MATA PELAJARAN
KARAKTER BERKEUNGGULAN DAN KEBHAYANGKARAAN
TOPIK
PENEGAKAN HUKUM TINDAK PIDANA CRYPTOCURRENCY
TERHADAP STABILITAS INVESTASI
JUDUL
PERAN PENEGAKAN HUKUM
DALAM MENANGANI KEJAHATAN CRYPTOCURRENCY DAN
IMPLIKASINYA TERHADAP STABILITAS INVESTASI
OLEH :
NAMA : DIDI DEWANTORO, S.I.K., S.H., M.A.P.
NO. SERDIK : 202303002075
POKJAR : XIV (EMPAT BELAS)
i
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI
SEKOLAH STAF DAN PIMPINAN MENENGAH
JUDUL
BAB I
PENDAHULUAN
ii
mulai dari iklim usahanya seperti apa, hingga sejauh mana keamanan
tempat mereka berinvestasi. Di era digital saat ini, ada banyak sekali
ancaman yang dapat mengganggu stabilitas iklim investasi yang antara lain
kejahatan cryptocurrency. Cryptocurrency sendiri menurut Satoshi
Nakamoto sebagai pembuat cryptocurrency pertama dalam paparan
Penanganan Tindak Pidana Cryptocurrency dan Permasalahannya oleh
Dirtipideksus Bareskrim Polri, Brigjen Pol. Whisnu Hermawan, S.I.K., M.H.
yaitu “Bitcoin” ialah “Sistem pembayaran elektronik yang berlandaskan
bukti kriptografi, bukan sekadar kepercayaan. Bukti kriptografi tersebut ada
dalam bentuk transaksi yang diverifikasi dan dicatat dalam program yang
disebut dengan blockchain”. Adapun kejahatan cryptocurrency ini meliputi
scam atau penipuan investasi, investasi cryptocurrency bodong dan ilegal.
Menyikapi hal tersebut, Polri sebagai instansi penegak hukum di
Indonesia perlu untuk mengatasi kejahatan cryptocurrency tersebut agar
iklim investasi di Indonesia terjaga. Dalam hal ini, Polres Tegal sebagai
perpanjangan tangan Polri pada tingkat Komando Operasional Dasar
(KOD), perlu untuk melakukan penegakan hukum terhadap kejahatan
cryptocurrency ini. Meskipun sempat ramai beberapa waktu lalu di
beberapa wilayah di Indonesia terkait maraknya investasi aset kripto
bodong dan ilegal, namun sejauh ini Polres Tegal belum pernah menerima
laporan dari masyarakat di Kabupaten Tegal yang menjadi korban investasi
aset kripto bodong dan ilegal, namun Polres Tegal tetap harus melakukan
bersiap apabila sewaktu-waktu ada masyarakat yang menjadi korban
investasi aset kripto bodong dan ilegal. Selain itu, Polres Tegal tetap harus
melakukan penegakan hukum secara non penal agar masyarakat terhindar
dari rayuan dan godaan investasi bodong dan ilegal. Namun, karena kasus
investasi bodong dan ilegal tidak terlalu ramai di Kabupaten Tegal,
membuat Polres Tegal tidak terlalu memperhatikan dinamika investasi aset
kripto di Kabupaten Tegal. Hal ini tentunya dapat berpotensi adanya
masyarakat yang menjadi korban investasi aset kripto bodong dan ilegal.
iii
BAB II
INTI/PEMBAHASAN
1
Badan Pengembangan Dan Pembinaan Bahasa. 2017. Kamus Besar Bahasa
Indonesia. Edisi Kelima. Jakarta: Balai Pustaka.
2
Suyanti, E., & Hadi, N. U. (2019). Jurnal Ilmiah Pendidikan Ekonomi Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan. Analisis Motivasi dan Pengetahuan Investasi
Terhadap Minat Investasi, 7(2). 109-116.
3
https://dailysocial.id/post/crypto-adalah
4
3. “Peraturan BAPPEBTI Nomor 4 Tahun 2019 tentang Ketentuan Teknis
Penyelenggaraan Pasar Fisik Emas Digital di Bursa Berjangka”.
