. Di bidang ekonomi, sosial dan budaya, hak atas jaminan sosial
berkaitan dengan pemenuhan hak atas kesehatan, pendidikan, perumahan dan lain-
lainnya.
Edi Harto, berpendapat bahwa dalam pelaksanaan program jaminan sosial
harus dilakukan dengan pendekatan hak asasi manusia yang didasari oleh prinsip-
prinsip86 :
1) Cakupan luas, maksudnya program jaminan sosial harus memberi manfaat
yang mencakup beberapa hal yang menyebabkan seseorang tidak mampu
bekerja dan memenuhi kebutuhan hidupnya. Hal ini, misalnya melingkupi
situasi tak bekerja, sakit, usia lanjut, melahirkan, ataupun jaminan hidup
bagi anak-anak ketika orang tuanya meninggal dunia.
2) Universalitas dan anti-diskriminatif, maksudnya dapat menjangkau semua
orang yang membutuhkan jaminan sosial, tanpa terkecuali dan tidak
mendiskriminasi dengan dasar apapun termasuk perbedaan ras, jenis
kelamin, orientasi seks, agama, pandangan politik, maupun setatus
ekonomi.
3) Cukup dan layak, maksudnya manfaat jaminan sosial yang diterima
seharusnya cukup dan kayak. Misalnya, jaminan kesehatan yang diberikan
semestinya dapat membiayai kebutuhan pengobatan selayaknya selama
dibutuhkan oleh si penderita.
4) Menghormati hak-hak prosedural, maksudnya adalah aturan dan prosedur
untuk mendapatkan manfaat jaminan sosial haruslah diatur sedemikian
rupa sehingga adil dan masuk akal. Misalnya saja seseorang yang sedang
berada dalam keadaan darurat seharusnya memperoleh akses mendapatkan
pelayanan cepat dan efektif.
86
Edi Harto, Kebijakan Perindungan Sosial Bagi Kelompok Rentan dan Kurang Beruntung,
Pusat Pengembangan Ketahanan Sosial Masyarakat, Badan Pelatihan da Penelitian Kesejahteraan
Sosial, Depsos RI, Jakarta 2 Oktober 2006, hlm. 5.
[ 80 ]
Sebuah Telaah Konsep Negara Kesejahteraan
Dalam Pelaksanaan Jaminan Kesehatan
Hukum Jaminan Kesehatan
87
Ibid. hlm. 6. Beberapa Negara yang menganut welfare state yang selama ini memberikan
jaminan sosial dalam bentuk bantuan sosial mulai menerapkan asuransi sosial. Utamanya karena
jaminan sosial dalam bentuk bantuan sosial membutuhkan dana yang cukup besar dan tidak mendorong
masyarakat merencanakan kesejahteraan bagi dirinya. Disamping itu, dana yang terhimpun dalam
asuransi sosial dapat merupakan tabungan nasional. Secara keseluruhan adanya jaminan sosial nasional
dapat menunjang pembangunan nasional yang berkelanjutan. Pengaturan dalam jaminan sosial ditinjau
dari jenisnya terdiri dari jaminan kesehatan, jaminan hari tua, pensiun, dan santunan kematian. Pada
saat ini di Indonesia telah terdapat beberapa program jaminan sosial dalam bentuk asuransi sosial,
walau dalam prakteknya baru mencakup sebagian kecil pekerja sektor formal. Dari 95 juta angkatan
kerja baru 24,6 juta jiwa yang memperolah jaminan sosial, atau baru 12 % dari jumlah penduduk.
[ 81 ]
Sebuah Telaah Konsep Negara Kesejahteraan
Dalam Pelaksanaan Jaminan Kesehatan
Hukum Jaminan Kesehatan
Di dalam Pasal 2 s.d Pasal 4 UU SJSN, telah ditetapkan azas, tujuan dan
prinsip-prinsip Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN) sebagai berikut:
1) Bahwa dalam SJSN telah ditetapkan bahwa azas yang dianut adalah
kemanusiaan, manfaat, dan keadilan sosial;
2) Sedangkan yang menjadi tujuan diundangkannya SJSN adalah untuk dapat
memberikan jaminan kebutuhan dasar hidup masyarakat yang layak;
3) Berdasarkan ketentuan Pasal 4 UU SJSN, ditentukan bahwa Jaminan Sosial
diselenggarakan berdasarkan prinsip-prinsip sebagai berikut :
[ 82 ]
Sebuah Telaah Konsep Negara Kesejahteraan
Dalam Pelaksanaan Jaminan Kesehatan
Hukum Jaminan Kesehatan
[ 83 ]
Sebuah Telaah Konsep Negara Kesejahteraan
Dalam Pelaksanaan Jaminan Kesehatan
Hukum Jaminan Kesehatan
[ 84 ]
Sebuah Telaah Konsep Negara Kesejahteraan
Dalam Pelaksanaan Jaminan Kesehatan
Hukum Jaminan Kesehatan
[ 85 ]
Sebuah Telaah Konsep Negara Kesejahteraan
Dalam Pelaksanaan Jaminan Kesehatan
Hukum Jaminan Kesehatan
Dalam hal pengelolaan dana jaminan sosial lebih lanjut diatur pada
Pasal 47 s.d Pasal 51 UU SJSN, telah ditegaskan beberpa hal hal-hal sebagai
berikut:
1) Dana Jaminan Sosial dikelola dan dikembangkan oleh BPJS;
2) Subsidi silang antar dana jaminan tidak diperbolehkan;
3) Cadangan teknis wajib dibentuk oleh BPJS;
4) Pengawasan terhadap pengelolaa dilakukan oleh instansi yang
berwenang. Adapun tugas pemerintah dalam melakukan
pengawasan meliputi beberapa hal sebagai berikut :
a) Pemerintah dapat melakukan tindakan-tindakan khusus guna
menjamin terpeliharanya tingkat kesehatan keuangan BPJS
(UU No. 40 Tahun 2004 Pasal 48).
b) Pengawasan terhadap pengelolaan keuangan BPJS dilakukan
oleh instansi yang berwenang sesuai dengan peraturan
perundang-undangan (UU No. 40 Tahun 2004 Pasal 51).
Sebagai konsekuensi dari hal ini, maka kepesertaan dan iuran telah
diatur dalam Pasal 13 dan Pasal 17, yang antara lain mengatur hal-hal
sebagai berikut : Pemberi kerja secara bertahap wajib mendaftarkan dirinya
dan pekerjanya sebagai peserta kepada BPJS sesuai dengan program jaminan
sosial yang diikuti;
[ 86 ]
Sebuah Telaah Konsep Negara Kesejahteraan
Dalam Pelaksanaan Jaminan Kesehatan
Hukum Jaminan Kesehatan
88
Op.cit Sri Redjeki Hartono, hlm. 57.
