Anda di halaman 1dari 17

YAYASAN AKRAB PEKANBARU

Jurnal AKRAB JUARA


Volume 3 Nomor 3 Edisi Agustus 2018 (199-214)

PERUSAHAAN YANG DINYATAKAN PAILIT


(KAJIAN HUKUM PERBURUHAN)

--------------------------------------------------------------------------------------------------
Mayrusta Dwi Murti, Sugeng Hadi Purnomo
Dosen Fakultas Hukum Universitas 17 Agustus 1945 Surabaya
(Naskah diterima: 10 Juni 2018, disetujui: 27 Juli 2018)

Abstract
The problem of workers is one important thing in running a company because the company in
doing activities to get a goods or services required the existence of workers, workers themselves
are assets of a company. When companies experience bankruptcy the rights of workers to a
company must be clear and also the process of payment of workers' wages, especially in
companies that experienced bankruptcy. How legal protection is provided by the government
against workers whose company is declared bankrupt. In reviewing the problem using normative
juridical methods, consisting of laws, books, and journals on employment and insolvency. The
results of this research is that protection starts from the rights and obligations. Workers or
laborers as the implementation of development shall be guaranteed its right, regulated its
obligations and developed its usefulness.

Keywords: legal protection, workers, bankruptcy.

Abstrak
Persoalan pekerja adalah satu hal penting dalam menjalankan suatu perusahaan karena
perusahaan dalam melakukan kegiatan untuk mendapat suatu barang atau jasa dibutuhkan
adanya pekerja, pekerja sendiri merupakan aset dari suatu perusahaan. Ketika perusahaan
mengalami pailitkedudukan hak pekerja pada suatu perusahaan haruslah jelas dan juga proses
pembayaran upah pekerja terutama dalam perusahaan yang mengalami kepailitan. Bagaimana
perlindungan hukum yang diberikan oleh pemerintah terhadap pekerja yang perusahaannya
dinyatakan pailit.Dalam mengkaji permasalahan tersebut menggunakan metode yuridis normatif,
terdiri dari perundang-undangan, buku, dan jurnal hukum tentang ketenagakerjaan dan
kepailitan. Hasil penelitian ini yaitu perlindungan tersebut dimulai dari adanya hak dan
kewajiban. Pekerja atau buruh sebagai pelaksanaan pembangunan harus di jamin haknya, diatur
kewajibannya dan dikembangkan daya gunanya.

Kata kunci: perlindungan hukum, pekerja, pailit.


YAYASAN AKRAB PEKANBARU
Jurnal AKRAB JUARA
Volume 3 Nomor 3 Edisi Agustus 2018 (199-214)

I. PENDAHULUAN Gambaran di atas menunjukkan

P
ersoalan ketenagakerjaan adalah bahwa riwayat timbulnya hubungan
salah satu hal penting dalam perburuhan itu dimulai dari peristiwa pahit
menjalankan perusahaan dan banyak yakni penindasan dan perlakuan di luar batas
menimbulkan masalah baik terhadap kemanusiaan yang dilakukan oleh pihak-
perusahaan itu sendiri (intern) maupun bagi pihak yang berke-mampuan secara sosial
pembangunan (ekstern), terutama sejak ekonomi maupun penguasa pada saar itu.
berakhirnya orde baru di mana hak-hak Para budak/pekerja tidak diberikan hak
buruh atau tenaga kerja untuk mengemukan apapun, yang ia miliki hanyalah kewajiban
pendapat makin dihormati. Dalam literatur untuk menaati perintah dari majikan atau
hukum perburuhan yang ada, riwayat yang tuannya. Nasib para budak/pekerja hanya
ada, riwayat hubungan perburuhan di dijadikan barang atau objek yang kehilangan
Indonesia diawali dengan suatu masa yang hak kodratinya sebagai manusia.
sangat suram yakni zaman perbudakan, rodi, Secara normatif, meninjau kembali
dan sanksi poenale. Perbudakan adalah suatu beberapa ketentuan perundang-undangan
peristiwa dimana seseorang yang disebut perburuhan/ketenagakerjaan nasional yang
budak melakukan pekerjaan di bawah saat ini masih berlaku yang kurang
pimpinan orang lain. Para budak ini tidak memberikan perlindungan bagi pekerja
mempunyai hak apapun termasuk hak atas khususnya berkaitan dengan penyelesaian
kehidupannya. Selain perbudakan juga perselisihan perburuhan/ketenagakerjaan. Pe-
dikenal dengan istilah perhambaan dan nyelesaian perselisihan perburuhan melalui
perluruan. Perhambaan terjadi bila seorang institusi Panitia Penyelesaian Perelisihan
penerima gadai menyerahkan dirinya sendiri Perburuhan (P4) sebagaimana diatur dalam
atau orang lain yang ia kuasai, atas Undang-Undang No. 12 Tahun 1964 tentang
pemberian pinjaman sejumlah uang kepada PHK jo. Undang-Undang No. 22 Tahun 1957
seseorang pemberi gadai. Rodi merupakan tentang Penyelesaian Perselisihan
kerja paksa yang dilakukan oleh rakyat untuk Perburuhan belum tentu dapat memberikan
kepentingan pihak penguasa atau pihak lain perlindungan bagi buruh/pekerja.
dengan tanpa pemberian upah, dilakukan Salah satu faktor yang menjadi
diluar batas perikemanusiaan. penyebab kurang kondusifnya hubungan
YAYASAN AKRAB PEKANBARU
Jurnal AKRAB JUARA
Volume 3 Nomor 3 Edisi Agustus 2018 (199-214)

