Anda di halaman 1dari 19

PROPOSAL

Konstruksi Hukum Pencegahan dan Penindakan


Tindak Pidana Pencucian Uang melalui
Perdagangan Mata Uang Kripto

Diajukan untuk Memenuhi Nilai UAS (Ujian Akhir Semester)


Metode Penelitian
Kelas N

Oleh:
Ahmad Ghiffari Rizqul Haqq (205010101111023)

Dosen:
Mufatikhatul Farikhah S.H., M.H.

FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG

Juni 2022
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI.............................................................................................. i

DAFTAR TABEL.........................................................................................ii

A. Judul.................................................................................................1

B. Latar Belakang.................................................................................1

C. Orisinalitas Penelitian.....................................................................7

D. Rumusan Masalah..........................................................................10

E. Tujuan Penelitian...........................................................................10

F. Manfaat Penelitian.........................................................................11

G. Kajian Pustaka...............................................................................11

H. Metode Penelitian..........................................................................12

I. Definisi Konseptual........................................................................13

J. Sistematika Penulisan...................................................................14

K. Jadwal Pelaksanaan Penelitian.....................................................15

DAFTAR PUSTAKA.................................................................................16

i
DAFTAR TABEL

Tabel 1. Tabel Orisinalitas ……………………………………………………………………….7

Tabel 2. Perbandingan Orisinalitas Penelitian………………………………………………..9

ii
A. Judul
Konstruksi Hukum Pencegahan dan Penindakan Tindak Pidana Pencucian Uang Melalui
Perdagangan Mata Uang Kripto.

B. Latar Belakang
Aset merupakan sebuah barang yang secara hukum dibagi menjadi benda yang
bergerak dan tidak bergerak, berwujud dan tidak berwujud. 1 Sebagai sebuah sumber daya
ekonomi yang dimiliki dan mengandung hak dan kewajiban bagi pemegangnya maka nilai
takar yang dimilikinya harus dinilai secara wajar dan objektif. 2 Pengertian aset di Indonesia
didefinisikan melalui Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2005 tentang Standar
Akuntansi Pemerintahan, dalam peraturan tersebut aset diklasifikasikan menjadi 2 (dua),
yakni aset lancar dan aset non lancar. Klasifikasi aset lancar merupakan aset yang dapat
diperjual belikan atau dimiliki dalam jangka waktu dua belas bulan sejak pelaporan aset
tersebut. Sedangkan aset yang tidak dapat dikategorikan dalam klasifikasi tersebut disebut
sebagai aset non lancar. Melalui pengertian tersebut maka investasi jangka pendek, kas,
piutang dapat dikategorikan sebagai aset lancar. Sedangkan aset non lancar meliputi aset
tetap seperti tanah, mesin, jalan, gedung. Aset non lancar juga meliputi aset tak berwujud
seperti paten, merk dagang, hak cipta dan sebagainya. 3

Cryptocurrency atau biasa dikenal dengan Mata Uang Kripto merupakan salah satu
bentuk aset yang mulai dikenal luas setelah kapitalisasi pasar salah satu jenis pelopor Aset
Kripto, Bitcoin melesat hingga bernilai 830 miliar dollar pada 2018 lalu, Bitcoin kemudian
menginspirasi kemunculan Mata Uang Kripto lainnya. Konsep Cryptocurrency sendiri muncul
sudah lama, yakni sejak tahun 1983 yang dipelopori oleh David Chaum yang menciptakan
sebuah sistem pembayaran yang memungkinkan pembayaran secara anonymous yang
berarti transaksi yang dilakukan menjadi tidak bisa dilacak karena dapat memisahkan
identitas kedua pihak yang melakukan transaksi sehingga pihak yang menggunakan sistem
tersebut tidak akan tunduk dan memisahkan diri dengan nilai pertukaran mata uang pada
umumnya yang didukung oleh pemerintah setempat. Teknologi tersebut kemudian diberi
nama Blind Signature.4

Baru kemudian di tahun 2009 setelah beragam perkembangan teknologi yang


didasarkan pada Blind Signature Mata uang kripto pertama, yakni Bitcoin diperkenalkan ke
publik oleh sebuah nama samaran, yaitu Satoshi Nakamoto setelah merilis sebuah makalah
yang berjudul “Bitcoin: A Peer-to-Peer Electronic Cash System” . Delapan tahun berselang

1
Hidayat, Muchtar. 2011. Manajemen Aset (Privat dan Publik). Yogyakarta: LaksBang.
2
Munawir, Slamet. 2007. Analisa Laporan Keuangan. Edisi Keempat, Yogyakarta: Liberty.
3
Peraturan Pemerintah Indonesia Nomor 24 Tahun 2005 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan.
4
Chaum, D. (1983). Blind Signatures for Untraceable Payments. In: Chaum, D., Rivest, R.L.,
Sherman, A.T. (eds) Advances in Cryptology. Springer, Boston, MA.
1
menurut Elbahrawy, Alessandretti, Kandler, Pastor-Sattoras dan Baronchelli diperkirakan
terdapat sekitar 1500 mata uang Kripto aktif yang 600 diantaranya aktif diperdagangkan
dan bernilai sekitar 91 miliar dollar yang kemudian melesat pada tahun 2018 dan berlanjut
hingga tahun 2022 yang bertahan di angka sekitar 600 miliar dollar.