[ 87 ]
Sebuah Telaah Konsep Negara Kesejahteraan
Dalam Pelaksanaan Jaminan Kesehatan
Hukum Jaminan Kesehatan
89
Op.cit. Hasbullah Thabrany, Asuransi Kesehatan di Indonesia. Pusat Kajian Ekonomi
Kesehatan, FKM.UI, Depok 2001, hlm. 6-7. Mengatakan bahwadi Indonesia banyak orang
menggunakan istilah resiko, bukan risiko. Sesungguhnya ada perbedaan makna antara resiko dan
risiko. Dalam bidang asuransi istilah “resiko” digunakan untuk hal-hal yang sifatnya spekulatif.
Sebagai contoh, seorang berdagang mobil mempunyai resiko rugi apabila ia tidak hati-hati mengelola
usahanya atau tidak mengikuti perkembangan pasar mobil. Sedangkan istilah “risiko” digunakan dalam
asuransi untuk kejadian-kejadian yang dapat diasuransikan yang sifatnya bukan spekulatif. Risiko ini
disebut juga denga pure risk atau risiko murni.
90
Robert I. Mehr and Emerson Cammack, Principle of Insurance (Homewoods, Illionis Richard
D. Irwin, Inc, 1980), p.18
[ 88 ]
Sebuah Telaah Konsep Negara Kesejahteraan
Dalam Pelaksanaan Jaminan Kesehatan
Hukum Jaminan Kesehatan
variations in the, outcomes that could occur over a specified period in given
stuation91”.
Berdasarkan dua definisi tersebut di atas Sri Redjki Hartono 92
berpendapat bahwa: “Risiko mempengaruhi asuransi, sehingga secara
sederhana risiko dapat disebutkan sebagai:”ketidakpastian mengenai
kerugian”, dengan kata lain risiko itu adalah ketidakpastian mengenai
kerugian, dan sesungguhnya di dalamnya mengandung dua konsep dasar
yaitu: 1) Ketidakpastian, dan 2) Kerugian.
Dari dua konsep dasar tersebut, maka dalam asuransi tekanannya
adalah terletak pada “ketidakpastian” di sini mengandung pula satu keadaan
yang menyebabkan kerugian, yang hakikatnya tetap bertumpu pada
ketidakpastian. Maksudnya ialah bahwa ketidakpastian tersebut, mengandung
pula pengertian akan menderita kerugian. Asuransi sesungguhnya merupakan
suatu cara mengelola risiko dan dinyatakan sebagai upaya preventif (sebelum
terjadinya sakit) dalam rangka mencegah ketidakmampuan penduduk
membiayai pelayanan medis yang mahal.
Kata risk yang memiliki kesamaan sifat dengan ketidak pastian
(uncertainty), maka dalam asuransi mengambil konsep risk sebagai objeknya
karena ketidakpastian itu dapat dikelola menjadi suatu bentuk kepastian dalam
wujud yang lain. Ketidak pastian risiko sakit dapat diterima semua orang, yang
selanjutnya juga berarti ada risiko biaya untuk membayar pelayanan kesehatan
sebagai upaya pemulihan dari kondisi sakit. Risiko tersebut dapat dikelola
menjadi suatu bentuk kepastian yaitu dengan membuat produk asuransi
kesehatan yang memastikan adanya penggantian biaya pengobatan kalau
pembeli produk asuransi itu jatuh sakit. Produk asuransi ini memang tidak
mengubah risiko sakitnya, namun dapat mengubah risiko dampak biaya akibat
sakit tersebut.
91
C. Arthur Williams, Jr, dan Richard M. Heins, Risk Management and Insurance (Singapore
Mc. Graw Hill Book Co. 1985), p. 17
92
Op.cit Sri Redjeki Hartono, hlm. 60.
[ 89 ]
Sebuah Telaah Konsep Negara Kesejahteraan
Dalam Pelaksanaan Jaminan Kesehatan
Hukum Jaminan Kesehatan
93
Hasbullah Thabrany, Asuransi Kesehatan di Indonesia. Pusat Kajian Ekonomi Kesehatan,
FKM.UI, Depok 2001. hlm. 31.
[ 90 ]
Sebuah Telaah Konsep Negara Kesejahteraan
Dalam Pelaksanaan Jaminan Kesehatan
Hukum Jaminan Kesehatan
94
Ibid. hlm. 31.
[ 91 ]
Sebuah Telaah Konsep Negara Kesejahteraan
Dalam Pelaksanaan Jaminan Kesehatan
Hukum Jaminan Kesehatan
95
Ibid. hlm. 31.
96
Hasbullah Thabrany Introduksi Asuransi Kesehatan, Yayasan Penerbit Ikatan Dokter
Indonesia, Jakarta,1999. hlm. 32.
[ 92 ]
Sebuah Telaah Konsep Negara Kesejahteraan
Dalam Pelaksanaan Jaminan Kesehatan
Hukum Jaminan Kesehatan
[ 93 ]
Sebuah Telaah Konsep Negara Kesejahteraan
Dalam Pelaksanaan Jaminan Kesehatan
Hukum Jaminan Kesehatan
97
Ibid. hlm. 33.
[ 94 ]
Sebuah Telaah Konsep Negara Kesejahteraan
Dalam Pelaksanaan Jaminan Kesehatan
Hukum Jaminan Kesehatan
[ 95 ]
Sebuah Telaah Konsep Negara Kesejahteraan
Dalam Pelaksanaan Jaminan Kesehatan
Hukum Jaminan Kesehatan
[ 96 ]
Sebuah Telaah Konsep Negara Kesejahteraan
Dalam Pelaksanaan Jaminan Kesehatan
Hukum Jaminan Kesehatan
[ 97 ]
Sebuah Telaah Konsep Negara Kesejahteraan
Dalam Pelaksanaan Jaminan Kesehatan
Hukum Jaminan Kesehatan
[ 98 ]
Sebuah Telaah Konsep Negara Kesejahteraan
Dalam Pelaksanaan Jaminan Kesehatan
Hukum Jaminan Kesehatan
[ 99 ]
Sebuah Telaah Konsep Negara Kesejahteraan
Dalam Pelaksanaan Jaminan Kesehatan
Hukum Jaminan Kesehatan
99
Ibid. hlm 10.
