Oleh:
Ahmad Ghiffari Rizqul Haqq (205010101111023)
Dosen:
Mufatikhatul Farikhah S.H., M.H.
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
Juni 2022
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI.............................................................................................. i
DAFTAR TABEL.........................................................................................ii
A. Judul.................................................................................................1
B. Latar Belakang.................................................................................1
C. Orisinalitas Penelitian.....................................................................7
D. Rumusan Masalah..........................................................................10
E. Tujuan Penelitian...........................................................................10
F. Manfaat Penelitian.........................................................................11
G. Kajian Pustaka...............................................................................11
H. Metode Penelitian..........................................................................12
I. Definisi Konseptual........................................................................13
J. Sistematika Penulisan...................................................................14
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................16
i
DAFTAR TABEL
ii
A. Judul
Konstruksi Hukum Pencegahan dan Penindakan Tindak Pidana Pencucian Uang Melalui
Perdagangan Mata Uang Kripto.
B. Latar Belakang
Aset merupakan sebuah barang yang secara hukum dibagi menjadi benda yang
bergerak dan tidak bergerak, berwujud dan tidak berwujud. 1 Sebagai sebuah sumber daya
ekonomi yang dimiliki dan mengandung hak dan kewajiban bagi pemegangnya maka nilai
takar yang dimilikinya harus dinilai secara wajar dan objektif. 2 Pengertian aset di Indonesia
didefinisikan melalui Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2005 tentang Standar
Akuntansi Pemerintahan, dalam peraturan tersebut aset diklasifikasikan menjadi 2 (dua),
yakni aset lancar dan aset non lancar. Klasifikasi aset lancar merupakan aset yang dapat
diperjual belikan atau dimiliki dalam jangka waktu dua belas bulan sejak pelaporan aset
tersebut. Sedangkan aset yang tidak dapat dikategorikan dalam klasifikasi tersebut disebut
sebagai aset non lancar. Melalui pengertian tersebut maka investasi jangka pendek, kas,
piutang dapat dikategorikan sebagai aset lancar. Sedangkan aset non lancar meliputi aset
tetap seperti tanah, mesin, jalan, gedung. Aset non lancar juga meliputi aset tak berwujud
seperti paten, merk dagang, hak cipta dan sebagainya. 3
Cryptocurrency atau biasa dikenal dengan Mata Uang Kripto merupakan salah satu
bentuk aset yang mulai dikenal luas setelah kapitalisasi pasar salah satu jenis pelopor Aset
Kripto, Bitcoin melesat hingga bernilai 830 miliar dollar pada 2018 lalu, Bitcoin kemudian
menginspirasi kemunculan Mata Uang Kripto lainnya. Konsep Cryptocurrency sendiri muncul
sudah lama, yakni sejak tahun 1983 yang dipelopori oleh David Chaum yang menciptakan
sebuah sistem pembayaran yang memungkinkan pembayaran secara anonymous yang
berarti transaksi yang dilakukan menjadi tidak bisa dilacak karena dapat memisahkan
identitas kedua pihak yang melakukan transaksi sehingga pihak yang menggunakan sistem
tersebut tidak akan tunduk dan memisahkan diri dengan nilai pertukaran mata uang pada
umumnya yang didukung oleh pemerintah setempat. Teknologi tersebut kemudian diberi
nama Blind Signature.4
1
Hidayat, Muchtar. 2011. Manajemen Aset (Privat dan Publik). Yogyakarta: LaksBang.
2
Munawir, Slamet. 2007. Analisa Laporan Keuangan. Edisi Keempat, Yogyakarta: Liberty.
3
Peraturan Pemerintah Indonesia Nomor 24 Tahun 2005 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan.
4
Chaum, D. (1983). Blind Signatures for Untraceable Payments. In: Chaum, D., Rivest, R.L.,
Sherman, A.T. (eds) Advances in Cryptology. Springer, Boston, MA.