Hukum Positif Indonesia mengenal cryptocurrency dengan sebutan Aset Kripto yang
pertama kali diperkenalkan melalui surat Menko Bidang Perekonomian RI No.
S-302/M.EKON/09/2018 tanggal 24 September yang berisi Tindak Lanjut Mengenai
Pembahasan Pengaturan Aset Kripto Sebagai Komoditi yang Diperdagangkan di Bursa
Berjangka, pembahasan yang dihadiri langsung oleh Bank Indonesia, Badan Pengawas
Perdagangan Berjangka Komoditi (BAPPEBTI), Badan Intelijen Negara (BIN), Badan
Narkotika Nasional (BNN), dan Kementerian Keuangan (Kemenkeu). Melalui rapat tersebut
diputuskan bahwa Aset Kripto memenuhi ketentuan sebagai sebuah “Komoditi” yang ruang
lingkupnya telah diatur dalam Undang-undang Nomor 10 Tahun 2011 tentang Perubahan
Atas Undang-undang Nomor 32 Tahun 1997 tentang Perdagangan Berjangka Komoditi.
Beberapa faktor penetapan Aset Kripto sebagai komoditi, diantaranya:

1. Aset Kripto memiliki harga yang fluktutatif sehingga perdagangannya sangat likuid
(mudah diperdagangkan);
2. Aset Kripto dalam perkembangannya muncul melalui perkembangan teknologi
blockchain yang dapat diperdagangkan secara bebas dan kemunculannya tanpa
adanya intervensi dari pemerintah yang membuat pasar alami yang dimilikinya
memiliki struktur yang kuat;
3. Permintaan dan penawaran yang besar (karena Aset Kripto diperdagangkan secara
global) menjadikan Aset Kripto memiliki pangsa pasar yang sangat besar.
4. Sebagai sebuah komoditi, Aset Kripto memiliki standar komoditi lainnya, yakni
mengaplikasikan penggunaan teknologi, memiliki harga, dapat diperjualbelikan
sehingga mempunyai kemampuan untuk digunakan sebagai sarana pembayaran
dalam proyek tertentu.

Akan tetapi pada keputusan rapat yang sama juga dijelaskan bahwa Aset Kripto tidak
dapat digunakan sebagai alat pembayaran yang sah, karena bertentangan dengan Undang-
undang Nomor 7 Tahun 2011 tentang Mata Uang, namun kemudian Aset Kripto diakui
sebagai “komoditi” untuk kemudian teknis perdagangannya akan diatur terlebih dahulu
melalui Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 99 Tahun 2018 tentang Kebijakan Umum
Penyelenggaraan Perdagangan Berjangka Aset Kripto yang kemudian akan diakomodir
melalui Peraturan Bappebti Nomor 2 Tahun 2019 tentang Penyelenggaraan Pasar Fisik
Komoditi di Bursa Berjangka, Peraturan Bappebti Nomor 5 Tahun 2019 tentang Ketentuan
Teknis Penyelenggaraan Pasar Fisik Aset Kripto di Bursa Berjangka, sebagaimana diubah
2
dengan Peraturan Babppebti Nomor 7 Tahun 2020 tentang Penetapan Daftar Aset Kripto
yang dapat diperdagangkan di Pasar Fisik Aset Kripto.

Melalui Peraturan Bappebti Nomor 7 tahun 2020 tercatat telah terdapat 229 Aset Kripto
yang terdaftar dan dapat diperdagangkan di Indonesia, beberapa syarat yang diharuskan
agar sebuah Aset Kripto dapat diperdagangkan diantaranya 5:

1. Berbasis distributed ledger technology yang berarti sebuah sistem digital yang
terdesentralisasi dan dapat mencatat transaksi antar pihak di banyak tempat dalam
waktu yang sama. Ini berarti setiap transaksi yang dilakukan secara global akan
terbukukan dalam sebuah basis sistem yang sama sehingga dapat diakses secara
bersamaan kapanpun dan dimanapun.
2. Berupa Aset Kripto utilitas yang berarti Aset Kripto atau beberapa jenis penyedia
Aset Kripto tergabung dalam sebuah ekosistem yang memungkinkan perpindahan
Aset satu sama lain hanya dengan satu jenis “mata uang” baku yang berlaku dalam
ekosistem tersebut6.
3. Berupa Aset Kripto beragun asset yang berarti sebuah Aset Kripto dikaitkan dengan
kondisi harga bahan baku dunia, seperti emas, minyak, dan mata uang internasional.
4. Aset Kripto harus masuk ke dalam bursa Aset Kripto terbesar di dunia
5. Memenuhi penilaian Analytic Hierarchy Process yang dipertimbangkan dalam 30
faktor sesuai dalam Pasal 3 Ayat (2) Peraturan Bappebti Nomor 5 Tahun 2019
tentang Ketentuan Teknis Penyelenggaraan Pasasr Fisik Aset Kripto di Bursa
Berjangka.

