Anda di halaman 1dari 4

    Font size: A A A

My courses (7)   Aktivasi  Reset Password  Panduan En 

   Search courses  RICKY ANGGA PRATAMA


srabedis ediH

Dashboard  My courses  EKMA4367.243  Sesi 2  Diskusi.2  Diskusi.2  Re: Diskusi.2

 Search forums 

 
draobhsad esruoC

Dashboard Site home

Course dashboard 

Diskusi.2
Diskusi.2
 Settings

Display replies in threaded form

Re: Diskusi.2
by RICKY ANGGA PRATAMA 043062347 - Saturday, 14 October 2023, 10:28 AM

NOMOR SATU (1)

Serikat pekerja, sering disebut sebagai serikat buruh, adalah organisasi yang dibentuk oleh kelompok pekerja atau buruh
untuk mewakili dan memperjuangkan kepentingan serta hak-hak mereka di tempat kerja. Serikat pekerja bertujuan untuk
menciptakan keadilan, keamanan, dan kesejahteraan bagi anggotanya dalam lingkungan kerja. Beberapa karakteristik
utama dari serikat pekerja meliputi:
Serikat pekerja berfungsi sebagai wakil bagi anggotanya dalam berinteraksi dengan pengusaha atau majikan. Mereka
memiliki peran dalam negosiasi gaji, kondisi kerja, kebijakan perusahaan, dan tuntutan lainnya yang memengaruhi
pekerja.
Salah satu peran utama serikat pekerja adalah melakukan negosiasi dengan pengusaha atau manajemen
perusahaan. Ini mencakup perundingan tentang gaji, jaminan kerja, jadwal kerja, dan manfaat lainnya. Tujuan utama
adalah untuk memastikan bahwa anggota serikat pekerja diperlakukan dengan adil dan mendapatkan kompensasi
yang layak.
Serikat pekerja berupaya untuk meningkatkan kesejahteraan dan kondisi kerja anggotanya. Mereka dapat
memperjuangkan peningkatan hak cuti, kesehatan dan keselamatan, pelatihan, serta perlindungan terhadap
pelecehan atau diskriminasi di tempat kerja.
Serikat pekerja didasarkan pada prinsip solidaritas, di mana pekerja bersatu untuk mencapai tujuan bersama.
Keanggotaan dalam serikat pekerja biasanya bersifat sukarela, dan anggota membayar iuran untuk mendukung
aktivitas dan layanan yang diberikan oleh serikat.
Serikat pekerja dapat menggunakan alat tindakan seperti mogok, boikot, atau tuntutan hukum sebagai bagian dari
strategi mereka dalam mencapai tujuan mereka. Ini dapat digunakan dalam situasi di mana negosiasi gagal atau
kebijakan perusahaan dianggap merugikan anggota serikat.
Selain perundingan dan tindakan langsung, serikat pekerja juga memberikan pendidikan kepada anggotanya tentang
hak dan tanggung jawab mereka. Mereka juga dapat terlibat dalam advokasi politik untuk mewujudkan perubahan
legislatif yang mendukung hak pekerja.

Serikat pekerja dapat beroperasi di berbagai sektor dan industri, termasuk manufaktur, layanan, pendidikan, dan sektor
publik. Mereka memiliki aturan, struktur organisasi, dan tujuan yang berbeda-beda tergantung pada kebutuhan dan
prioritas anggotanya. Tujuan utama adalah melindungi dan meningkatkan kondisi pekerja serta memastikan bahwa hak-
hak pekerja dihormati di tempat kerja.

