Anda di halaman 1dari 47

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP KORBAN CRYPTO

DIHUBUNGAKAN DENGAN UNDANG-UNDANG NOMOR 8 TAHUN


1999 TENTANG PERLINDUNGAN KONSUMEN

SKRIPSI

Diajukan sebagai satu syarat untuk mengikuti Ujian Sidang Skripsi


Pada Sekolah Tinggi Hukum Galunggung Tasikmalaya

Disusun Oleh

DHIDAN AKBAR SYAFDINAN

43020018423

SEKOLAH TINGGI HUKUM GALUNGGUNG


TASIKMALAYA
2022
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penelitian

Kemajuan teknologi pada masa ini sangatlah pesat, seiring kemajuan

teknologi global yang semakin maju sesuai dengan keadaan dunia pada saat

itu. Tidak terkecuali di dalam dunia ekonomi, yang pada saat ini sudah

menggunakan teknologi sebagai alat bantu dalam transaksi ekonomi.

Perkembangan teknologi dalam aspek ekonomi ini dapat dilihat dari jenis-

jenis investasi yang begitu berkembang. Investasi dan penanaman modal

dikenal dalam kegiatan bisnis ataupun dalam perundang-undangan. Investasi

sering digunakan dalam dunia usaha, sedangkan penanaman modal biasa

dipakai dalam undang-undang, investasi dan penanaman modal memiliki

kesamaan arti.1

Investasi pada masa ini tidak hanya brsifat uang non tunai saja, namun

dapat berbentuk uang digital sebagai salah satu kemajuan spektakuler

teknologi di bidang ekonomi adalah diciptakannya cryptocurrency atau uang

virtual yang berada di dunia maya. Saat ini aset kripto sudah diatur dalam

Peraturan Menteri Perdagangan Republik Indonesia Nomor 99 Tahun 2018

tentang kebijakan umum penyelenggaraan perdagangan berjangka aset kripto

(crypto asset). 2

Cryptocurrency terdiri dari 2 kata yaitu crypto yang artinya rahasia dan

currency yang artinya uang. Secara sederhana kita bisa mengartikan

1
B. Rachmadi Supancana, 2011, Kerangka Hukum dan Kebijakan Investasi Langsung di
Indonesia, Ghalia Indonesia, Jakarta, h. 1.
2
Blockchain Whispers, Blockchain Decripted for 2018, 2018,hlm 6
cryptocurrency sebagai sebuah teknologi mata uang virtual yang mana

menggunakan sistem kriptografi untuk mengamankan transaksinya dan tidak

dapat dipalsukan.3 Salah satu model crypto cureency yang banyak digunakan

masayrakat saat ini adalah Bitocin yang mendapat dukungan dari beberapa

orang penting dalam dunia teknologi informasi dan juga Bitocin diterima

sebagai alat pembayaran di beberapa situs seperti wordpress.com dan

perusahaan permainan daring Zynga inc lalu peritel daring asal Amerika

Serikat Overstock.com juga menerima Bitocin.4

Kehadiran Virtual Currency (Bitocin) di Indonesia sudah dikenal oleh

masyarakat Indonesia sebagai bisnis dengan cara spekulasi dengan tujuannya

mendapat keuntungan yakni digunakan oleh penggunanya sebagai alat tukar,

sarana pembayaran dan bisnis dengan cara investasi. Melihat tren atau gaya

pergeseran transaksi dalam berbisnis ke arah digital, hal ini dapat menjadi

peluang bisnis yang menjanjikan bagi siapa saja. Dunia kini sedang bergeser

menuju ke arah baru yakni, tidak lagi menggunakan uang fisik, namun

menggunakan digital currency atau Virtual Currency yang dilindungi oleh

kriptografi (cryptocurrency).

Kehadiran mata uang model bitocin di Indonesia secara spesifik belum

dibuat aturan hukumnya, kehadiran bitocin dinyatakan oleh pihak pemerintah

yakni Bank Indonesia pada tanggal 6 Februari 2014 bahwa bitocin bukan

merupakan alat pembayaran yang sah di Indonesia dan segala resiko kerugian

3
Darmita, Cryptocurrency, https://imamgunawan.files. Diakses pada 25 Juni 2022
4
Varriale, G., “Bitcoin: How to regulate a virtual currency” International Financial Law
Review (2013) hlm.2.
atau kehilangan atas kepemilikan atau penggunaan bitocin ditanggung sendiri

oleh pribadi pemilik atau pengguna bitocin dan Virtual Currency lainnya.5

Berbagai kasus korban crypto baik di dunia maupoun di Indonesia saat

ini telah menjadi hal yang memerlukan perhatian khusus, setiap bulan selalu

ada invenstor yang menjadi korban penggunaan bitocin. Lebih dari 46.000

orang menyebutkan kehilangan lebih dari USD 1 miliar atau sekitar Rp 14,43

triliun (asumsi kurs Rp 14.438 per dolar AS) dalam bentuk kripto karena

penipuan sejak awal 2021. Hal itu berdasarkan laporan yang dirilis oleh

Federal Trade Commission (FTC) pada Jumat, 3 Juni 2022. Kerugian tahun

lalu hampir 60 kali lipat dari 2018, dengan kerugian individu rata-rata USD

2.600.

FTC mencatat cryptocurrency teratas yang orang sampaikan memakai

membayar scammer adalah bitocin sebesar 70 persen, tether sebesar 10 persen

dan ether sebesar 9 persen. Salah satu fitur utama cryptocurrency

seperti bitocin adalah transfer pembayaran bersifat final dan tidak dapat

dibatalkan. Peluang investasi palsu sejauh ini merupakan jenis penipuan yang

paling umum. Pada 2021, kerugian penipuan kripto sebesar USD 575 juta atau

Rp 8,3 triliun juga dilaporkan ke FTC terkait peluang investasi. Orang-orang

melaporkan situs web dan aplikasi investasi akan membiarkan mereka

melacka pertumbuhan kripto mereka, tetapi aplikasi itu palsu.

Contoh kasus yang dapat ditemukan yakni seseorang yang telah

melaporkannya kepada pihak yang berwajib karena diduga telah menjadi

5
Siaran Pers”, http://www.bi.go.id/id/ruang-media/siaran-pers/Pages/sp_160614.aspx,
diakses pada tanggal 31 Agustus 2016
korban penipuan berkedok investasi mata uang digital Cryptocurrency. Uang

senilai Rp 2,5 miliar yang dikirimkan korban kepada dua orang terlapor untuk

investasi Bitocin. Selain itu ada kasus tindak pidana penipuan dan

penggelapan bisnis tambang digital Bitocin bodong merugikan korban hingga

Rp10 miliar.

Melihat dari fenomena tersebut, maka Perlindungan konsumen pada

saat ini tidak dapat dipisahkan dari kegiatan perdagangan, baik perdagangan

produk maupun perdagang jasa. Dalam kegiatan perdagangan ini diharapkan

menimbulkan keseimbangan hak dan kewajiban antara pelaku usaha dan

konsumen. di Indonesia saat ini perlindungan konsumen mendapat perhatian

yang cukup baik karena menyangkut aturan untuk menciptakan kesejahteraan.

Dengan adanya keseimbangan antara pelaku usaha dan konsumen dapat

menciptakan rakyat yang sejahtera dan makmur. 6

Kemudian memperhatikan Undang-Undang RI Nomor 7 tahun 2011

tentang Mata Uang ketika Virtual Currency dijadikan sebagai alat tukar

menukar atau transaksi pembayaran di Indonesia oleh penggunanya maka

bertentangan dengan Undang-Undang dimaksud, namun demikian Undang-

Undang RI Nomor 7 tahun 2014 tentang Perdagangan, Undang-Undang RI

Nomor 19 tahun 2016 tentang perubahan atas Undang-Undang Republik

Indonesia Nomor 11 tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik

dan Undang-Undang RI Nomor 8 tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen

6
Willy Wong, Bitcoin: Panduan Praktis Memahami, Menambang dan Mendapatkan
Bitcoin, (Semarang: Indraprasta Media,2014), h. 9
dapat memberikan perlindungan hukum bagi masyarakat atau investor

pengguna Virtual Currency di Indonesia.

Undang-undang Nomor 8 tahun 1999 merupakan landasan hukum yang

kuat bagi pemerintah serta lembaga swadaya masyarakat yang peduli akan

konsumen Indonesia untuk melakukan upaya pemberdayaan konsumen

melalui pembinaan dan pendidikan konsumen secara merata. Undang-undang

ini mengatur secara rinci tentang pemberian perlindungan kepada konsumen

dalam rangka pemenuhan kebutuhannya sebagai konsumen. Cakupan hukum

yang berlaku mengenai hak dan kewajiban konsumen, hak dan kewajiban

pelaku usaha, dan cara-cara mempertahankan hak dan menjalankan kewajiban

tersebut.

Banyak konsumen yang menganggap undang-undang ini benar-benar

dibutuhkan pada saat dirinya tersangkut kasus pidana atau perdata saja.