Selain mengatur mengenai ketentuan Aset Kripto yang boleh diperdagangkan di


Indonesia Bappebti juga mengatur ketentuan mengenai ketentuan-ketentuan yang harus
dipenuhi baik bagi pelaku jual beli perorangan Aset Kripto maupun penyedia jasa layanan
pedagang perantar a aset kripto atau yang biasa disebut dengan Broker. Hingga Mei 2022
tercatat sudah terdapat 18 platform Aset Kripto yang terdaftar di Bappebti.

Meskipun demikian, pada dasarnya peraturan-peraturan yang diterapkan Bappebti


merupakan sebuah peraturan yang terbatas terhadap pemberian regulasi dasar terhadap
perusahaan-perusahaan maupun pelaku jual-beli perorangan yang hendak melakukan

5
Peraturan Bappebti Nomor 5 Tahun 2019 tentang Ketentuan Teknis Penyelenggaraan Pasasr Fisik
Aset Kripto di Bursa Berjangka
6
“Mata Uang Baku” merujuk kepada dua pengelompokan Mata Uang Kripto, yakni Stable Coin yang
kenaikan dan penurunannya dapat mempengaruhi harga-harga koin yang tergabung dalam jenis
Alternative Coin. Stable Coin, yakni Bitcoin (BTC), Ethereum (ETH), FIAT dan sebagainya. Sedangkan
Alternative Coin merupakan bentuk lanjutan yang berupa ekosistem Stable Coin berisi koin-koin yang
dalam istilah Aset di underlying atau harganya dipengaruhi oleh Stable Coin. Yang termasuk dalam
kelompok Alternative Coin, yakni Cardano (CDN), Avalanche (AVAX) dan sebagainya.
3
transaksi melalui Aset-aset Kripto yang terdaftar dan diizinkan oleh Bappebti selagu
regulator.

Akan tetapi aspek penyelidikan mengenai jasa layanan pedagang perantara Aset Kripto
ilegal sama sekali belum mendapatkan pengawasan, bahkan sanksi hukum yang jelas dalam
hukum positif di Indonesia. Perlu diingat bahwa Aset Kripto dibentuk dan diperdagangkan
melalui mekanisme Peer to Peer yang berarti transaksi Aset Kripto hanya akan diketahui
oleh penjual dan pembeli Aset Kripto yang diperdagangkan. Memang pensyaratan
distributed ledger technology yang harus dimiliki oleh sebuah Aset Kripto memungkinkan
adanya pembukuan yang kemudian dapat diakses sewaktu-waktu terjadi penyalahgunaan
yang memenuhi suatu delik pidana.

Meski demikian kemungkinan terjadinya kejahatan yang dilakukan melalui Aset Kripto
sangatlah besar dan memungkinkan untuk terjadi tidak hanya dalam ranah nasional tetapi
internasional. Penerapan sistem Know your customer dalam membuka sebuah akun legal
jual beli perorangan masih kemudian memiliki celah-celah untuk dimungkinkan timbul suatu
delik pidana.

Sebuah delik pidana yang sangat mungkin terjadi ialah Tindak Pidana Pencucian Uang
(TPPU). Melalui hukum positif di Indonesia Tindak Pidana Pencucian Uang dikenal melalui
Undang-undang Nomor 8 Tahun 2010 Tentang Pencegahan dan Pemberantasan Tindak
Pidana Pencucian Uang, selain itu pencegahan TPPU juga didukung melalui beragam
Undang-undang terkait seperti Undang-undang Tindak Pidana Korupsi dan sebagainya.

Kemungkinan Aset Kripto menjadi sebuah modus baru dalam pencucian uang
disampaikan oleh PPATK, yang menyatakan bahwa “mata uang Kripto dapat digunakan
untuk melakukan pembayaran kepada afiliator untuk mengelabuhi dana secara ilegal” .
Konteks yang dimaksud oleh PPATK dalam hal tersebut ialah kasus Indra Kenz yang terjerat
kasus investasi bodong dan pencucian uang yang masih dapat melakukan transaksi Aset
Kripto meski sudah ditahan “Mereka bisa transaksi Bitcoin, Ethereum dalam jumlah besar,
kripto dalam jumlah besar setelah mereka ditahan.” Hal tersebut dituturkan oleh Kepala
Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan, Ivan Yustiavandana (29/4/2022). 7

Melalui kasus tersebut PPATK menemukan bahwa mereka menemukan sebuah dompet
berisi Aset Kripto senilai 38 miliar yang menggunakan nama orang lain dan diyakini bahwa
masih terdapat beberapa dompet digital yang berisi Aset Kripto dalam nama kepemilikan
yang berbeda. Kasus Indra Kenz membuktikan, kendati Bappebti telah menerapkan prinsip
Know your customer (KYC) sebagaimana tercantum dalam Peraturan Bank Indonesia Nomor
7
Liputan 6, 2022, PPATK Sebut Pencucian Uang Kini Melalui Kripto. Diakses melalui
https://www.liputan6.com/crypto/read/4950366/ppatk-sebut-pencucian-uang-kini-melalui-kripto pada
2 Juni 2022.
4
3-10-PBI-2001 tentang Penerapan Prinsip Mengenal Nasabah. Yang dalam prinsipnya
mendefinisikan bahwa konsep Know your customer merupakan upaya bank untuk
mengetahui identitas nasabah dan memantau kegiatan transaksi nasabah hingga transaksi
yang mencurigakan.8