4. “Peraturan BAPPEBTI Nomor 5 Tahun 2019 tentang Ketentuan Teknis
Penyelenggaraan Pasar Fisik Aset Kripto (Crypto Asset) di Bursa
Berjangka”.
5. “Peraturan BAPPEBTI Nomor 7 Tahun 2020 tentang Penetapan Daftar
Aset Kripto yang Diperdagangkan di Pasar Fisik Aset Kripto”.
6. “Peraturan BAPPEBTI Nomor 8 Tahun 2021 tentang Pedoman
Penyelenggaraan Perdagangan Pasar Fisik Aset Kripto (Crypto Asset)
di Bursa Berjangka”.
7. “Peraturan BAPPEBTI Nomor 11 Tahun 2022 tentang Penetapan
Daftar Aset Kripto yang Diperdagangkan di Pasar Fisik Aset Kripto”.
8. “Peraturan BAPPEBTI Nomor 13 Tahun 2022 tentang Perubahan Atas
Peraturan BAPPEBTI Nomor 8 Tahun 2021 tentang Pedoman
Penyelenggaraan Perdagangan Pasar Fisik Aset Kripto (Crypto Asset)
di Bursa Berjangka”.
5
Sumber: Paparan Materi Penanganan Tindak Pidana Cryptocurrency dan
Permasalahannya Sespimmen Lemdiklat Polri Dikreg ke-63.
6
mendasarkan diri pada norma aturan hukum yang berlaku, berarti dia
menjalankan atau menegakkan aturan hukum. Dalam arti sempit, dari segi
subyeknya itu, penegakan hukum itu hanya diartikan sebagai upaya
aparatur penegakan hukum tertentu untuk menjamin dan memastikan
tegaknya hukum itu, apabila diperlukan, aparatur penegak hukum itu
diperkenankan untuk menggunakan daya paksa” 4.
Untuk memberikan gambaran kondisi faktual mengenai “Peran
penegakan hukum dalam menangani kejahatan cryptocurrency dan
implikasinya terhadap stabilitas investasi”, penulis menggunakan teori
sistem hukum Friedman (2009) yang mengemukakan bahwa “Efektif dan
berhasil tidaknya penegakan hukum tergantung tiga unsur sistem hukum,
yakni struktur hukum (structure of law), substansi hukum (substance of the
law), dan budaya hukum (legal culture). Struktur hukum menyangkut aparat
penegak hukum, substansi hukum meliputi perangkat perundang-undangan
dan budaya hukum merupakan hukum yang hidup (living law) yang dianut
dalam suatu masyarakat”5. Sehingga didapatkan kondisi faktualnya yaitu
sebagai berikut.
Dari aspek struktur hukum, yang mana dalam hal ini Polres Tegal,
telah memiliki fungsi penegakan hukum yang diemban di antaranya fungsi
Reskrim. Adapun gambaran fungsi Reskrim Polres Tegal yaitu sebagai
berikut.
Tabel 2.1
Data Personel Fungsi Reskrim Polres Tegal
Dikum Dikjur/Bang
No. Fungsi DSP Riil ±
S1 D3 SMA SDH BLM
1. Satreskrim 59 41 -18 11 1 29 9 32
Unit Reskrim
2. 162 22 -140 6 0 16 12 10
polsek jajaran
-
Jumlah 0 221 -158 17 1 45 21
158
4
http://pkbh.uad.ac.id/penegakan-hukum/
5
Friedman, L. M. (2009). Sistem Hukum: Perspektif Ilmu Sosial. Bandung: Nusa Media.