100
Lihat juga dalam Thabrany, H. Introduksi Asuransi Kesehatan, Yayasan Penerbit Ikatan
Dokter Indonesia, Jakarta,1999, hlm. 8 yang menyebutkan bahwa …..Dalam kamus atau
perbendaharaan kata bangsa Indonesia tidak dikenal kata asuransi yang dikenal adalah istilah
“jaminan” atau “tanggungan”. Kata asuransi berasal dari bahasa Inggris insurance, dengan akar kata
in-sure yang berarti “memastikan “. Bandingkan juga dalam Radiks Purba (1992:40), pengertian
asuransi ditinjau dari paham ekonomi adalah merupakan suatu lembaga keuangan sebab melalui
asuransi dapat di himpun dana yang besar, yang dapat untuk membiayai pembangunan disamping
bermanfaat bagi masyarakat yang berpartisipasi dalam bisnis asuransi, karena sesungguhnya asuransi
bertujuan untuk memberikan perlindungan (proteksi) atas kerugian keuangan (financial loss) yang
ditimbulkan oleh peristiwa tidak terduga sebelumnya.
101
Bandingkan Abdul Kadir Muhammad, Hukum Asuransi Indonesia, PT. Citra Aditya Bakti,
Bandung, 1999, hlm. 5. Istilah aslinya dalam bahasa Belanda adalah verzekering atau assurantie, yang
oleh Sukardono dierjemahkan dengan “pertanggungan”. Istilah pertanggungan ini umumnya dipakai
dalam literatur hukum dan kurikulum perguruan tinggi hukum di Indonesia. Sedangkan istilah
[ 100 ]
Sebuah Telaah Konsep Negara Kesejahteraan
Dalam Pelaksanaan Jaminan Kesehatan
Hukum Jaminan Kesehatan
assurantie (Belanda) atau assurance (Inggris) banyak dipakai dalam praktik dunia usaha (business).
Dalama kenyataan sekarang kedua istilah pertanggungan dan asuransi dipakai baik dalam kegiatan
bisnis maupun pendidikan hukum di perguruan tinggi hukum sebagai sinonim. Kedua istilah tersebut
dipakai dalam undang-undang perasuransian dan juga buku-buku hukum perasuransian.
[ 101 ]
Sebuah Telaah Konsep Negara Kesejahteraan
Dalam Pelaksanaan Jaminan Kesehatan
Hukum Jaminan Kesehatan
102
Bandingkan dalam, Sri Redjeki Hartono, Hukum Asuransi dan Perusahaan Asuransi, Sinar
Grafika, Jakarta, 2008, hlm.13, yang mengatakan bahwa “sesungguhnya asuransi atau pertanggungan
itu adalah suatu usaha guna menanggulangi adanya risiko. Dari pengertian ini berarti, bahwa secara
luas siapapun pasti mengandung dan mempunyai risiko, manusia dengan akal budinya selalu berusaha
untuk menghindari segala kemungkinan yang timbul karena adanya risiko tadi”.
[ 102 ]
Sebuah Telaah Konsep Negara Kesejahteraan
Dalam Pelaksanaan Jaminan Kesehatan
Hukum Jaminan Kesehatan
103
Ali Gufron Mukti, Reformasi Sistem Pembiayaan Kesehatan di Indonesia dan Prospek Ke
depan, PT. Karya Husada Mukti (KHM), Sleman Yogyakarta, 2007, hlm., 6.
104
Ibid. hlm. 6.
[ 103 ]
Sebuah Telaah Konsep Negara Kesejahteraan
Dalam Pelaksanaan Jaminan Kesehatan
Hukum Jaminan Kesehatan
105
Ibid. hlm. 7
106
Mooney, K.G., 1996, And now for universal equity ? some arising from Aboriginal Health
in Australia., dalam Ali Gufron Mukti, Reformasi Sistem Pembiayaan Kesehatan di Indonesia dan
Prospek Ke depan, PT. Karya Husada Mukti (KHM), Sleman Yogyakarta, 2007, ibid. hlm., 16.
[ 104 ]
Sebuah Telaah Konsep Negara Kesejahteraan
Dalam Pelaksanaan Jaminan Kesehatan
Hukum Jaminan Kesehatan
107
Ibid. hlm. 16.
108
Jacobs Philips, The Economics of Health and Medical Care 4th edition, Marryland, 1997,hlm.
12-25.
109
Bhisma Murti, Dasar-Dasar Asuransi Kesehatan, Penerbit Kanisius Yogyakarta, 2000, hlm.
21-24.
[ 105 ]
Sebuah Telaah Konsep Negara Kesejahteraan
Dalam Pelaksanaan Jaminan Kesehatan
Hukum Jaminan Kesehatan
110
Hasbullah Thabrany, Introduksi Asuransi Kesehatan, Yayasan Penerbit Ikatan Dokter
Indonesia, Jakarta, 1999, hlm 4.
111
Lihat pula penjelasan yang menyebutkan bahwa: Asuransi kesehatan adalah sebuah jenis
produk asuransi yang secara khusus menjamin biaya kesehatan atau perawatan para anggota asuransi
tersebut jika mereka jatuh sakit atau mengalami kecelakaan. Secara garis besar ada dua jenis perawatan
[ 106 ]
Sebuah Telaah Konsep Negara Kesejahteraan
Dalam Pelaksanaan Jaminan Kesehatan
Hukum Jaminan Kesehatan
yang ditawarkan perusahaan-perusahaan asuransi, yaitu rawat inap (in-patient treatment) dan rawat
jalan (out-patient treatment).
112
A.A. Gde Muninjaya, Manajemen Kesehatan, edisi 2, Penerbit Buku Kedokteran EGC,
Jakarta, 2004, hlm. 121.
113
Ibid. Hasbullah Thabrany, hlm. 6.
[ 107 ]
Sebuah Telaah Konsep Negara Kesejahteraan
Dalam Pelaksanaan Jaminan Kesehatan
Hukum Jaminan Kesehatan
114
Health insurance Association of America (HIAA) Managed Care part B. Washington, D.C.,
1997, dalam Hasbullah Thabrany, Introduksi Asuransi Kesehatan. Pusat Kajian Ekonomi Kesehatan
FKMUI, Depok 2001.
[ 108 ]
Sebuah Telaah Konsep Negara Kesejahteraan
Dalam Pelaksanaan Jaminan Kesehatan
Hukum Jaminan Kesehatan
115
Health insurance Association of America (HIAA). Health Insurance Premier, Washington,
D.C., 2000, dalam Hasbullah Thabrany, Introduksi Asuransi Kesehatan, Pusat Kajian Ekonomi
Kesehatan FKMUI, Depok 2001.
116
A.A. Gde Muninjaya, Manajemen Kesehatan, edisi 2, Penerbit Buku Kedokteran EGC,
Jakarta, 2004, hlm. 121.