1
menurut Elbahrawy, Alessandretti, Kandler, Pastor-Sattoras dan Baronchelli diperkirakan
terdapat sekitar 1500 mata uang Kripto aktif yang 600 diantaranya aktif diperdagangkan
dan bernilai sekitar 91 miliar dollar yang kemudian melesat pada tahun 2018 dan berlanjut
hingga tahun 2022 yang bertahan di angka sekitar 600 miliar dollar.
Hukum Positif Indonesia mengenal cryptocurrency dengan sebutan Aset Kripto yang
pertama kali diperkenalkan melalui surat Menko Bidang Perekonomian RI No.
S-302/M.EKON/09/2018 tanggal 24 September yang berisi Tindak Lanjut Mengenai
Pembahasan Pengaturan Aset Kripto Sebagai Komoditi yang Diperdagangkan di Bursa
Berjangka, pembahasan yang dihadiri langsung oleh Bank Indonesia, Badan Pengawas
Perdagangan Berjangka Komoditi (BAPPEBTI), Badan Intelijen Negara (BIN), Badan
Narkotika Nasional (BNN), dan Kementerian Keuangan (Kemenkeu). Melalui rapat tersebut
diputuskan bahwa Aset Kripto memenuhi ketentuan sebagai sebuah “Komoditi” yang ruang
lingkupnya telah diatur dalam Undang-undang Nomor 10 Tahun 2011 tentang Perubahan
Atas Undang-undang Nomor 32 Tahun 1997 tentang Perdagangan Berjangka Komoditi.
Beberapa faktor penetapan Aset Kripto sebagai komoditi, diantaranya:
1. Aset Kripto memiliki harga yang fluktutatif sehingga perdagangannya sangat likuid
(mudah diperdagangkan);
2. Aset Kripto dalam perkembangannya muncul melalui perkembangan teknologi
blockchain yang dapat diperdagangkan secara bebas dan kemunculannya tanpa
adanya intervensi dari pemerintah yang membuat pasar alami yang dimilikinya
memiliki struktur yang kuat;
3. Permintaan dan penawaran yang besar (karena Aset Kripto diperdagangkan secara
global) menjadikan Aset Kripto memiliki pangsa pasar yang sangat besar.
4. Sebagai sebuah komoditi, Aset Kripto memiliki standar komoditi lainnya, yakni
mengaplikasikan penggunaan teknologi, memiliki harga, dapat diperjualbelikan
sehingga mempunyai kemampuan untuk digunakan sebagai sarana pembayaran
dalam proyek tertentu.
Akan tetapi pada keputusan rapat yang sama juga dijelaskan bahwa Aset Kripto tidak
dapat digunakan sebagai alat pembayaran yang sah, karena bertentangan dengan Undang-
undang Nomor 7 Tahun 2011 tentang Mata Uang, namun kemudian Aset Kripto diakui
sebagai “komoditi” untuk kemudian teknis perdagangannya akan diatur terlebih dahulu
melalui Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 99 Tahun 2018 tentang Kebijakan Umum
Penyelenggaraan Perdagangan Berjangka Aset Kripto yang kemudian akan diakomodir
melalui Peraturan Bappebti Nomor 2 Tahun 2019 tentang Penyelenggaraan Pasar Fisik
Komoditi di Bursa Berjangka, Peraturan Bappebti Nomor 5 Tahun 2019 tentang Ketentuan
Teknis Penyelenggaraan Pasar Fisik Aset Kripto di Bursa Berjangka, sebagaimana diubah
2
dengan Peraturan Babppebti Nomor 7 Tahun 2020 tentang Penetapan Daftar Aset Kripto
yang dapat diperdagangkan di Pasar Fisik Aset Kripto.