7
Dapat terlihat pada tabel di atas bahwa jumlah fungsi Reskrim Polres
Tegal dan polsek jajaran saat ini berjumlah 63 personel, sehingga masih
terdapat kekurangan sebanyak 158 personel agar sesuai dengan Daftar
Susunan Personel (DSP) yang telah ditentukan dalam Peraturan Kepolisian
Negara Republik Indonesia (Perpol) Nomor 2 Tahun 2021 tentang
“Susunan Organisasi dan Tata Kerja Polri pada Tingkat Polres dan Polsek”
yaitu 221 personel. Selain itu, dari segi pendidikan umum (Dikum) 45
personel masih berlatar belakang pendidikan Sekolah Menengah Atas
(SMA), sisanya 17 personel sudah berlatar belakang pendidikan sarjana,
dan 1 personel Diploma III. Hal ini berpengaruh terhadap wawasan
personel terhadap kejahatan cryptocurrency dan modus-modus yang
digunakan. Adapun dari segi pendidikan kejuruan (Dikjur) ataupun
pendidikan pengembangan spesial (Dikbangspes) baru 21 personel yang
sudah mengikuti Dikjur/Dikbangspes, sedangkan sisanya sebanyak 42
personel belum pernah sama sekali mengikuti Dikjur/Dikbangspes. Hal ini
berpengaruh terhadap keterampilan personel untuk penegakan hukum
kejahatan cryptocurrency. Selain itu juga, saat ini personel masih belum
berkolaborasi dengan stakeholder terkait penegakan hukum kejahatan
cryptocurrency.
Dari aspek struktur hukum, Indonesia telah memiliki beberapa
peraturan yang dapat dijadikan acuan oleh kepolisian dalam kejahatan
cryptocurrency yaitu sebagai berikut.
1. “Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana“.
2. “Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2023 tentang Kitab Undang-Undang
Hukum Pidana“.
3. “Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian Negara
Republik Indonesia“.
4. “Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2011 tentang Perubahan Atas UU
Nomor 32 Tahun 1997 tentang Perdagangan Berjangka Komoditi“.
5. “Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2016 tentang Perubahan Atas
Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan
Transaksi Elektronik“.
6. “Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2014 tentang Perdagangan“.
8
7. “Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan
Konsumen“.
8. “Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2011 tentang Transfer Dana“.
9. “Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2010 tentang Pencegahan dan
Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang“.
Sedangkan dari aspek budaya hukum, yakni masyarakatnya itu
sendiri, saat ini sebagian masyarakat Kabupaten Tegal masih belum
memiliki pemahaman yang mendalam terkait cryptocurrency, sehingga
masyarakat awam terjebak dan menjadi korban investasi aset kripto
bodong dan ilegal karena diiming-imingi keuntungan yang besar dalam
jangka waktu yang relatif singkat. Hal ini juga tidak lepas dari kurangnya
peran Polres Tegal dalam melakukan sosialisasi dan edukasi kepada
masyarakat terkait bahaya investasi aset kripto bodong dan ilegal.
Adapun dalam hal ini berdasarkan pengalaman penulis sebagai
Wakapolres Tegal, terdapat beberapa faktor dari lingkungan eksternal dan
lingkungan internal organisasi yang dapat mempengaruhi peran penegakan
hukum dalam menangani kejahatan cryptocurrency dan implikasinya
terhadap stabilitas investasi. Dengan metode pengumpulan data yang
digunakan penulis yaitu menggunakan metode Environmental Scanning
(ES) dan Organization Health Audit (OHA), yang selanjutnya dilakukan
pengolahan data menggunakan analisis SWOT, sehingga dapat
dikelompokkan faktor peluang, faktor ancaman, faktor kekuatan, dan faktor
kelemahan.