Padahal, jika konsumen (termasuk juga kita) mau lebih tahu mengenai UU

Perlindungan Konsumen, masyarakat jadi lebih tahu tentang seluk-beluk

masalah konsumen yang diperlakukan tidak adil dan bagaimana cara untuk

memperjuangkan haknya.

Pasal 3 dalam UUPK Ini disebutkan bahwa perlindungan konsumen

bertujuan : meningkatkan kesadaran, kemampuan dan kemandirian konsumen

untuk melindungi diri; mengangkat harkat dan martabat konsumen dengan

cara menghindarkannya dari ekses negatif pemakaian barang dan/atau jasa;

meningkatkan pemberdayaan konsumen dalam memilih, menentukan, dan

menuntut hak-haknya sebagai konsumen; menciptakan sistem perlindungan


konsumen yang mengandung unsur kepastian hukum dan keterbukaan

informasi serta akses untuk mendapatkan informasi

Sebagai landasan hukum, UU Perlindungan Konsumen no 8 tahun 1999

yang memberi perlindungan pada konsumen serta pelaku usaha ini perlu

disadari oleh kedua belah pihak, baik konsumen dan pelaku usaha. Sosialisasi

dan edukasi di kalangan konsumen menjadi prioritas utama agar mereka lebih

proaktif, sadar dan cermat ketika dalam melakukan transaksi bisnis dengan

pelaku usaha dalam hal ini penggunaan crypto cureency.

Berdasarkan uraian tersebut, maka penulis tertarik untuk melakukan

penelitian mengenai perlindungan hukum terhadap korban crypto dikaitkan

dengan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindingan

Konsumen.

B. Identifikasi Masalah

Kesenjangan antara harapan dan kenyataan yang diuraikan dalam latar

belakang di atas mengantar penulis untuk menemukan masalah-masalah yang

dapat dirumuskan sebagai berikut:

1. Bagaimana analisis yuridis legalitas penggunaan bitocin berbentuk asset

crypto dalam investasi asing?

2. Bagaimana perlindungan hukum terhadap korban crypto dikaitkan dengan

Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindingan Konsumen


C. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui

1. Analisis yuridis legalitas penggunaan bitocin berbentuk asset crypto dalam

investasi asing

2. Bagaimana perlindungan hukum terhadap korban crypto dikaitkan dengan

Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindingan Konsumen

D. Kegunaan Penelitian

1. Secara Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah dan

mengembangkan pengetahuan dan pemikiran dalam bidang hukum pada

umumnya dan hukum ekonomi pada khususnya, yaitu mengenai bitocin

sebagai mata uang kripto dalam kaitannya memberikan perlindungan

hukum bagi investor bitocin.

2. Secara praktis.

a. Bagi Penulis

Bahwa penelitian ini bertujuan untuk memenuhi persyaratan

meraih gelar sarjana Hukum (S1) di Sekolah Tinggi Hukum

Galunggung Tasikmalaya dan sebagai aplikasi teori-teori yang telah

diterima serta menambah wawasan, pengetahuan, dan pemahaman

penulis mengenai perlindungan hukum.


b. Bagi Penegak Hukum

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi acuan dalam

berkomitmen memberikan perlindungan hukum terhadap korban crypto

dengan prosedur atau ketentuan yang berlaku menurut Undang-Undang

Perlindungan konsumen.

E. Kerangka Pemikiran

Kemajuan teknologi informasi dan komunikasi yang semakin pesat

harus disikapi secara cermat dan optimis. Melihat tren bisnis bergeser ke arah

dunia maya atau digital merupakan peluang bisnis yang menjanjikan bagi

semua orang. Dunia saat ini bergeser ke arah baru yakni, tidak lagi

menggunakan uang keretas atau logam dalam transaski bisnis, namun sudah

menggunakan mata uang digital (digital currency). Mata uang semacam ini

dibentuk menggunakan kriptografi yang rumit sehingga tidak gampang

digandakan atau berpindah ke pihak lain yang tidak memiliki akses atau

jaringan kepada mata uang tersebut. Kini terdapat beberapa cryptocurrency

yang mulai banyak pakai oleh penggunanya dalam berbagai transaksi.

Cryptocurrency atau disebut mata uang digital dapat memverifikasi setiap

pengiriman dana yang yang dilakukan. Mata uang digital semacam ini

diperkenalkan bahwa beroperasi secara independen tanpa campur tangan bank

sentral.

Salah satu mata uang digital yang beredar di Indonesia saat sekarang

ini adalah. Virtual Currency Bitocin. Bitocin adalah mata uang digital, yang

tidak dikeluarkan oleh lembaga, organisasi ataupun pemerintah dalam


regulasinya. Bitocin memanfaatkan jaringan peer-to-peer network sebagai

media distribusinya dengan menggunakan protokol kriptografi canggih.7

Cryptocurrency adalah seperangkat teknologi berbasis kriptografi dan

algoritma, yang secara matematis akan menyusun berbagai kode dan sandi

untuk mencetak mata uang virtual. Kunci publik dan privat biasanya

digunakan untuk memindahkan Cryptocurrency dari satu orang ke orang

lainnya.8

Kriptografi adalah sebuah teknik untuk memungkinkan transmisi

informasi yang aman. sederananya, kriptografi mengubah informasi dari yang

dapat dibaca secara jelas menjadi sebuah kode acak yang tidak masuk akal dan

kemudian menyediakan sebuah perangkat untuk menguraikan pesan tersebut.9

Bitocin berkembang pesat sejak diciptakan tahun 2009 oleh seorang

individu atau kelompok misterius dengan nama samaran Satoshi Nakamoto,

kurs bitocin pun melonjak naik seiring banyaknya permintaan. bitocin

diciptakan sebagai sarana atau alat pembayaran yang menggunakan peer-to-

peer network yang umum di gunakan oleh para programmer. Bitocin

menggunakan jaringan peer-to-peer atau file-sharing service karena dapat

membagi file bitocin kepada sesama pengguna dengan menggunakan

perangkat jaringan komputer. Konsep yang ditawarkan bitocin adalah dapat


7
Ferry Mulyant, M Tirta Mulia, “Analysis Mining System Pada Bitcoin”. ( Makalah yang
disampaikan pada konfrensi nasional sistem informasi, yang diselengarakan oleh
universitas STMIK dipanegara Makassar, Diakses 21 Juni 2022)
8
Ibrahim Nubika, Bitcoin: Cara Baru Berinvestasi Generasi Mileneal, (Cet. I,
Yogjakarta: Genesis Learning,2018), h. 106.
9
Brian Kelly, The Bitcoin Big Bang, diterjemahkan oleh Andri dengan judul buku:
Bagaimana Mata Uang Alternatif Akan Mengubah Dunia (Jakarta:PT Elex Media
Komputindo,2018),
memangkas biaya yang dipakai untuk membayar mediator atau makelar dalam

transaksi jual beli atau barter secara tradisional, sehingga dengan memangkas

biaya mediatir atau makelar tersebut maka sipenjual bisa menawarkan barang

yang akan dijualnya lebih murah.

Bagi pemula untuk bisa menggunakan bitocin terlebih dahulu

pengguna harus mengunduh wallet atau dompet virtual. Dompet virtual ini

terdiri dari 3 jenis yaitu dompet perangkat lunak (software wallet), mobile

wallet dan dompet Web (web wallet). Perbedaan dari ketiga wallet tersebut

adalah terletak pada dimana bitocin itu disimpan. Pada dompet perangkat

lunak atau software wallet, bitocin akan tersimpan didalam hard drive yang

artinya komputer apapun yang digunakan untuk mengunduh software wallet

ini akan menjadi tempat penyimpanan bitocin.

Apabila komputer yang digunakan rusak maka bitocin yang tersimpan

akan ikut hilang. Sedangkan mobile wallet sistem kerjanya sama dengan

software wallet hanya saja media yang digunakan adalah mobile phone. Pada

web wallet menyediakan akses untuk dapat menggunakan bitocin dimana saja

dengan menggunakan internet. Tak jauh berbeda dengan online banking,

dengan web wallet pengguna dapat melihat jumlah bitocin yang tersimpan

kapanpun dimanapun. Wallet memiliki fungsi sama dengan bank-bank

konvensional pada umumnya yaitu melindungi pengguna dari ancaman

kejahatan, namun wallet memiliki perbedaan yaitu tidak ditanggung oleh

pemerintah manakala terjadi kerugian.


Sejak kehadiran mata uang baru ini Virtual Currency model bitocin,

tersebar di masyarakat dunia karena mata uang digital yang dikenalnya di

dunia maya kini bisa juga digunakan di dunia nyata, sehingga sejumlah

otoritas dibeberapa negara membicarakan mata uang tersebut sehubungan

terdapat konsep sebagai mata uang yang independen dan tidak ada intervensi

(campur tangan) dari pihak manapun termasuk pemerintah.

Sehubungan dengan konsep tersebut maka kemudian berbagai otoritas

keuangan heboh membicarakan bitocin (Virtual Currency) ini. Bahwa dinilai

konsep tersebut bertentangan dengan sistem sentarlisasi (terpusat) yang

diterapkan oleh sebagian besar bank sentral di dunia, beberapa bank sentral

dunia memberikan pernyataan berkaitan dengan kehadiran bitocin tersebut.

