ADVOKASI PENGUATAN

BURUH DAN ORGANISASI

BURUH YANG MENGAKAR
DAN INDEPENDENT

DISAMPAIKAN DALAM:
BRAWIJAYA LAWPRENUR PROUDLY PRESENT

MIILENEAL BUSINESS TALK

28 MEI 2022
PUNCAK GUNUNG ES
ISUE PERBURUHAN DI INDONESIA

UU CIPTA KERJA
DAN USIA
PENERIMA DANA
PENSIUN

RELASI BURUH
DAN PEMODAL
DAN PEMERINTAH

ORGANISASI
SEJARAH BURUH YANG
PERBURUHAN YANG TIDAK
KELAM DI INDONESIA INDEPENDENT
2
DAN BERSATU
RELASI POLITIK HUKUM BURUH, PEMODAL
DAN NEGARA DALAM KONTEKS
KAPITALISME GLOBAL

NEGARA

HUBUNGAN
KERJA YANG KORPORATISME
EKSPLOITATIF NEGARA

BURUH HAK,
KEWAJIBAN DAN
TANGGUNG
JAWAB YANG PEMODAL
TDK SEIMBANG
KONDISI POLITIK HUKUM PERBURUHAN DI INDONESIA

• FLEKSIBILITAS TENAGA KERJA, MEMUDAHKAN PENGUSAHA

MELAKUKAN “TURN OVER”, REKRUITMEN DENGAN SISTEM
KONTRAK WAKTU TERTENTU, OUTSOURCING
• MOBILITAS TENAGA KERJA MENGIRINGI MODAL
• PEMERINTAH MENSISTEMATISASI KONTROL TERHADAP AKTIVITAS
PEKERJA DENGAN PENDEKATAN KORPORATIS DENGAN CARA :
A. PENGENDALIAN ORGANISASI BURUH SECARA
INTEGRAL DI BAWAH DEPNAKER
B. PEMBATASAN HAK MOGOK
C. PENGENDALIAN LEMBAGA PERSELISIHAN DI BAWAH LEMBAGA
NEGARA DAN PERADILAN
D. BIPARTIDE DAN TRIPARTIDE SEBAGAI ALAT UNTUK MEREDAM
GEJOLAK BURUH
E. MONOPOLI PENENTUAN UPAH

❑POLECY NON ENFORCEMENT DI BIDANG PENERAPAN SANKSI

TERHADAP PENGUSAHA
PERWUJUDAN HAK-HAK BURUH DALAM KONTEKS
KAPITALISME GLOBAL STANDART
PERBURUHAN
INTERNASIONAL :
PERKEMBANGAN MEE SOCIAL PROTOCOLOF
THE EROPEAN UNION
PERDAGANGAN
PERWUJUDAN BILATERAL DAN
G-7 INTERNATIONAL
HAK- HAK GLOBAL
LABOUR STANDAR
BURUH DALAM
KAONTEKS PERKEMBANGAN
1. SWASTANISASI,
KAPITALISME POLITIK GLOBAL : MASALAH
2. DEREGULASI
MEKANISME
GLOBAL DAN PASAR DAN
EKONOMI PERBURUHAN REGULASI
3. RESTRUKRISAS DAN POLA HUKUM
IMPLIKASINYA DEMOKRASI I PERUSAHAAN PERBURUHAN PERBURUHAN
BAGI INTEGRASI
INDONESIA : SOCIAL CLOUSE : CLAUSULA
PRODUK, PERLINDUNGAN SOSIAL, DENGAN CARA
MODAL DAN MEMPERBAIKI UPAH BURUH DAN KONDISI
PASAR KERJA
TENAGA SOCIAL DUMPING :
KERJA Memperkerjakan buruh anak, narapidna,
kondisi kerja buruk dan upah rendah
ORGANISASI BURUH JAMAN KOLONIAL
HINDIA BELANDA HINGGA ORDE REFORMASI