[ 109 ]
Sebuah Telaah Konsep Negara Kesejahteraan
Dalam Pelaksanaan Jaminan Kesehatan
Hukum Jaminan Kesehatan
[ 110 ]
Sebuah Telaah Konsep Negara Kesejahteraan
Dalam Pelaksanaan Jaminan Kesehatan
Hukum Jaminan Kesehatan
jalan kalau ada pihak lain yang bersedia mengambil alih beban risiko ancaman
bahaya dan dia sanggup membayar kontra prestasi yang disebut premi.
Dalam dunia bisnis, perusahaan asuransi adalah sebagai lembaga yang
menerima tawaran dari pihak tertanggung untuk mengambil alih risiko dengan
imbalan pembayaran premi. Tertanggung mengadakan asuransi dengan tujuan
mengalihkan risiko yang mengancam harta kekayaan atau jiwanya, dengan
membayar sejumlah premi kepada perusahaan asuransi (penanggung), sejak
itu pula risiko beralih kepada penanggung. Apabila sampai berakhirnya jangka
waktu asuransi tidak terjadi peristiwa yang merugikan, penanggung beruntung
memiliki dan menikmati premi yang telah diterimanya dari tertanggung.
Berbeda dengan asuransi kerugian, pada asuransi jiwa apabila sampai
berakhirnya jangka waktu asuransi tidak terjadi peristiwa kematian atau
kecelakaan yang menimpa diri tertanggung, maka tertanggung akan
memperoleh pengembalian sejumlah uang dari penanggung sesuai dengan isi
perjanjian asuransi. Dengan demikian premi yang dibayar oleh tertanggung itu
seolah-olah sebagai tabungan pada penanggung. Timbulnya perbedaan dengan
asuransi kerugian karena pembayaran premi pada asuransi jiwa dilakukan
secara berkala. Dalam jangka waktu tertentu premi yang disetor kepada
penanggung dapat berfungsi sebagai modal usaha dengan mana tertanggung
diberi hak untuk menikmati hasilnya setelah jangka waktu asuransi berakhir
terjadi evenemen.
Dari berbagai hal tersebut di atas, maka secara umum dapat
dikelompokkan bahwa tujuan dari asuransi adalah:
1) Pembayaran Ganti Kerugian
Dalam hal terjadi peristiwa yang menimbulkan kerugian, maka
tidak ada masalah terhadap risiko yang ditaggung oleh penanggung,
dan dalam praktiknya tidak senantiasa bahaya yang mengancam itu
sungguh-sungguh terjadi. Ini merupakan kesempatan baik bagi
penanggung mengumpulkan premi yang dibayar oleh beberapa
tertanggung yang mengikatkan diri kepadanya. Jika pada suatu ketika
[ 111 ]
Sebuah Telaah Konsep Negara Kesejahteraan
Dalam Pelaksanaan Jaminan Kesehatan
Hukum Jaminan Kesehatan
[ 112 ]
Sebuah Telaah Konsep Negara Kesejahteraan
Dalam Pelaksanaan Jaminan Kesehatan
Hukum Jaminan Kesehatan
[ 113 ]
Sebuah Telaah Konsep Negara Kesejahteraan
Dalam Pelaksanaan Jaminan Kesehatan
Hukum Jaminan Kesehatan
[ 114 ]
Sebuah Telaah Konsep Negara Kesejahteraan
Dalam Pelaksanaan Jaminan Kesehatan
Hukum Jaminan Kesehatan
b) Asuransi Sosial
tertanggung:
[ 115 ]
Sebuah Telaah Konsep Negara Kesejahteraan
Dalam Pelaksanaan Jaminan Kesehatan
Hukum Jaminan Kesehatan
Pelayanan Kesehatan
Peserta PPK
Badan Asuransi
[ 116 ]
Sebuah Telaah Konsep Negara Kesejahteraan
Dalam Pelaksanaan Jaminan Kesehatan
Hukum Jaminan Kesehatan
[ 117 ]
Sebuah Telaah Konsep Negara Kesejahteraan
Dalam Pelaksanaan Jaminan Kesehatan
Hukum Jaminan Kesehatan
[ 118 ]
Sebuah Telaah Konsep Negara Kesejahteraan
Dalam Pelaksanaan Jaminan Kesehatan
Hukum Jaminan Kesehatan
Negara (BUMN), namun demikian, tidak ada penjelasan lebih rinci tentang
asuransi sosial dalam UU tersebut.
Dalam Pasal 1 angka 3 Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2004
tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN), mendefinisikan, bahwa
“Asuransi sosial117 adalah suatu mekanisme pengumpulan dana yang bersifat
wajib yang berasal dari iuran guna memberikan perlindungan atas risiko sosial
ekonomi yang menimpa peserta dan/atau anggota keluarganya”.
Kemudian The Commote on Social Insurance Terminology of the
American Risk and Insurance Association, dalam Ali Ghufron telah membuat
suatu definisi tentang asuransi sosial yang cukup panjang dengan memberikan
tekanan adanya persyaratan dan prinsip tertentu, adapun beberapa prinsip
dalam asuransi sosial sebagai berikut118 :
1) Kepesertaan bersifat wajib
[ 119 ]
Sebuah Telaah Konsep Negara Kesejahteraan
Dalam Pelaksanaan Jaminan Kesehatan
Hukum Jaminan Kesehatan
2) Kebutuhan minimum
Konsep kebutuhan pendapatan minimum sulit diberikan batasan.
Ukuran standar kebutuhan dasar antar negara, antar daerah yang satu
dengan daerah yang lain, antar penduduk di kota berbeda denga
penduduk desa. Oleh karena itu, dibutuhkan suatu kebijakan dan
peraturan dari pihak pemerintahan yang benar-benar merupakan
respon dari kebutuhan minimum masyarakat tersebut dalam rangka
menentukan batasan kebutuha minimum bagi seluruh rakyat
Indonesia. Asuransi sosial menggunakan prinsip bahwa ruang lingkup
jaminan yang diberikan hanya sebatas kebutuhan minimum. Hal ini
didasari oleh filosofi bahwa individu bertaggung jawab atas jaminan
ekonominya sendiri dan apabila pihak pemerintahan memberi bantuan
maka besarnya cukup memenuhi kebutuhan minimum atau kebutuhan
dasarnya saja.