Bank sentral Islandia menyatakan bahwa transaksi dengan bitocin dianggap

sebagai pergerakan modal ke luar negeri dan illegal, bank sentral Rusia

memperingatkan bisnis yang menggunakan bitocin sebagai alat pembayaran

dengan dianggap berpotensi terlibat terhadap tindak pencucian uang atau

pendanaan terorisme.

Kemudian di China bitocin beredar bebas dengan peringatan, mereka

memberikan larangan untuk perusahaan-perusahaan, tetapi masyarakat

diperbolehkannya transaksi dengan bitocin sebagai aktivitas perdagangan

komoditas di internet. Demikian untuk Negara Korea menganggap bahwa

bitocin tidak memiliki nilai intrinsik sehingga tidak memiliki indikator

perbandingan.10
10
Willy Wong, Bitcoin, (Semarang: Indraprasta Media, 2014), Hlm. 27
Kehadiran crypto cureency ini di Indonesia terus berkembang dan

digunakan sebagai sarana pembayaran dan investasi jika di perhatikan konsep

yang ditawarkan pada mata uang virtual ini yaitu diperkenalkan suatu sistem

mata uang sebagai alternatif mata uang dunia yang betul-betul mengacu pada

supply dan demand, kenaikan harga sehubungan banyaknya permintaan dan

sebaliknya penurunan harga terjadi sehubungan banyaknya jumlah barang

yang ditawarkan. Virtual Currency model bitocin yang beredar di seluruh

penjuru dunia dan dianggapnya sebagai mata uang yang independen dan tidak

ada intervensi dari pemerintah atau pihak manapun, yang kemudian

dipekenalkan serta beredar di lingkungan masyarakat indonesia sehingga tidak

sedikit masyarakat mengikuti tren yang di anggapnya kekinian dan turut

sebagai pengguna ataupun menjadi investor. Produk elektronik tersebut

menawarkan kepada masyarakat luas bagaimana menjalankan bisnis dan

kemudahan menggunakan Virtual Currency.

Adapun pengaturan hukum transaksi bitocin di Indonesia pada

dasarnya masih manganut sistem hukum eropa kontinental atau civil law atau

rechtaat. Hal ini dapat dilihat dari sejarah, dan politik hukum, sumber hukum

maupun dalam sistem penegakan hukumnya.11 Prinsip utama yang menjadi

dasar sistem hukum eropa kontinental itu ialah hukum memperoleh kekuatan

mengikat, karena diwujudkan dalam peraturan-peraturan yang berbentuk

11
Handri Raharjo, Sistem Hukum Indonesia, (Cet. I, Yogyakarta: Pustaka Yustisia,2016),
h. 28
undang-undang dan tersusun secara sitematis didalam kodifikasi atau

komplikasi tertentu.12

Sistem hukum eropa continental penggolongannya ada dua yaitu

penggolongan ke dalam bidang “hukum publik” dan “hukum privat”. Hukum

publik menacakup peraturan-peraturan hukum yang mengatur kekuasaan dan

wewenang penguasa/negara serta hubungn-hubungan antara masyarakat dan

negara. Termasuk dalam hukum publik ini ialah:

1. Hukum tata negara


2. Hukum administrasi negara
3. Hukum pidana

Hukm privat mencakup peraturan-peraturan hukum yang mengatur

tentang hubungan antara individu-individudalam memenuhi kebutuhan hidup

demi hidupnya. Termasuk dalam hukum privat adalah:

1. Hukum perdata
2. Hukum dagang.13

Menurut Indra Bastian, Transaksi adalah pertemuan antara dua belah

pihak (penjual dan pembeli) yang saling menguntungkan dengan adanya data,

bukti, dokumen mendukung yang dimasukkan ke dalan jurnal setelah melalui

pencatatan. Menurut Sunarto Zulkifli, Transaksi dapat diartikan sebagai

kejadian ekonomi/keuangan yang melibatkan paling tidak dua pihak

(seseorang dengan seseorang atau bebrapa orang lain) yang saling melakukan

pertukaran, melibatkan diri dalam perserikatan usaha, pinjam-meninjam atas

12
R.Abdoel Djamali, Pengantar hkum indonesia, (Cet. 8, Jakarta: PT. Raja Grafindo
Persada,2014)
13
Ibid
dasar sama-sama suka ataupun atas dasar suatu ketetapan hukum atau syariah

yang berlaku14

Perlindungan hukum pada investor bitocin di Indonesia telah diatur

dalam peraturan khusus yakni Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang

Perlidnungan Konsumen, dalam undang-undang tersebut disebutkan bahwa

yang dimaksud Perlindungan konsumen adalah segala upaya yang menjamin

adanya kepastian hukum untuk memberi perlindungan kepada konsumen.

Konsumen sendiri dapat dikatakan sebagai setiap orang pemakai barang

dan/atau jasa yang tersedia dalam masyarakat, baik bagi kepentingan diri

sendiri, keluarga, orang lain, maupun makhluk hidup lain dan tidak untuk

diperdagangkan.

Melihat dari UPK tersebut, dapat dijelaskan bahwa pengaturan dan

perlindungan hukum dapat ditinjau dari Undang-Undang No 8 tahun 1999

tentang Perlindungan Konsumen. Investor atau pengguna transaksi bisnis atau

perdagangan Virtual Currency seperti bitocin dapat juga di kategorikan

sebagai konsumen. Sebagai konsumen sangat perlu mendapat perlindungan

dari negara. Memperhatikan Pasal 1 UURI No. 8 Tahun 1999 tentang

Perlindungan Konsumen yang menyatakan “Perlindungan Konsumen adalah

segala upaya yang menjamin adanya kepastian hukum untuk memberi

perlindungan kepada konsumen.” Berkaitan dengan penggunaan dan

peredaran mata Virtual Currency di Indonesia dan memperhatikan penegasan

14
Sunarto Zulkifli, Panduan Praktis Transaksi Perbankan Syariah, (Jakarta: Zikrul
Hakim,2016),
atau pernytaan dari Pemerintah yakni Bank Indonesia sebagai bank sentral

serta dengan memperhatikan Undang-Undang RI No. 7 tahun 2011 tentang

mata uang sangat diperlukan kepastian hukum guna mengatur kejelasan

terhadap penggunaan dan peredarannya di Indonesia. Secara umum dikenal

adanya empat hak dasar konsumen yaitu:

1. Hak untuk mendapatkan keamanan (the right to safety)


2. Hak untuk mendapatkan informasi (the right to be informed)
3. Hak untuk memilih (the right to choose)
4. Hak untuk didengar (the right to be heard)

Memperhatikan UURI Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan

Konsumen dinilai sangat penting adanya pengaturan kebijakan yang

berkelanjutan oleh Negara (Bank Indonesia) mengenai penggunaan dan

peredaran Virtual Currency di Indonesia. Sebab, melihat beberapa

permaslahan yang terjadi di dunia internasional terkait peredaran dan transaksi

Virtual Currency sehingga (Negara) Bank Indonesia perlu membentuk suatu

regulasi terkait pengaturan guna dapat melindungi investor atau konsumen.

Menganalisa penjabaran asas-asas tersebut diatas, sudah sangat jelas

bahwa negara memberikan jaminan kepada konsumen pengguna, pemakai dan

pemanfaatan barang dan/atau jasa yang digunakan oleh konsumen. Asas-asas

tersebut dapat digunakan sebagai dasar perlindungan bagi para investor atau

pengguna Virtual Currency dan memang Negara sudah seharusnya

memberikan jaminan keamanan, kemanfaatan dan kepastian hukum terkait

penggunaan Virtual Currency model centcon dan bitocin di Indonesia.


Negara atau pemerintah dapat menggunakan kewenangannya untuk

memformulasikan atau membuat peraturan-peraturan berkelanjutkan sesuai

dengan dinamika perkembangan jaman dengan maksud memberikan rasa

aman, nyaman, tentram, sejahtera, bermanfaatan, berkeadilan dan memberikan

kepastian hukum bagi investor atau pengguna mata uang Virtual Currency

terkait status yang jelas di Indonesia. Dari segi kemanfaatannya jika virtual

vurrency dikelola sebagaimana aturan hukum yang jelas dan pasti maka

terdapat nilai manfaat atau keuntungan bagi negara dengan peredaran Virtual

Currency Indonesia yakni dapat berkurangnya peredaran uang keretas di

Indonesia.

F. Metode Penelitian

1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah yuridis normatif. Penelitian yuridis

adalah penelitian terhadap masalah dengan cara melihat dari segi peraturan

perundangan yang berlaku khususnya tentang kekerasan dalam rumah

tangga. Sedangkan pendekatan normatif adalah pendekatan yang hanyalah

menggunakan data sekunder dengan penyusunan kerangka secara

konsepsionil.

