Anda di halaman 1dari 9

MATERI WEBINAR

BRAWIJAYA LAWPRENEUR
By : Pengurus Pusat Konfederasi KASBI
1. BURUH/PEKERJA DALAM
STRUKTUR SOSIAL EKONOMI DI
MASYARAKAT
 Buruh/Pekerja dalam struktur sosial ekonomi masyarakat berada dalam tingkatan bawah
yang dimana kondisi buruh/pekerja memiliki garis ketertindasan terhadap golongan atau
kelas diatasnya.
 Buruh/Pekerja adalah sebuah kelompok yang rentan yang sering mengalami diskriminasi
dalam hubungan industrial atas si pemiliki modal atau pengusaha.
 Hubungan buruh/pekerja yang tidak setara karena kepemilikan modal mengakibatkan
buruh/pekerja tidak mempunyai kendali atas segala sesuatu yang dibuat oleh si pemilik
modal atau perusahaan dalam sebuah perselisihan atau konflik, serta menentukan
kesejahteraan buruh/pekerja.
 Di samping itu, buruh/pekerja hampir praktis dalam hubungan ketenagakerjaan atau
industrial tidak memiliki Kendali penuh dalam menentukan kebijakan di dalam sebuah
perusahaan.
2. BEBERAPA HAL PENYEBAB POSISI
BURUH/PEKERJA MENJADI RENTAN

 Kebijakan Negara yang tidak berpihak kepada buruh/pekerja menyebabkan akar


permasalahan terhadap kondisi dan situasi buruh/pekerja tidak pernah terselesaikan dari
tahun ke tahun.
 Aturan hukum yang dibuat tidak memberikan efek jera (ringan) kepada pemilik modal atau
pengusaha.
 Aparatur Penegak Hukum yang tidak profesional dan independen dalam penyelesaian
kasus-kasus perburuhan/ketenagakerjaan.
 Lembaga yudikatif yang masih kental dengan praktik-praktik suap dan korupsi.
 Serta masih banyaknya mafia hukum.
3. PEMAKSAAN PENGUNDURAN DIRI DARI
PERUSAHAAN KEPADA BURUH/PEKERJA ADALAH
BENTUK KESEWENANGAN DAN INTIMIDATIF
 Secara garis besar, bentuk “ PEMAKSAAN” dalam hal apapun bertentangan dengan
hukum dan konstitusi. Hal tersebut dapat terjadi karena adanya kuasa atau relasi kuasa
yang mendorong seseorang melakukan pemaksaan kepada orang lain yang tidak memiliki
kuasa.
 Pemaksaaan dalam ruang lingkup ketenagakerjaan tidak dapat dibenarkan dalam bentuk
apapun terlebih buruh/pekerja tidak melakukan hal yang bertentangan dengan hukum.
4. TINDAKAN INTIMIDASI DARI PERUSAHAAN
KEPADA BURUH/PEKERJA MENINGKAT SELAMA
PANDEMI COVID 19

 Berdasarkan informasi dan pengaduan yang terjadi di Konfederasi KASBI, ada sekitar 10
Perusahaan (manufaktur/padat karya) yang melakukan intimidasi di beberapa wilayah
meliputi ; Banten, Jakarta, Jawa Barat, dan Jawa Tengah.
 Beberapa diantaranya melakukan tindakan pemaksaan pemutusan hubungan kerja dan
dirumahkan tanpa dibayar dengan alasan Pandemi Covid 19 melalui kebijakan PSBB,
PPKM dan lainnya yang mengakibatkan perusahaan tidak dapat produksi dan mengalami
kerugian.
 Contoh kasus ; PT. Trinitas Mulia Abadi (Jakarta), PT. G4S Security Services (Jakarta), PT.
Mitraperdana Prima Services (Bogor), PT. Victory Cingluh (Tangerang Banten), PT.
Kahatex Indonesia (Bandung).
5. PANDEMI COVID 19 MEMBUAT JURANG
KELAM BAGI BURUH/PEKERJA
 Jumlah buruh/pekerja yang mengalami PHK di prediksi mencapai angka 15 juta menurut
APINDO, sumber : https://
katadata.co.id/febrinaiskana/berita/5eda3c7080eaf/asosiasi-pengusaha-prediksi-15-juta-pekerja-k
ena-phk-akibat-pandemi
 Angka PHK dari Kemnaker mencapai 70.000 lebih, sumber : https://
www.liputan6.com/bisnis/read/4750566/kemnaker-72983-pekerja-kena-phk-selama-pandemi-covi
d-19
 Dari 2 sumber media tersebut, tentu hal tersebut bisa menjadi sebuah gunung es baru yang dapat
membuat persoalan sosial dan ekonomi baru di tengah pandemic covid 19.
6. NEGARA HARUS MEMBERIKAN JAMINAN SOSIAL
DAN PERLINDUNGAN HUKUM YANG PRO TERHADAP
KEHIDUPAN BURUH/PEKERJA
 Berbeda dengan negara lain yang memberikan tunjangan sosial kepada buruh/pekerja,
Indonesia memilih system jaminan sosial negara (sjsn) melalui BPJS TK. Konsep ini tentu
berbeda dengan jaminan sosial di negara lain karena menggunakan formulasi dari iuran
kepesertaan yang identic dengan asuransi pada umumnya. Secara tegas, negara tidak
memberikan jaminan apapun terhadap buruh/pekerja melalui konsep BPJSTK.
 Perlindungan hukum terhadap buruh/pekerja di Indonesia juga kian waktu tidak pernah
memberikan keberpihakan untuk melindungi buruh/pekerja. Contoh : Undang-undang no
11 tahun 2020 (OMNIBUS LAW CIPTA KERJA)
7. LANGKAH ADVOKASI TERHADAP
PEMAKSAAN PENGUNDURAN DIRI
 Pertama : mengetahui alasan pengunduran diri.
 Kedua : mengetahui orang yang melakukannya dan kewenangan dalam perusahaan.
 Ketiga : upayakan mengingat ucapan yang di sampaikan, serta jika memungkinkan untuk
merekam setiap kata-kata yang di sampaikan.
 Keempat : jika memiliki serikat buruh/pekerja segera lapor kepada Pengurus Tingkat
Perusahaan (PTP) / Pengurus Unit Kerja (PUK), namun jika tidak tidak ada serikat
buruh/pekerja dapat berkonsultasi dengan Lembaga Bantuan Hukum/Advokat.
 Kelima : menyiapkan konsep strategi dan taktik
 Keenam : melakukan metode litigasi dan non litigasi
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai