Serikat Pekerja adalah upaya para pekerja dan badan – badan di luar perusahaan
(serikat buruh atau asosiasi) untuk bertindak sebagai satu kesatuan ketika
berhubungan denan manajemen mengenai masalah – masalah yang berkaitan
dengan pekerjaan mereka. Biasanya mencoba memperluas pengaruhnya ke
dalam wilayah lain manajemen seperti penjadwalan kerja, penyusunan standar
kerja, desain ulang pekerjaan, dan pengenalan peralatan dan metode baru.
TUJUAN SERIKAT PEKERJA MANAJEMEN
Tujuan Serikat Pekerja adalah memberikan hak – hak yang secara hukum tidak
dapat diperoleh tanpa adanya serikat buruh, membantu perusahaan melalui
konsep upah atau kerjasama dalam usaha – usaha bersama di pekerjaan,
meningkatkan dan menjamin keamanan individual dari ancaman dan situasi
yang bisa muncul karena fluktuasi pasar, perubahan teknologi atau keputusan
manajemen, mempengaruhi hubungan kekuasaan dalam sistem sosial dengan
cara-cara yang mendukung, memajukan kesejahteraan semua pihak yang
bekerja untuk kehidupan baik anggota ataupun bukan, menciptakan mekanisme
untuk menangkal penggunaan kebijakan yang sewenang-wenang di tempat
kerja
PERAN SERIKAT PEKERJA
Fungsi Serikat Pekerja menurut UU No.21 tahun 2000 mengenai Serikat Buruh/Serikat
Pekerja, dalam ayat (1)
Serikat Pekerja/ Buruh, Federasidan Konfederasi Serikat Pekerja/Buruh mempunyai fungsi:
1. Sebagai wakil pekerja/buruh dalam lembaga kerja sama di bidang ketenagakerjaan
sesuai tingkatnya.
2.Sebagai sarana penyalur aspirasi dalam memperjuangkan hak dan kepentingan
anggotanya.
3.Sebagai pihak dalam pembuatan perjanjian kerja bersama dan penyelesaian perselisihan
industrial.
4.Sebagai sarana menciptakan hubungan industrial yang harmonis, dinamis, dan
berkeadilan sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
TIPE - TIPE SERIKAT PEKERJA
1. Mandiri
2. Demokratis
3. Bebas
4. Bertanggung jawab
KEGUNAAN ATAU MANFAAT SERIKAT PEKERJA.
Serikat buruh pada awalnya dibentuk sebagai jawaban terhadap eksploitasi dan
penyalahgunaan pekerja oleh manajemen. Untuk memahami nengapa para
pekerja emutuskan untuk masuk atau tidak masuk serikat buruh. Keputusan
untuk Bergabung dengan Serikat Buruh. Tiga kondisi yang berdiri sendiri
mempengaruhi dengan kuat keputusa pekerja untuk masuk serikat buruh, yaitu
ketidakpuasan, kurangnya kekuasaan dan instrumentalitas serikat buruh.
STUDI KASUS
Konflik internal antara dewan
direksi rumah sakit dan beberapa
karyawan manajemen di RS
Sumber Waras. Dimulai sejak
Desember Tahun 2012, yang
diawali dengan niat sekelompok
karyawan yang berkeinginan
membentuk serikat pekerja,
selain serikat pekerja tingkat
perusahaan.
Menurut pengakuan Abraham
Tedjanegara, Direktur Umum dan
Sumber Daya Manusia Rumah
Sakit Sumber Waras, pada saat itu,
situasi finansial RS dalam keadaan
defisit. Pasien kelas 3 hanya
berjumlah 40 orang, sedangkan
jumlah seluruh karyawan ada 650
orang. Selain harus menggaji
karyawan, manajemen juga harus
membayar listrik setiap bulannya
sekitar Rp 200 juta.
pemenuhan UMP
pada tahun 2013
mengikuti peraturan
UU yang berlaku
Pada 27 Maret 2013
Sekelompok karyawan tersebut kemudian
diberikan SP3 pada 23 September 2013.
Surat peringatan teryata tidak dihiraukan,
hingga berujung PHK kepada delapan
orang pada 1 Oktober 2013.
PEMBAHASAN
Tidak semua pekerja mengetahui bahwa serikat pekerja adalah hak melekat bagi pekerja,
dan bahkan mereka juga tidak percaya bahwa serikat pekerja membuat mereka menjadi
kuat, oleh karena itu banyak sekali jumlah pekerja yang belum terorganisir dalam serikat
pekerja.
• Hal tersebut disebabkan oleh isu – isu yang menyedihkan tentang serikat
pekerja:
Anti serikat pekerja propaganda, potret negatif serikat pekerja dan aktifitasnya,
Konsep palsu tentang serikat pekerja dan masih adanya larangan bagi pegawai
pemerintah untuk mendirikan serikat pekerja atau bergabung dengan serikat
pekerja yang ada.
KESIMPULAN
Para manajer dan departemen SDM secara langsung mempengaruhi hubungan
ketenagakerjaan melalui aktivitas komunikasi, penyuluhan dan penerapan disiplin. Di samping
para manajer lini dan departemen SDM, Serikat Pekerja juga berperan penting dalam praktek-
praktek hubungan industrial, meskipun kehadirannya tidak selalu dikehendaki oleh pihak
manajemen perusahaan.
Hubungan industrial secara garis besar dapat dibedakan menjadi dua, yaitu masalah man
power marketing dan masalah man power management. Man Power Management atau
pemasaran tenaga kerja secara umum membahas penentuan syarat-syarat kerja yang akan
diterapkan dalam pelaksanaan ikatan kerja yang ada. Sedangkan Man Power Management
membahas pelaksanaan syarat-syarat kerja dan berbagai permasalahan serta pemecahannya.
Untuk menghindari adanya ketidaksepahaman antara masing-masing peran dalam hubungan
industrial ini, perlu dilakukan adanya perundingan dan negoisasi. Penyelesaian konflik yang
ada dalam tubuh internal oragnisasi mempunyai beberapa cara diantaranya : pemogokan dan
penutupan kesempatan kerja, tanggapan secara tidak langsung, mediasi dan arbitrasi.