Melalui Peraturan Bappebti Nomor 7 tahun 2020 tercatat telah terdapat 229 Aset Kripto
yang terdaftar dan dapat diperdagangkan di Indonesia, beberapa syarat yang diharuskan
agar sebuah Aset Kripto dapat diperdagangkan diantaranya 5:
1. Berbasis distributed ledger technology yang berarti sebuah sistem digital yang
terdesentralisasi dan dapat mencatat transaksi antar pihak di banyak tempat dalam
waktu yang sama. Ini berarti setiap transaksi yang dilakukan secara global akan
terbukukan dalam sebuah basis sistem yang sama sehingga dapat diakses secara
bersamaan kapanpun dan dimanapun.
2. Berupa Aset Kripto utilitas yang berarti Aset Kripto atau beberapa jenis penyedia
Aset Kripto tergabung dalam sebuah ekosistem yang memungkinkan perpindahan
Aset satu sama lain hanya dengan satu jenis “mata uang” baku yang berlaku dalam
ekosistem tersebut6.
3. Berupa Aset Kripto beragun asset yang berarti sebuah Aset Kripto dikaitkan dengan
kondisi harga bahan baku dunia, seperti emas, minyak, dan mata uang internasional.
4. Aset Kripto harus masuk ke dalam bursa Aset Kripto terbesar di dunia
5. Memenuhi penilaian Analytic Hierarchy Process yang dipertimbangkan dalam 30
faktor sesuai dalam Pasal 3 Ayat (2) Peraturan Bappebti Nomor 5 Tahun 2019
tentang Ketentuan Teknis Penyelenggaraan Pasasr Fisik Aset Kripto di Bursa
Berjangka.
5
Peraturan Bappebti Nomor 5 Tahun 2019 tentang Ketentuan Teknis Penyelenggaraan Pasasr Fisik
Aset Kripto di Bursa Berjangka
6
“Mata Uang Baku” merujuk kepada dua pengelompokan Mata Uang Kripto, yakni Stable Coin yang
kenaikan dan penurunannya dapat mempengaruhi harga-harga koin yang tergabung dalam jenis
Alternative Coin. Stable Coin, yakni Bitcoin (BTC), Ethereum (ETH), FIAT dan sebagainya. Sedangkan
Alternative Coin merupakan bentuk lanjutan yang berupa ekosistem Stable Coin berisi koin-koin yang
dalam istilah Aset di underlying atau harganya dipengaruhi oleh Stable Coin. Yang termasuk dalam
kelompok Alternative Coin, yakni Cardano (CDN), Avalanche (AVAX) dan sebagainya.
3
transaksi melalui Aset-aset Kripto yang terdaftar dan diizinkan oleh Bappebti selagu
regulator.
Akan tetapi aspek penyelidikan mengenai jasa layanan pedagang perantara Aset Kripto
ilegal sama sekali belum mendapatkan pengawasan, bahkan sanksi hukum yang jelas dalam
hukum positif di Indonesia. Perlu diingat bahwa Aset Kripto dibentuk dan diperdagangkan
melalui mekanisme Peer to Peer yang berarti transaksi Aset Kripto hanya akan diketahui
oleh penjual dan pembeli Aset Kripto yang diperdagangkan. Memang pensyaratan
distributed ledger technology yang harus dimiliki oleh sebuah Aset Kripto memungkinkan
adanya pembukuan yang kemudian dapat diakses sewaktu-waktu terjadi penyalahgunaan
yang memenuhi suatu delik pidana.
Meski demikian kemungkinan terjadinya kejahatan yang dilakukan melalui Aset Kripto
sangatlah besar dan memungkinkan untuk terjadi tidak hanya dalam ranah nasional tetapi
internasional. Penerapan sistem Know your customer dalam membuka sebuah akun legal
jual beli perorangan masih kemudian memiliki celah-celah untuk dimungkinkan timbul suatu
delik pidana.