Adapun faktor peluang yang didapatkan antara lain: tersedianya
regulasi peraturan dan perundang-undangan yang mengatur baik investasi
aset kripto, maupun penegakan hukum kejahatan cryptocurrency; adanya
sistem Elektronik Berkas Pidana Terpadu (E-Berpadu) yang terintegrasi
lintas sektoral dalam pengolahan dan pertukaran dokumen administrasi
perkara pidana secara elektronik; adanya Badan Pengawas Perdagangan
Berjangka Komoditi (Bappebti) yang bertugas melaksanakan pembinaan,
pengaturan, dan pengawasan kegiatan perdagangan berjangka serta pasar
fisik dan jasa; adanya sasaran peningkatan sinergisitas antar lembaga
dalam pelaksanaan tugas kepolisian pada “Transformasi menuju Polri yang
9
Presisi”; adanya Criminal Justice System (CJS) dalam sistem penegakan
hukum di Indonesia. Sedangkan faktor ancaman yaitu: dampak negatif
digitalisasi yang tidak dibarengi dengan literasi yang cukup; perkembangan
lingkungan strategis yang semakin dinamis; stigma negatif masyarakat
bahwa penegakan hukum di Indonesia tumpul ke atas, tajam ke bawah;
minimnya kesadaran masyarakat untuk menjaga keamanan data pribadi;
penilaian masyarakat terkait hukuman yang diberikan kepada pelaku
kejahatan cryptocurrency tidak menimbulkan efek jera.
Faktor yang menjadi kekuatan yaitu adanya personel pengemban
fungsi penegakan hukum; sudah adanya SOP yang menjadi pedoman bagi
personel dalam penegakan hukum; tergelarnya personel hingga ke polsek
jajaran; adanya sasaran strategis Polres Tegal untuk meningkatkan
penegakan hukum berkeadilan; sudah adanya sistem pengawasan internal
yang senantiasa mengawasi kinerja penegakan hukum. Sedangkan faktor
yang menjadi kelemahan antara lain lemahnya kompetensi personel dalam
penegakan hukum kejahatan cryptocurrency; belum didukungnya logistik
yang canggih dalam penegakan hukum kejahatan cryptocurrency;
rendahnya motivasi personel untuk melakukan sosialisasi kepada
masyarakat terkait bahaya kejahatan cryptocurrency; belum terbentuknya
pola koordinasi yang teratur dengan instansi terkait dalam penegakan
hukum terutama pada kejahatan cryptocurrency; personel masih bersikap
pasif dalam membangun sinergi dengan instansi lain pada penegakan
hukum; belum adanya pola koordinasi yang teratur; belum dipedomaninya
hubungan tata cara kerja (HTCK) oleh sebagian personel dalam proses
penegakan hukum.
Berdasarkan faktor-faktor yang terdapat pada lingkungan eksternal
dan internal organisasi seperti peluang, ancaman, kekuatan dan
kelemahan, penulis menerapkan beberapa langkah strategi untuk
menjawab permasalahan dan persoalan yang ada di antaranya yaitu
sebagai berikut.
Adapun strateginya yaitu dengan peningkatan kompetensi personel
dalam penegakan hukum kejahatan cryptocurrency. Adapun program
strategi tersebut yaitu dengan bekerja sama dengan stakeholder untuk
10
mengadakan bootcamp dengan materi kejahatan cryptocurrency dengan
indikator kinerja program yaitu terwujudnya peningkatan kompetensi
personel dalam penegakan hukum kejahatan cryptocurrency.
11
BAB III
PENUTUP
12
13
DAFTAR PUSTAKA
B. Peraturan Perundangan
Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan
Konsumen.
DATA
SDM FUNGSI RESKRIM
DSP=221; RIIL=63
KESIMPULAN
S1=17; D3=1; SMA=45 BELUM OPTIMALNYA PERAN
BELUM PENEGAKAN HUKUM DALAM
OPTIMALNYA DIKJUR/DIKBANG: SUDAH=21; BLM=42
MENANGANI KEJAHATAN
PERAN PENEGAKAN CRYPTOCURRENCY. OLEH KARENA
TRX KRIPTO DI IND THN 2022 = 296,66 T
HUKUM DALAM ITU DIPERLUKAN IMPLEMENTASI
MENANGANI TOTAL INVESTOR KRIPTO DI IND THN 2022 = STRATEGI YANG KOMPREHENSIF.
KEJAHATAN 16,55 JT INVESTOR
CRYPTOCURRENCY REKOMENDASI
INTI/PEMBAHASAN
PELATIHAN CRYPTOCURRENCY DAN
TERDAPAT PELUANG, ANCAMAN,
MODUS KEJAHATANNYA.
KEKUATAN DAN KELEMAHAN
xvi