Prinsip hubungan industrial didasarkan pada persamaan kepentingan semua unsur atas
keberhasilan dan kelangsungan perusahaan. Dengan demikian, hubungan industrial
mengandung prinsip-prinsip berikut ini:
Pertama, pengusaha dan pekerja, demikian pula pemerintah dan masyarakat pada
umumnya, sama-sama memiliki kepentingan atas keberhasilan dan keberlangsungan
perusahaan. Oleh sebab itu pengusaha dan pekerja harus mampu untuk melakukan tanggung
jawabnya secara maksimal dalam melaksanakan tugas dan fungsinya sehari-hari. Pekerja atau
serikat pekerja harus dapat membuang jauh-jauh kesan bahwa perusahaan hanya untuk
kepentingan pengusaha. Demikian pula pengusaha harus menempatkan pekerja sebagai
partner dan harus membuang jauh-jauh kesan memberlakukan pekerja hanya sebagai faktor
produksi.
Kelima, perlu dipahami pula bahwa tujuan dari pembinaan hubungan industrial adalah
menciptakan ketenangan berusaha dan ketentraman dalam bekerja supaya dengan demikian
dapat meningkatkan produktivitas perusahaan. Untuk itu masing-masing pihak, perusahaan
dan pekerja harus mampu menjadi mitra sosial yang harmonis, masing-masing harus mampu
menjaga diri agar tidak terjadi masalah dan perselisihan. Seandainya pun terjadi perbedaan
pendapat, perbedaan persepsi dan perbedaan kepentingan, haruslah diselesaikan secara
musyawarah mufakat, secara kekeluargaan tanpa mengganggu proses produksi. Karena setiap
gangguan pada proses produksi akhirnya akan merugikan bukan hanya bagi pengusaha,
namun juga bagi pekerjaan itu sendiri maupun masyarakat pada umumnya.