Sebuah delik pidana yang sangat mungkin terjadi ialah Tindak Pidana Pencucian Uang
(TPPU). Melalui hukum positif di Indonesia Tindak Pidana Pencucian Uang dikenal melalui
Undang-undang Nomor 8 Tahun 2010 Tentang Pencegahan dan Pemberantasan Tindak
Pidana Pencucian Uang, selain itu pencegahan TPPU juga didukung melalui beragam
Undang-undang terkait seperti Undang-undang Tindak Pidana Korupsi dan sebagainya.
Kemungkinan Aset Kripto menjadi sebuah modus baru dalam pencucian uang
disampaikan oleh PPATK, yang menyatakan bahwa “mata uang Kripto dapat digunakan
untuk melakukan pembayaran kepada afiliator untuk mengelabuhi dana secara ilegal” .
Konteks yang dimaksud oleh PPATK dalam hal tersebut ialah kasus Indra Kenz yang terjerat
kasus investasi bodong dan pencucian uang yang masih dapat melakukan transaksi Aset
Kripto meski sudah ditahan “Mereka bisa transaksi Bitcoin, Ethereum dalam jumlah besar,
kripto dalam jumlah besar setelah mereka ditahan.” Hal tersebut dituturkan oleh Kepala
Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan, Ivan Yustiavandana (29/4/2022). 7
Melalui kasus tersebut PPATK menemukan bahwa mereka menemukan sebuah dompet
berisi Aset Kripto senilai 38 miliar yang menggunakan nama orang lain dan diyakini bahwa
masih terdapat beberapa dompet digital yang berisi Aset Kripto dalam nama kepemilikan
yang berbeda. Kasus Indra Kenz membuktikan, kendati Bappebti telah menerapkan prinsip
Know your customer (KYC) sebagaimana tercantum dalam Peraturan Bank Indonesia Nomor
7
Liputan 6, 2022, PPATK Sebut Pencucian Uang Kini Melalui Kripto. Diakses melalui
https://www.liputan6.com/crypto/read/4950366/ppatk-sebut-pencucian-uang-kini-melalui-kripto pada
2 Juni 2022.
4
3-10-PBI-2001 tentang Penerapan Prinsip Mengenal Nasabah. Yang dalam prinsipnya
mendefinisikan bahwa konsep Know your customer merupakan upaya bank untuk
mengetahui identitas nasabah dan memantau kegiatan transaksi nasabah hingga transaksi
yang mencurigakan.8
Melalui kasus Indra Kenz maka dapat disimpulkan bahwa penggunaan nama orang lain
dalam dompet digital berisi Aset Kripto yang diduga digunakan Indra Kenz untuk
mealncarkan aksi pencucian uangnya perlu diberikan perhatian lebih. Pasalnya melalui
peristiwa tersebut dan diketahui terdapat kesulitan oleh PPATK untuk melacak aliran dana
yang dilakukan oleh Indra Kenz melalui Aset Kripto, maka dapat disimpulkan bahwa
pengawasan dalam hal penggunaan Aset Kripto sebagai sebuah media Tindak Pidana
Pencucian Uang masih minim atau bahkan dapat dikatakan tidak ada.
Sebagai sebuah entitas yang berkembang Tindak Pidana tentu akan semakin meluas
dan beraneka ragam dengan berbagai macam cara yang bukan tidak mungkin
menggunakan media teknologi dalam melaksanakan kejahatannya. Memang Tindak Pidana
Pencucian Uang secara general mengakomodir Tindak Pidana Pencucian Uang bahkan
dalam hal Aset Kripto digunakan sebagai media pelaksanaannya
Melalui pemahaman itu disadari bahwa sejatinya pengawasan terhadap Aset Kripto baik
yang berkaitan dengan pedagang perantara maupun pelaku perseorangan tidak cukup
hanya kepada regulasi teknis perdagangan Aset Kripto semata, melainkan juga harus
menimbang aspek bahwa Aset Kripto sangat rentan untuk dijadikan lahan Tindak Pidana
Pencucian Uang yang sulit terlacak karena bersifat global, privat dan jauh dari pengawasan
Bank Sentral suatu negara.