Melalui kasus Indra Kenz maka dapat disimpulkan bahwa penggunaan nama orang lain
dalam dompet digital berisi Aset Kripto yang diduga digunakan Indra Kenz untuk
mealncarkan aksi pencucian uangnya perlu diberikan perhatian lebih. Pasalnya melalui
peristiwa tersebut dan diketahui terdapat kesulitan oleh PPATK untuk melacak aliran dana
yang dilakukan oleh Indra Kenz melalui Aset Kripto, maka dapat disimpulkan bahwa
pengawasan dalam hal penggunaan Aset Kripto sebagai sebuah media Tindak Pidana
Pencucian Uang masih minim atau bahkan dapat dikatakan tidak ada.

Sebagai sebuah entitas yang berkembang Tindak Pidana tentu akan semakin meluas
dan beraneka ragam dengan berbagai macam cara yang bukan tidak mungkin
menggunakan media teknologi dalam melaksanakan kejahatannya. Memang Tindak Pidana
Pencucian Uang secara general mengakomodir Tindak Pidana Pencucian Uang bahkan
dalam hal Aset Kripto digunakan sebagai media pelaksanaannya

Namun perlu digarisbawahi sebagaimana yang telah disampaikan sebelumnya, bahwa


Aset Kripto dalam kemunculannya tidak dipengaruhi dan berangkat melalui semangat untuk
memiliki sebuah mata uang yang kenaikan maupun penurunan harganya sepenuhnya
terlepas dari pengaruh Bank Sentral.

Melalui pemahaman itu disadari bahwa sejatinya pengawasan terhadap Aset Kripto baik
yang berkaitan dengan pedagang perantara maupun pelaku perseorangan tidak cukup
hanya kepada regulasi teknis perdagangan Aset Kripto semata, melainkan juga harus
menimbang aspek bahwa Aset Kripto sangat rentan untuk dijadikan lahan Tindak Pidana
Pencucian Uang yang sulit terlacak karena bersifat global, privat dan jauh dari pengawasan
Bank Sentral suatu negara.

Hukum positif di Indonesia masih memiliki kekosongan hukum dalam hal pengawasan
terhadap aliran Aset Kripto secara lebih menyeluruh. Kendati terdapat Peraturan Bappebti
Nomor 5 Tahun 2019 tentang Ketentuan Teknis Penyelenggaraan Pasar Fisik Aset Kripto di
Bursa Berjangka, sebagaimana diubah dengan Peraturan Babppebti Nomor 7 Tahun 2020
tentang Penetapan Daftar Aset Kripto yang dapat diperdagangkan di Pasar Fisik Aset Kripto.
Pengaturan tersebut hanya disimpulkan berupa sebuah peraturan yang sifatnya
memberikan kepastian hukum untuk melindungi konsumen Aset Kripto, baik berupa

8
Peraturan Bank Indonesia Nomor 3-10-PBI-2001 tentang Penerapan Prinsip Mengenal Nasabah
5
Pedagang Perantara Aset Kripto maupun perseorangan yang melakukan jual beli Aset
Kripto.

Akan tetapi tidak terdapat pencegahan Tindak Pidana Pencucian Uang melalui peraturan
yang dimaksud oleh Bappebti, sebab Aset Kripto yang sangat banyak jenisnya dan tidak
hanya terbatas pada 229 Aset Kripto yang dikeluarkan oleh Bappebti dalam Peraturan
Bappebti Nomor 7 Tahun 2020 tentang Penetapan Daftar Aset Kripto yang dapat
diperdagangkan di Pasar Fisik Aset Kripto.9

Sebagai contoh tidak adanya regulasi yang mengatur pengawasan dan penindakan
untuk mencegah terjadinya Tindak Pidana Pencucian Uang, Bappebti hanya berwenang
untuk membekukan perusahaan yang menjadi pedagang perantara dari Aset Kripto.
Berbeda dengan Bursa Efek Indonesia yang berwenang untuk melakukan suspensi atau
penghentian sementara sebuah emiten yang memenuhi kriteria untuk dilakukan suspensi,
salah satunya ialah perusahaan yang dimaksud terlibat dalam sebuah tindak pidana atau
dalam penyidikan terkait adanya temuan tindak pidana seperti pencucian uang sebagaimana
dicantumkan dalam Surat Edaran Nomor: SE-008/BEJ/08-2004. 10
Bappebti juga belum
memiliki regulasi seperti yang dimiliki Bursa Efek Indonesia yang dapat melakukan delisting
terhadap emiten yang memiliki kinerja negatif atau bahkan terjerat dalam sebuah tindak
pidana sebagaimana dalam Keputusan Bursa Efek jakarta Nomor 308 Tahun 2004 11.
Sehingga masih terdapat kekosongan hukum untuk mencegah adanya Tindak Pidana
Pencucian Uang melalui perdagangan Aset Kripto.