Hubungan antara serikat pekerja dan produktivitas perusahaan bisa sangat kompleks dan bervariasi tergantung pada
berbagai faktor, termasuk bagaimana serikat pekerja berinteraksi dengan manajemen, sifat tuntutan yang diajukan, dan
apakah hubungan antara kedua belah pihak bersifat kooperatif atau konfrontatif. Dalam beberapa situasi, serikat pekerja
dapat berkontribusi positif terhadap produktivitas perusahaan, sementara dalam kasus lain, mereka mungkin memiliki
srabedis ediH

dampak negatif. Berikut adalah beberapa contoh:

Pengaruh Positif Serikat Pekerja terhadap Produktivitas:


Serikat pekerja yang berhasil menegosiasikan gaji yang adil dan kondisi kerja yang lebih baik dapat memotivasi
pekerja untuk meningkatkan produktivitas mereka.
draobhsad esruoC

Serikat pekerja yang mendorong keterlibatan aktif pekerja dalam pengambilan keputusan perusahaan dapat
meningkatkan motivasi dan produktivitas karena pekerja merasa memiliki peran dalam kesuksesan perusahaan.
Serikat pekerja yang memberdayakan pekerja dengan pelatihan dan pendidikan dapat meningkatkan keterampilan
pekerja, yang pada gilirannya dapat meningkatkan produktivitas.

Pengaruh Negatif Serikat Pekerja terhadap Produktivitas:


Jika hubungan antara serikat pekerja dan manajemen penuh dengan konflik, mogok, atau tindakan industri lainnya,
hal ini dapat mengganggu operasi perusahaan dan menghambat produktivitas.
Tuntutan serikat pekerja yang tidak realistis, seperti tuntutan gaji yang terlalu tinggi atau manfaat tambahan yang
berlebihan, dapat meningkatkan biaya tenaga kerja dan mengurangi profitabilitas perusahaan.

Contoh konkret pengaruh serikat pekerja terhadap produktivitas bisa dilihat dalam industri otomotif. Misalnya, United
Auto Workers (UAW) di Amerika Serikat telah lama dikenal karena peran mereka dalam negosiasi dengan produsen mobil
besar seperti General Motors (GM), Ford, dan Chrysler. Kesepakatan yang dicapai oleh UAW dalam hal upah, manfaat,
dan kondisi kerja dapat mempengaruhi biaya produksi mobil dan akhirnya memengaruhi harga jual dan keuntungan
perusahaan. Jika kesepakatan yang dicapai memberikan gaji yang adil dan kondisi kerja yang baik, pekerja mungkin lebih
termotivasi dan produktif. Namun, jika tuntutan berlebihan atau konflik sering terjadi, hal itu dapat berdampak negatif
pada produktivitas perusahaan.

NOMOR DUA (2)


Berikut adalah perbedaan antara beberapa dasar hukum yang relevan dalam konteks kebebasan berserikat dan hak
serikat pekerja di Indonesia:

1. UUD 1945 (Pasal 28E Ayat 3):

- Peran dan Ruang Lingkup: UUD 1945 adalah konstitusi Indonesia. Pasal 28E Ayat 3 menyatakan hak setiap orang atas
kebebasan berserikat, berkumpul, dan mengeluarkan pendapat.
- Karakteristik Utama: UUD 1945 adalah dasar konstitusi Indonesia yang memberikan dasar hak dasar yang mencakup
kebebasan berserikat dan berkumpul bagi seluruh warga negara Indonesia.

2. Konvensi ILO No. 87 (Kebebasan Berserikat dan Perlindungan Hak untuk Berserikat):
- Peran dan Ruang Lingkup: Konvensi ILO No. 87 adalah konvensi internasional yang dikeluarkan oleh Organisasi Buruh
Internasional (ILO). Konvensi ini mengatur hak pekerja untuk berserikat dan berorganisasi tanpa campur tangan
pemerintah atau pengusaha.
- Karakteristik Utama: Konvensi ILO No. 87 adalah perjanjian internasional yang memberikan panduan dan standar
minimum dalam hal kebebasan berserikat di negara-negara anggota ILO, termasuk Indonesia.

3. Konvensi ILO No. 98 (Hak untuk Mengadakan Perundingan Bersama):


- Peran dan Ruang Lingkup: Konvensi ILO No. 98 adalah konvensi internasional yang juga dikeluarkan oleh ILO. Konvensi
ini mengatur hak pekerja dan pengusaha untuk mengadakan perundingan bersama mengenai gaji dan kondisi kerja.
- Karakteristik Utama: Konvensi ILO No. 98 menetapkan prinsip-prinsip perundingan bersama dan mengarahkan negara-
negara anggota ILO, termasuk Indonesia, untuk memastikan praktik ini diakui dan dihormati.