antara pekerja dan pengusaha adalah karena martabat serta mempunyai hak dan
terdapat ketidak seimbangan antara jumlah kewajiban.
tenaga kerja yang tersedia dengan jumlah Tujuan yang ingin dicapai dalam
lapangan pekerjaan, sehingga dengan hubungan industrial, adalah mewujudkan
sendirinya akan terjadi suatu kondisi yang masyarakat adil dan makmur dengan cara
menempatkan tenaga kerja pada posisi yang menciptakan ketenangan bekerja dan
kurang menguntungkan, karena mereka berusaha yang dilandasi dengan prinsip
mengalami kesulitan untuk mendapatkan kemitraan dan keseimbangan, berasaskan
kesempatan kerja, sedangkan sebaliknya para kekeluargaan dan gotongroyong serta
pengusaha tidak akan mengalami kesulitan musyawarah untuk mencapai mufakat.
untuk mencari tenaga kerja yang sesuai Munculnya berbagai persoalan antara
dengan harapannya. Situasi tersebut memberi pengusaha dan pekerja bersumber pada
peluang yang dapat dimanfaatkan oleh pihak kurang-kurangnya pema-haman terhadap
pengusaha untuk melakukan eksploitasi asas hubungan industrial yang dilandasi oleh
tanpa memperhatikan hak-hak pekerja. nilai-nilai Pancasila. Sedangkan banyak
Terkadang perlakuan yang tidak terpuji dari perusahaan yang membayar tenaga kerjanya
pengusaha itu, tidak jarang mengakibatkan tidak sesuai dengan tunggakan gaji.
keadaan yang tidak sehat bagi perusahaan, Pelanggaran yang dilakukan pekerja karena
misalnya sering terjadi unjuk rasa dari kesengajaan atau kelalaiannya
pekerja yang dapat membuat perusahaan mengakibatkan keterlambatan pembayaran
mengalami kerugian karena terhambatnya upah. Dan dapat menyebabkan timbulnya
proses produksi, bahkan sering kita suatu konflik yaitu tenaga kerja dapat
mendengar melalui media massa bahwa melakukan mogok kerja. Mogok kerja itu
pekerja melakukan pemogokan karena tidak sendiri dilakukan pekerja/buruh untuk
dipenuhinya tuntutan mereka. Oleh sebab itu melakukan keterlambatan perkerjaan dengan
penggunaan tenaga kerja oleh pengusaha membuat perusahaan merasakan akibat dari
jangan dijadikan alasan atau dasar untuk proses produksi yang terhenti. Untuk pekerja
mengeksploitasi tenaga mereka, karena yang melakukan mogok kerja secara sah
bagaimanapun juga pekerja harus dihormati tetap berhak mendapat upah. Sedangkan
sebagai manusia yang mempunyai harkat dan
YAYASAN AKRAB PEKANBARU
Jurnal AKRAB JUARA
Volume 3 Nomor 3 Edisi Agustus 2018 (199-214)

terhadap pekerja yang melakukan mogok mengalami kepailitan. Kemudian kepailitan


kerja tidak memperoleh upah. itu sendiri berasal dari kata dasar ”pailit”.
Berdasarkan Pasal 88 ayat (1) Pailit adalah segala sesuatu yang
Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 berhubungan dengan peristiwa keadaan
Tentang Ketenagakerjaan, menjelaskan berhenti membayar utang-utang debitur yang
setiap pekerja berhak memperoleh telah jatuh tempo. Debitur yang mempunyai
penghasilan yang memenuhi penghidupan dua orang atau lebih kreditur dan tidak
yang layak bagi kemanusiaan. Hak pekerja mampu membayar satu atau lebih utangnya
yang diterima dan dinyatakan dalam bentuk yang telah jatuh tempo dan dapat
uang sebagai imbalan dari pengusaha atau ditagih.Seorang debitur hanya dapat
pemberi kerja kepada pekerja yang dikatakan pailit apabila telah diputuskan oleh
ditetapkan dan dibayarkan menurut suatu pengadilan niaga.
perjanjian kerja, kesepakatan, atau peraturan Proses kepailitan dimulai dengan
perundang-undangan termasuk tunjangan adanya suatu permohonan pailit terhadap
bagi pekerja dan keluarganya atas suatu debitur yang memenuhi syarat, sesuai Pasal 2
pekerjaan yang telah atau akan dilakukan. ayat 1 Undang-undang Nomor 37 Tahun
Tujuan perlindungan tenaga kerja adalah 2004 tentang Kepailitan dan Penundaan
untuk menjamin berlangsungnya sistem Kewajiban Pembayaran Utang (selanjutnya
hubungan kerjasama secara harmonis tanpa disebut UUK dan PKPU) yang menyatakan
disertai adanya tekanan-tekanandari pihak bahwa “Debitur yang mempunyai dua atau
yang kuat kepada pihak yang lemah. Maka lebih reditur dan tidak membayar lunas
sebelum perusahaan menerima tenaga kerja sedikitnya satu utang yang telah jatuh waktu
diadakan penyeleksian tenaga kerja dan juga dan dapat ditagih, dinyatakan pailit dengan
pengelolaan tenaga kerja perusahaan agar putusan pengadilan, baik atas
memperoleh tenaga kerja yang memiliki permohonannya sendiri maupun atas
potensi dan kemampuan yang tinggi. Selain permohonan satu atau lebih dari
itu bila perusahaan tidak selektif dalam kreditnya.”Akibat hukum lain adalah bisa
memilih tenaga kerja maka perusahaan akan sudah ada putusan pernyataan pailit, maka
mendapatkan tenaga kerja yang tidak akan berakibat bahwa segala pelaksanaan
berkompetitif dan perusahaan akan kalah dan pengadilan terhadap setiap bagian dari
YAYASAN AKRAB PEKANBARU
Jurnal AKRAB JUARA
Volume 3 Nomor 3 Edisi Agustus 2018 (199-214)

