Pergantian penguasa setelah diturunkannya rezim otoriter suharto, Republic kita sudah
mengalami empat kali pergantian pengusa. Tidak satupun penguasa yang melakukan
perubahan nyata kearah kehidupan rakyat yang lebih baik. Rakyat masih digusur, petani masih
miskin, buruh masih terus di PHK dan dibayar murah. Kaum pemilik modal atau kaum kapitalis
terus menerus menghisap darah rakyat pekerja Indonesia. Mereka masih berpesta dengan hasil
kerja keringat kita kaum buruh. Jutaan kaum buruh Indonesia yang setiap hari bekerja dari pagi
hingga malam menghidupkan mesin-mesin produksi, menjalankan roda transportasi ekonomi,
menjualkan barang ditoko-toko, menghitungkan uang di bank-bank yang semua itu untuk
keuntungan kaum pemilik modal tetapi kita kaum buruh masih ditindas(rampas dengan paksa)
hak-haknya.
HAK-HAK BURUH TIDAK DIBERIKAN , Setiap saat kita menemukan persoalan cuti haid (2 hari
setiap bulan) dan cuti hamil (3 bulan) bagi buruh perempuan tidak diberikan oleh perusahaan,
bahkan tidak jarang buruh hamil di-pecat/PHK-Pemutusan Hubungan Kerja. Cuti Tahunan dan
libur nasional tidak diberikan.
PHK dan MUTASI , setiap hari kita dapati kaum buruh dipecat/PHK dengan berbagai dalih. Mulai
1
dari persoalan sepele sampai buruh yang mencoba menuntut hak-nya selalu disodori
sanksi/hukuman dengan MUTASI dan PHK.
Beberapa problem yang selalu dihadapi kaum buruh tersebut berdampak pada
ketidakseimbangan atau ketidakadilan yang eksploitatif, yang senantiasa dibungkus oleh
manjemen perusahaan tersebut. Dan mendapat legitimasi(pengakuan/penguatan) dari birokrasi
Negara yang mendukung tindakan-tindakan pengusaha tersebut. Ini bisa kita lihat dari selalu
kalahnya buruh dalam persidangan dan peraturan atau Undang-Undang yang tidak memihak.
Berangkat dari situasi inilah tentu saja kita dapat melihat dengan jelas, bahwa kekuatan
perusahaan terletak pada sistem manajemen atau organisasinya. Yang pada hakikatnya
bermaksud untuk menjaga peningkatan akumulasi(penumpukan) keuntungan modal si
pengusaha (kaum kapitalis) dengan merampas hak-hak dari kaum buruh.
Kita benar-benar hanya dijadikan sapi perahan para pemilik modal. Penguasa dengan sangat
garangnya menjadi kepanjangan tangan alias antek dari pemilik modal. Aturan-aturan
perburuhan dibuat sedemikian rupa hingga tidak ada ruang yang membuat kaum buruh bisa
mendapatkan hak dari hasil kerjanya. Undang-undang perburuhan yang dibuat oleh pemerintah
dan partai borjuis (pemilik modal) menjerat leher buruh dengan PHK yang dipermudah, sistem
kerja kontrak dilegalkan, ijin diberikan kepada yayasan penyalur tenaga kerja/out sourcing,
jaminan kesejahterahan buruh makin hilang.
Pertanyaannya adalah kenapa kita sampai hari ini masih saja tertindas dan terampas hak-
haknya? Kenapa jumlah kita yang banyak masih kalah dengan para kapitalis yang sangat sedikit?
Kenapa setelah berpuluh tahun merdeka dari belenggu penjajahan, masih saja kaum buruh jauh
dari hidup sejahtera?
Jawabannya adalah Kita masih belum bersatu untuk melawan penindasan. Dan kita masih
tercerai berai atau tidak terorganisir dalam wadah perlawanan. Berorganisasi sebagai alat
perjuangan kaum buruh, dalam wadah serikat – serikat buruh baik tingkat pabrik, kawasan
industri, kawasan bisnis, kota industri, lingkungan tempat tinggal dan lain lain.
Dari sinilah kita, kaum buruh perlu memerhatikan dan menyadari adanya satu kebutuhan agar
bagaimana kita dapat sejajar dengan pemilik modal. Perlu suatu hubungan kesetaraan dalam
memutuskan hubungan kerja yang bersifat adil. Lalu apa yang harus dilakukan oleh kaum buruh?
Untuk mencapai tingkat kesetaraan dan kesejahteraan kaum buruh seperti di atas diperlukan
sebuah alat perjuangan bersama , yaitu dengan membangun organisasi buruh atau sering kita
sebut Serikat Buruh yang benar-benar membawa kepentingan mayoritas kaum buruh.
2
memperjuangkan hak-haknya sebagai buruh/pekerja.