Pelaku perdagangan perseorangan Aset Kripto juga masih dapat dengan bebas
mengirimkan Aset Kripto dari satu dompet ke dompet yang lainnya, selain itu dapat pula
seseorang di Indonesia dengan mudah mengirimkan Aset Kripto kepada dompet yang
diperantara oleh pedagang perantara Aset Kripto yang tidak terdaftar secara resmi baik di
dalam negeri maupun di luar negeri. Hal tersebut sangat dimungkinkan karena sistem
Blockchain yang dimiliki oleh Aset Kripto sehingga memungkinkannya untuk diakses
dimanapun dan kapanpun secara global. Tetapi perlu dipahami bahwa tidak semua Aset
Kripto memiliki distributed ledger technology sehingga tidak semua Aset Kripto dapat dilacak
pembukuannya secara terbuka dan memungkinkan adanya transaksi Anonymous yang patut
diduga dapat dimanfaatkan oleh pelaku Tindak Pidana Pencucian Uang dalam melancarkan
aksinya.

9
Peraturan Bappebti Nomor 7 Tahun 2020 tentang Penetapan Daftar Aset Kripto yang dapat
diperdagangkan di Pasar Fisik Aset Kripto
10
Surat Edaran Nomor: SE-008/BEJ/08-2004 mengenai suspensi efek.
11
Keputusan Bursa Efek jakarta Nomor 308 Tahun 2004 mengenai pembatalan efek.
6
Sistem pembukuan Bappebti yang mengandalkan laporan harian dari masing-masing
perusahaan yang sah untuk memperdagangkan Aset Kripto juga dapat menimbulkan celah,
sebab jika dibandingkan dengan saham yang seluruh pencatatannya secara Real Time
dicatat oleh Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI) selaku Lembaga Penyimpanan dan
Penyelesaian di pasar modal sesuai dengan amanat Undang-undang Nomor 8 Tahun 1995
tentang Pasar Modal12. Bappebti tidak memiliki penyimpanan secara Real Time melainkan
mengandalkan Cold Storage dan Hot Storage yang dilaporkan secara berkala, kondisi ini
menjadikan Bappebti berada dalam kondisi pengawasan yang menunggu adanya laporan
mengenai penyalahgunaan atau jika terjadi Tindak Pidana Pencucian Uang melalui Aset
Kripto, hal ini tentu menyulitkan penyelidikan aliran dana terlebih apabila nantinya Aset
Kripto yang berada dalam dompet digital yang ada di perusahaan yang telah sah menurut
Bappebti telah mengirimkan Asetnya kepada dompet digital yang tidak berada dalam
perusahaan yang diawasi oleh Bappebti.

Melalui adanya permasalahan tersebut perlu diadakan sebuah kajian dan penelitian
dengan meninjau pada aspek hukum pidana secara ilmiah. Sehingga melalui latar belakang
permasalahan yang telah diuraikan penulis mengangkat judul KONSTRUKSI HUKUM
PENCEGAHAN DAN PENINDAKAN TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG MELALUI
PERDAGANGAN MATA UANG KRIPTO sehingga dapat menemukan jawaban atas
permasalahan tersebut.

C. Orisinalitas Penelitian
Tabel 1. Tabel Orisinalitas

Nama peneliti Judul dan tahun


No. Rumusan masalah
dan asal instansi penelitian
1 Pieter Erastus Perkembangan 1. Apakah transaksi
Yestandha Tindak Pidana Cryptocurrency
(Fakultas Hukum Pencucian Uang dapat
Universitas Melalui Transaksi dikualifikasikan
Brawijaya) Cryptocurrency di sebagai tindak
Indonesia (2018) pidana pencucian
uang
2. Bagaimana
pertanggungjawaban
pidana terhadap
seseorang yang
menyimpan mata
12
Undang-undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal
7
uang Cryptocurrency
sebagai salah satu
modus baru
pencucian uang?
1. Dalam hal
bagaimanakah
penggunaan mata
uang virtual (Bitcoin)
Analisis Yuridis menjadi tindak
Penggunaan Mata pidana pencucian
Uang Virtual uang?
Adi Parwoto
(Bitcoin) sebagai 2. Bagaimanakah
2 (Fakultas Hukum
Sarana Tindak gagasan pengaturan
Universitas Riau)
Pidana Pencucian hukum terhadap
Uang (Money penggunaan mata
Laundering) (2019) uang virtual (Bitcoin)
untuk mencegah
tindak pidana
pencucian uang di
Indonesia?
No. Nama Peneliti Judul dan Tahun Rumusan Masalah
dan Asal Instansi Penelitian
1 Pieter Erastus Perkembangan 3. Apakah transaksi
Yestandha Tindak Pidana Cryptocurrency
(Fakultas Hukum Pencucian Uang dapat
Universitas Melalui Transaksi dikualifikasikan
Brawijaya) Cryptocurrency di sebagai tindak
Indonesia (2018) pidana pencucian
uang
4. Bagaimana
pertanggungjawaban
pidana terhadap
seseorang yang
menyimpan mata
uang Cryptocurrency
sebagai salah satu
modus baru
8
pencucian uang?
2 Adi Parwoto Analisis Yuridis 3. Dalam hal
(Fakultas Hukum Penggunaan Mata bagaimanakah
Universitas Riau) Uang Virtual penggunaan mata
(Bitcoin) sebagai uang virtual (Bitcoin)
Sarana Tindak menjadi tindak
Pidana Pencucian pidana pencucian
Uang (Money uang?
Laundering) (2019) 4. Bagaimanakah
gagasan pengaturan
hukum terhadap
penggunaan mata
uang virtual (Bitcoin)
untuk mencegah
tindak pidana
pencucian uang di
Indonesia?
Tabel 2.Perbandingan Orisinalitas Penelitian