kekayaan debitur yang telah dimulai sebelum tentang kepailitan dan penundaan
kepailitan, harus dihentikan seketika dan pembayaran utang adalah salah satu produk
sejak itu tidak ada suatu putusan yang dapat hukum yang diperlukan dalam menunjang
dilaksanakan termasuk atau juga dengan pembangunan perekonomian nasional.
menyandera debitur. Bahkan penyitaan yang Peraturan kepai-litandan penundaan
telah dilakukan menjadi hapus dan jika pembayaran yang diperlukan menurut
diperlukan hakim pengawas harus kebutuhan dunia usaha masa kini adalah
memerintahkan pencoretannya dan debitur peraturan yang mendukung penyelesaian
yang sedang dalam penahanan harus utang-piutang secara adil, cepat, terbuka, dan
dilepaskan seketika setelah putusan efektif. Ketentuan Kepailitan merupakan
pernyataan pailit diucapkan (Pasal 31 UUK aturan yang mempunyai tujuan untuk
dan PKPU). Adanya hak retensi yang diatur melakukan pembagian harta debitur kepada
dalam Pasal 61 UUK dan PKPU yaitu hak para krediturnya dengan melakukan sita
kreditur untuk menahan barang-barang umum terhadap seluruh harta debitur yang
kepunyaan debitur hingga bayarnya suatu selanjutnya dibagikan kepada kreditur sesuai
utang tidak kehilangan hak untuk menahan dengan hak proporsinya. Untuk pembagian
barang dengan diucapkannya pernyataan harta debitur dapat dibagikan kepada kreditur
pailit. Kemudian Undang-Undang Nomor 37 sesuai dengan urutannya, yaitu kreditur
Tahun 2004 Pasal 1 ayat (1) bahwa yang separatis, kreditur preferen, kreditur
dimaksud kepailitan dan penundaan konkuren. Ketika perusahaan diputus pailit,
kewajiban pembayaran utang adalah sita peristiwa yang terjadi adalah Pemutusan
umum atas semua kekayaan Debitur Pailit Hubungan Kerja (PHK), ketika tenaga kerja
yang pengurusan dan pemberesannya di PHK mereka berhak memperoleh uang
dilakukan oleh Kurator dibawah pengawasan pesangon baik karena alasan pailit maupun
Hakim Pengawas sebagaimana diatur dalam alasan lainnya, uang pesangon dihitung
Undang-Undang ini. secara normatif, berpedoman pada masa
Di dalam penjelasan umum Undang- kerja, upah pokok, dan tunjangan tetap.
Undang Nomor 37 Tahun 2004 tentang II. METODE PENELITIAN
kepailitan dan penundaan kewajiban Metode yang digunakan akan
pembayaran utang, diakui bahwa peraturan tergantung pada apa yang akan menjadi
YAYASAN AKRAB PEKANBARU
Jurnal AKRAB JUARA
Volume 3 Nomor 3 Edisi Agustus 2018 (199-214)

pertanyaan atau perumusan masalah dari a. Perlindungan ekonomis, yaitu perlin-


suatu penelitian.Penelitian hukum normatif dungan tenaga kerja dalam bentuk
adalah metode atau cara yang dipergunakan penghasilan yang cukup, termasuk bila
dalam penelitian hukum yang dilakukan tenaga kerja tidak mampu bekerja di luar
dengan cara meneliti bahan pustaka. Dalam kehendaknya.
penelitian hukum normatif, dapat digunakan b. Perlindungan sosial, yaitu: perlindungan
beberapa pendekatan yaitu pendekatan tenaga kerja dalam bentuk jaminan
perundang-undangan danpendekatan kesehatan kerja, dan kebebasan berserikat
konseptual. danperlindungan hak untuk berorganisasi.
III. HASIL DAN PEMBAHASAN c. Perlindungan teknis, yaitu: perlin-dungan
3.1 Perlindungan Hukum Tenaga Kerja tenaga kerja dalam bentuk keamanan dan
Berdasarkan Undang-Undang No. 13 keselamatan kerja.
Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan Berdasarkan objek perlindungan tenaga kerja
Menyadari akan pentingnya pekerja bagi Undang-Undang No. 13 Tahun 2003 tentang
perusahaan, perusahaan diwajibkan men- Ketenagakerjaan mengatur perlindungan
jamin perlindungan/jaminan terhadap hak- khusus pekerja/buruh perempuan dan anak
hak pekerja/buruh. Perlindungan tersebut sebagai berikut:
dimulai dengan adanya kewajiban, bahwa Berdasarkan pasal 76 Undang-
perusahaan harus berbadan hukum. Bila kita Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang
berbicara masalah perlindungan kerja dan Ketenagakerjaan menjelaskan tentang
syarat-syarat kerja, maka hal inimerupakan perlindungan pekerja/buruh perempuan,
masalah yang sangat komplek karena akan meliputi :
berkaitan dengan kesehatan kerja, a. Pekerjaan wanita/perempuan di malam
keselamatan kerja, upah, kesejahteraan, dan hari diatur dalam Pasal 76 yaitu sebagai
jamsostek.Undang-Undang No. 13 tahun berikut :
2003 telah mengatur semua di dalam pasal- 1) Pekerjaan perempuan yang berumur
pasalnya. kurang dari 18 tahun dilarang
Menurut Soepomo, perlindungan dipekerjakan antara pukul 23.00
tenaga kerja dibagi menjadi 3(tiga) macam, sampai dengan pukul 07.00 pagi.
yaitu :
YAYASAN AKRAB PEKANBARU
Jurnal AKRAB JUARA
Volume 3 Nomor 3 Edisi Agustus 2018 (199-214)