2. Data dan Sumber data


Penelitian ini menggunakan data sekunder yang terdiri dari 3 bahan

hukum, yakni :

a. Sumber bahan hukum primer adalah sumber bahan hukum yang

menjadi acuan pokok yaitu Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999

Tentang Perlindungan Konsumen15

b. Bahan hukum sekunder adalah Bahan hukum yang memberikan

penjelasan mengenai bahan hukum primer yaitu berupa literatur-

literatur.16 Sumber bahan hukum yang dipergunakan adalah buku-

buku, jurnal hasil penelitian dan makalah-makalah di bidang hukum

tentang perlindungan konsumen

c. Bahan hukum tersier adalah bahan hukum yang memberikan petunjuk

maupun penjelasan terhadap bahan-bahan primer dan sekunder,

contohnya adalah kamus hukum maupun ensiklopedia.

3. Metode Pengumpulan Data

Penulisan ini dilakukan dengan studi pustaka yaitu dengan cara

membaca buku-buku, peraturan perundangan yang terkait dan mempelajari

literatur-literatur yang selanjutnya diolah dan dirumuskan secara sistematis

sesuai dengan permasalahan yang disajikan.

4. Metode Analisis Data

15
Sugiyono, 2017. Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif, Jakarta: Ghalia Indonesia,
hlm. 13
16
Ibid, hlm 188
Analisa bahan hukum dalam penulisan skripsi ini menggunakan

metode analisis kualitatif, dalam hal ini mengkaji secara mendalam bahan

hukum yang ada kemudian digabungkan dengan bahan hukum yang lain,

dan dipadu dengan teori yang mendukung kemudian ditarik kesimpulan

guna menjawab permasalahan yang ada17

G. Sistematika
Sistematika dalam penulisan proposal ini teridiri dari

BAB I : Berisikan tentang latar belakang masalah, identifikasi masalah,

tujuan penelitian, kegunaan penelitian, kerangka penelitian,

sistematika penulisan dan daftar pustaka.

BAB II : Teori-teori yang relevan dengan topik penelitian yaitu konsep

negara hukum, perlindungan hukum, crypto currency dan

pemenuhan hak-hak korban.

BAB III : Temuan-temuan di lapangan yang terkait dengan kasus korban

cryptocureency

BAB IV : Pembahasan mengenai yuridis legalitas penggunaan bitocin

berbentuk asset crypto dalam investasi asing dan perlindungan

hukum terhadap korban crypto dikaitkan dengan Undang-Undang

Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindingan Konsumen

BAB V : Penutup, yang berisikan kesimpulan dan saran yang ditujukan

kepada pihak-pihak terkait.

17
Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji, 2012. Penelitian Hukum Normatif (Suatu
Tinjauan Singkat), Jakarta : Rajawali Pers hlm. 122
BAB II

TINJAUAN TEORITIS

A. Perlindungan Konsumen

1. Pengertian perlindungan konsumen

Perlidnungan konsumen telah dikemukakan oleh berbagai para ahli

salah satunya Az. Nasution mendefinisikan perlindungan konsumen adalah

bagian dari hukum yang memuat asas-asas atau kaidah-kaidah yang

bersifat mengatur hubungan dan juga mengandung sifat yang melindungi

kepentingan konsumen.18

Menurut Pasal 1 angka 1 Undang-undang Republik Indonesia

Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan konsumen adalah segala upaya

yang menjamin adanya kepastian hukum untuk memberi perlindungan

kepada konsumen.19

Setiap orang pada suatu waktu, dalam posisi tunggal/sendiri

maupun berkelompok bersama orang lain, dalam keadaan apapun pasti

menjadi konsumen untuk suatu produk barang dan/atau jasa tertentu.

Keadaan universal ini pada beberapa sisi menunjukkan adanya kelemahan

pada konsumen, sehingga konsumen tidak mempunyai kedudukan yang

18
Az. Nasution, 2002, Hukum Perlindungan Konsumen Suatu Pengantar, Jakarta, Diadit
Media, hlm. 22
19
Undang-undang Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan
konsumen
aman. Oleh karena itu, secara mendasar konsumen juga membutuhkan

perlindungan hukum yang bersifat universal.20

2. Hak Konseumen

Mengenai hak konsumen, Undang-Undang Perlindungan Konsumen

(UPK) merumuskan pada Pasal 4 yakni

a. Hak atas kenyamanan, keamanan, dan keselamatan dalam

mengkonsumsi barang dan/atau jasa;

b. Hak untuk memilih barang dan/atau jasa serta mendapatkan barang

dan/atau jasa tersebut sesuai dengan nilai tukar dan kondisi serta

jaminan yang dijanjikan;

c. Hak atas informasi yang benar, jelas, dan jujur mengenai kondisi dan

jaminan barang dan/atau jasa;

d. Hak untuk didengar pendapat dan keluhannya atas barang dan/atau jasa

yang digunakan;

e. Hak untuk mendapatkan advokasi, perlindungan, dan upaya

penyelesaian sengketa perlindungan konsumen secara patut;

f. Hak untuk mendapat pembinaan dan pendidikan konsumen;

g. Hak untuk diperlakukan atau dilayani secara benar dan jujur serta tidak

diskriminatif;

h. Hak untuk mendapatkan kompensasi, ganti rugi dan/atau penggantian,

apabila barang dan/atau jasa yang diterima tidak sesuai dengan

perjanjian atau tidak sebagaimana mestinya;


20
Husni Syawali dan Neni Sri Imaniyati, 2000, Hukum Perlindungan Konsumen,
Bandung, Mandar Maju, hlm. 23
i. Hak-hak yang diatur dalam ketentuan peraturan perundang-undangan

lainnya.

3. Kewajiban Konsumen

Adapun kewajiban konsumen sebagamana yang tertulis dalam Pasal 5

disebutkan bahwa kewajiban konsumen adalah :

a. Membaca atau mengikuti petunjuk informasi dan prosedur pemakaian

atau pemanfaatan barang dan/atau jasa, demi keamanan dan

keselamatan;

b. Beritikad baik dalam melakukan transaksi pembelian barang dan/atau

jasa;

c. Membayar sesuai dengan nilai tukar yang disepakati;

d. Mengikuti upaya penyelesaian hukum sengketa perlindungan

konsumen secara patut.

4. Hak Pelaku Usaha

Selain menjelaskan hak dan kewajiban bagi konsumen, undang-undang

ini juga mejelaskan mengenai hak dan kewajiban pelaku usaha. Pada Pasal

6 disebutkan hak pelaku usaha adalah:

a. Hak untuk menerima pembayaran yang sesuai dengan kesepakatan

mengenai kondisi dan nilai tukar barang dan/atau jasa yang

diperdagangkan;

b. Hak untuk mendapat perlindungan hukum dari tindakan konsumen

yang beritikad tidak baik;


c. Hak untuk melakukan pembelaan diri sepatutnya di dalam

penyelesaian hukum sengketa konsumen;

d. Hak untuk rehabilitasi nama baik apabila terbukti secara hukum bahwa

kerugian konsumen tidak diakibatkan oleh barang dan/atau jasa yang

diperdagangkan;

e. Hak-hak yang diatur dalam ketentuan peraturan perundang-undangan

lainnya.

5. Kewajiban Pelaku Usaha

Selanjutnya mengenai kewajiban pelaku usaha tertera dalam Pasal 7 yang

berbunyi:

a. Beritikad baik dalam melakukan kegiatan usahanya;

b. Memberikan informasi yang benar, jelas dan jujur mengenai kondisi

dan jaminan barang dan/atau jasa serta memberi penjelasan

penggunaan, perbaikan dan pemeliharaan;

c. Memperlakukan atau melayani konsumen secara benar dan jujur serta

tidak diskriminatif;

d. Menjamin mutu barang dan/atau jasa yang diproduksi dan/atau

diperdagangkan berdasarkan ketentuan standar mutu barang dan/atau

jasa yang berlaku;

e. Memberi kesempatan kepada konsumen untuk menguji, dan/atau

mencoba barang dan/atau jasa tertentu serta memberi jaminan dan/atau

garansi atas barang yang dibuat dan/atau yang diperdagangkan;


f. Memberi kompensasi, ganti rugi dan/atau penggantian atas kerugian

akibat penggunaan, pemakaian dan pemanfaatan barang dan/atau jasa

yang diperdagangkan;

g. Memberi kompensasi, ganti rugi dan/atau penggantian apabila barang

dan/atau jasa yang dterima atau dimanfaatkan tidak sesuai dengan

perjanjian.