Nama Peneliti dan Judul dan Tahun Perbedaan


No.
Asal Instansi Penelitian Penelitian
1 Pieter Erastus Perkembangan Perbedaan pada
Yestandha Tindak Pidana penelitian saya ialah
(Fakultas Hukum Pencucian Uang penelitian saya lebih
Universitas Brawijaya) Melalui Transaksi berfokus kepada
Cryptocurrency di upaya pencegahan
Indonesia (2018) dan penindakan
tindak pidana
pencucian uang
dikarenakan adanya
kekosongan
pengaturan
pencegahan tindak
pidana pencucian
uang yang mutlak
oleh Bappebti selaku

9
regulator
perdagangan mata
uang kripto di
Indonesia sehingga
akan kemudian
menyulitkan
penindakan apabila
terjadi pencucian
uang melalui
perdagangan mata
uang kripto.
Perbedaan penelitian
saya ialah penelitian
saya ialah
menekankan kepada
Analisis Yuridis penguatan regulasi
Penggunaan Mata oleh regulator
Uang Virtual (Bitcoin) perdagangan mata
Adi Parwoto
sebagai Sarana uang kripto untuk
2 (Fakultas Hukum
Tindak Pidana mendukung
Universitas Riau)
Pencucian Uang pencegahan dan
(Money Laundering) penindakan tindak
(2019) pidana pencucian
uang apabila
menjadikan mata
uang kripto sebagai
media nya.

D. Rumusan Masalah
1. Apa urgensi pengaturan pencegahan dan penindakan tindak pidana pencucian uang
melalui perdagangan mata uang kripto?
2. Bagaimana perumusan hukum pidana nasional yang tepat dalam pencegahan dan
penindakan tindak pidana pencucian uang melalui perdagangan mata uang kripto di
masa mendatang?

10
E. Tujuan Penelitian
Tujuan yang ingin dicapai penulis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui dan menganalisa urgensi pengaturan pencegahan dan


penindakan tindak pidana pencucian uang melalui perdagangan mata uang kripto.
2. Untuk mengetahui dan menganalisa bentuk rumusan hukum yang tepat dalam
pencegahan dan penindakan tindak pidana pencucian uang melalui perdagangan
mata uang kripto.

F. Manfaat Penelitian
Penelitian ini memiliki beberapa manfaat yang terbagi dalam manfaat praktis dan
manfaat teoritis.

1. Manfaat Praktis
a. Bagi Penulis
Dapat menambah wawasan dan pengetahuan penulis mengenai pencegahan dan
penindakan tindak pidana pencucian uang melalui perdagangan mata uang kripto
di Indonesia, sekaligus aturan mengenai hal tersebut
b. Bagi Pemerintah
Sebagai informasi dan solusi mengenai pentingnya rumusan hukum dalam hal
pencegahan dan pengawasan tindak pidana pencucian uang melalui
perdagangan mata uang kripto.
c. Bagi Mahasiswa
Menambah pengetahuan di bidang hukum pidana mengenai pencegahan dan
penindakan tindak pidana pencucian uang melalui perdagangan mata uang kripto
sehingga dapat menjadi rujukan bagi Mahasiswa dalam penulisan yang lebih
lanjut.
2. Manfaat Teoritis
Penelitian ini juga memiliki manfaat teoritis yakni dapat digunakan untuk
memberikan pengetahuan di bidang hukum pidana dalam hal pencegahan dan
penindakan tindak pidana pencucian uang melalui perdagangan mata uang kripto.