2) Pengusaha dilarang mempekerjakan dilakukan paling banyak 3 (tiga) jam


pekerja perempuan hamil yang dalam sehari dan 14 (empat belas) jam
menurut keterangan dokter ber-bahaya dalam seminggu, dan karena itu
bagi kesehatan dan keselamatan pengusaha wajib membayar upah kerja
kandungannya maupun dirinya, bila lembur untuk kelebihan jam kerja
bekerja antara pukul 23.00 sampai tersebut. Hal ini merupakan ketentuan
dengan pukul 07.00 pagi. dalam Pasal 78 ayat (1) dan ayat (2).
3) Pengusaha yang mempekerjakan d. Tenaga kerja berhak atas waktu istirahat
pekerja perempuan antara pukul 23.00 yang telah diatur dalam Pasal 79 ayat (2)
sampai dengan pukul 07.00 pagi yang meliputi waktu istirahat untuk:
wajib: 1. Istirahat antara jam kerja, sekurang-
a. Memberikan makanan dan kurangnya setengah jam setelah
minuman bergizi bekerja selama 4 (empat) jam terus
b. Menjaga kesusilaan dan keamanan menerus dan waktu istirahat tersebut
selama di tempat kerja tidak termasuk jam kerja.
4) Pengusaha yang mempekerjakan 2. Istirahat mingguan 1 (satu) hari untuk
pekerja perempuan antara pukul 23.00 6 (enam) hari kerja dalam seminggu
sampai dengan pukul 05.00 pagi wajib atau 2 (dua) hari untuk 5 (lima) hari
menyediakan antar jemput. kerja dalam seminggu.
b. Tidak mempekerjakan tenaga kerja 3. Cuti tahunan sekurang-kurangnya 12
melebihi ketentuan Pasal 77 ayat (2) yaitu (dua belas hari kerja setelah tenaga
7 (tujuh) jam sehari dan 40 (empatpuluh) kerja bekerja selama 12 (dua belas)
jam seminggu untuk 6 (enam) hari kerja bulan secara terus menerus.
dalam seminggu atau 8 (delapan) jam 4. Istirahat panjang sekurang-kurangnya
sehari dan 40 (empat puluh) jam 2 (dua) bulan apabila tenaga kerja
seminggu untuk 5 (lima) hari kerja dalam telah bekerja selama 6 (enam) tahun
seminggu. secara terus menerus pada perusahaan
c. Bila pekerjaan membutuhkan waktu yang yang sama dengan ketentuan tenaga
lebih lama, maka harus ada persetujuan kerja tersebut tidak berhak lagi
dari tenaga kerja dan hanya dapat
YAYASAN AKRAB PEKANBARU
Jurnal AKRAB JUARA
Volume 3 Nomor 3 Edisi Agustus 2018 (199-214)

istirahat tahunannya dalam 2 (dua) menjelaskan tentang perlindungan anak,


tahun berjalan. yaitu :
e. Untuk pekerja wanita, terdapat beberapa a. Pengusaha dilarang mempekerjakan anak
hak khusus sesuai dengan kodrat (Pasal 68), yaitu setiap orang yang
kewanitaannya, yaitu : berumur dibawah 18 (delapan belas)
1. Pekerja wanita yang mengambil cuti tahun (Pasal 1 nomor 26).
haid tidak wajib bekerja pada hari b. Ketentuan tersebut dapat dikecualikan
pertama dan kedua (Pasal81 ayat (1)) bagi anak yang berumur antara 13 tahun
2. Pekerja wanita berhak memperoleh sampai 15 tahun untuk melakukan
istirahat selama 1,5 bulan sebelum pekerjaan ringan sepanjang tidak
saatnya melahirkan dan 1,5 bulan mengganggu perkembangan dari
sesudah melahirkan menurut kesehatan fisik, mental dan sosial (Pasal
perhitungan dokter kandungan/bidan 69 ayat( 1)).
(Pasal 82 ayat (1)) c. Pengusaha yang memperkerjakan anak
3. Pekerja wanita yang mengalami pada pekerjaan ringan tersebut harus
keguguran kandungan berhak memenuhi persyaratan sebagai berikut:
memperoleh istirahat 1,5 bulan sesuai • Ijin tertulis dari orang tua/wali.
ketentuan dokter kandungan/bidan • Perjanjian kerja antara orang tua dan
(Pasal 82 ayat (2)) pengusaha.
4. Pekerja wanita yang anaknya masih • Waktu kerja maksimal 3 (tiga) jam.
menyusui harus diberi kesempatan • Dilakukan pada siang hari dan tidak
sepatutnya untuk menyusui anaknya mengganggu waktu sekolah.
jika hal itu harus dilakukan selama • Keselamatan dan kesehatan kerja.
waktu kerja (Pasal 83) • Adanya hubungan kerja yang jelas.
5. Pekerja wanita yang mengambil cuti • Menerima upah sesuai ketentuan yang
hamil berhak mendapat upah penuh berlaku.
(Pasal 84). d. Dalam hal anak dipekerjakan bersama-
Perlindungan anak diatur dalam pasal 68 sama pekerja/buruh dewasa, maka tempat
Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 kerja anak harus dipisahkan dari tempat
tentang Ketenagakerjaan, dalam pasal 68 kerja pekerja/buruh dewasa (Pasal 72).
YAYASAN AKRAB PEKANBARU
Jurnal AKRAB JUARA
Volume 3 Nomor 3 Edisi Agustus 2018 (199-214)