Buruh/pekerja adalah orang yang bekerja dan mendapatkan upah dari kerjanya. Jadi siapapun
yang bekerja dengan tenaga, fikiran dan ketrampilannya kemudian mendapatkan upah disebut
buruh/pekerja/pegawai.
Bagaimana fungsi Serikat Buruh dan apa yang dilakukan kaum buruh atau organisasi buruh?
Kita bisa memandang ketika buruh tidak menjadi anggota organisasi serikat buruh. Pertama
ketika mengalami permasalahan ditingkat tempat kerja maka buruh secara individual akan
berhadapan dengan organisasi yang namanya perusahaan. Disana pasti buruh berhadapan
dengan management perusahaan. Yang harus diperhatikan adalah management perusahaan
adalah organisasi yang dibangun pemilik modal untuk menjalankan kepentingannya. Jadi buruh
berhadapan dengan suatu kekuatan organisasi perusahaan secara sendiri-sendiri apabila
buruh/pekerja tidak berorganisasi. Sekuat dan sevokal atau keberanian yang luar biasa
sekalipun tidak menjadi apa-apa ketika buruh sendirian berhadapan dengan perusahaan. Ada
beberapa contoh seperti dibawah ini :
Contoh pertama misalnya ada kebijakan perusahaan yang akan melakukan PHK. Apakah cukup
kuat bila kemudian buruh akan berhadapan secara sendiri-sendiri. Contoh kedua ketika buruh
meminta kenaikan upah karena kenaikan harga kebutuhan hidup semakin mahal, apakah juga
buruh sendiri-sendiri menghadap managemen kemudian menuntut agar ada kenaikan upah.
Contoh ketiga ketika pemeritah mengeluarkan kebijakan tentang peraturan upah minimum yang
ternyata jauh dari layak memenuhi kebutuhan hidup buruh dan keluarganya, apakah buruh
datang sendiri – sendiri kepemerintah untuk meminta kebijakan upah yang cukup layak untuk
memnuhi kebutuhan hidup.
Jadi kita bisa melihat secara obyektif/nyata kondisi buruh yang tidak menjadi anggota atau
tidak membangun organisasi serikat buruh/pekerja. Pertanyaan kenapa harus berserikat dan
fungsi serikat, terjawab dengan beberapa contoh tadi ketika ditempat kerja ada organisasi
serikat buruh/pekerja.
D. Kapan kita harus menjadi anggota atau mendirikan organisasi serkat buruh?
Biasanya buruh baru sadar akan pentingnya serikat buruh atau menjadi anggota serikat buruh
3
ketika menghadapi masalah yang menimpa seperti PHK, mutasi, kenaikan upah dll. Sebaiknya
menjadi anggota serikat buruh adalah begitu kita masuk kerja. Kalau belum ada serikat
ditempat kerja, kita bisa menghubungi serikat buruh yang sudah ada agar mendapat penjelasan
lebih lanjut.
***
4
Peran dan Fungsi Serikat Buruh
A. Ancaman neoliberalisme terhadap kaum buruh
Praktek neoliberalisme dalam perburuhan bisa dilihat dengan semakin flesibelnya hubungan
anatara buruh dan majikan. Fleksible artinya majikan dapat dengan sewenang –wenang
memperlakukan buruh. Dimana buruh tidak lagi memiliki status kerja yang pasti/tetap artinya
buruh harus mau dengan dibayar murah. Hubungan buruh majikan yang fleksible membuat
posisi buruh makin terdesak tidak berdaya. Hubungan kerja menjadi tidak jelas dengan praktek
outsorcing dan kerja kontrak, memaksa buruh harus menerima upah yang sangat rendah serta
kehilangan berbagai macam tunjangan dan jaminan social yang semestinya didapat sebagai
hak buruh dari perusahaan. Hal yang dimaksud fleksible oleh para pemilik modal adalah
mudahnya melakukan PHK, membayar serendah mungkin upah buruh, hilangnya status kerja
tetap dan berubah menjadi kontrak. Dan artinya keuntungan yang sangat besar didapat pemilik
modal tanpa harus peduli dengan kondisi hidup buruhnya.
Terjadinya perubahan hubungan kerja dari permanent ( kerja tetap ) menjadi kerja kontrak
waktu tertentu dan outsourcing adalah bentuk nyata dari eksploitasi dari pemilik modal
terhadap buruhnya. Semua itu tidak lepas dari peran pemerintah dalam memuluskan agenda
para pemilik modal agar keuntungan yang diperoleh semakin besar, dengan tidak
memperhatikan hak buruh untuk tetap eksis sebagai manusia.