3) Social adequacy
Social dequacy agak sulit dicari padan katanya dalam bahasa
Indonesia, lawan katanya Individual Adequacy yang berlaku pada
prinsip asuransi komersial. Social Adequacy berarti bahwa jaminan
yang dibayarkan memberikan standar hidup tertentu untuk semua
peserta. Jumlah iuran/premi peserta tidak harus selalu terkait dengan
besarnya santunan yang diterima. Dalam prinsip individual adequacy
berarti jumlah iuran yang dibayar oleh seorang peserta selalu langsung
berkaitan dengan besarnya santunan yang akan diterima. Dalam
prinsip social adequacy ada pihak yang diuntungkan antara lain
kelompok yang berpenghasilan relatif rendah, keluarga yang
mempunyai anak banyak, para peserta yang mulai kepesertaannya di
usia tua dan kelompok yang mempunyai risiko tinggi. Dalam prinsip
ini kelompok kaya membantu kelompok miskin, kelompok usia muda
membantu kelompok usia tua. Tujuan utama dalam prinsip ini adalah
meberikan bantuan dasar untuk semua kelompok tanpa pengecualian.
[ 120 ]
Sebuah Telaah Konsep Negara Kesejahteraan
Dalam Pelaksanaan Jaminan Kesehatan
Hukum Jaminan Kesehatan
119
Ibid. hlm. 5
[ 121 ]
Sebuah Telaah Konsep Negara Kesejahteraan
Dalam Pelaksanaan Jaminan Kesehatan
Hukum Jaminan Kesehatan
120
Hasbullah Thabrany, Introduksi Asuransi Kesehatan, Yayasan Penerbit Ikatan Dokter
Indonesia, Jakrta, 1999.
121
Bandingkan dengan, Hasbullah Thabrany, Konsep dan Jenis Asuransi Kesehatan, Yayasan
Penerbit Ikatan Dokter Indonesia, Jakrta, 1999, yang mengatakan bahwa : “di Indonesia, Jaminan
Kesehatan Masyarakat (JKM) sebagai asuransi sosial pada umumnya dijual atau diperuntukkan bagi
masyarakat miskin di daerah-daerah, pada hal dilihat dari definisi dan jenis programnya JPKM jelas
bukan asuransi kesehatan sosial. Asuransi kesehatan sosial (social health insurance) adalah suatu
mekanisme pendanaan pelayanan kesehatan yang semakin banyak digunakan di seluruh dunia karena
kehandalan sistem ini dalam upaya memenuhi kebutuhan kesehatan rakyat suatu negara. Namun di
Indonesia pemahaman tentang asuransi kesehatan sosial masih sangat rendah karena sejak lama
pemahaman asuransi kesehatan di domonasi akan informasi dengan asuransi kesehatan komersial yang
tumbuh dan berkembang di Amerika Serikat, sedangkan disisi lain pemerintah Indonesia juga tidak
banyak mengembangkan asuransi kesehatan sosial dalam pemenuhan hak kesehatn masyarakat”. Kata
“sosial”, seperti “asurasi sosial” hampir selalu dipahami sebagai pelayanan atau program untuk orang
miskin. Pada hal semestinya asuransi sosial bukanlah hanya asuransi untuk orang miskin. Fungsi sosial
bukanlah fungsi untuk orang miskin, pendapat ini merupakan kekeliruan yang berkembang dalam
masyarakat Indonesia, yang pada ujungnya menjadi penghambat pembangunan kesehatan yang
berkeadilan sebagaimana diamanatkan dalam Undang-Undang Dasar 1945 (UUD 1945), Undang-
Undang Nomor 40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN) maupun dalam
Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan juga telah jelas memerintahkan pemerintah
untuk mendorong pengembangan sistem Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Masyarakat (JPKM)
dengan asuransi kesehatan sosial.
[ 122 ]
Sebuah Telaah Konsep Negara Kesejahteraan
Dalam Pelaksanaan Jaminan Kesehatan
Hukum Jaminan Kesehatan
122
Ibid. hlm. 23.
123
Ibid hlm. 23, Perlu menjadi catatan, bentuk single payer seperti yang ada di Taiwan yang
masyarakatnya dan taraf perkembangan pembangunannya relatif homogen telah mendapatkan kritik
dari sejawak pengelola asuransi kesehatan Philhealth dan GTZ di Philipina. Keadaan keuangan yang
[ 123 ]
Sebuah Telaah Konsep Negara Kesejahteraan
Dalam Pelaksanaan Jaminan Kesehatan
Hukum Jaminan Kesehatan
terancam defisit dan komplain dari PPK bukan masalah yang ringan. Apalagi di Indonesia yang sangat
heterogen dan tingkat perkembangan pembangunannya sangat bervariasi. Khusus untuk masalah single
payer ini menurut hemat saya masih merupakan pengkajian ulang yang lebih mendalam dan perlu
diperdebatkan secara terbuka guna mendapatkan kristalisasi pemikiran kesesuaian single payer dengan
realitas orientasi dan kecenderungan masyarakat di tanah air. Alternatif di atas baru pada titik berat
asuransi kesehatan sosial yang sifat kepesertaannya wajib. Belum banyak dibahas bagaimana
pelaksanaan wajib tersebut. Tentunya dapat menjadi kenyataan jika pelaksanaannya di sini mengenai
pengertian dan operasionalisasi konsep bertahap. Bertahap yang berarti secara vertikal yaitu tergantung
pada kelompok sektor pekerja formal-informal ataukah bertahap secara horizontal yang tergantung
pada wilayah atau bertahap yang tergantung pada paket pelayanan.
Penulis lebih menekankan bertahap dalam pengertian wilayah terutama di tingkat propinsi atau
daerah yang telah siap. Hal ini tidak saja sejalan dengan spirit era desentralisasi yang menekankan
peran dan pemberdayaan pemerintah dan masyarakat daerah sesuai dengan UU Nomor 32 Tahun 2004,
amanah kewajiban pengembangan jaminan sosial oleh pemerintah daerah (Pasal 22h, UU Nomor 32
Tahun 2004), hasil keputusan MK atas judicial review UU Nomor 40 Tahun 2004 yang menyatakan
mendirikan cukup dengan Perda, tetapi kita dihadapkan realitas perkembangan pembangunan dan
kesiapan daerah yang sangat bervariasi. Pilihan demikian tentu memerlukan kebijakan nasional seperti
risk pooling nasional dan risk-equalization.
Pada waktu Otto von Bismark mengundangkan asuransi sosial di Jerman, masyarakat
menyambutnya dengan hangat. Hal ini disebabkan masyarakat sudah memiliki orientasi asuransi
kesehatan sosial oleh karena telah bayak kelompok-kelompok pekerja yang mendirikan atau tergabung
dalam asuransi kesehatan sosial. Proses asuransi kesehatan di Jerman yang tertua di Eropa ini pun
memerlukan waktu 118 tahun. Seperti di Philipina dengan Undang-Undang asuransi kesehatannya
sejak tahun 1995 sekarangpun juga masih mencakup kurang dari 60 % penduduk.