PEMANUNGGALAN
SERIKAT BURUH
DALAM WADAH
SERIKAT BURUH SBSI/SPSI
SEBAGAI ALAT FRAGMENTASI
SERIKAT PERJUANGAN SERIKAT
BURUH IDIOLOGI DAN JAMAN REZIM BURUH : BASIS
SEBAGAI ALAT POLITIK SOEHARTO IDIOLOGI
PERJUANGAN ORDE BARU POLITIK”TIDAK
IDIOLOGI DAN (1970-1997 JELAS”
POLITIK
JAMAN REZIM
JAMAN SOEKARNO - JAMAN ORDE
KOLONIAL ORDE LAMA REFORMASI –
HINDIA (1945-1965) (DARI MEGA
BELANDA WATI-SBY)
JAMAN KOLONIAL HINDIA BELANDA
HINGGA ORDE REFORMASI
PEMANUNGGALAN
SERIKAT BURUH
1. AWAL ABAD
DELAPAN BELAS DALAM WADAH
SERIKAT BURUH BELUM
PARTAI BURUH SBSI (1973)
INDONESIA, TERJADI
TERBENTUK KEMUDIAN FRAGMENTASI
2. SB ORANG EROPA DI BARISAN BURUH MENJADI SPSI SERIKAT BURUH
HINDIA BELANDA,
INDONESIA, (1985) DENGAN BASIS
NIOG, SSBOND, BOWNI
LASKAR BURUH “IDIOLOGI DAN
PENGARUH EROPA
POLITIK” YANG
3. SB BUMI PUTERA : VSTP, INDONESIA, SEMAKIN KABUR
PPKB, PBST, PNS, PPVN, GASBI, SOBSI, DAN BERSIFAT
PKB, SKBI, GASPI JAMAN REZIM
SBII, SOKSI SANGAT
SOEHARTO FRAGMATIS
ORDE BARU
JAMAN REZIM (1970-1997
SOEKARNO - JAMAN ORDE
JAMAN KOLONIAL ORDE LAMA REFORMASI –
HINDIA BELANDA (1945-1965) (DARI MEGA
WATI-SBY)
HAK-HAK BURUH
DALAM HUKUM POSITIF
• UU 14/1969; PP 81/1981; UU 13/2003 SERTA BERBAGAI KONVENSI JAMINAN HAK ATAS PEKERJAAN DAN PENDAPATAN
ILO TENTANG PENGUPAHAN YANG LAYAK

•KONVENSI 87/1948, UU 14/1969, UU 18/1956 (RATIFIKASI KONVENSI KEBEBASAN BERSERIKAT, BERUNDING DAN
ILO NOMOR 1/1956 BERPENDPAT

• UU 14/1964, PP 8/1981/
UPAH YANG LAYAK
• KONVENSI ILO 155/1970, 132/1970, 3/1959, 100/1951

• KONVENSI ILO 155/1981, UU JAMSOSTEK 14/1993 JAMINAN KESEHATAN , KECELAKAAN KERJA DAN
PENSIUN

• KONVENSI 154/1987, 144/1978, UU PPHI PENYELESAIAN PERSELISIHAN HUBUNGAN INDUN

DEMOKRASTRI YANG ADIL DAN DEMOKRATIS

• KONVENSI ECOSOC (EKONOMI, SOSIAL DAN POLITIK)

HAK UNTUK MEMILIKI SAHAM PERUSAHAAN

• KONVENSI ILO 100/1951, 3/1919, 103/1952 DAN 132/1970

PERLINDUNGAN ATAS FUNGSI REPRODUKSI

• KONVENSI ILO 111/1958, UU 14/1969 DAN UU 13/2003

KESEMPATAN ATAS PERLAKUAN YANG SAMA

• KONVENSI 14/1921 DAN 116/1962 ISTIRAHAT/ CUTI

PEMICU PERSELISIHAN
HUBUNGAN INDUSTRI
KKB, PHK DAN
UPAH DAN KONDISI KERJA PERSERIKATAN
1. MENOLAK PEMBAYARAN UPAH 1. TIDAK ADA KKB

2. PEMOTONGAN UPAH 2. TIDAK DILAKSANAKAN KKB

3. MENOLAK/MEMBATALKAN
3. PENOLAKAN PEMBAYARAN KESELURUHAN
IJIN/KONTRAK KERJA.
UPAH
4. PHK SEPIHAK
4. MENOLAK PEMBAYARAN JAMSOSTEK
5. PHK TANPA PESANGON
5. MENOLAK UPAH BERDASARKAN MASA KERJA
6. PHK KARENA AKSI MOGOK
6. MONOLAK PEMBAYARAN UPAH LEMBUR
7. PHK KARENA MEMBUAT PUK
7. MENOLAK MEMBAYAR TUNJANGAN HARI RAYA
SERIKAT BURUH/PEKERJA
8. KONDISI KERJA MEMBAHAYAKAN
8. SERIKAT BURUH TIDAK DIAKUI
9. KONDISI KERJA TIDAK LAYAK
9. DIKONTROL SANGAT KETAT OLEH
10. TIDAK TERSEDIA ALAT PENGAMAN
PERUSAHAAN ATAU BIROKRASI
11. JAM KERJA PANJANG, TIDAK ADA CUTI 10. TIDAK BOLEH BERDIRI/ADA
HAID, CUTI HAMIL DAN LIBUR
 PENGERTIAN DAN RUANG LINGKUP
PERSELISIHAN HUBUNGAN INDUSTRIAL
UNDANG-UNDANG
▪ PERBEDAAN PENDAPAT YANG
NO. 13 TAHUN 2003 MENGAKIBATKAN PERTENTANGAN ANTARA
TENTANG PENGUSAHA ATAU GABUNGAN PENGUSAHA
KETENAGAKERJAA DENGAN PEKERJA/BURUH ATAU BEBERAPA
N, PASAL 1 AYAT 22) SERIKAT PEKERJA/SERIKAT BURUH
JO. UNDANG-
UNDANG NO. 2
TAHUN 2004 TENTANG ▪ PERBEDAAN PENDAPAT TERSEBUT
PENYELESAIAN MENGENAI :
PERSELISIHAN
HUBUNGAN 1. HAK
INDUSTRIAL 2. PERSELISIHAN KEPENTINGAN
3. PERSELISIHAN MENGENAI PHK
4. PERSELISIHAN ANTARA SERIKAT
PEKERJA/BURUH HANYA DALAM SATU
PERUSAHAAN
 MEKANISME PENYELESAIAN
PERSELISIHAN HUBUNGAN INDUSTRIAL
• PENYELESAIAN DI PERADILAN UMUM :
1. PADA TINGKAT
PERTAMA SAJA :
SEMUA JENIS
PERSELISIHAN SETELAH
GAGAL DALAM
PROSES PERUNDINGAN
• PENYELESAIAN DI LUAR PERADILAN :
1. LEMBAGA BIPATRID
2. LEMBAGA TRIPARTID
3. ORGANISASI BURUH
TINGKAT PERUSAHAAN
4. DPRD BERDASARKAN
KEWENANGANNYA.