Hubungan kerja yang fleksibel ( kontrak dan outsourcng ) membuat masa depan buruh dan
keluarganya menjadi semakin tidak menentu. Karena secara langsung akan mengurangi tingkat
kesejahterahan ( upah murah ). Upah, kerja target, kontrak dan outsorching, keselamatan kerja,
kesejahterhan keluarga buruh, kesehatan-pendidikan-perumahan keluarga buruh menjadi
masalah yang nyata dan pemilik modal lari dari tanggung jawab itu. Alasan bahwa kerja kontrak
dan outsourcing akan membuka lapangan kerja adalah pembohongan terhadap rakyat dan
dilakukan secara sistematis oleh pemerintah atas perintah para pemilik modal. Yang terjadi
adalah barisan tenaga kerja murah yang siap dieksploitasi. Bukanya pembukaan lapangan kerja,
karena tidak ada pabrik baru atau lapangan kerja baru.
Peran pemerintah yang harusnya melindungi kepentingan rakyat mayoritas ( buruh ), malah
sebaliknya lebih memihak para pemilik modal. Keadilan yang harus ditegakkan dipelintir oleh
Undang-undang ketenaga kerjaan pesanan pemilik modal.
B. Kesejahterahan vs eksploitasi
Pernyataan Umum Hak Asasi Manusia Perserikatan Bangsa-bangsa menyatakan bahwa “setiap
orang berhak untuk menjalankan kehidupan yang layak, dan berhak atas kebebasan serta
keamanan.” Dan UUD 1945 menyatakan bahwa “setiap warga negara berhak atas pekerjaan dan
penghidupan yang layak.”
Hampir setengah abad sudah kedua pernyataan diatas dikumandangkan. Namun sampai hari
ini buruh masih sangat jauh dari penghidupan yang layak. Kita bisa melihat kenyataan dibanyak
5
tempat kantong – kantong industri. Bagaimana kehidupan buruh yang sangat memprihatinkan.
Tempat tinggal yang berdesakan, kesehatan yang tidak mamu dijangkau karena mahal, anak-
anak buruh tidak mampu sekolah. Belum lagi hubungan dalam keluarga yang semakin tidak
harmonis karena buruh harus kerja target dan lembur sehingga waktu untuk keluarga tidak ada.
Upah murah adalah bentuk nyata dari tidak bertanggung jawabnya pemerintah terhadap cita-
cita luhur yang tertulis dalam UUD 45. ketika tingkat kesejahterahan yang diterima oleh buruh
masih jauh dari keadilan maka masalah dalam perburuhan tidak akan pernah sepi dari konflik.
Karena upah akan berimbas pada aspek kehidupan keluarga buruh dalam menjalankan
eksistensinya pada kehidupan social.
Ketika kaum buruh menuntut kesejahterahannya, maka itu dianggap konflik. Kemudian
perusahaan akan dengan mudahnya mengatakan sudah tidak harmonis lagi hubungan
industrialnya maka terjadilah PHK. Mereka pemilik modal mengaburkan masalah yang
sebenarnya tentang masalah kesejahterahan buruh, agar mereka selalu lepas dari tanggung
jawab dalam memberikan kesejahterahan bagi buruhnya.
6
kesejahteraan dapat tercapai oleh Rakyat.
7
serikat buruh untuk kritis terhadap semua kebijakan pemerintah yang berkaitan dengan
kepentingan kaum buruh. Para pemilik modal akan selalu memaksakan agar apa yang menjadi
tujuan utama yaitu mendapat untung sebesar-besarnya tidak terganggu dengan tuntututan
kesejahterahan buruh yang akan mengurangi keuntungan mereka.
Alat pemersatu kaum buruh
Serikat buruh adalah alat pemersatu kaum buruh. Disatu perusahaan ketika belum ada
organisasi pasti menjadi sulit dalam memperjuangkan kesejahterahan. Buruh masih tercerai
berai tanpa tahu akan apa yang sejatinya harus diperjuangkan. Sebagai alat pemersatu, maka
pengurus, buruh maju dan para penggerak organisasi harus memahami manajemen organisasi,
tujuan, tidak ego, tidak feudal dan mengabdikan kehidupannya pada kepentingan organisasi.
***
8
MANAJEMEN ORGANISASI GERAKAN
- SERIKAT BURUH -
Bagaimana organisasi buruh mulai terbangun dari tempat kerja (pabrik); Pertama, organisasi
buruh yang memiliki sistem manajemen yang baik pula. Manajemen Organisasi selalu menjadi
pilar utama dalam organisasi apapun. Dalam menjalankan manajemen organisasi yang menjadi
pilar pokok adalah :
1. Kepemimpinan (Kolektifitas)
2. Administrasi Organisasi dan Manajemen Kantor
3. Perluasan Struktur
A. Manajemen Organisasi
Manajemen organisasi dalam pengertian adalah menata dan mengatur (memenej) kinerja
organisasi . Dengan memahami dan mengerti secara penuh manajemen organisasi maka akan
bisa melahirkan “langgam kerja” organisasi yang disiplin dan dinamis. Manajemen kerja
dengan kualitas baik akan mencapai hasil yang baik. Begitu pula sebaliknya, manajemen kerja
yang berkualitas rendah tidak akan mencapai hasil yang optimal. Dalam setiap organisasi,
umumnya proses manajemen kerja tersebut melingkupi hal-hal sebagai berikut;
1. Perencanaan
Perencanaan terhadap sebuah aktifitas lahir dari sebuah kondisi obyektif dan subyektif
organisasi. Atau dengan kata lain, tindakan yang dilakukan tersebutharus disesuaikan dengan
kebutuhan gerakan secara umum dan kondisi organisasi. Oleh karena rencana dibuat secara
matang dengan memperhitungkan dampak-dampak yang akan ditimbukan kemudian terhadap
organisasi dan terhadap gerakan buruh. Apakah akan berdampak positif atau negatif?