e. Anak dianggap bekerja bilamana berada berada di dalam wilayah kekuasaan hukum
di tempat kerja, kecuali dapat dibuktikan Republik Indonesia. (Pasal 2 ayat (1)).
sebaliknya (Pasal 73). 3.2 Perlindungan Hukum Tenaga kerja
Berdasarkan Undang-Undang No. 37
f. Siapapun dilarang mempekerjakan anak
Tahun 2004 tentang Kepailitan dan
pada pekerjaan yang buruk, tercantum Penundaan Kewajiban Pembayaran
Utang
dalam Pasal 74 ayat (1). Yang dimaksud
pekerjaan terburuk seperti dalam Pasal 74 Pekerja merupakan salah satu unsur
ayat (2), yaitu: yang sangat penting dalam suatu perusahaan.
1. Segala pekerjaan dalam bentuk Hal ini dikarenakan peran dan fungsi pekerja
pembudakan atau sejenisnya. dalam menghasilkan barang dan atau jasa
2. Segala pekerjaan yang memanfaatkan, untuk perkembangan suatu perusahaan.
menyediakan atau melibatkan anak Sudah sewajarnya apabila hak-hak pekerja
untuk produksi dan perdagangan diberikan secara memadai demi terciptanya
minuman keras,narkotika, psikotropika hubungan kerja yang seimbang antara
dan zat adiktif lainnya. pekerja dan pengusaha dalam perusahaan.
3. Segala pekerjaan yang memanfaatkan, Terutama ketika para pekerja melaksanakan
menyediakan atau menawarkan pekerjaannya secara bersungguh-sungguh
anakuntuk pelacuran, produksi dan maksimal. Berdasarkan Pasal 4 Undang-
pornografi, pertunjukan porno, Undang No. 13 Tahun 2003 Tentang
perjudian. Ketenagakerjaan, tujuan pembangunan
4. Segala pekerjaan yang membahayakan ketenagakerjaan sebagai berikut:
kesehatan, keselamatan atau moral a. Memberdayakan dan mendayagunakan
anak. tenaga kerja secara optimal dan
Ketentuan tentang keselamatan kerja manusiawi;
diatur dalam Undang-Undang No. 1 tahun b. Mewujudkan pemerataan kesempatan
1970 tentang Keselamatan Kerja. kerja dan penyediaan tenaga kerja yang
Keselamatan kerja yang dimaksud adalah sesuai dengan kebutuhan pembangunan
keselamatan kerja dalam segala tempat kerja, nasional dan daerah;
baik di darat, di dalam tanah, di permukaan c. Memberikan perlindungan pada tenaga
air, di dalam air maupun di udara, yang kerja dalam mewujudkan kesejahteraan;
YAYASAN AKRAB PEKANBARU
Jurnal AKRAB JUARA
Volume 3 Nomor 3 Edisi Agustus 2018 (199-214)

d. Meningkatkan kesejahteraan tenaga kerja pekerja/buruh berhak untuk memperoleh


dan keluarganya. pelatihan (Pasal 11, 18 Ayat (1), 23).
Kenyataan bahwa dalam menjalankan 3.5 Tenaga kerja juga memiliki kebebasan
operasionalnya, perusahaan tidak selalu untuk pindah pekerjaan sesuai dengan
menunjukkan perkembangan dan kualifikasi dan kompetensinya (Pasal
peningkatan laba (profit),sebab risiko yang 31).
dapat timbul dari bisnis, baik itu risiko 3.6 Pekerja/buruh perempuan berhak
investasi, risiko pembiayaan dan risiko memperoleh istirahat karena melahirkan
operasi. Semua risiko dapat mengancam atau keguguran (miscarried) ( Pasal 82).
kesinambungan dari keuangan perusahaan 3.7 Pekerja/buruh mempunyai hak terhadap
dan yang paling fatal perusahaan bisa keselamatan dan kesehatan kerja (Pasal
mengalami bangkrut (pailit) karena tidak bisa 86).
membayar semua kewajiban utang 3.8 Pekerja/buruh berhak terhadap
perusahaannya. penghasilan yang layak (Pasal 88).
Ketika pekerja sudah melaksanakan 3.9 Pekerja/buruh dan keluarganya di jamin
kewajibanya kepada perusahaan maka sudah dengan jaminan sosial tenaga kerja
seharusnyalah perusahaan memenuhi hak- (Pasal 99).
hak pekerjanya sebagaimana yang diatur Hak-hak inilah yang harus dipenuhi
dalam Undang-Undang No. 13 Tahun 2003 oleh perusahaan bagi pekerjanya yang ada
tentang Ketenagakerjaan. Adapun hak-hak dalam perusahaan. Pemenuhan hak-hak
pekerja tersebut dapat diuraikan sebagai pekerja tersebut bukan hanya pada saat
berikut: perusahan itu masih berjalansebagimana
3.3 Tenaga kerja idealnya memiliki mestinya, tetapi ada hak-hak pekerja yang
kesempatan yang sama tanpa harus tetap dipenuhi oleh perusahaan pada
diskriminasi untuk memperoleh saat perusahaan tersebut pailit. Pailitnya
pekerjaan (Pasal 6). suatu perusahaan biasanya mengakibatkan
3.4 Terkait dengan pembekalan, pelatihan, pemutusan hubungan kerja atau
dan bentuk kegiatan lain dalam rangka PHK.Pemutusan Hubungan Kerja (PHK)
meningkatkan keterampilan (kompe- secara sepihak kerap terjadi perusahaan
tensi) untuk menunjang bidang kerjanya, mengalami masalah terutama dalam hal
YAYASAN AKRAB PEKANBARU
Jurnal AKRAB JUARA
Volume 3 Nomor 3 Edisi Agustus 2018 (199-214)