Hukum positif di Indonesia masih memiliki kekosongan hukum dalam hal pengawasan
terhadap aliran Aset Kripto secara lebih menyeluruh. Kendati terdapat Peraturan Bappebti
Nomor 5 Tahun 2019 tentang Ketentuan Teknis Penyelenggaraan Pasar Fisik Aset Kripto di
Bursa Berjangka, sebagaimana diubah dengan Peraturan Babppebti Nomor 7 Tahun 2020
tentang Penetapan Daftar Aset Kripto yang dapat diperdagangkan di Pasar Fisik Aset Kripto.
Pengaturan tersebut hanya disimpulkan berupa sebuah peraturan yang sifatnya
memberikan kepastian hukum untuk melindungi konsumen Aset Kripto, baik berupa
8
Peraturan Bank Indonesia Nomor 3-10-PBI-2001 tentang Penerapan Prinsip Mengenal Nasabah
5
Pedagang Perantara Aset Kripto maupun perseorangan yang melakukan jual beli Aset
Kripto.
Akan tetapi tidak terdapat pencegahan Tindak Pidana Pencucian Uang melalui peraturan
yang dimaksud oleh Bappebti, sebab Aset Kripto yang sangat banyak jenisnya dan tidak
hanya terbatas pada 229 Aset Kripto yang dikeluarkan oleh Bappebti dalam Peraturan
Bappebti Nomor 7 Tahun 2020 tentang Penetapan Daftar Aset Kripto yang dapat
diperdagangkan di Pasar Fisik Aset Kripto.9
Sebagai contoh tidak adanya regulasi yang mengatur pengawasan dan penindakan
untuk mencegah terjadinya Tindak Pidana Pencucian Uang, Bappebti hanya berwenang
untuk membekukan perusahaan yang menjadi pedagang perantara dari Aset Kripto.
Berbeda dengan Bursa Efek Indonesia yang berwenang untuk melakukan suspensi atau
penghentian sementara sebuah emiten yang memenuhi kriteria untuk dilakukan suspensi,
salah satunya ialah perusahaan yang dimaksud terlibat dalam sebuah tindak pidana atau
dalam penyidikan terkait adanya temuan tindak pidana seperti pencucian uang sebagaimana
dicantumkan dalam Surat Edaran Nomor: SE-008/BEJ/08-2004. 10
Bappebti juga belum
memiliki regulasi seperti yang dimiliki Bursa Efek Indonesia yang dapat melakukan delisting
terhadap emiten yang memiliki kinerja negatif atau bahkan terjerat dalam sebuah tindak
pidana sebagaimana dalam Keputusan Bursa Efek jakarta Nomor 308 Tahun 2004 11.
Sehingga masih terdapat kekosongan hukum untuk mencegah adanya Tindak Pidana
Pencucian Uang melalui perdagangan Aset Kripto.
Pelaku perdagangan perseorangan Aset Kripto juga masih dapat dengan bebas
mengirimkan Aset Kripto dari satu dompet ke dompet yang lainnya, selain itu dapat pula
seseorang di Indonesia dengan mudah mengirimkan Aset Kripto kepada dompet yang
diperantara oleh pedagang perantara Aset Kripto yang tidak terdaftar secara resmi baik di
dalam negeri maupun di luar negeri. Hal tersebut sangat dimungkinkan karena sistem
Blockchain yang dimiliki oleh Aset Kripto sehingga memungkinkannya untuk diakses
dimanapun dan kapanpun secara global. Tetapi perlu dipahami bahwa tidak semua Aset
Kripto memiliki distributed ledger technology sehingga tidak semua Aset Kripto dapat dilacak
pembukuannya secara terbuka dan memungkinkan adanya transaksi Anonymous yang patut
diduga dapat dimanfaatkan oleh pelaku Tindak Pidana Pencucian Uang dalam melancarkan
aksinya.