2. Pengorganisasian
Proses selanjutnyaadalah pengorganisasian terhadap rencana kerja yang telah ditetapkan
tersebut. Yang dimaksud dengan pengorganisasian di sini adalah menyiapkan struktur dan
infrastruktur sesuai dengan kebutuhan rencana aktifitas yang akan dilaksanakan. Di sini
dibutuhkan ketetapan dalam memilih orang-orang yang tepat ditugaskan dalam posisi yang
tepat, atau sesuai dengan kemampuan.
3. Pelaksanaan
Pelaksanaan dari program kerja yang telah ditetapkan sedapat mungkin harus melibatkan/
9
mengefisiensikan seluruh strutur yang ada, serta mengaktifkan anggota yang tidak berada di
luar struktur tersebut dimaksudkan untuk memancing potensi kawan-kawan anggota yang aktif
di organisasi.
4. Pengawasan
Arti pengawasan terhadap pelaksanaan program tersebut adalah berkaitan dengan pembagian
kerja yang dilakukan. Umumnya yang terjadi pengawasan dilakukan dari atas ke bawah.
Pengawasan ini dilakukan untuk meminimalisir kesalahan atau keadaan lain yang tidak
dikehendaki.
5. Evaluasi
Tahapan evaluasi ini merupakan peninjauan kembali terhadap seluruh kerja yang telah kita
lakukan. Dari evauasi ini kita akan dapat melihat kelebihan atau kekurangan dari agenda yang
telah dijalankan, sehingga dapat melakukan pembenahan-pembenahan dalam pelaksanaan
selanjutnya, hal-hal yang perlu dievaluasi adalah;
10
yang panjang. Sehingga kita tidak dapat menilai hasil kerja dari program kerja tersebut
dalam waktu yang singkat. Contoh; Program Kaderisasi, Program Peningkatan
Kesejahteraan, dll.
b. Program jangka menengah dilaksanakan antara enam sampai satu tahun. Program
jangka menengah umumnya tidak berbeda dengan program jangka panjang. Mengenai
bentuk program dengan jangka waktu menengah tidak dapat ditentukan secara aku.
Meskipun begitu, ada bebrapa jenis kegiatan yang dapat dijalankan dengan waktu jangka
menegah.
c. Program jangka pendek biasanya merupakan sebuah program yang dapat diselesaikan
dalam waktu singkat (1-3 bulan), mulai dari persiapan sampai penyeleseian. Akan tetapi
perlu diingat, bahwa jangka panjang dan jangka menengah, ia merupakan bagian integral
(kesatuan) yang dapat mendukung kesuksesan program jangka panjang dan menengah.
Contohnya; Program Selebaran, dan Program Aksi Massa.
Menurut bidang kerjanya, program dibagi menjadi dalam tiga kategori, yakni; Program
Keorganisasian, Program Politik, dan Program Teori dan Propaganda. Namun sekali lagi,
pembagian dalam bidang kerja ini tidak berarti memisahkan antara satu kategori program
dengan kategori lainnya;
a. Program Keorganisasian. Program organisasi meliputi kerja-kerja yang berhubungan
dengan pengembangan struktur dan keanggotaan secara kuantitatif. Kebutuhan lainnya
adalah dalam hal infrastruktur organisasi yang diperoleh dari penggalangan logistik
organisasi secara profesional.
b. Program Politik. Program politik menampilkan sikap organisasi dalam menyikapi setiap
perkembangan situasi perburuhan. Tujuan dari program politik adalah untuk
meningkatkan kesadaran dalam berpolitik kaum buruh, sekaligus membangun kekuatan
politik demokratis yang berhadapan dengan kepentingan kaum penindas.
c. Program teori dan propaganda. Jelas program ini dimaksudkan untuk meningkatkan
kemampuan teoritis anggota serta melakukan propaganda ke dalam dan ke luar tentang
segala hal yang berhubungan dengan organisasi.
Menyusun Strategi
Setelah mampu melihat secara mendalam serta menata organisasi perlu kiranya kita menyusun
strategi ke depan organisasi kita dengan melandaskan pada tujuan-program umum serta
mekanisme organisasi hasil kongres. Merancang strategi ini harus dipadukan dengan
pengalaman kawan-kawan dalam bekerja di organisasi. Nah, kita perlu melihat dulu :
Siapa (pihak mana) yang paling menentukan dalam tercapainya tujuan kita?