keuangan. Para pekerja di rumahkan satu hal perusahaandinyatakan pailit atau


persatu. Hal ini dilakukan untuk menjaga dilikuidasi berdasarkan peraturan perundang-
kondisi perusahaan. Akan tetapi, pemutusan undangan yang berlaku, maka upah dan hak-
hubungan kerja yang paling sulit dihindari hak lainnya dari pekerja/buruh merupakan
adalah ketika perusahaan tersebut jatuh pailit utang yang didahulukan pembayarannya.
berdasarkan putusan pengadilan. Dalam Namun, Pasal 1134 ayat (2) Kitab
Pasal 1 butir 1 Undang-Undang No. 37 Undang-Undang Hukum Perdata
Tahun 2004 tentang Kepailitan dan (“KUHPer”) mengatakan gadai dan hipotik
Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang tempatnya lebih tinggi dari pada kreditor
diberikan definisi “Kepailitan” sebagai lainnya kecuali dinyatakan sebaliknya oleh
berikut. “Kepailitan adalah sita umum atas undang-undang. Apabila mengacu pada UU
semua kekayaan debitur pailit yang No. 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan,
pengurusan dan pemberesannya dilakukan maka sesungguhnya UU No. 13 Tahun 2003
oleh Kurator di bawah pengawasan Hakim tentang Ketenagakerjaan telah memberikan
Pengawas”. posisi pembayaran upah karyawan untuk
Dalam hal perusahaan dinyatakan didahulukan pembayarannya dari pada
pailit oleh Pengadilan Niaga, saat itu juga kreditor lainnya.
segala yang berhubungan dengan harta Akan tetapi, dalam praktiknya apa
perusahaan akan menjadi tanggung jawab yang terjadi ternyata berbeda dari ketentuan
Kurator untuk mengurus harta pailit milik Pasal 95 ayat (4) UU No. 13 Tahun 2003
perusahaan tersebut. Sehingga yang bertugas tentang Ketenagakerjaan tersebut di atas.
untuk membagi harta debitor pailit kepada Jika ada kreditor pemegang gadai, jaminan
para Kreditor menjadi tanggung jawab fidusia, hak tanggungan, hak agunan maupun
Kurator. hipotik, maka merekalah yang mendapat
Pada dasarnya, hak karyawan atas prioritas. Prioritas kepada kreditor jenis ini
pembayaran upah saat perusahaan dipailitkan didasarkan pada ketentuan Pasal 138 UU 37
telah dilindungi oleh UU No. 13 Tahun 2003 Tahun 2004 tentang Kepailitan dan
tentang Ketenagakerjaan. Pasal 95 ayat (4) Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang
UU No. 13 Tahun 2003 tentang yang berbunyi:
Ketenagakerjaan menentukan bahwa dalam
YAYASAN AKRAB PEKANBARU
Jurnal AKRAB JUARA
Volume 3 Nomor 3 Edisi Agustus 2018 (199-214)

“Kreditor yang piutangnya dijamin dengan tentang Kepailitan dan Penundaan


gadai, jaminan fidusia, hak tanggungan, Kewajiban Pembayaran Utang, yaitu :
hipotek, hak agunan atas kebendaan lainnya, 1) Pada pengertian secara umum tugas dari
atau yang mempunyai hak yang Kurator dalam Hal pernyataan Pailit
diistimewakan atas suatu benda tertentu Debitor adalah mengurus dan
dalam harta pailit dan dapat membuktikan membereskan harta Debitor Pailit
bahwa sebagian piutang tersebut dibawah pengawasan Hakim Pengawas
kemungkinan tidak akan dapat dilunasi dari sesuai dengan Pasal 1 angka 5 dan Pasal
hasil penjualan benda yang menjadi agunan, 69 ayat 1 UU Kepailitan dan PKPU.
dapat meminta diberikan hak-hak yang 2) Dalam hal melaksanakan tugasnya,
dimiliki kreditor konkuren atas bagian Kurator tidak diharuskan memperoleh
piutang tersebut, tanpa mengurangi hak persetujuan dari atau menyampaikan
untuk didahulukan atas benda yang menjadi pemberitahuan terlebih dahulu kepada
agunan atas piutangnya.” Debitor atau salah satu Debitor, meskipun
Berdasarkan Undang-Undang dalam keadaan diluar kepailitan
Republik Indonesia Nomor 37 Tahun 2004 persetujuan atau pemberitahuan demikian
tentang Kepailitan dan Penundaan dipersyaratkan (Pasal 69 ayat 2 huruf a).
Kewajiban Pembayaran Utang Pasal 22, 3) Pada saat melaksanakan tugasnya kurator
harta debitur pailit yang sudah ada pada saat dapat melakukan pinjaman dari pihak
Debitur dinyatakan pailit oleh Pengadilan ketiga, hanya dalam meningkatkan nilai
Niaga maupun yang akan diperoleh selama harta pailit dengan persetujuan lebih
kepailitan berlangsung digunakan untuk dahulu Hakim Pengawas (Pasal 69 ayat 3)
membayar semua krediturnya secara adil dan 4) Dalam hal melaksanakan tugas
merata yang dilakukan seorang Kurator di pengurusan dan/atau pemberesan atas
bawah pengawasan Hakim Pengawas.Untuk harta pailit diucapkan, tetap berwenang
lebih memahami wewenang dan tanggung meskipun terhadap putusan tersebut
jawab kurator dalam rangka pengurusan diajukan kasasi dan atau peninjauan
harta boedel pailit sesuai Undang-Undang kembali (Pasal 16 ayat 1).
Republik Indonesia Nomor 37 Tahun 2004 5) Jika dalam putusan pernyataan pailit
dibatalkan sebagai akibat adanya kasasi
YAYASAN AKRAB PEKANBARU
Jurnal AKRAB JUARA
Volume 3 Nomor 3 Edisi Agustus 2018 (199-214)