9
Peraturan Bappebti Nomor 7 Tahun 2020 tentang Penetapan Daftar Aset Kripto yang dapat
diperdagangkan di Pasar Fisik Aset Kripto
10
Surat Edaran Nomor: SE-008/BEJ/08-2004 mengenai suspensi efek.
11
Keputusan Bursa Efek jakarta Nomor 308 Tahun 2004 mengenai pembatalan efek.
6
Sistem pembukuan Bappebti yang mengandalkan laporan harian dari masing-masing
perusahaan yang sah untuk memperdagangkan Aset Kripto juga dapat menimbulkan celah,
sebab jika dibandingkan dengan saham yang seluruh pencatatannya secara Real Time
dicatat oleh Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI) selaku Lembaga Penyimpanan dan
Penyelesaian di pasar modal sesuai dengan amanat Undang-undang Nomor 8 Tahun 1995
tentang Pasar Modal12. Bappebti tidak memiliki penyimpanan secara Real Time melainkan
mengandalkan Cold Storage dan Hot Storage yang dilaporkan secara berkala, kondisi ini
menjadikan Bappebti berada dalam kondisi pengawasan yang menunggu adanya laporan
mengenai penyalahgunaan atau jika terjadi Tindak Pidana Pencucian Uang melalui Aset
Kripto, hal ini tentu menyulitkan penyelidikan aliran dana terlebih apabila nantinya Aset
Kripto yang berada dalam dompet digital yang ada di perusahaan yang telah sah menurut
Bappebti telah mengirimkan Asetnya kepada dompet digital yang tidak berada dalam
perusahaan yang diawasi oleh Bappebti.
Melalui adanya permasalahan tersebut perlu diadakan sebuah kajian dan penelitian
dengan meninjau pada aspek hukum pidana secara ilmiah. Sehingga melalui latar belakang
permasalahan yang telah diuraikan penulis mengangkat judul KONSTRUKSI HUKUM
PENCEGAHAN DAN PENINDAKAN TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG MELALUI
PERDAGANGAN MATA UANG KRIPTO sehingga dapat menemukan jawaban atas
permasalahan tersebut.
C. Orisinalitas Penelitian
Tabel 1. Tabel Orisinalitas
9
regulator
perdagangan mata
uang kripto di
Indonesia sehingga
akan kemudian
menyulitkan
penindakan apabila
terjadi pencucian
uang melalui
perdagangan mata
uang kripto.
Perbedaan penelitian
saya ialah penelitian
saya ialah
menekankan kepada
Analisis Yuridis penguatan regulasi
Penggunaan Mata oleh regulator
Uang Virtual (Bitcoin) perdagangan mata
Adi Parwoto
sebagai Sarana uang kripto untuk
2 (Fakultas Hukum
Tindak Pidana mendukung
Universitas Riau)
Pencucian Uang pencegahan dan
(Money Laundering) penindakan tindak
(2019) pidana pencucian
uang apabila
menjadikan mata
uang kripto sebagai
media nya.
D. Rumusan Masalah
1. Apa urgensi pengaturan pencegahan dan penindakan tindak pidana pencucian uang
melalui perdagangan mata uang kripto?
2. Bagaimana perumusan hukum pidana nasional yang tepat dalam pencegahan dan
penindakan tindak pidana pencucian uang melalui perdagangan mata uang kripto di
masa mendatang?
10
E. Tujuan Penelitian
Tujuan yang ingin dicapai penulis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
F. Manfaat Penelitian
Penelitian ini memiliki beberapa manfaat yang terbagi dalam manfaat praktis dan
manfaat teoritis.