4. Keputusan Presiden No. 80 Tahun 1998:


- Peran dan Ruang Lingkup: Keputusan Presiden No. 80 Tahun 1998 adalah kebijakan pemerintah Indonesia yang
mengatur pembentukan dan status hukum serikat pekerja serta hak dan kewajiban anggotanya.
- Karakteristik Utama: Keputusan Presiden ini menciptakan kerangka kerja hukum yang lebih spesifik untuk serikat pekerja
srabedis ediH

di Indonesia dan mengatur aspek-aspek praktis terkait pembentukan, struktur, dan kegiatan serikat pekerja.

5. UU No. 21 Tahun 2000 (Ketenagakerjaan):


- Peran dan Ruang Lingkup: Undang-Undang No. 21 Tahun 2000, juga dikenal sebagai UU Ketenagakerjaan, adalah
undang-undang nasional yang mengatur berbagai aspek ketenagakerjaan, termasuk kebebasan berserikat, hak mogok,
draobhsad esruoC

dan peran serikat pekerja di tempat kerja.


- Karakteristik Utama: UU Ketenagakerjaan adalah undang-undang yang lebih komprehensif yang mencakup banyak
aspek hubungan ketenagakerjaan di Indonesia, dan berfungsi sebagai pedoman hukum utama untuk semua pihak yang
terlibat dalam dunia ketenagakerjaan.

Perbedaan utama antara kelima dasar hukum tersebut meliputi cakupan, sifat, dan tingkat regulasi. UUD 1945 adalah
konstitusi nasional yang memberikan dasar umum, sedangkan Konvensi ILO No. 87 dan No. 98 adalah instrumen
internasional yang mengatur kebebasan berserikat dan hak untuk mengadakan perundingan bersama. Keputusan
Presiden No. 80 Tahun 1998 memberikan regulasi teknis lebih lanjut tentang serikat pekerja di Indonesia, sementara UU
No. 21 Tahun 2000 adalah undang-undang nasional yang mencakup aspek lebih luas dari ketenagakerjaan di Indonesia.
Perbedaan ini mencerminkan tingkat dan fokus regulasi masing-masing instrumen hukum.

Efektivitas penerapan kebebasan berserikat di Indonesia dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor, termasuk pemahaman
dan kesadaran masyarakat terhadap hak ini, ketersediaan mekanisme penyelesaian sengketa, serta tingkat keterbukaan
pemerintah dan perusahaan terhadap partisipasi pekerja.

Meskipun dasar hukum tersebut ada, terkadang masih terjadi tantangan dalam penerapannya. Beberapa masalah
melibatkan intimidasi terhadap anggota serikat pekerja, diskriminasi terhadap pekerja yang aktif berserikat, dan kesulitan
dalam mendapatkan pengakuan dari pengusaha.

Penting untuk terus memantau dan memperbaiki efektivitas penerapan kebebasan berserikat di Indonesia agar hak-hak
pekerja tetap terlindungi dan terwujud hubungan industrial yang sehat dan berkeadilan.

Referensi:
BMP Hubungan Industrial. 2023. Universitas Terbuka.
Kochan, T. A., Katz, H. C., & McKersie, R. B. (1986). The Transformation of American Industrial Relations. Basic Books.
Hirsch, B. T. (2004). What Do Unions Do for Economic Performance? Journal of Labor Research, 25(3), 415-455.

Maximum rating: - Permalink Show parent Reply

◄ Pembentukan Serikat…

Jump to...

Quis 2 ►

 Administration

 Forum administration
Optional subscription

Subscribe to this forum

Unsubscribe from this discussion


Follow Us:    
srabedis ediH

UNIVERSITAS TERBUKA ©2023


draobhsad esruoC

Anda mungkin juga menyukai