Di Korea Selatan yang merupakan negara dengan perkembangan asuransi kesehatan tercepat di
dunia dengan masyarakat pekerja formal jauh lebih banyak dan relatif lebih homogen dari Indonesia,
proses pengembangannya memakan waktu lebih dari 15 tahun dan juga bertahap. Perbandingan jumlah
Bapel di beberapa negara dengan karakteristik masing-masing negara dapat dilihat pada table 3. Untuk
itu pentahapan ini merupakan hal yang mutlak, sehingga perkembangan asuransi kesehatan sosial
daerah seperti jaminan kesehatan keluarga miskin di DKI, DIY, Jatim, Jateng, Bali, Gorontalo, Kaltim
dan lain-lain tidak perlu dianggap sebagai hal yang bertentangan dengan SJSN, tetapi justru merupakan
upaya pentahapan dan percepatan pencapaian cakupan menyeluruh (universal coverage) asal arah dan
skenario besarnya menuju tujuan yang sama. Dengan perkembangan asuransi kesehatan di daerah dan
sukses masyarakat akan melihat dan merasakan manfaat langsung asuransi kesehatan.
[ 124 ]
Sebuah Telaah Konsep Negara Kesejahteraan
Dalam Pelaksanaan Jaminan Kesehatan
Hukum Jaminan Kesehatan
[ 125 ]
Sebuah Telaah Konsep Negara Kesejahteraan
Dalam Pelaksanaan Jaminan Kesehatan
Hukum Jaminan Kesehatan
124
Lihat Victor M. Situmorang, Hukum Administrasi Pemerintahan Daerah, Jakarta: Sinar
Grafika, 1994, hlm. 38.
[ 126 ]
Sebuah Telaah Konsep Negara Kesejahteraan
Dalam Pelaksanaan Jaminan Kesehatan
Hukum Jaminan Kesehatan
125
Amrah Muslimin, Beberapa Azas-azas dan Pengertian-pengertian Pokok Tentang Admi-
nistrasi dan Hukum Administrasi, Bandung: Alumni, 1983, hlm. 88.
126
Ateng Syafrudin, Pemerintah Daerah dan Pembangunan, Bandung: Penerbit Sumur, 1973,
hlm. 8.
127
Bagir Manan, Menyongsong...,Op. Cit., hlm. 11.
[ 127 ]
Sebuah Telaah Konsep Negara Kesejahteraan
Dalam Pelaksanaan Jaminan Kesehatan
Hukum Jaminan Kesehatan
suatu daerah dapat dikatakan otonom, dengan kata lain otonomi daerah tidak
akan ada jika tidak ada desentralisasi.
Dalam kaitannya dengan hukum ketatanegaraan/hukum administrasi,
maka kemandirian untuk mengatur dan mengurus rumah tangga daerahnya
sendiri itu memerlukan pemberian kewenangan kepada daerah yang diatur
berdasarkan peraturan perundang-undangan. Dalam Pasal 1 angka 5 UU No.
32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, otonomi daerah diartikan
sebagai hak, wewenang, dan kewajiban daerah otonom untuk mengatur dan
mengurus pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat sesuai dengan
peraturan perundang-undangan. Pemberian hak, wewenang, dan kewajiban
kepada daerah tersebut untuk memungkinkan daerah tersebut dapat mengatur
dan mengurus rumah tangganya sendiri untuk meningkatkan daya guna dan
hasil guna penyelenggaraan pemerintahan dalam rangka pelayanan terhadap
masyarakat dan pelaksanaan pembangunan.
Secara teoretik hakikat desentralisasi adalah pemencaran kekuasaan
atau pembagian urusan pemerintahan dari pusat kepada daerah, dengan tujuan
agar penyelengaraan pemerintahan lebih efektif dan efisien. Sementara
otonomi daerah pada hakikatnya adalah kemandirian atau kebebasan daerah
untuk mengatur sendiri, baik dalam membuat peraturan maupun dalam
menyelenggarakan urusan serta kepentingannya berdasarkan inisiatif dan
prakarsa serta aspirasi masyarakat daerah. Pada hakikat desentralisasi
cenderung kepada efisiensi dan efektifitas aspek administasi pemerintahan,
sedangkan hakikat otonomi daerah cenderung kepada aspek politik kekuasaan,
yaitu kemandirian dan pemberdayaan daerah.
Menurut M. Ryaas Rasyid, tujuan utama desentralisasi di Indonesia
sejak tahun 1999, di satu pihak, untuk membebaskan pemerintah pusat dari
beban-beban yang tidak perlu dalam menangani urusan domestik, sehingga ia
berkesempatan untuk mempelajari, memahami, merespon berbagai
kecenderungan global dan mengambil manfaat dari padanya. Pada saat yang
sama, pemerintah pusat diharapkan lebih mampu berkonsentrasi pada
[ 128 ]
Sebuah Telaah Konsep Negara Kesejahteraan
Dalam Pelaksanaan Jaminan Kesehatan
Hukum Jaminan Kesehatan
128
M. Ryaas Rasyid, “Otonomi Daerah: Latar Belakang dan Masa Depannya”, dalam
Syamsuddin Haris (editor), Desentralisasi dan Otonomi Daerah, Desentralisasi, Demokratisasi, dan
Akuntabilitas Pemerintahan Daerah, Jakarta: LIPI Press, 2005, hlm. 8.
129
Sirajudin, Hubungan Pusat-Daerah: Konsepsi, Problematika, dan alternatif Solusi, dalam
Mukti Fajar dkk., Konstitusionalisme Demokrasi, Malang: In-TRANS Publishing, 2010, hlm. 154.
130
S.H. Sarundajang, Op. Cit., hlm. 35.
[ 129 ]
Sebuah Telaah Konsep Negara Kesejahteraan
Dalam Pelaksanaan Jaminan Kesehatan
Hukum Jaminan Kesehatan
segala bentuk pilihan kebijakan dan politiknya kepada warga masyarakat yang
mempercayakan kepadanya jabatan politik tersebut.
Berdasarkan berbagai ketentuan tersebut di atas, maka dapat dikatakan
bahwa tujuan otonomi daerah adalah untuk mempercepat terwujudnya
kesejahteraan rakyat, baik melalui peningkatan pelayanan, pemberdayaan
masyarakat, dan peningkatan peran serta masyarakat baik melalui proses-
proses politik maupun pemerintahan. Berbagai argumentasi tersebut semakin
memperkuat alasan bahwa betapa pentingnya pelaksanaan otonomi daerah
dalam sebuah negara, terutama negara yang besar dan memiliki multi etnis
serta kebudayaan seperti Indonesia.
131
Warsito Utomo, “Administrasi Publik Baru Indonesia, Perubahan Paradigma dari
Administrasi Negara ke Administrasi Publik”, Pustaka Pelajar : Yogyakarta, 2006, hlm. 83.
