NIM : 19313107
1. Jawaban :
a. Kesepakatan kolektif atau collective bargaining adalah proses perundingan antara
serikat pekerja yang mewakili para pekerja dengan pengusaha untuk mencapai
kesepakatan kolektif mengenai upah, jam kerja, kondisi kerja, dan seperangkat aturan
yang mengatur hubungan kerja antara pengusaha dengan pekerja. Tujuan collective
bargaining menurut Neil W Chamberlain dan Jame W Kuhn awalnya adalah hanya
untuk proteksi/perlindungan tenaga kerja yang kemudian diperluas dengan satu tujuan
lagi yaitu partisipasi hubungan ketenagakerjaan. Partisipasi dalam hubungan
ketenagakerjaan sangatlah penting dan dikatakan sebagai salah satu tujuan dari
diadakannya hubungan ketenagakerjaan. Partisipasi ini tidak hanya menyangkut
bidang yang berhubungan dengan transaksi ekonomi semata, melainkan juga
berkaitan dengan pemenuhan kebutuhan psikologi, martabat kemanusiaan dan nilai-
nilai masyarakat demokratis. Berdasarkan argument tersebut, berserikat sangat
berguna untuk dapat mencapai keseimbangan yang terbaik antara efisiensi, keadilan
dan hak suara dibandingkan dengan mekanisme alternatif lain. Jika tidak ditemukan
titik
penyelesaian seringkali persoalan diselesaikan dengan demo, pemogokan, boikot dan
arbitrase. Keputusan akhir dari collective barganinig ini harus mengacu kepada
kepentingan perusahaan dan kesejahteraan pekerja.
b. perjanjian kerja bersama mempunyai hubungan yang erat dengan kinerja pegawai,
yang tercermin dari kepuasan yang diperoleh pegawai, seperti terwujudnya hak-hak
pegawai terutama dalam hal upah dan tunjangan dalam bekerja. Menurut pernyataan
di atas, sehingga bisa ditarik hipotesis. a sistem perjanjian kerja dapat berpengaruh
positif dan signifikan terhadap kinerja karyawan. Dikatakan bahwa jika kesepakatan
kerja dicapai oleh pihak masing-masing, sehingga antar pihak dapat melaksanakannya
dengan baik, maka akan terbentuk dalam psikologi karyawan berupa kepuasan kerja,
yang berefek bagus terhadap kualitas pekerjaan tenaga kerja. Rivai (2010).
Pluralisme Serikat Pekerja (SP) yang ada saat ini, yaitu dengan berdirinya SP di
tingkat nasional belum diikuti oleh kesadaran mengenai hakekat berserikat. Banyak
pekerja yang manjadi anggota SP yang tidak memahami fungsi, tujuan, hak dan
kewajiban SP. Belum semua SP di tingkat Perusahaan memiliki kemandirian dan
independensi berhadapan dengan pihak manajemen perusahaan. Fungsi bargaining
belum terlaksana apalagi pekerja senatiasa dibayangi ketakutan akan di –PHK apabila
menolak kebijakan pihak manajemen. Perjanjian Kerja Bersama (PKB) yang telah
dibakukan dalam implementasinya seringkali belum dipatuhi. Apalagi jika isi PKB
dinilai lebih rendah dari peraturan perundangan yang ada. Sebagai contoh adalah
keengganan pengusaha melaksanakan ketentuan upah
sebagaimana dirumuskan dalam PKB. Pengusaha hanya berpatokan pada kisaran
upah minimum yang telah ditetapkan pemerintah. Serikat Pekerja yang kuat sebagai
wakil pekerja dalam melakukan bargaining dengan mitra kerja masih belum terwujud
secara baik. Padahal sangat dipahami bahwa collective bargaining hanya dapat
terlaksana sebagaimana mestinya apabila ada niat baik dari para pihak yaitu
perusahaan dan pekerja untuk menghasilkan kesepakatan yang terbaik bagi kedua
belah pihak.
2. Jawaban :
a. Serikat kerja adalah organisasi yang didirikan oleh pekerja dengan tujuan agar
pekerja memiliki kekuatan tawar menawar yang lebih besar terhadap pengusaha
dalam memperjuangkan perbaikan hak-haknya dan kesejahteraannya. Tujuan
berdirinya Serikat Pekerja adalah: memberikan perlindungan, pembelaan hak dan
kepentingan, serta meningkatkan kesejahteraan yang layak bagi pekerja dan
keluarganya.
Tujuan berdirinya Serikat Pekerja adalah: memberikan perlindungan, pembelaan hak
dan kepentingan, serta meningkatkan kesejahteraan yang layak bagi pekerja dan
keluarganya.
Sebagai pihak/wakil pekerja dalam pembuatan perjanjian kerja bersama dan
penyelesaian perselisihan industri, Sebagai sarana menciptakan hubungan industrial
yang harmonis, Sebagai sarana penyalur aspirasi dalam memperjuangkan hak &
kepentingan
anggotanya.
b.