Melihat dari UPK tersebut, dapat dijelaskan bahwa pengaturan dan

perlindungan hukum dapat ditinjau dari Undang-Undang No 8 tahun 1999

tentang Perlindungan Konsumen. Investor atau pengguna transaksi bisnis

atau perdagangan Virtual Currency seperti bitocin dapat juga di

kategorikan sebagai konsumen. Sebagai konsumen sangat perlu mendapat

perlindungan dari negara. Memperhatikan Pasal 1 UURI No. 8 Tahun

1999 tentang Perlindungan Konsumen yang menyatakan “Perlindungan

Konsumen adalah segala upaya yang menjamin adanya kepastian hukum

untuk memberi perlindungan kepada konsumen.” Berkaitan dengan

penggunaan dan peredaran mata Virtual Currency di Indonesia dan

memperhatikan penegasan atau pernytaan dari Pemerintah yakni Bank

Indonesia sebagai bank sentral serta dengan memperhatikan Undang-

Undang RI No. 7 tahun 2011 tentang mata uang sangat diperlukan

kepastian hukum guna mengatur kejelasan terhadap penggunaan dan

peredarannya di Indonesia. Secara umum dikenal adanya empat hak dasar

konsumen yaitu:
1. Hak untuk mendapatkan keamanan (the right to safety)
2. Hak untuk mendapatkan informasi (the right to be informed)
3. Hak untuk memilih (the right to choose)
4. Hak untuk didengar (the right to be heard)

Memperhatikan UURI Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan

Konsumen dinilai sangat penting adanya pengaturan kebijakan yang

berkelanjutan oleh Negara (Bank Indonesia) mengenai penggunaan dan

peredaran Virtual Currency di Indonesia. Sebab, melihat beberapa

permaslahan yang terjadi di dunia internasional terkait peredaran dan

transaksi Virtual Currency sehingga (Negara) Bank Indonesia perlu

membentuk suatu regulasi terkait pengaturan guna dapat melindungi

investor atau konsumen.

6. Asas Perlindungan konsumen

Berkaitan dengan kepemilikan atau sebagai investor Virtual

Currency jika dihubungkan dengan bentuk perlindungan konsumen maka

asas-asas yang tercantum di dalam Pasal 2 UURI No. 8 tahun 1999 tentang

Perlindungan Konsumen sudah sejalan dengan kebutuhan hukum. asas-

asas tersebut yaitu sebagai berikut:

a. Asas manfaat

Asas ini mengamanatkan bahwa segala bentuk upaya dalam

penyelenggaraan dari segi perlindungan konsumen harus memberikan

manfaat sebesar-besarnya untuk kepentingan konsumen dan pelaku

usaha secara keseluruhan.

b. Asas keadilan
Asas ini diharapkan partisipasi seluruh masyarakat dapat diwujudkan

secara optimal dan memberikan kesempatan terhadap konsumen dan

pelaku usaha untuk memperoleh haknya dan melaksanakan

kewajibannya secara adil dan merata.

c. Asas keseimbangan

Asas ini diharapkan bisa memberikan keseimbangan antara

kepentingan konsumen, pelaku usaha dan Pemerintah dalam arti

materiil ataupun spiritual.

d. Asas keamanan dan keselamatan

Asas ini untuk memberikan jaminan atas keamanan dan keselamatan

kepada konsumen dalam penggunaan, pemakaian dan pemanfaatan

barang dan/atau jasa yang dikonsumsi atau digunakan.

e. Asas kepastian hukum

Asas ini seyogyanya bagi pelaku usaha maupun konsumen harus patuh

dan taat hukum dan memperoleh keadilan dalam penyelenggaraan

perlindungan terhadap konsumen, serta negara menjamin kepastian

hukum.

7. Tujuan Perlindungan Konsumen

Perlindungan konsumen ini ditujukan agar konsumen memiliki

kesadaran, kemampuan serta mandiri Dallam melindungi diri, sebagaimana

yang tercantum dalam Pasal 3 Perlindungan konsumen bertujuan :

a. Meningkatkan kesadaran, kemampuan dan kemandirian konsumen

untuk melindungi diri;


b. Mengangkat harkat dan martabat konsumen dengan cara

menghindarkannya dari ekses negatif pemakaian barang dan/atau jasa;

c. Meningkatkan pemberdayaan konsumen dalam memilih, menentukan,

dan menuntut hak-haknya sebagai konsumen;

d. Menciptakan sistem perlindungan konsumen yang mengandung unsur

kepastian hukum dan keterbukaan informasi serta akses untuk

mendapatkan informasi;

e. Menumbuhkan kesadaran pelaku usaha mengenai pentingnya

perlindungan konsumen sehingga tumbuh sikap yang jujur dan

bertanggungjawab dalam berusaha;

f. Meningkatkan kualitas barang dan/atau jasa yang menjamin

kelangsungan usaha produksi barang dan/atau jasa, kesehatan,

kenyamanan, keamanan, dan keselamatan konsumen.

B. Investasi cryptocureency

1. Definisi Investasi

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) investasi diartikan

penanaman modal, yang biasanya bersifat jangka panjang untuk

mengadakan aktiva tetap atau dengan pembelian saham-saham, atau surat-

surat berharga lainya, dengan maksud untuk memperoleh keuntungan,

jangka panjang. Sedangkan investor adalah pihak atau orang yang

melakukan investasi atau penanaman modal.21

21
Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Baru Cetakan 7 (Jakarta : Media Pustaka, 2013)
hlm 370.
Investor juga diartikan sebagai aktor utama yang berperan didalam

kegatan berinvestasi dipasar modal. 22

Investasi merupakan kata adopsi dari bahasa inggris, yaitu

investment. Kata invest sebagai kata dasar dari investment memiliki arti

enanam,investasi didefinisikan sebagai penukaran uang dengan bentuk-

bentuk kekayaan lain seperti saham atau harta tidak bergerak yang

diharapkan dapat ditahan selama periode waktu tertentu supaya

menghasilkan pendapatan.

Sedangkan pendapat lainnya investasi diartikan sebagai komitmen

atas sejumlah dana atau sumber daya lainya yang dilakukan pada saat ini,

dengan tujuan memperoleh sejumlah keuntungan dimasa datang.

Sedangkan tujuan investasi adalah mendapatkan sejumlah

keuntungan dalam konteks perekonomianya, menurut Tandelilin ada

beberapa motif seseorang melakukan investasi, antara lain adalah :

a. Untuk mendapatkan kehidupan yang lebih layak di masa yang akan

datang.

b. Mengurangi tekanan inflasi .

c. Sebagai usaha untuk menghemat pajak

2. Asas- Asas Hukum Investasi

Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 Pasal 3 Ayat (1)

menentukan 10 asas dalam melaksanakan penanaman modal atau investasi

sebagai berikut:
22
Gunawan Widjaja dan Jono, Penerbitan Obligasi Dan Peran Serta Tanggung Jawab
Wali Amanat Dalam Pasar Modal , (Jakarta : Kencana Prenada Media Group) 2006 hlm
60
a. Asas kepastian hukum, yaitu asas dalam negara hukum yang

meletakan hukum dan ketentuan peraturan perundang-undangan

sebagai dasar dalam setiap kebijakan dan tindakan dalam bidang

penanaman modal atau investasi.

b. Asas keterbukaan, yaitu asas yang terbuka terhadap hak masyarakat

untuk memperoleh informasi yang benar, jujur dan tidak diskriminatif

tentang kegiatan penanaman modal atau nvestasi dengan segala

bentuknya.

c. Asas akuntanbilitas, yaitu asas yang menentukan setiap kegiatan dan

hasil akhir dari penyelenggaraan penanaman modal dipertanggung

jawabkan kepada masyarakat atau rakyat sebagai pemegang kedaulatan

negara sesuai dengan ketentuan perundang-undangan.

d. Asas pelakuan yang sama dan tidak membeda-bedakan asal negara,

adalah asas perlakuan pelayanan nondiskriminasi berdasarkan

ketentuan perundang-undangan, baik penanaman modal dalam negeri

dan penanaman modal negara asing dan penanaman modal dari negara

asing lainya.

e. Asas kebersamaan, adalah asas yang mendorong peran seluruh

penanaman modal secara bersama sama dalam kegiatan usahanya

untuk mewujudkan kesejahteraan rakyat.

f. Asas efisiensi berkeadilan, adalah asas yang mendasari pelaksanaan

penanaman modal atau investasi dengan mengedepankan efisiensi


berkeadilan dalam usaha mewujudkan iklim usaha yang adil, kondusf

dan berdaya saing.

g. Asas keberlanjutan adalah asal secara terencana mengupayakan

berjalanya proses pembangunan melalu penanaman modal untuk

menjamin kesejahteraan dan kemajuan dalam segala aspek kehidupan,

baik masakin maupun masa yang akan datang.

h. Asas berwawasan lingkungan, adalah asas penanaman modal atau

investasi yang dilakukan dengan tetap memerhatikan dan

mengutamakan perlindungan dan pemeliharaan lingkungan hidup.

i. Asas kemandirian, adalah asas penanaman modal atau investasi yang

dilakukan dengan tetap mengedepankan potensi bangsa dan negara

demi dengan tidak menutup diri pada masuknya modal asing demi

terwujudnya pertumbuhan ekonomi.

j. Asas keseimbangan kemajuan dan kesatuan ekonomi internasional,

adalah asas yang berupaya menjaga keseimbangan kemajuan ekonomi

wilayah dalam kesatuan ekonomi nasional.