Siapa (pihak mana) yang paling menentukan dalam menghambat/menghalangi tujuan
kita?
11
Siapa (pihak mana) dari luar organisasi yang berpeluang membantu kita?
Siapa (pihak mana) dari luar organisasi yang berpeluang merintangi kita?
Sejauh mana mereka berani mengambil resiko dalam membantu kita?
Sejauh mana mereka berani mengambil resiko dalam merintangi kita?
Apa kekuatan mereka?
Apa kelemahan mereka?
Alat Politik apa yang sesuai untuk mencapai tujuan kita?
Apa saja sumber daya yang diperlukan untuk mencapai tujuan kita?
Berapa besar dan berkualitas sumber daya yang diperlukan?
(2). Struktur
Pelaksanaan program dalam manajemen kerja membutuhkan pembagian tugas serta
koordinasi antara setiap petugas atau perangkat. Untuk itu, pada tahap awal dibutuhkan
pemahaman oleh setiap anggota kelompok terhadap hal-hal berikut ini;
Tugas apa saja yang harus dikerjakan ?
Bagaimana menjalankan tugas tersebut ?
Berapa waktu yang dibutuhkan ?
Siapa saja yang akan menjadi patner kerja ?
Bentuk hubungan seperti apa yang akan dilakukan dengan patner kerja tersebut ?
Struktur organisasi disesuaikan dengan kebutuhan program kerja. Jadi setelah kita menetapkan
sebuah program kerja, kita akan mengorganisasikan sebuah bentuk struktur yang sanggup
menjalankan program tersebut. Dengan tetap memerhatikan faktor subyektif. Untuk program
kerja jangka panjang, yang merupakan satu kesatuan kerja dalam organisasi maka struktur
yang dibutuhkan adalah sebuah struktur yang permanen. Sedangkan untuk program jangka
pendek dapat menggunakan struktur yang tidak permanen/sementara.
a. Struktur Permanen
Struktur permanen adalah struktur yang dibentuk dalam forum tertinggi organisasi untuk
menjalankan program-program yang telah ditetapkan dalam waktu jangka panjang.
Struktur permanen ini diseragamkan dari level yang paling bawah sampai tingkat yang
paling atas sesuai dengan kebutuhan dan perkembangan organisasi.
b. Struktur Sementara
Struktur sementara adalah struktur yang dibentuk di luar struktur permanen untuk
menjalankan sebuah aktifitas program yang bersifat sementara dalam jangka waktu
pendek. Struktur sementara ini dibentuk sebagai penopang struktur permanen. Meskipun
berbeda dengan struktur permanen, struktur sementara tidak berjalan sendiri, struktur
sementara harus tetap berada dalam koordinasi struktur permanen. Contoh; Struktur
12
Perangkat Aksi, Struktur Panitia Kongres, dll.
Kelengkapan dari struktur disetiap tingkatan akan sangat membantu dalam menjalankan
program-program organisasi, begitu pula sebaliknya, bolongnya sebuah struktur akan
mengakibatkan ketidakseimbangan dalam menjalankan program kerja.
13
uang masuk.
D. Satu tanda bukti-bukti penerimaan (kuitansi) diperkenankan untuk berbagai pengeluaran
dengan tandatangan dari pihak yang menerima uang dan satu pernyataan jelas tentang
penggunaannya.
E. Bendaharawan serikat adalah administratur utama dana-dana serikat. Bagaimanapun juga,
dia dapat dibantu oleh anggota-anggota dari komite keuangan.
Dokumentasi rapat dan keputusan organisasi serta dokumentasi kegiatan kerja menjadi
penting untuk melakukan evaluasi kerja dan capaian organisasi baik secara kuantitas maupun
kualitas. Karena dari evaluasi itulah kita akan mendapatkan jalan keluar dan menetapkan
program-program baru organisasi dalam kerangka perbaikan. Begitu pentingnya penertiban dan
pendisiplinan dokumentasi rapat, juga untuk kepentingan kerahasiaan organisasi dalam hal
program, startegi taktiknya.
Dokumentasi data anggota atau pendataan anggota menjadi sangat penting, karena akan
berkaitan erat dengan memahami dan mengerti secara benar akan kekuatan dan kelemahan
internal organisasi. Kekuatan dan kelemahan internal ini akan menjadi pijakan dalam membuat
program sekaligus untuk memahami peluang yang dimiliki. Maka pendataan anggota (dalam
hal ini juga KTA) harus sistematis dari semua level organisasi. Pendataan anggota ini akan
berkaitan erat dengan penggalangan iuran dan mencari peluang pencarian dana. Pun, dalam hal
ini akan berkaitan dengan penyelesaian atau penanganan kasus yang dihadapi anggota.