G. Kajian Pustaka
1. Pengertian Cryptocurrency
1.1 Sejarah Cryptocurrency
1.2 Jenis-jenis Cryptocurrency
1.3 Cryptocurrency sebagai sebuah aset
2. Pengaturan perdagangan mata uang kripto di Indonesia
2.1 Latar belakang pengaturan

11
2.2 Unsur-unsur yang diatur
3. Tindak pidana pencucian uang di Indonesia
3.1 Kekosongan hukum pengawasan mata uang kripto
3.2 Kemungkinan mata uang kripto sebagai media tindak pidana pencucian uang

H. Metode Penelitian
1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini, ialah penelitian normatif, yakni
penelitian yang berfokus dalam mengkaji norma-norma dalam hukum positif. Penelitian
ini menggunakan pendekatan legis positivis, yakni konsep yang memandang bahwa
hukum identik dengan norma yang tertulis dan dibuat serta diundangkan oleh lembaga
atau pejabat yang berwenang. Konsepsi ini memandang hukum sebagai sebuah sistem
normatif yang bersifaft mandiri, tertutup dan terlepas dari kehidupan nyata masyarakat.
Analisis normatif berangkat dari undang-undang. 13

2. Pendekatan Penelitian

Penelitian ini menggunakan 2 pendekatan untuk menjawab permasalahan yang


dipermasalahkan. Pendekatan yang dimaskud adalah:

a. Pendekatan perundang-undangan (Statute Approach): Pendekatan dengan


menelaah kasus-kasus terkait tindak pidana pencucian uang melalui perdagangan
mata uang kripto yang dikaitkan dengan Kitab Undang-undang Hukum Pidana,
Undang-undang Nomor 8 Tahun 2010 Tentang Pencegahan dan Pemberantasan
Tindak Pidana Pencucian Uang, , Peraturan Bappebti Nomor 5 Tahun 2019 tentang
Ketentuan Teknis Penyelenggaraan Pasar Fisik Aset Kripto di Bursa Berjangka, dan
dengan Peraturan Babppebti Nomor 7 Tahun 2020 tentang Penetapan Daftar Aset
Kripto yang dapat diperdagangkan di Pasar Fisik Aset Kripto.
b. Pendekatan konseptual (conceptual approach): Pendekatan yang beranjak dari
pandangan-pandangan dan doktrin yang berkembang dalam ilmu hukum,
pendekatan ini menekankan argumentasi hukum untuk menjawab permasalahan
yang menjadi inti pembahasan dalam penelitian ini, yakni konstruksi hukum yang
tepat dalam melakukan pencegahan dan penindakan tindak pidana pencucian uang
melalui perdagangan mata uang kripto.
3. Jenis dan Sumber Bahan Hukum

Sumber bahan hukum yang digunakan dalam peneliitan ini terdiri dari 2 (dua) yakni:

13
Zainuddin Ali, Metode Penelitian Hukum, Jakarta: Sinar Grafika, 2018.

12
a. Data Primer; bersumber dari bahan hukum yang mengikat secara yuridis dan
merupakan hukum positif yang berlaku. Adapun bahan primer yang dimaksud,
yakni Kitab Undang-Undang Hukum Pidana, Undang-undang Nomor 8 Tahun
2010 Tentang Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang, ,
Peraturan Bappebti Nomor 5 Tahun 2019 tentang Ketentuan Teknis
Penyelenggaraan Pasar Fisik Aset Kripto di Bursa Berjangka, dan dengan
Peraturan Babppebti Nomor 7 Tahun 2020 tentang Penetapan Daftar Aset Kripto
yang dapat diperdagangkan di Pasar Fisik Aset Kripto.
b. Data Sekunder; bersumber dari literatu, buku, jurnal, artikel makalah ilmiah atau
pendapat hukum dari segi kepustakaan yang berkaitan dengan pencegahan dan
penindakan tindak pidana pencucian uang melalui perdagangan mata uang
kripto.
4. Teknik Pengumpulan Bahan Hukum

Bahan hukum yang sudah terkumpul kemudian diinventarisasi, diidentifikasi, diklasifikasikan


dan dianalisa menggunakan metode yuridis kualtiatif, yakni teknik yang menggunakan
penalaran menggunakan logika agar mampu menghasilkan sebuah kesimpulan yang logis
dan dapat disusun sebagai sebuah karya ilmiah. Analisis yang dilakukan bertujuan untuk
mengungkapkan mengenai konstruksi hukum yang tepat dalam pencegahan dan
penindakan tindak pidana pencucian uang melalui perdagangan mata uang kripto.

5. Teknik Analisa Bahan Hukum

Penelitian normatif menggunakan metode pengolahan data dengan teknik interpretasi,


sistematis, gramatikal, dan futuristik. Bahan hukum yang diperoleh kemudian disusun
secara sistematis menggunakan analisis secara deskriptif kualitatif, yakni analisa terhadap
data-data yang tidak dapat dihitung. Bahan hukum tersebut kemudian dilakukan
pembahasan, pemeriksaan dan pengelompokan dalam bagian-bagian tertentu untuk
menghasilkan sebuah informasi.