3. Sejarah Mata Cryptocurency

Sejarah mata uang kripto tidak dapat dilepaskan dari tokoh yang

menyebut diri Satoshi Nakamoto. Meskipun saat ini belum ada orang yang

dapat memastikan identitas asli dibalik nama ini, tetapi karyanya yang

mengawali bentuk mata uang baru bernama Bitcoin patut diketahui. Di


tahun 2008, Satoshi menerbitkan sebuah whitepaper yang berjudul

“Bitcoin : A Peer-To-Peer Electronic Cash System.

Cryptocurrency pertama kali dirancang oleh David Chaum, seorang

doktor ilmu komputer dan administrasi bisnis jebolan University of

California, Amerika Serikat. Pada tahun 1980-an, Chaum merancang

sebuah algoritma yang sangat aman dan memungkinkan dilakukannya

enkripsi (tulisan berkode/sandi) dalam melakukan transaksi dana

elektronik. pada akhir 1990, Chaum yang saat itu tinggal di Belanda

mendirikan perusahaan DigiCash dengan maksud sebagai sebuah

“gerbang” transaksi uang secara elektronik langsung ke individu.

Sayangnya pemerintah Belanda saat itu memberikan reaksi dengan

memberlakukan pembatasan besar pada perusahaan tersebut, yang

memaksa DigiCash untuk hanya bertransaksi ke bank-bank berlisensi. Hal

tersebut secara serius membatasi keuntungan perusahaan. Akhirnya setelah

satu dekade berjuang dan bermitra dengan Microsoft, DigiCash gulung

tikar pada 1990-an.

Tepat pada tanggal 3 Januari 2009, sistem baru tersebut dijalankan.

Tonggak dimulainya sistem yang belum pernah dikenal sebelumnya

disebut dengan genesis blok (blok penciptaan), yakni blok bernomor urut 0

yang menjadi awal dari semua blok yang pernah dan akan dibuat dalam

sistem bitcoin. Kemudian meskipun sistem baru tersebut sudah berjalan,

namun penggunaanya amat terbatas dikalangan pegiat kriptografi saja,

itupun belum mengarah ke kegiatan komersial karena nilanya masih nihil


dan lebih berfokus pada peningkatan kapabilitas sistem, uji coba dan

pembaharuan fitur.

4. Perusahaan Perantara Cryptocurrency di Indonesia

Pasar cryptocurrency di Indonesia terus menggeliat. Apalagi

pemerintah melalui Badan Pengawas Perdagangan Berjangka Komoditi

(BAPEBBTI) telah menetapakan aset digital ini sebagai subjek yang dapat

diperdagangkan di bursa berjangka.Tidak ada data pasti berapa jumlah

orang Indonesia yang menjadi investor atau pun trader kripto juga tidak

ada data pasti nilai transaksi hariannya. Tapi sebagai gambaran ini adalah

beberapa perusahaan exchange atau perantara jual beli kripto yang

beroperasi dan berbadan hukum perseroan terbatatas diantaranya Indodax,

Triv, Rekeningku.com, Coinone Indonesia.23

5. Masalah Investasi Cryptocurrency

Dewasa ini mata uang kripto lebih bersifat sebagai aset digital

ketimbang sebagai mata uang aset digital dalam bentuk koin ini

merupakan hal baru yang belum pernah ada sebelumnya namun perlu juga

dipahami bahwa dari aset digital ini sangat fluktuatif dan sulit diprediksi

apakah akan meningkat atau menurun.

Agus Martowardojo selaku Gubernur Bank Indonesa (BI) meminta

masyarakat agar tidak menganggap enteng resiko yang mungkin

dimunculkan dari investasi menggunakan bitcoin, “saya ingin mengatakan

23
Wahyu Rahmawati, Empat Perusahaan Perantara Jual Beli Kripto di Indonesia
https://investasi.kontan.co.id/news/ini-empat-perusahaan-perantara-jual-beli-kripto-di-
indonesia
resiko itu adalah sesuatu yang jangan diambil enteng. Itu adalah sesuatu

yang jangan kemudian disesali kalau seandainya ada masyarakat yang

ingin lebih jauh mengetahui tentang bitcoin” Agus mengigatkan, mata

uang digital semacam bitcoin tidak dijamin keamanannya investasinya

juga tidak diakui di Indonesia saat ini. Apalagi, Bitcoin juga bukan alat

pembayaran yang sah. Jadi saya selalu mengatakan kepada masyarakat

untuk paham bahwa ada resiko dengan instrumen Bitcoin, kata dia. BI

selaku regulator juga telah mengimbau masyarakat agar tidak berinvestasi

dengan mata uang digital, namun memilih produk investasi lain yang lebih

sehat dan dijamin.


BAB III
OBJEK PENELITIAN

Berbagai kasus korban crypto baik di dunia maupoun di Indonesia saat ini

telah menjadi hal yang memerlukan perhatian khusus, setiap bulan selalu ada

invenstor yang menjadi korban penggunaan bitocin. Lebih dari 46.000 orang

menyebutkan kehilangan lebih dari USD 1 miliar atau sekitar Rp 14,43 triliun

(asumsi kurs Rp 14.438 per dolar AS) dalam bentuk kripto karena penipuan sejak

awal 2021. Hal itu berdasarkan laporan yang dirilis oleh Federal Trade

Commission (FTC) pada Jumat, 3 Juni 2022. Kerugian tahun lalu hampir 60 kali

lipat dari 2018, dengan kerugian individu rata-rata USD 2.600.

FTC mencatat cryptocurrency teratas yang orang sampaikan memakai

membayar scammer adalah bitocin sebesar 70 persen, tether sebesar 10 persen dan

ether sebesar 9 persen. Salah satu fitur utama cryptocurrency

seperti bitocin adalah transfer pembayaran bersifat final dan tidak dapat

dibatalkan. Peluang investasi palsu sejauh ini merupakan jenis penipuan yang

paling umum. Pada 2021, kerugian penipuan kripto sebesar USD 575 juta atau Rp

8,3 triliun juga dilaporkan ke FTC terkait peluang investasi. Orang-orang

melaporkan situs web dan aplikasi investasi akan membiarkan mereka melacka

pertumbuhan kripto mereka, tetapi aplikasi itu palsu.

Contoh kasus yang dapat ditemukan yakni seseorang yang telah

melaporkannya kepada pihak yang berwajib karena diduga telah menjadi korban

penipuan berkedok investasi mata uang digital Cryptocurrency. Uang senilai Rp

2,5 miliar yang dikirimkan korban kepada dua orang terlapor untuk investasi
Bitocin. Selain itu ada kasus tindak pidana penipuan dan penggelapan bisnis

tambang digital Bitocin bodong merugikan korban hingga Rp10 miliar.


BAB IV
PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP KORBAN CRYPTO
DIHUBUNGAKAN DENGAN UNDANG-UNDANG NOMOR 8 TAHUN
1999 TENTANG PERLINDUNGAN KONSUMEN

A. Analisis yuridis legalitas penggunaan bitocin berbentuk asset crypto

dalam investasi asing

Analisis terhadap hukum yang melegalkan cryptocurrency di Indonesia

yakni mengacu pada hokum perdata, hukum ITE. Artinya ketentuan segala

sesuatu terkait dengan kegiatan transaksi di indonesia telah diatur dalam pasal

1320 KUHPerdata tentang syarat-syarat perjanjian. Ketentuan dalam pasal ini

juga berlaku dalam transaksi jual beli secara online serta diperkuat dengan

adannya UU ITE yang mengatur tentang transaksi elektronik. Pasal 1 angka 6

UU ITE yang berbunyi, sebagai berikut:142

“Penyelenggaraan Sistem Elektronik adalah pemanfaatan Sistem


Elektronik oleh penyelenggara negara, Orang, Badan Usaha, dan/atau
masyarakat”

Syarat sahnya perjanjian diatur di dalam Pasal 1320 KUHPerdata, antara

lain:

1. Kesepakatan

Dengan diperlakukannnya kata sepakat mengadakan perjanjian, maka

berarti bahwa kedua belah pihak haruslah mempunyai kebebasan

kehendak. Para pihak tidak mendapat sesuatu tekanan yang mengakibatkan

adanya cacat bagi perwujudan kehendak tersebut.24 Pengertian sepakat

dilukiskan sebagai pernyataan kehendak yang disetujui antara para pihak.

Mariam Darus Badrulzaman, et. al. Kompilasi Hukum Perikatan, (Jakarta: Citra Aditya
24

Bakti,2001). h. 73
Pernyataan pihak yang menawarkan dinamakan tawaran (offerte).

Pernyataan pihak yang menerima tawaran dinamakan akseptasi

(acceptatie).

2. Kecakapan

Kecakapan adalah adanya kecakapan untuk membuat suatu perjanjian.

Menurut hukum, kecakapan termasuk kewenangan untuk melakukan

tindakan hukum.

3. Suatu hal tertentu

Suatu hal tertentu berkaitan dengan objek perjanjian (Pasal 1332 sampai

dengan Pasal 1334 KUHPerdata). Objek perjanjian yang dapat

dikategorikan dalam Pasal 1332 sampai dengan Pasal 1334 adalah:25

a. Objek yang akan ada, asalkan dapat ditentukan jenis dan dapat

dihitung.

b. Objek yang dapat diperdagangkan (barang-barang yang dipergunakan

untuk kepentingan umum tidak dapat menjadi objek perjanjian).