atau peninjauan kembali, segala perbuatan 4) Dalam daftar sebagaimana dimaksud


yang dilakukan oleh kurator sebelum atau Pasal 117, dibubuhkan pula cataan
pada tanggal Kurator menerima terhadap setiap piutang apakah menurut
pemberitahuan dan mengikat Debitur (Uit pendapat Kurator piutang yang
voor baar bij voor raadPasal 16 ayat 2). bersangkutan diistimewakan atau dijamin
6) Dalam melaksanakan tugasnya Kurator dengan gadai, jaminan fidusia, hak
bertanggung jawab terhadap kesalahan tanggungan, hipotek, hak agunan atas
atau kelalaiannya dalam melaksanakan kebendaanlainnya, atau hak untuk
tugas pengurusan dan/atau pemberesan menahan bendabagi tagihan yang
yang menyebabkan kerugian terhadap bersangkutan dapat dilaksanakan (Pasal
harta pailit (Pasal 72). 118 ayat 1).
7) Sejak mulai pengangkatannya, Kurator 5) Apabila Kurator hanya membantah
harus melaksanakan semua upaya untuk adanya hak untuk didahulukan atau
mengamankan harta pailit dan menyimpan adanya hak untuk menahan benda, piutang
semua surat, dokumen, uang yang bersangkutan harus dimasukkan
perhiasan, efek, dan surat berharga dengan daftar piutang yang bersangkutan
lainnnya dengan memberikan tanda terima yang untuk sementara diakui berikut
(Pasal 98). catatan Kurator tentang bantahan serta
Secara rinci tugas Kurator sebagai berikut: alasannya (Pasal 118 ayat 2).
1) Membuat daftar harta pailit debitor (Pasal 3. Perbedaan Sistem Pemberian Upah
karena PHK biasa dengan PHK karena
100).
pailit
2) Membuat daftar piutang kreditor (Pasal Mengenai pemberian upah
113, Pasal 114, Pasal 115, Pasal 116, pekerja/buruh yang terkena PHK biasa diatur
Pasal 117, Pasal 118). dalam pasal 156 Undang-undang Nomor 13
3) Kurator wajib memasukan piutang yang Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan, yaitu:
disetujuinya ke dalam suatu daftar piutang (1) Dalam hal terjadi pemutusan hubungan
yang sementara diakui, sedangkan piutang kerja, pengusaha diwajibkan membayar
yang dibantah termasuk alasannya uang pesangon dan atau uang
dimasukkan kedalam daftar tersendiri penghargaan masa kerja dan uang
(Pasal 117).
YAYASAN AKRAB PEKANBARU
Jurnal AKRAB JUARA
Volume 3 Nomor 3 Edisi Agustus 2018 (199-214)

penggantian hak yang seharusnya (3) Perhitungan uang penghargaan masa


diterima. kerja sebagaimana dimaksud dalam ayat
(2) Perhitungan uang pesangon sebagaimana (1) ditetapkan sebagai berikut :
dimaksud dalam ayat (1) paling sedikit a. masa kerja 3 (tiga) tahun atau lebih
sebagai berikut: tetapi kurang dari 6 (enam) tahun, 2
a. masa kerja kurang dari 1 (satu) tahun, (dua) bulan upah;
1 (satu) bulan upah; b. masa kerja 6 (enam) tahun atau lebih
b. masa kerja 1 (satu) tahun atau lebih tetapi kurang dari 9 (sembilan)
tetapi kurang dari 2 (dua) tahun, 2 tahun, 3 (tiga) bulan upah;
(dua) bulan upah; c. masa kerja 9 (sembilan) tahun atau
c. masa kerja 2 (dua) tahun atau lebih lebih tetapi kurang dari 12 (dua
tetapi kurang dari 3 (tiga) tahun, 3 belas) tahun, 4 (empat) bulan upah;
(tiga) bulan upah; d. masa kerja 12 (dua belas) tahun atau
d. masa kerja 3 (tiga) tahun atau lebih lebih tetapi kurang dari 15 (lima
tetapi kurang dari 4 (empat) tahun, 4 belas) tahun, 5 (lima) bulan upah;
(empat) bulan upah; e. masa kerja 15 (lima belas) tahun atau
e. masa kerja 4 (empat) tahun atau lebih lebih tetapi kurang dari 18 (delapan
tetapi kurang dari 5 (lima) tahun, 5 belas) tahun, 6 (enam) bulan upah;
(lima) bulan upah; f. masa kerja 18 (delapan belas) tahun
f. masa kerja 5 (lima) tahun atau lebih, atau lebih tetapi kurang dari 21 (dua
tetapi kurang dari 6 (enam) tahun, 6 puluh satu) tahun, 7 (tujuh) bulan
(enam) bulan upah; upah;
g. masa kerja 6 (enam) tahun atau lebih g. masa kerja 21 (dua puluh satu) tahun
tetapi kurang dari 7 (tujuh) tahun, 7 atau lebih tetapi kurang dari 24 (dua
(tujuh) bulan upah. puluh empat) tahun, 8 (delapan)
h. masa kerja 7 (tujuh) tahun atau lebih bulan upah;
tetapi kurang dari 8 (delapan) tahun, h. masa kerja 24 (dua puluh empat)
8 (delapan) bulan upah; tahun atau lebih, 10 (sepuluh ) bulan
i. masa kerja 8 (delapan) tahun atau upah.
lebih, 9 (sembilan) bulan upah.
YAYASAN AKRAB PEKANBARU
Jurnal AKRAB JUARA
Volume 3 Nomor 3 Edisi Agustus 2018 (199-214)