I. Definisi Konseptual
a. Tindak Pidana

Tindak Pidana merupakan sebuah perilaku yang dilarang menurut aturan hukum.
Perilaku yang dilarang tersebut kemudian diatur dan disertai sanksi berupa pidana
terhadap orang yang melanggar aturan tersebut.

b. Pencucian Uang

Pencucian Uang termasuk ke dalam salah satu tindak pidana. Definisi pencucian
uang menurut Pasal 1 Angka 1 Undang-undang Nomor 8 Tahun 2010 tentang Tindak
13
Pidana Pencucian Uang ialah adalah perbuatan menempatkan, mentransfer,
membayarkan, membelanjakan, menyumbangkan, menitipkan, membawa ke luar
negeri, menukarkan atau perbuatan lainnya atas harta kekayaan yang diketahuinya atau
patut diduga merupakan tindak pidana dengan maksud untuk menyembunyikan atau
menyamarkan asal usul harta kekayaan sehingga seolah-olah menjadi harta kekayaan
yang sah.

c. Mata Uang Kripto

Mata Uang Kripto atau yand dikenal dengan Cryptocurrency merupakan sebuah mata
uang virtual yang pengembangannya didasarkan kepada prinsip Peer-to-peer yang
memungkinkannya untuk tidak terafiliasi dengan Bank Sentral suatu negara sehingga
kenaikan maupun penurunan harganya tidak mengikuti kondisi nasional suatu negara
melainkan murni terhadap permintaan dan penawaran dari Mata Uang Kripto itu sendiri.

J. Sistematika Penulisan
BAB I PENDAHULUAN

Terdiri dari latar belakang masalah yang menceritakan uraian yang menjadi pokok
penelitiasn dari aspek filosofis, sosiologis, dan yuridis. Rumusan masalah yang ditujukan
untuk menentukan arah penelitian yang dikehendaki oleh peneliti. Tujuan penelitian, yaotu
tujuan yang hendak peneliti capai untuk mengkaji permasalahan dalam penelitian ini.
Manfaat penelitian, terbagi menjadi manfaat teoritis yang bertujuan untuk perkembangan
ilmu pengetahuan hukum dan manfaat praktis yang ditujukan untuk masyarakat. Orisinalitas
penlitian, yang disajikan dalam bentuk tabel untuk mencari penelitian terlebih dahulu dan
mencari kebaharuan yang hendak peneliti kaji.

BAB II KAJIAN PUSTAKA

Kajian Pustaka dalam penelitian ini ditulis dalam poin-poin yang berisi uraian sistematis
konsep dan teori yang relevan untuk mengkaji permasalahan dalam penelitian ini

BAB III METODE PENELITIAN

Terdiri dari jenis penelitian yang bertujuan untuk menentukan bagaimana desain
penelitian dan bagaimana penelitian akan dilakukan. Pendekatan penelitian digunakan oleh
peneliti untuk menjadi sarana kajian permasalahan yang akan dikaji secara normatif. Jenis
dan bahan hukum digunakan untuk menentukan bahan hukum primer dan sekunder apa
saja yang digunakan dalam penelitian ini. Teknik pengumpulan bahan hukum digunakan
untuk menentukan teknik pengumpulan bahan hukum yang tepat. Teknik analisa bahan
hukum digunakan untuk menentukan metode analisa yang tepat sehingga menghasilkan
hasil pembahasan yang sesuai dengan substansi yang diarahkan.
14
K. Jadwal Pelaksanaan Penelitian

Jenis Bulan
NO Kegiatan 1 2 3 4
12 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1 Diskusi
bersama
dosen
pendamping
2 Menyusun
instrumen
penelitian
3 Mencari sumber
bahan hukum
4 Mengolah
hasil
himpunan
bahan
hukum
5 Analisa bahan
hukum
6 Penulisan hasil
peelitian

15
DAFTAR PUSTAKA
Buku

Chaum, D. (1983). Blind Signatures for Untraceable Payments. In: Chaum,


D., Rivest, R.L., Sherman, A.T. (eds) Advances in Cryptology. Springer,
Boston, MA.

Hidayat, Muchtar. 2011. Manajemen Aset (Privat dan Publik). Yogyakarta:


LaksBang.

Munawir, Slamet. 2007. Analisa Laporan Keuangan. Edisi Keempat,


Yogyakarta: Liberty.

Zainuddin Ali, Metode Penelitian Hukum, Jakarta: Sinar Grafika, 2018.

Internet
Liputan 6, 2022, PPATK Sebut Pencucian Uang Kini Melalui Kripto . Diakses
melalui https://www.liputan6.com/crypto/read/4950366/ppatk-sebut-
pencucian-uang-kini-melalui-kripto pada 2 Juni 2022.

Undang-undang dan Peraturan Terkati

Keputusan Bursa Efek jakarta Nomor 308 Tahun 2004 mengenai pembatalan
efek.

Peraturan Bank Indonesia Nomor 3-10-PBI-2001 Tentang Prinsip mengenal


konsumen

Peraturan Bappebti Nomor 5 Tahun 2019 tentang Ketentuan Teknis


Penyelenggaraan Pasasr Fisik Aset Kripto di Bursa Berjangka

Peraturan Bappebti Nomor 7 Tahun 2020 tentang Penetapan Daftar Aset Kripto
yang dapat diperdagangkan di Pasar Fisik Aset Kripto

Peraturan Pemerintah Indonesia Nomor 24 Tahun 2005 tentang Standar


Akuntansi Pemerintahan.

Surat Edaran Nomor: SE-008/BEJ/08-2004 mengenai suspensi efek.


Undang-undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal

Undang-undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal

16

Anda mungkin juga menyukai