Perjanjian yang objeknya tidak jelas karena tidak dapat ditentukan

jenisnya, atau tidak dapat diperdagangkan, atau tidak dapat dinilai

dengan uang, atau yang tidak mungkin dilakukan, menjadi batal demi

hukum.

4. Suatu sebab yang halal

Syarat keempat untuk suatu perjanjian yang sah adalah adanya suatu sebab

yang halal. Undang-undang tidak memberikan pengertian tentang sebab

(bahasa Belanda oorzaak, bahasa Latin causa). Pengertian causa bukan


25
Ibid
sebab yang mendorong para pihak mengadakan perjanjian, karena apa

yang menjadi motif dari seseorang untuk mengadakan perjanjian itu tidak

menjadi perhatian hukum. Menurut yurisprudensi yang ditafsirkan dengan

causa adalah isi atau maksud dari perjanjian. Melalui syarat causa, di

dalam praktek maka ia merupakan upaya untuk menempatkan perjanjian di

bawah pengawasan Hakim.26

Dua syarat pertama disebut syarat subjektif karena mengenai para pihak

dalam suatu perjanjian, bila syarat ini tidak dipenuhi maka perjanjian dapat

dibatalkan (untuk membatalkan perjanjian itu harus ada inisiatif minimal

dari salah satu pihak yang merasa dirugikan untuk membatalkannya).

Sedangkan dua syarat yang terakhir disebut syarat objektif karena

mengenai perjanjiannya sendiri atau objek dari perjanjian yang dilakukan,

bila syarat tersebut tidak dipenuhi maka perjanjian batal demi hukum

(sejak semula dianggap tidak pernah ada perjanjian sehingga tidak perlu

pembatalan).27

Akibat hukum dari perjanjian jual beli secara online adalah sah menurut

hukum jika memenuhi ketentuan pasal 1320 KUHPerdata yang harus

memenuhi ke empat syarat tersebut. Syarat 1 dan 2 disebut syarat subjektif

karena menyangkut orang, jika syarat 1 dan 2 tidak ada maka perjanjian

tetap sah hanya saja dapat dibatalkan. Yang membatalkan adalah pihak-

pihak yang merasa dirugikan. Sedangkan syarat 3 dan 4 disebut syarat

objektif karena menyangkut tentang barang, jika objektif tidak dipenuhi

26
Ibid
27
Subekti, Hukum Perjanjian, (Cet. 19, Jakarta: Intermasa,2001), h. 1.
maka perjanjian batal demi hukum artinya perjanjian dianggap tidak

pernah ada.28

B. Perlindungan hukum terhadap korban crypto dikaitkan dengan Undang-


Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindingan Konsumen

Negara adalah suatu lembaga yang merupakan satu sistem yang

mengatur hubungan-hubungan yang ditetapkan oleh dan di antara manusia

sendiri. Perhatian pemerintah terhadap korban crypto ini telah diatur dalam

Undang-Undang Tahun 1999, yakni dalam Pasal 3 dalam UUPK Ini

disebutkan bahwa perlindungan konsumen bertujuan : meningkatkan

kesadaran, kemampuan dan kemandirian konsumen untuk melindungi diri;

mengangkat harkat dan martabat konsumen dengan cara menghindarkannya

dari ekses negatif pemakaian barang dan/atau jasa; meningkatkan

pemberdayaan konsumen dalam memilih, menentukan, dan menuntut hak-

haknya sebagai konsumen; menciptakan sistem perlindungan konsumen yang

mengandung unsur kepastian hukum dan keterbukaan informasi serta akses

untuk mendapatkan informasi

Sebagai landasan hukum, UU Perlindungan Konsumen no 8 tahun 1999

yang memberi perlindungan pada konsumen serta pelaku usaha ini perlu

disadari oleh kedua belah pihak, baik konsumen dan pelaku usaha. Sosialisasi

dan edukasi di kalangan konsumen menjadi prioritas utama agar mereka lebih

proaktif, sadar dan cermat ketika dalam melakukan transaksi bisnis dengan

pelaku usaha dalam hal ini penggunaan crypto cureency.

28
Herniwati, “Penerapan Pasal 1320 KUHPerdata terhadap jual beli secara online (e
commerce)” (Skripsi Ilmu Hukum Sekolah Tinggi Ilmu Hukum Padang, padang,2014), h.
35.
Negara merupakan suatu alat untuk mencapai tujuan-tujuan yang

paling penting diantaranya seperti satu sistem yang menaungi manusia dalam

melakukan kegiatan-kegiatannya.29 Sebagai suatu negara yang berdaulat, maka

Republik Indonesia memiliki kedudukan dan kewajiban yang sama dengan

negara-negara lain di dunia, yaitu untuk menjaga perdamaian dunia serta

melindungi warga negaranya. Negara sebagai regulator memiliki peran

pengawasan dan memberi perlindungan hukum kepada warga negaranya.

Sejalan dengan itu, Pasal 28D UUD RI Tahun 1945 juga menyatakan bahwa

setiap orang berhak atas pengakuan, jaminan, perlindungan, dan kepastian

hukum yang adil serta perlakuan yang sama dihadapan hukum.30

Kehadiran mata uang virtual jenis Bitcoin di Indonesia secara spesifik

belum dibuat aturan hukumnya, kehadiran Bitcoin dinyatakan oleh pihak

pemerintah yakni Bank Indonesia pada tanggal 6 Februari 2014, bahwa

Bitcoin bukan merupakan alat pembayaran yang sah di Indonesia dan segala

resiko kerugian atau kehilangan atas kepemilikan atau penggunaan Bitcoin

ditanggung sendiri oleh pribadi pemilik atau pengguna Bitcoin dan mata uang

virtual lainnya.31

Sejauh ini Bitcoin digunakan sebagai lahan usaha atau bisnis dengan

model spekulasi mencari selisih harga yang tujuannya untuk mencari

keuntungan dengan cara membeli mata uang digital disaat harga turun dan

menjualnya pada harga naik atau tinggi karena nilai tukar mata uang digital
29
H. Abu Daud Busroh, Ilmu Negara, (Cet. 7, Jakarta: Bumi Aksara, 2010), h. 87.
30
Ibid
31
Ekka Sakti Koeswanto, Muhammad Taufik, “Perindungan Hukum Terhadap Investor
Yang Melakukan Investasi Virtual Currency”, Jurnal Living Law, Vol. 9 No. 1 (2017), h.
203.
selalu berfluktuasi dari menit ke menit. Menurut Oskar Darmawan selaku

CEO Bitcoin Indonesia dalam wawancaranya dengan liputan 6, bahwa sampai

saat ini Bitcoin masih terus berkembang di Indonesia. Kehadiran Bitcoin

sebagai mata uang virtual di Indonesia sebagai produk elektronik sejak awal

sudah menjadi perhatian negara, akan tetapi sampai saat ini pemerintah belum

menentukan langkah bagaimana merumuskan peraturan tertulis terkait

peredaran dan pengawasannya.

Untuk penggunaan Bitcoin telah menyebar secara meluas ke seluruh

penjuru di Indonesia. Di negara kita sendiri telah di dirikan sebuah

marketplace khusus untuk Bitcoin dengan tujuan agar Indonesia dapat

memiliki pergerakan pasar sendiri.184 Bitcoin sebagai sebagai alat tukar

dalam kegiatan transaksi perdagangan menjadi alat spekulasi (investasi) demi

meraup margin keuntungan tertentu. Kaitannya dengan kegiatan transaksi dan

investasi serta tukar menukar menggunakan Bitcoin tentu tidak lepas dengan

peraturan terkait perdagangan melalui sistem elektronik.185

Indonesia sendiri sudah memiliki peraturannya yaitu dalam bentuk

UU No. 7 tahun 2014 tentang Perdagangan dimana telah dijelaskan bahwa

Perdagangan melalui Sistem Elektronik adalah Perdagangan yang

transaksinya dilakukan melalui serangkaian perangkat dan prosedur

elektronik.32 Dalam pasal 65 UU Perdagangan menegaskan bahwa setiap

pelaku usaha yang memperdagangkan barang dan/atau jasa dengan

menggunakan sistem elektronik wajib menyediakan data dan/atau informasi

32
Indonesia, UU No. 7 Tahun 2014, Tentang Perdagangan, pasal 1 angka 24, TLN No.
5512. h.18
secara lengkap dan benar, dilarang memperdagangkan barang atau jasa yang

tidak sesuai dengan yang ditawarkan. Dan didalam ketentuan tersebut juga

mengatur orang atau badan usaha yang mengalami sengketa terkait dengan

transaksi dagang melalui sistem elektronik dapat menyelesaikan sengketa

melalui pengadilan atau penyelesaian sengketa lainnya antara lain, negosiasi,

konsiliasi, mediasi, atau arbitrase sesuai dengan ketentuan peraturan

perundang-undangan.