(4) Uang penggantian hak yang seharusnya perusahaan harus berbadan hukum.
diterima sebagaimana dimaksud dalam Pendapatan pekerja/buruh dari hasil
ayat (1) meliputi : pekerjaannya mampu untuk memenuhi
a. cuti tahunan yang belum diambil dan kebutuhan hidup pekerja/buruh dari hasil
belum gugur; pekerjaannya mampu untuk memenuhi
b. biaya atau ongkos pulang untuk kebutuhan hidup pekerja/buruh dan
pekerja/buruh dan keluarganya keluarganya secara wajar, yang meliputi
ketempat dimana pekerja/buruh makanan dan minuman, sandang,
diterima bekerja; perumahan, pendidikan, kesehatan, rekreasi,
c. penggantian perumahan serta dan jaminan hari tua.
pengobatan dan perawatan Perlindungan kerja dan syarat-syarat
ditetapkan 15% (lima belas kerja, maka hal ini merupakan masalah yang
perseratus) dari uang pesangon sangat komplek karena akan berkaitan
dan/atau uang penghargaan masa dengan kesehatan kerja, keselamatan kerja,
kerja bagi yang memenuhisyarat; upah, kesejahteraan, dan jamsostek.
d. hal-hal lain yang ditetapkan dalam Perlindungan kerja terhadap tenaga
perjanjian kerja, peraturan kerja/buruh merupakan sesuatu yang mutlak
perusahaan atau perjanjian kerja dalam pemborongan pekerjaan dan
bersama. perlindungan pekerja dapat dilakukan, baik
(5) Perubahan perhitungan uang pesangon, dengan jalan memberikan tuntunan, maupun
perhitungan uang penghargaan masa dengan jalan meningkatkan pengakuan hak-
kerja, dan uangpenggantian hak hak asasi manusia, perlindungan fisik dan
sebagaimana dimaksud dalam ayat (2), teknis serta sosial dan ekonomi melalui
ayat (3), dan ayat (4) ditetapkan dengan norma yang berlaku dalam lingkungan kerja
Peraturan Pemerintah. itu.
IV. KESIMPULAN DAFTAR PUSTAKA
Kesimpulan perlindungan yang
Fariana, Andi. 2012. Aspek Legal Sumber
diberikan perusahan terhadap hak-hak Daya Manusia Menurut Hukum.
Mitra Wacana Media.
pekerja/buruh yaitu perlindungan tersebut
dimulai dengan adanya kewajiban, bahwa
YAYASAN AKRAB PEKANBARU
Jurnal AKRAB JUARA
Volume 3 Nomor 3 Edisi Agustus 2018 (199-214)

Hartini, Rahayu. 2012. Hukum Kepailitan,


Malang, Universitas Muhammadiyah
Malang.

Jono. 2010. Hukum Kepailitan. Jakarta. Sinar


Grafika.

Kartasapoetra G, dkk. 1986. Hukum


Perburuhan di Indonesia. Bina
Aksara.

Khakim, Abdul. 2003. Pengantar Hukum


Ketenaga kerjaan Indonesia
Berdasarkan Undang-Undang Nomor
13 Tahun 2003, PT. Citra Aditya
Bakti.

Marzuki, Peter, Mahmud. 2005. Penelitian


Hukum Edisi Revisi. Prenadamedia.

Nasution, Bahder Johan. 2004. Hukum


Ketenaga kerjaan Kebebasan
Berserikat Bagi Pekerja. Mandar
Maju.

Sidabalok, Janus. 2012. Hukum Perusahaan


Analisis Terhadap Peran Perusahaan
Dalam Pembangunan Ekonomi
Nasional Di Indonesia. Nuansa Aulia.

Simatupang, Richard Buton. 2007. Aspek


Hukum Dalam Bisnis. PT Rineka
Cipta. Jakarta.

Soekanto,Soerjono. 2009. Penelitian Hukum


Normatif Suatu Tinjauan Singkat. PT.
Raja Grafindo Persada. Jakarta.

Widjaja, Gunawan. 2003. Penanggungan


Utang dan Perikatan Tanggung
Menanggung. Jakarta.
YAYASAN AKRAB PEKANBARU
Jurnal AKRAB JUARA
Volume 3 Nomor 3 Edisi Agustus 2018 (199-214)

Anda mungkin juga menyukai