1. Manfaat Praktis
a. Bagi Penulis
Dapat menambah wawasan dan pengetahuan penulis mengenai pencegahan dan
penindakan tindak pidana pencucian uang melalui perdagangan mata uang kripto
di Indonesia, sekaligus aturan mengenai hal tersebut
b. Bagi Pemerintah
Sebagai informasi dan solusi mengenai pentingnya rumusan hukum dalam hal
pencegahan dan pengawasan tindak pidana pencucian uang melalui
perdagangan mata uang kripto.
c. Bagi Mahasiswa
Menambah pengetahuan di bidang hukum pidana mengenai pencegahan dan
penindakan tindak pidana pencucian uang melalui perdagangan mata uang kripto
sehingga dapat menjadi rujukan bagi Mahasiswa dalam penulisan yang lebih
lanjut.
2. Manfaat Teoritis
Penelitian ini juga memiliki manfaat teoritis yakni dapat digunakan untuk
memberikan pengetahuan di bidang hukum pidana dalam hal pencegahan dan
penindakan tindak pidana pencucian uang melalui perdagangan mata uang kripto.
G. Kajian Pustaka
1. Pengertian Cryptocurrency
1.1 Sejarah Cryptocurrency
1.2 Jenis-jenis Cryptocurrency
1.3 Cryptocurrency sebagai sebuah aset
2. Pengaturan perdagangan mata uang kripto di Indonesia
2.1 Latar belakang pengaturan
11
2.2 Unsur-unsur yang diatur
3. Tindak pidana pencucian uang di Indonesia
3.1 Kekosongan hukum pengawasan mata uang kripto
3.2 Kemungkinan mata uang kripto sebagai media tindak pidana pencucian uang
H. Metode Penelitian
1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini, ialah penelitian normatif, yakni
penelitian yang berfokus dalam mengkaji norma-norma dalam hukum positif. Penelitian
ini menggunakan pendekatan legis positivis, yakni konsep yang memandang bahwa
hukum identik dengan norma yang tertulis dan dibuat serta diundangkan oleh lembaga
atau pejabat yang berwenang. Konsepsi ini memandang hukum sebagai sebuah sistem
normatif yang bersifaft mandiri, tertutup dan terlepas dari kehidupan nyata masyarakat.
Analisis normatif berangkat dari undang-undang. 13
2. Pendekatan Penelitian
Sumber bahan hukum yang digunakan dalam peneliitan ini terdiri dari 2 (dua) yakni:
13
Zainuddin Ali, Metode Penelitian Hukum, Jakarta: Sinar Grafika, 2018.
12
a. Data Primer; bersumber dari bahan hukum yang mengikat secara yuridis dan
merupakan hukum positif yang berlaku. Adapun bahan primer yang dimaksud,
yakni Kitab Undang-Undang Hukum Pidana, Undang-undang Nomor 8 Tahun
2010 Tentang Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang, ,
Peraturan Bappebti Nomor 5 Tahun 2019 tentang Ketentuan Teknis
Penyelenggaraan Pasar Fisik Aset Kripto di Bursa Berjangka, dan dengan
Peraturan Babppebti Nomor 7 Tahun 2020 tentang Penetapan Daftar Aset Kripto
yang dapat diperdagangkan di Pasar Fisik Aset Kripto.
b. Data Sekunder; bersumber dari literatu, buku, jurnal, artikel makalah ilmiah atau
pendapat hukum dari segi kepustakaan yang berkaitan dengan pencegahan dan
penindakan tindak pidana pencucian uang melalui perdagangan mata uang
kripto.
4. Teknik Pengumpulan Bahan Hukum
I. Definisi Konseptual
a. Tindak Pidana
Tindak Pidana merupakan sebuah perilaku yang dilarang menurut aturan hukum.