Dalam upaya pemerintah memberikan perlindungan terhadap

masyarakat dari gangguan keamanan dan kenyamanan sebagai akibat

penyalahgunaan Informasi Elektronik dan Transaksi Elektronik, maka dewasa

ini pemerintah membuat produk hukum baru dengan memberlakukan UU No

19 tahun 2016 tentang ITE yang merupakan perbaikan dari UU No 11 tahun

2008 tentang ITE. Di dalam Undang-Undang ITE yang baru ini terdapat peran

pemerintah dalam melakukan pencegahan penyebarluasan dan penggunaan33

Berkaitan dengan kepemilikan atau sebagai investor cryptocurrency

jika di hubungkan dengan bentuk perlindungan konsumen maka asas-asas

yang tercantum di dalam Pasal 2 UURI No. 8 tahun 1999 tentang

Perlindungan Konsumen sudah sejalan dengan kebutuhan hukum. asas-asas

tersebut yaitu asas manfaat, asas keadilan, asas keseimbangam, keamanan dan

keselamatan, setra asas kepastikan hukum. Asas keseimbangan

Menurut analisis peneliti, perlidnungan konsumen tersebut dapat

dikatakan jelas dan tepat hal ini mengingat negara Indonesia memberikan

Ahmadi Miru & Sutarman Yodo, Hukum Perlindungan Konsumen, (Jakarta : PT Raja
33

Grafindo, 2004),hlm 25.


jaminan kepada konsumen pengguna, pemakai dan pemanfaatan barang dan

atau jasa yang digunakan oleh konsumen. Asas-asas tersebut dapat digunakan

sebagai dasar perlindungan bagi para investor atau pengguna cryptocurrency

dan memang negara sudah seharusnya memberikan jaminan keamanan,

kemanfaatan dan kepastian hukum terkait penggunaan cryptocurrency model

bitcoin di Indonesia.

Perlindungan hukum pada investo cryptocurrency mengindikasikan

bawha pemerintah dapat menggunakan kewenangannya untuk

memformulasikan atau membuat peraturan-peraturan berkelanjutkan sesuai

dengan dinamika perkembangan jaman dengan maksud memberikan rasa

aman, nyaman, tentram, sejahtera, bermanfaatan, berkeadilan dan memberikan

kepastian hukum bagi investor atau pengguna mata uang cryptocurrency

terkait status yang jelas di Indonesia. Dari segi kemanfaatannya jika

cryptocurrency dikelola sebagaimana aturan hukum yang jelas dan pasti maka

terdapat nilai manfaat atau keuntungan bagi negara dengan peredaran

cryptocurrency Indonesia.
BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasrkan hasil telaah dan pembahasan serta analisis yang telah

dikemukakan sebelumnya mengenai perlindungan hukum bagi investor

cryptocureency maka dapat dikemukakan beberapa kesimpulan sesuai dengan

tujuan khusus yakni

1. Aspek yuridis legalitas penggunaan bitocin berbentuk asset crypto dalam

investasi asing diatur dalam KUHPerdata, UU No 19 tahun 2016 tentang

ITE

2. Perlindungan hukum bagi investor yang melakukan investasi

cryptocurrency model bitcoin yakni dari segi aturannya pemerintah

membuat regulasi secara khusus dalam menangani perlindungan hukum

bagi investor denga mengacu pada Undang-Undang perlindungan

konsumen pada pasal 4 dan pasal 5 mengenai hak dan kewajiban

konsumen.

B. Saran

1. Bagi pemerintah diharapkan agar membuat regulasi secara khusus

terhadap investor atau pengguna dapat memperoleh perlindungan hukum

dan kepastian hukum.


2. Bagi investor atau pengguna yang memiliki bitcoin harus lebih cermat

dalam bertindak, setiap resiko yang ada ditanggung sendiri oleh individu

penggunanya.

3. Dalam gejala sosial seperti penggunaan Bitcoin dalam transaksi elektronik

Memerlukan Peraturan yang efektif untuk memaksimal sisi positif dari

Bitcoin dan meminimalisir sisi negatifnya Bitcoin. yaitu dengan ada nya

pihak ke tiga seperti Bank central dan lembaga keuangan resmi lain nya

yang dapat mengawasi pergerakan Bitcoin, menyediakan penyelesaian

sengketa bila diperlukan. Dengan begitu tercipta jalan baru untuk

memerangi tindak pidana yang dilakukan melalui penyalahgunaan mata

uang virtual Bitcoin.


DAFTAR PUSTAKA

Ahmadi Miru & Sutarman Yodo, Hukum Perlindungan Konsumen, (Jakarta : PT Raja
Grafindo, 2004),hlm 25.

Az. Nasution, 2002, Hukum Perlindungan Konsumen Suatu Pengantar, Jakarta, Diadit
Media, hlm. 22

B. Rachmadi Supancana, 2011, Kerangka Hukum dan Kebijakan Investasi Langsung di


Indonesia, Ghalia Indonesia, Jakarta, h. 1.

Blockchain Whispers, Blockchain Decripted for 2018, 2018,hlm 6

Brian Kelly, The Bitcoin Big Bang, diterjemahkan oleh Andri dengan judul buku:
Bagaimana Mata Uang Alternatif Akan Mengubah Dunia (Jakarta:PT Elex
Media Komputindo,2018),

Darmita, Cryptocurrency, https://imamgunawan.files. Diakses pada 25 Juni 2022

Ekka Sakti Koeswanto, Muhammad Taufik, “Perindungan Hukum Terhadap Investor


Yang Melakukan Investasi Virtual Currency”, Jurnal Living Law, Vol. 9 No. 1
(2017), h. 203.

Ferry Mulyant, M Tirta Mulia, “Analysis Mining System Pada Bitcoin”. ( Makalah yang
disampaikan pada konfrensi nasional sistem informasi, yang diselengarakan oleh
universitas STMIK dipanegara Makassar, Diakses 21 Juni 2022)

Gunawan Widjaja dan Jono, Penerbitan Obligasi Dan Peran Serta Tanggung Jawab Wali
Amanat Dalam Pasar Modal , (Jakarta : Kencana Prenada Media Group) 2006
hlm 60

H. Abu Daud Busroh, Ilmu Negara, (Cet. 7, Jakarta: Bumi Aksara, 2010), h. 87.

Handri Raharjo, Sistem Hukum Indonesia, (Cet. I, Yogyakarta: Pustaka Yustisia,2016), h.


28

Herniwati, “Penerapan Pasal 1320 KUHPerdata terhadap jual beli secara online (e
commerce)” (Skripsi Ilmu Hukum Sekolah Tinggi Ilmu Hukum Padang,
padang,2014), h. 35.

Husni Syawali dan Neni Sri Imaniyati, 2000, Hukum Perlindungan Konsumen, Bandung,
Mandar Maju, hlm. 23

Ibrahim Nubika, Bitcoin: Cara Baru Berinvestasi Generasi Mileneal, (Cet. I, Yogjakarta:
Genesis Learning,2018), h. 106.

Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Baru Cetakan 7 (Jakarta : Media Pustaka, 2013)
hlm 370.

Mariam Darus Badrulzaman, et. al. Kompilasi Hukum Perikatan, (Jakarta: Citra Aditya
Bakti,2001). h. 73
R.Abdoel Djamali, Pengantar hkum indonesia, (Cet. 8, Jakarta: PT. Raja Grafindo
Persada,2014)

Siaran Pers”, http://www.bi.go.id/id/ruang-media/siaran-pers/Pages/sp_160614.aspx,


diakses pada tanggal 31 Agustus 2016

Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji, 2012. Penelitian Hukum Normatif (Suatu Tinjauan
Singkat), Jakarta : Rajawali Pers hlm. 122

Subekti, Hukum Perjanjian, (Cet. 19, Jakarta: Intermasa,2001), h. 1.

Sugiyono, 2017. Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif, Jakarta: Ghalia Indonesia,
hlm. 13

Sunarto Zulkifli, Panduan Praktis Transaksi Perbankan Syariah, (Jakarta: Zikrul


Hakim,2016),

Undang-undang Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan


konsumen

Varriale, G., “Bitcoin: How to regulate a virtual currency” International Financial Law
Review (2013) hlm.2.

Wahyu Rahmawati, Empat Perusahaan Perantara Jual Beli Kripto di Indonesia


https://investasi.kontan.co.id/news/ini-empat-perusahaan-perantara-jual-beli-
kripto-di-indonesia

Willy Wong, Bitcoin: Panduan Praktis Memahami, Menambang dan Mendapatkan


Bitcoin, (Semarang: Indraprasta Media,2014), h. 9

UNDANG-UNDANG

Indonesia, UU No. 7 Tahun 2014, Tentang Perdagangan, pasal 1 angka 24, TLN No.
5512. h.18

Indonesia, (UU ITE) No. 11 Tahun 2008, tentang Informasi dan Transaksi
Elektronik, Pasal 5 ayat (3), , h. 5. TLN No. 4843.

Kitab Undang-Undang Hukum Perdata

Undang-Undang No. 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal

Anda mungkin juga menyukai