Bagaimanapun, kasus yang dihadapi bila terdokumentasi dengan baik maka akan menjadi
pelajaran bagi semua anggota organisasi, dan menjadi catatan sejarah organisasi.
14
E. Penguatan dan perluasan struktur
Penguatan Organisasi dalam pengertian adalah organisasi mampu menjawab kebutuhan
anggota melalui program kerja organisasi yang dijalankan oleh pimpinannya serta mampu
menjawab setiap tantangan yang dihadapi dan mampu menyikapi peluang-peluang yang datang.
Perluasan Struktur adalah organisasi mampu mengembangkan dirinya baik secara ide, issue,
dan program serta ditandai dengan menambahnya anggota dan basis pengorganisasiannya
termasuk jaringan atau kerjasama dengan organisasi sekawan maupun lintas sektor.
Perluasan Struktur organisasi menjadi penting karena ukuran keberhasilan program organisasi
bisa diterima oleh massa atau tidak adalah dari berkembangnya struktur organisasi, dalam hal
ini menambahnya anggota dan basis serta diterimanya program organisasi oleh kelompok lain,
atau organisasi lain maupun oleh massa di luar organisasi kita.
Keberhasilan perluasan struktur organisasi ditentukan oleh hal point 1 (satu) yakni
kepemimpinan organisasi. Nah, dalam hal perluasan struktur ini ada 2 (dua) hal yang bisa kita
jadikan ukuran kerja, dan menjadi kewajiban kerja organisasi, yakni; mengorganisir
(mengorganisasikan massa anggota, menambah anggota) untuk menambah kekuatan internal
organisasi dan Aliansi (sebagai perjuangan ekstern/keluar) untuk menambah kekuatan
perlawanan dan propaganda program organisasi.
F. Membangun Aliansi
1. Tujuan
Aliansi yang dibangun harus mempunyai tujuan yang jelas agar dapat dimengerti oleh para
organisasi yang tergabung di dalamnya. Sehingga dalam pelaksanaan di lapangan, dalam hal
sosialisasi kepada anggota dan masyarakat umum, dapat dengan mudah dilakukan dan fokus
pada tujuan yang telah disepakati bersama. Contoh tujuannya adalah persatuan SB dalam
bentuk aliansi. Seiring dengan berjalannya waktu, aliansi bisa diarahkan ke dalam bentuk
kualitas yang lebih maju, misalnya dalam bentuk konfederasi atau partai.
2. Landasan dasar (platform )
Layaknya sebuah rumah yang memiliki pondasi, demikian juga halnya dengan sebuah aliansi
yang harus memiliki sebuah kesepakatan umum yang mengikat pihak-pihak yang tergabung di
dalamnya. Hal ini penting agar sebuah aliansi memiliki batasan-batasan yang jelas dalam hal
dia bergerak (dalam hal akan memperluas/membatasi aliansi). Ini juga akan memperjelas
aliansi tersebut dalam menggapai tujuannya.
3. Strategi dan Taktik (Stratak)
Aliansi harus memiliki cara-caranya sendiri dalam mencapai tujuan yang diinginkan. Hal ini
harus diingat pula bagaimana stratak harus bisa diterima oleh massa tanpa membuat
kebingungan-kebingungan yang tidak perlu. Maka sebelumnya harus diketahui terlebih dahulu
kondisi subyektif (massa) sehingga stratak dapat dilaksanakan di lapangan.
15
4. Program Kerja Bersama
Aliansi yang sesungguhnya tidak akan terjadi bila para pihak tidak terkondisikan untuk
melakukan kerja secara bersama-sama. Proses ini penting pula untuk mempertemukan para
anggota yang berada di tingkat basis yang menjadi ujung tombak dalam sebuah aliansi. Selain
itu, kerja bersama berguna agar aliansi dapat berumur panjang, tidak bubar ketika aksi selesai.
5. Aturan Main (Mekanisme)
Alur di dalam sebuah aliansi harus diatur karena persoalan sepele seperti ini seringkali
diabaikan sehingga membuat aliansi menjadi berjalan tersendat. Seperti mekanisme rutin
dalam melakukan rapat harus dilakukan agar masing-masing pihak dapat melontarkan pikiran-
pikirannya, melakukan evaluasi, mengambil keputusan dan langkah lanjutan yang harus
dilakukan. Penilaian ke dalam tubuh aliansi sangat penting dilakukan pada saat evaluasi.
Karena hal ini dapat menilai organisasi mana yang masih berkomitmen dan mana yang tidak.
Begitu pula halnya dengan koordinasi di antara mereka dalam mengkomunikasikan hal-hal yang
sifatnya perlu direspon dengan cepat.
6. Pembacaan Situasi
Hal ini penting dilakukan agar aliansi dapat membaca situasi yang tengah berkembang secara
cepat dan obyektif. Karena dalam sebuah isu, perubahan kerap cepat terjadi dan
mempengaruhi anggota-anggota aliansi. Tidak heran bila ada anggota aliansi yang coba
menggerogoti persatuan yang sudah terbangun di dalam aliansi.