[ 130 ]
Sebuah Telaah Konsep Negara Kesejahteraan
Dalam Pelaksanaan Jaminan Kesehatan
Hukum Jaminan Kesehatan
132
Solichin Abdul Wahab, 2000, Makalah dalam Pengukuhan Guru Besar : “Globalisasi dan
Pelayanan Publik dalam Perspektif Teori Governance”. sumber: http://generasi-
inspirasi.blogspot.com/2011/06/otonomi-daerah-dan-pembangunan.html
[ 131 ]
Sebuah Telaah Konsep Negara Kesejahteraan
Dalam Pelaksanaan Jaminan Kesehatan
Hukum Jaminan Kesehatan
ekonomi dan politik. Amanat ini harus diterjemahkan dan dijabarkan secara
baik oleh sistem dan perangkat pemerintahan daerah.
Guna lebih menjamin penerapan hak-hak publik sebagaimana tersebut
di atas, di era otonomi daerah Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 dalam
Pasal 11, 13 dan 14 telah menjadikan penanganan bidang kesehatan sebagai
urusan wajib/tugas pemerintahan yang wajib dilaksanakan oleh daerah.
Merujuk Pasal 11 ayat (4), maka “penyelenggaraan pelayanan kesehatan yang
layak dalam batas pelayanan minimal adalah merupakan tanggung jawab
atau akuntabilitas yang harus diselenggarakan oleh daerah” yang
berpedoman pada Peraturan Pemerintah (PP) No. 65 Tahun 2005 tentang
Pedoman Penyusunan dan Penerapan Standar Pelayanan Minimal (SPM).
Secara ringkas PP Nomor 65 Tahun 2005 memberikan rujukan bahwa SPM
adalah “ketentuan mengenai jenis dan mutu pelayanan dasar yang merupakan
urusan wajib daerah yang berhak diperoleh setiap warga negara secara
minimal, terutama yang berkaitan dengan pelayanan dasar, baik Daerah
Provinsi maupun Daerah Kabupaten/Kota”.
Kaitannya dengan pelayanan kesehatan, maka SPM sangat dibutuhkan
untuk menjamin hak masyarakat untuk mendapatkan pelayanan kesehatan
yang berkualitas di mana pun mereka berada. Dalam hal ini SPM merupakan
bagian integral dari Pembangunan Kesehatan yang berkesinambungan,
menyeluruh, terpadu sesuai Rencana Pembangunan Jangka Menengah
Nasional, dan ini merupakan wujud keberpihakan pemerintah kepada
kepentingan masyarakat serta jawaban dari tuntutan perkembangan global.
Otonomi daerah bidang kesehatan memberikan kesempatan yang
banyak kepada pemerintah untuk mengeksplorasi kemampuan daerah dari
berbagai aspek, mulai dari komitmen pemimpin dan masyarakat untuk
membangun kesehatan, sistem kesehatan daerah, manajemen kesehatan
daerah, dana, sarana, dan prasarana yang memadai, sehingga diharapkan
kesehatan masyarakat di daerah menjadi lebih baik dan tinggi. Dalam
pelaksanaan otonomi daerah, banyak masyarakat Indonesia menjadi objek
[ 132 ]
Sebuah Telaah Konsep Negara Kesejahteraan
Dalam Pelaksanaan Jaminan Kesehatan
Hukum Jaminan Kesehatan
[ 133 ]
Sebuah Telaah Konsep Negara Kesejahteraan
Dalam Pelaksanaan Jaminan Kesehatan
Hukum Jaminan Kesehatan
DAFTAR PUSTAKA
Abbas Salim, Asuransi dan Manajemen Risiko, PT Raja Grafindo Persada, Jakarta
1993.
Abdul Kadir Muhammad, Hukum Asuransi Indonesia, PT. Citra Aditya Bakti,
Bandung, 1999.
Agus Salim, Teori dan Paradigma Penelitian Sosial, Tiara Wacana, Kaliurang-
Yogyakarta, 2006.
Andre Ata Ujan, Keadilan dan Demikrasi, Telaah Filsafat Politik John Rawls,
Penerbit Kanisius, Yogyakarta, 2001.
Arief Budiman, Teori Pembangunan Dunia Ketiga, PT. Gramedia Pustaka Utama,
Jakarta, 1995.
Arthur Williams, Jr,C, dan Richard M. Heins, Risk Management and Insurance
,Singapore Mc. Graw Hill Book Co. 1985
[ 134 ]
Sebuah Telaah Konsep Negara Kesejahteraan
Dalam Pelaksanaan Jaminan Kesehatan
Hukum Jaminan Kesehatan
Benda-Beckmann, F.v., et al. 1988. Between kinship and the state. Dordrech: Foris
Publications. Engbersen, G. et al. 1993. Cultures of unemployment. Boulder:
Westview Press.
Bernard Arief Sidharta, Refleksi tetang Struktur Ilmu Hukum, Mandar Maju,
Bandung, 2000,
B. Hestu Cipto Handoyo, Hukum Tata Negara, Kewarganegaraan dan Hak Asasi
Manusia, Penerbit Universitas Atmajaya, Yogyakarta, 2003
Cholid Narbuko dan Abu Achadi, Metodologi penelitian, PT Bumi Aksara, Jakarta
2007.
Edi Harto, Kebijakan Perindungan Sosial Bagi Kelompok Rentan dan Kurang
Beruntung, Pusat Pengembangan Ketahanan Sosial Masyarakat, Badan
Pelatihan da Penelitian Kesejahteraan Sosial, Depsos RI, Jakarta 2 Oktober
2006
[ 135 ]
Sebuah Telaah Konsep Negara Kesejahteraan
Dalam Pelaksanaan Jaminan Kesehatan
Hukum Jaminan Kesehatan
Evers, H.D and Mehmet, O. 1994. "The management of risk: informal trade in
Indonesia", World Development.
Edi Soeharto, Pembangunan, Kebijakan Sosial & Pekerjaan Sosial, Bandung: LPS-
STKS, 1997.
FX. Adjie Samekto, Implikasi Globalisasi : Dari bureaucratic society menuju Civil
Society (kajian dalam perspektif sosiologi hukum), Jurnal Hukum dan
Pembangunan, Nomor 2 Tahun XXX, FH UI, April-Juni 2000.
FX. Djoko Pranowo dan Ary Natalina, Filsafat Pancasila, Universitas Gunadarma,
Jakarta, 2007.
Frans H. Winarta, Peran Advokat Dalam Medorong Keadilan Sosial Bagi Pencari
Keadilan, Dalam Komisi Yudisial dan Keadilan Sosia, Mahkamah Konstitusi,
Jakarta, 2008.