2. SAMPAI PADA TINGKAT

BANDING DAN KASASI :
PERSELISIHAN HAK DAN PHK
PERAN DAN FUNGSI DPRD

REGULATIF PENGAWASAN
• MENYUSUN PERDA BERBASIS KEBUTUHAN • MELAKUKAN PENGAWASAN PELAKSANAAN
BURUH PERDA PERBURUHAN
SASARAN ADVOKASI

THE STRUCTURAL
COMPONENT
(THE COURTS,
ADMINISTRATION, AND
LAW ENFORCEMENT
AGENCY)

THE CULTURAL
COMPONENT THE SUBTANTIVE
(SHARED ATTITUDE AND COMPONENT
BEHAVIORS ABOUT THE (THE CONTEN OF THE
LAW) LAW)
PROGRAM STRATEGI
ADVOKASI BIDANG HUKUM

STRTEGIES AGENCY AT THE

STRUCTURAL COMPONENT
(HEARING, LOBBY,
CONSULTATIVE, PUBLIC DIALOG
: INDIVIDUAL, REPRESENTATION
GROUP ADVOCACY)

SYTRATEGI ADVOCACY AT
THE CULTURAL COMPONENT
(MEDIA CAMPAIGNS,
TRAINING OF LAWYERSAND STRATEGI ADVOCACY AT THE
PARALEGALS, LEGAL SUBTANTIVE COMPONENT
EDUCATION, LEGAL LITERACY (RESEARCH,LEGISLATIVE
PROGRAM, CONTITUENCY DRAFTING, INITIATIVE LEGAL
BUILDING, OR PUBLIC FORA) DRAFTING)
UNSUR-UNSUR DAN
PROSES ADVOKASI

PROSES-PROSES LEGISLASI DAN

JURIDIKSI (PENGAJUAN USUL,
KONSEP TANDING DAN PEMBELAAN ISI NASKAH
HUKUM

PROSES-PROSES POLITIK DAN

BIROKRASI
(MEMPENGARUHI PEMBUATAN TATA PEMBENTUKAN
PELAKSANA PERATURAN) : LAKSANA /PERUBAHAN
LOBBY, NEGOSI, MEDIASI DAN HUKUM KEBIJAKAN
KOLABORASI PUBLIK/
PERUNDANG-
UNDANGAN
PROSES-PROSES SOSIALISASI DN MOBILISASI
(MEMBENTUK PENDAPAT UMUM DAN TEKANAN
POLITIK : KAMPANYE, SIARAN PERS, UNJUK BUDAYA
RASA, MOGOK, BOIKOT, PENDIDIKAN POLITIK, HUKUM
PENGORGANISASIAN BASIS.
BURUH TERORGANISIR DAN BERSATU
TIDAK DAPAT DIKALAHKAN

MEMILIKI
KOMITMEN
YANG KUAT LEBIH DARI 50
UNTUK % BURUH
BERSATU DAN 4 ELEMENT ANGGOTA
MENGORGANIS PENTING YANG SERIKAT
IR DIRI HARUS DIMILIKI BURUH
BURUH DI
INDONESIA
ADA SATU ORGANISASI
MEMILIKI SERIKAT BURUH
SATU PARTAI NASIONAL YANG
BURUH YANG MENYATUKAN BURUH
KUAT
16
SEKIAN
TERIMAKASIH
.
SEMOGA DAPAT DIJADIKAN
PEMANTIK DISKUSI

17