***
Kepemimpinan dalam Serikat Buruh
Kita sering terjebak memahami dan mempraktekan kepemimpian dalam berorganisasi. Banyak
contoh hancurnya organisasi Karena kepemimpinan dalam organisasi yang tidak berjalan
sebagaimana mestinya. Praktek kepemimpinan organisasi yang salah membuat Organisasi
hanya dijadikan kendaraan kepentingan segelintir individu. Individu yang mendapatkan mandate
sebagai ketua atau pengurus sering mengartikan bahwa semua jalannya organisasi harus
berjalan sesuai dengan kemauan hati-pikirannya.
Kepemimpinan dalam organisasi Gerakan, khususnya Serikat Buruh adalah kolektif , yakni
dilakukan oleh segenap pimpinan/pengurus dari masing-masing level dengan dipandu oleh
program organisasi. Maka Kepemimpinan yang baik bukanlah individual tetapi dipandu dengan
perencanaan, pembagian tugas atas dasar analisa kondisi obyektif, dan subyektif serta evaluasi
melalui rapat-rapat organisasi yang sesuai dengan keputusan dan kebutuhan organisasi.
A. Kolektivitas
Memahami praktek kolektivitas bukanlah dengan tahu sama tahu antar aktifis atau pengurus,
namun harus dibangun mekanisme kolektivitas dalam organisasi. Kolektivitas bukanlah
konspirasi yang tidak ada landasan prinsip dan hanya mengandalkan pembenaran-pembenaran
16
untuk keuntungan segelintir orang. Kolektifitas dibutuhkan kepercayaan antar individu, tetapi
kepercayaan yang terukur oleh praktek kerja dan komunikasi. Kolektivitas didasarkan pada
demokrasi internal organisasi yang disandarkan pada tujuan, prinsip, program dan mekanisme
organisasi.
Kolektivitas memerlukan sebuah pemahaman teoritis dan praktek yang seimbang terhadap
tujuan dan prinsip serta program taktik organisasi, maka kader yang maju serta aktif dalam
organisasi bisa mengarahkan anggota tepat dalam bekerja di organisasi. Bukan lagi intrik, isu
atau sentimen pribadi yang dikembangkan dalam menjalankan organisasi. Atau kolektivitas
yang salah sehingga menjadi patron, atau bahkan membangun sebuah komunitas sekte yang
hanya mengandalkan kepercayaan tanpa rasionalisasi ilmiah. Maka kolektivitas yang kita
bangun harus mendasarkan pada :
Minoritas tunduk pada mayoritas, dengan tetap menjunjung tinggi azas demokrasi dan
perlindungan terhadap minoritas. Ide/pikiran/usulan minoritas tetap harus dinilai dan
diperdebatkan, apabila sesuai kondisi maka harus dijadikan sebuah kesepakatan untuk
dijalankan. Pun keputusan mayoritas. Sehingga tidak terjadi tirani mayoritas (mayoritas
memaksakan kehendak tanpa sesuai kondisi dan kebutuhan organisasi).
Kepentingan individu dan mayoritas tunduk pada kepentingan organisasi
Adanya forum-forum organisasi untuk melakukan kritik oto kritik dan evaluasi kerja.
Mendasarkan atas kondisi obyektif dan subyektif untuk melahirkan program, taktik-
strategi dan isu-isu perjuangan.
Kolektivitas dipraktekkan dalam rapat-rapat organisasi untuk melakukan analisa, perencanaan,
pembagian tugas dan evaluasi. Rutinitas dan terjadwalnya rapat organisasi di semua level
organisasi adalah awal untuk kita membenahi organisasi, dan memeriksa kesalahan maupun
kelemahan untuk dijadikan bahan memperbaiki dan memperkuat organisasi ke depan sehingga
cita-cita dan tujuan organisasi tercapai.
17
budaya, politik, dan jenis kelamin.
Prinsip-prinsip kepemimpinan dalam serikat buruh akan berjalan, namun ini menuntut
kesadaran para pemimpin (pengurus serikat) dalam menjalankan serikat. Jika pemimpin
serikat mempunyai kesadaran dan menjunjung tinggi prinsip yang ada, maka peran
anggota serikat akan merasa nyata. Dengan kata lain, bahwa keberadaan serta keaktifan
anggota merupakan tolak ukur kekuatan sebuah serikat buruh, dengan didukung oleh
faktor kapasitas dan kualitas para pemimpin dalam kepemimpinannya, dan kapasitas dan
aktifitas yang dipimpinnya yaitu anggota.