Fritjof Capra, The Turning Point (terjemahan Titik Balik Peradapan, Sains,
Masyarakat, dan Kebangkitan Kebudayaan, Penerbit Jejak, Yogyakarta, 2007.
--------. 1996b. Social security mechanism in a slum area of Yogyakarta. Unpublished
manuscript.
Henni Djuhaeni, Modul Mengajar: Asuransi Keshatan dan Managed Care, Program
Pasca Sarjana Magister Ilmu Kesehatan Masyarakat, Universitas Padjadjaran,
Bandung, Th. 2007.
[ 136 ]
Sebuah Telaah Konsep Negara Kesejahteraan
Dalam Pelaksanaan Jaminan Kesehatan
Hukum Jaminan Kesehatan
Iwan Gardono S., Negara, Masyarakat dan Keadilan Sosial (Sila Keadilan Sosial
Dalam PJPT II), Makalah Seminar dalam Rangka Memperingati 25 Tahun
FISIP UI, Jakarta 26-27 Januari, 1993.
IB. Indra Gautama dan Donald Pardede, Reformasi Jaminan Sosial Kesehatan
(Pembiayaan Kesehatan, Agenda dan Isu-Isu Jaminan Kesehatan), Pusat
Pelayanan dan Jaminan Kesehatan Depkes RI.
[ 137 ]
Sebuah Telaah Konsep Negara Kesejahteraan
Dalam Pelaksanaan Jaminan Kesehatan
Hukum Jaminan Kesehatan
Johnny Ibrahim, Teori & Metodologi Penelitian Hukum Normatif, Bayu Media
Publishing, Malang-Jawa Timur, 2005.
Julia Brannen, Memandu Metode penelitian Kualitatif Dan Kuantitatif, Putaka Pelajar
Offset, Yogyakarta, 1997.
Jacobs, Philips, The Economics of Health and Medical Care 4th edition, Marryland,
1997.
Liah Levin, Hak-hak Asasi Manusia, (Tanya jawab) Pradnya Paramita, Jakarta, 1987.
Paul Spicker, Social Policy : Themes and Approaches, London: Prantice Hall Stiglitz,
Joseph E, Globalization and Its Discontents, New York: W.W. Norton and
Company, 1995.
[ 138 ]
Sebuah Telaah Konsep Negara Kesejahteraan
Dalam Pelaksanaan Jaminan Kesehatan
Hukum Jaminan Kesehatan
M. Ryaas Rasyid, “Otonomi Daerah: Latar Belakang dan Masa Depannya”, dalam
Syamsuddin Haris (editor), Desentralisasi dan Otonomi Daerah,
Desentralisasi, Demokratisasi, dan Akuntabilitas Pemerintahan Daerah,
Jakarta: LIPI Press, 2005.
Soekidjo Notoatmodjo, Etika dan Hukum Kesehatan, Jakarta: Rineka Cipta, 2010,
Sri Rejeki Hartono, Hukum Asuransi dan Perusahaan Asuransi, Sinara Grafika,
cetakan kelima, Jakarta, 2008.
[ 139 ]
Sebuah Telaah Konsep Negara Kesejahteraan
Dalam Pelaksanaan Jaminan Kesehatan
Hukum Jaminan Kesehatan
The Liang Gie, Teori-Teori Keadilan, Penerbit Super Sukses, Yogyakarta, 1982.
Topatimasang Roem, Et. AL, Sehat Itu Hak (Panduan Advokasi Kebijakan
Kesehatan), Fakultas Kedokteran UI, Jakarta, 2005.
[ 140 ]
Sebuah Telaah Konsep Negara Kesejahteraan
Dalam Pelaksanaan Jaminan Kesehatan
Hukum Jaminan Kesehatan
BIOGRAFI PENULIS
PROFIL PENULIS I
Pendidikan:
S1: Fakultas Hukum, Universitas Diponegoro, Semarang (1983)
S2: Magister Ilmu Hukum, Universitas Indonesia, Jakarta (1991)
S3: Program Doktor Ilmu Hukum, Universitas Katolik Parahyangan, Bandung
(2010)
Organisasi:
Pengurus DPP MHKI
Ketua MHKI Jawa Tengah
Buku:
1. Mengenal Hukum Rumah Sakit, Keni Media, Bandung, 2012
2. Persoalan Badan Hukum Rumah Sakit Swasta (Pasca Yudicial Review UU
Rumah Sakit), BP Unika
Soegijapranata, Semarang, 2016. (Karangan Bersama: Yohanes
Budisarwo, Endang Wahyati Yustina, L Edy Wiwoho)
3. Etika Profesi & Hukum Kesehatan, Widina Bandung , 2020 (Karangan
Bersama: Herniwati, Rospita Adelina Siregar, Anggraeni E
Kusumaningrum, Muntasir, Lia Kurniasari, Endang Wahyati Yustina,
Safaruddin Harefa, Sulaiman, Arman Anwar, Ika Atikah, Sabir Alwi, Afdal)
4. Teori Hukum, Widina Bandung, 2020 (Karangan Bersama: Achmad
Surya, Safaruddin Harefa, Herniwati, Endang Wahyati Yustina, Setyo
Utomo, , Arrie Budhiartie, Daulat Natanael Banjarnahor)
[ 141 ]
Sebuah Telaah Konsep Negara Kesejahteraan
Dalam Pelaksanaan Jaminan Kesehatan
Hukum Jaminan Kesehatan
PROFIL PENULIS II
Pendidikan:
S1: FH Unika Soegijapranata Semarang 1988)
S2: FH UGM Yogyakarta (1993)
S3: Program Doktor Ilmu Hukum UNDIP, Semarang (2012)
Organisasi:
Pengurus MHKI Jawa Tengah
Pengurus Asosiasi Laboratorium Hukum Indonesia
Buku:
1. Sistem Jaminan Sosial Kesehatan dalam Memenuhi Hak Dasar
Kesehatan Masyarakat, Buku: ISBN 2012.
2. Persoalan Badan Hukum Rumah Sakit Swasta (Pasca Yudicial
Review UU Rumah Sakit), BP Unika Soegijapranata, Semarang, 2016.
(Karangan Bersama: Yohanes Budisarwo, Endang Wahyati Yustina, L
Edy Wiwoho)
[ 142 ]
Sebuah Telaah Konsep Negara Kesejahteraan
Dalam Pelaksanaan Jaminan Kesehatan
. Buku ini berjudul “Hukum Jaminan Kesehatan (Sebuah
Telaah Konsep Negara Kesejahteraan Dalam Pelaksanaan
Jaminan Kesehatan). Adalah merupakan luaran hasil penelitian
tentang jaminan kesehatan, dan akan diteruskan dengan buku
kedua.