Perilaku yang dilarang tersebut kemudian diatur dan disertai sanksi berupa pidana
terhadap orang yang melanggar aturan tersebut.
b. Pencucian Uang
Pencucian Uang termasuk ke dalam salah satu tindak pidana. Definisi pencucian
uang menurut Pasal 1 Angka 1 Undang-undang Nomor 8 Tahun 2010 tentang Tindak
13
Pidana Pencucian Uang ialah adalah perbuatan menempatkan, mentransfer,
membayarkan, membelanjakan, menyumbangkan, menitipkan, membawa ke luar
negeri, menukarkan atau perbuatan lainnya atas harta kekayaan yang diketahuinya atau
patut diduga merupakan tindak pidana dengan maksud untuk menyembunyikan atau
menyamarkan asal usul harta kekayaan sehingga seolah-olah menjadi harta kekayaan
yang sah.
Mata Uang Kripto atau yand dikenal dengan Cryptocurrency merupakan sebuah mata
uang virtual yang pengembangannya didasarkan kepada prinsip Peer-to-peer yang
memungkinkannya untuk tidak terafiliasi dengan Bank Sentral suatu negara sehingga
kenaikan maupun penurunan harganya tidak mengikuti kondisi nasional suatu negara
melainkan murni terhadap permintaan dan penawaran dari Mata Uang Kripto itu sendiri.
J. Sistematika Penulisan
BAB I PENDAHULUAN
Terdiri dari latar belakang masalah yang menceritakan uraian yang menjadi pokok
penelitiasn dari aspek filosofis, sosiologis, dan yuridis. Rumusan masalah yang ditujukan
untuk menentukan arah penelitian yang dikehendaki oleh peneliti. Tujuan penelitian, yaotu
tujuan yang hendak peneliti capai untuk mengkaji permasalahan dalam penelitian ini.
Manfaat penelitian, terbagi menjadi manfaat teoritis yang bertujuan untuk perkembangan
ilmu pengetahuan hukum dan manfaat praktis yang ditujukan untuk masyarakat. Orisinalitas
penlitian, yang disajikan dalam bentuk tabel untuk mencari penelitian terlebih dahulu dan
mencari kebaharuan yang hendak peneliti kaji.
Kajian Pustaka dalam penelitian ini ditulis dalam poin-poin yang berisi uraian sistematis
konsep dan teori yang relevan untuk mengkaji permasalahan dalam penelitian ini
Terdiri dari jenis penelitian yang bertujuan untuk menentukan bagaimana desain
penelitian dan bagaimana penelitian akan dilakukan. Pendekatan penelitian digunakan oleh
peneliti untuk menjadi sarana kajian permasalahan yang akan dikaji secara normatif. Jenis
dan bahan hukum digunakan untuk menentukan bahan hukum primer dan sekunder apa
saja yang digunakan dalam penelitian ini. Teknik pengumpulan bahan hukum digunakan
untuk menentukan teknik pengumpulan bahan hukum yang tepat. Teknik analisa bahan
hukum digunakan untuk menentukan metode analisa yang tepat sehingga menghasilkan
hasil pembahasan yang sesuai dengan substansi yang diarahkan.
14
K. Jadwal Pelaksanaan Penelitian
Jenis Bulan
NO Kegiatan 1 2 3 4
12 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1 Diskusi
bersama
dosen
pendamping
2 Menyusun
instrumen
penelitian
3 Mencari sumber
bahan hukum
4 Mengolah
hasil
himpunan
bahan
hukum
5 Analisa bahan
hukum
6 Penulisan hasil
peelitian
15
DAFTAR PUSTAKA
Buku
Internet
Liputan 6, 2022, PPATK Sebut Pencucian Uang Kini Melalui Kripto . Diakses
melalui https://www.liputan6.com/crypto/read/4950366/ppatk-sebut-
pencucian-uang-kini-melalui-kripto pada 2 Juni 2022.
Keputusan Bursa Efek jakarta Nomor 308 Tahun 2004 mengenai pembatalan
efek.
Peraturan Bappebti Nomor 7 Tahun 2020 tentang Penetapan Daftar Aset Kripto
yang dapat diperdagangkan di Pasar Fisik Aset Kripto
16