Pemimpin serikat buruh yang baik harus mempunyai kedisiplinan yang sangat kuat
terhadap kepemimpinannya. Memegang teguh ideologi organisasi serikat, mempunyai
intelegensi, dan analisa yang tajam terhadap situasi dan kondisi baik secara internal
organisasi maupun eksternal organisasi yang bersifat akan merugikan buruh dan
mengancam serikat buruh. Kepemimpinan serikat buruh mengacu pada metode
kepemimpinan yang bersifat demokratis, tidak membedakan gender, terbuka, dan aspiratif
serta konsisten terhadap AD/ART.
Kepemimpinan yang mampu memanage organisasi dan kerja-kerja kolektif serikat buruh
juga bisa mengalami kemunduran jika diawali dengan ketidak-konsitenan para
pemimpinnya, ketika kemudian mereka tidak hanya memikirkan serikatnya. Tetapi juga
mulai berpikir bergabung dalam, dan atau mendirikan organisasi politik untuk mencapai
tujuan perjuangan kaum buruh.
Dalam menjalankan prinsip di atas, maka kepemimpinan dimanifestasikan (dipraktekkan)
dalam pengambilan keputusan yang kolektif melalui rapat-rapat organisasi. Jenis-jenis rapat
disesuaikan dengan bobot/kualitas keputusan yang akan diambil, seperti: kongres, rapat pleno,
rapat koordinasi, rapat departemen/divisi atau bidang, rapat harian, dan diskusi situasi nasional,
dll.
Rapat-rapat ini berfungsi untuk melakukan perencanaan dengan melakukan analisa kondisi
obyektif dan subyektif, pembagian tugas dan evaluasi. Apabila rapat dan pelaksanaan dari hasil
rapat tersebut bisa dijalankan dengan konsisten (dalam hal ini bisa dilihat dari evaluasinya)
maka langgam kerja organisasi akan terbangun dengan disiplin dan dinamis. Rapat yang teratur
dan pelaksanaan yang konsisten akan membangun Langgam kerja yang displin dan dinamis
maka melahirkan kepemimpinan kolektif yang kuat, bukan individual. Kepemimpinan kolektif
yang kuat maka akan terjadi penguatan organisasi secara menyeluruh.
Yang masuk dalam Kepemimpinan lainnya adalah kaderisasi. Dari mulai proses rekrutmen dan
peningkatan kapasitas anggota/kader (melalui Pendidikan) dan pembagian tugas adalah
masuk dalam sistem kepemimpinan itu sendiri. Dengan kaderisasi yang sisematis maka
organisasi tidak akan pernah kering kader dan pikiran-pikiran baru. Maka jenjang pindidikan dan
didokumentasikannya pendidikan menjadi penting agar bisa menilai kader yang bisa diberi
beban tugas sesuai kemampuannya serta meningkatkan kemampuan kader-kadernya. Dengan
18
kaderisasi maka dominasi orang lama dan pikiran lama bisa diperbaiki serta memperkuat
posisi organisasi dalam percaturan yang penuh persaingan antar organisasi itu sendiri. Kualitas
organisasi bisa diukur dari salah satunya kualitas praktek dan teori kadernya.
C. Mengoreksi Organisasi
’’ORGANISASI YANG MAJU BUKANLAH ORGANISASI YANG TANPA KESALAHAN, TETAPI ORGANISASI YANG MAU
MENGOREKSI KESALAHAN-KESALAHANNYA DAN TIDAK MENGULANGI KESALAHAN SERUPA.”
Organisasi apapun tiada tanpa kesalahan, sekecil apapun pasti memiliki kesalahan tinggal
bagaimana kita melihat dengan cara yang benar dan memperbaikinya dengan cara yang benar
juga. Persoalan atau kesalahan organisasi tidak melulu dalam program atau satrategi dan
taktik tetapi bisa juga konflik-konflik antar individu. Mengoreksi organisasi adalah bagian dari
Kepemimpinan itu sendiri. Nah, tentu kita perlu sedikit urai untuk bisa kita berdiskusi dan
berpraktek dengan mendalam :
19
merupakan keputusan tertinggi agar tidak keluar dari tujuan dan kesepakan dan program
yang telah dijadikan keputusan.
Dalam melakukan kritik serta evaluasi kerja juga harus menempatkan semua
pengalaman berorganisasi antar personal apapun jabatannya adalah sama . Tidak ada
yang mendominasi serta tidak ada yang lebih “hero” dalam menjalankan kerja organisasi.
Apabila dominasi serta membedakan pengalaman berorganisasi jadi ukuran, maka akan
muncul penghakiman terhadap orang-orang baru serta ini tidak mendidik, karena akan
banyak orangdown serta menjadi tidak lagi mau berorganisasi.
Tempatkan Kritik serta evaluasi sesuai level organisasi , artinya tempatkan proporsi
organisasi dalam melakukan kritik. Wilayah federasi atau basis dan seterusnya harus
dibedakan. Bahwa ada keterkaitan serta saling hubungan diantaranya adalah benar
namun tidak dicampur adukkan.
20