Anda di halaman 1dari 53

PERSEPI PENGALAMAN PENGALAMAN ISOLASI

MANDIRI CORONA DISEASE 19 (COVID19)

PROPOSAL SKRIPSI
Diajukan Untuk Melakukan Penelitian Sebagai Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Keperawatan
Pada Program Studi S1 Keperawatan

Oleh :
DINAR KAKHARUL SHALEH
NIM. 1703277010

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MUHAMMADIYAH
CIAMIS
2021
JUDUL : PERSEPI PENGALAMAN PENGALAMAN ISOLASI
MANDIRI CORONA DISEASE 19 (COVID19)

NAMA : DINAR KAKHARUL SHALEH

NIM : 1703277010

PERSETUJUAN
Proposal Skripsi ini telah disetujui oleh pembimbing
Program Studi S1 Keperawatan
untuk diujiankan
Pada tanggal :.................................

Menyetujui,

Pembimbing I

H. Rudi Kurniawan, S.Kep., Ners., M.Kep.


NIP. 197410232005011002

Pembimbing II

Nur Hidayat, SKM., M.M.Kes ( )


NIK. 0432777602022

Mengetahui,
Ketua Program Studi S1 Keperawatan

Hj. Ns. Jajuk Kusumawaty, S.Kep., M.Kep


NIK. 0432777295009

i
JUDUL : PERSEPI PENGALAMAN PENGALAMAN ISOLASI
MANDIRI CORONA DISEASE 19 (COVID19)

NAMA : DINAR KAKHARUL SHALEH

NIM : 1703277010

PENGESAHAN
Proposal Skripsi ini telah dipertahankan dan diperbaiki sesuai dengan masukan
Dewan Penguji Program Studi S1 Keperawatan
Pada Tanggal : ...................

Mengesahkan,

Penguji I

Heni Marliany, SKM, M.Kep ( )


NIK. 0432777597012
Penguji II

Hj. Ns. Yuyun Rahayu, S.Kep., M.Kep ( )


NIK. 0432777905034
Penguji III

H. Rudi Kurniawan, S.Kep., Ners., M.Kep ( )


NIP. 197410232005011002

Mengetahui,
Wakil Ketua l Ketua
STIKes Muhammadiyah Ciamis Program Studi S1 Keperawatan

Heni Marliany, S.KM.,M.Kep Hj. Ns. Jajuk Kusumawaty, S.Kep., M.Kep


NIK. 0432777597012 NIK. 0432777295009

ii
iii
KATA PENGANTAR

Tiada kata yang patut terucap dari seorang mahkluq kepada sang Kholiq
kecuali ucapan syukur alhamdulillah. Sholawat dan salam semoga tercurah
limpahkan kepada Baginda Rasulullah Muhammad SAW, kepada para
keluarganya, para sahabatnya dan kepada umatnya sampai akhir zaman termasuk
kita semua. Amin. Penulis dapat menyelesaikan proposal ini dengan judul
“Gambaran Kasus Penderita Corona Disease 19 (COVID19). ”.
Terwujudnya Proposal ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak yang
telah mendorong dan membimbing penulis, baik tenaga, ide-ide, maupun
pemikiran. Oleh karena itu dalam kesempatan ini penulis ingin mengucapkan
terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :
1. Drs. H. Jamjam Erawan, selaku Ketua Badan Pembina Harian STIKes
Muhammadiyah Ciamis.
2. H. Dedi Supriadi, S.Sos., S.Kep., Ners., M.M.Kes., selaku Ketua Sekolah
Tinggi Ilmu Kesehatan Muhammadiyah Ciamis.
3. Hj. Ns. Jajuk Kusumawaty, S.Kep.,M.Kep., selaku Ketua Program Studi S1
Keperawatan.
4. H. Rudi Kurniawan, S.Kep.,M.Kep., selaku dosen pembimbing I yang telah
berkenan memberikan arahan, bimbingan, kritik, saran dan telah bersedia
meluangkan waktu dan tenaga selama penyusunan proposal skripsi ini.
5. Nur Hidayat, SKM., M.M.Kes., selaku Pembimbing II yang telah
meluangkan waktu untuk memberikan arahan dan bimbingan dalam
penyusunan proposal skripsi ini.
6. Drs. Iso Solihudin, MM. Selaku Pembimbing Al Islam dan
Kemuhammadiyahan yang telah meluangkan waktu untuk memberikan
arahan dan bimbingan dalam penyusunan skripsi ini.
7. Seluruh Staf Dosen dan Karyawan yang telah memberikan bimbingan sejak
penulis mengikuti perkuliahan di Program Studi S1 Keperawatan STIKes
Muhammadiyah Ciamis.

iv
8. Ibunda dan ayahanda tercinta yang telah banyak memberikan dorongan moril
maupun materil serta kasih sayang dan doa tulus yang dicurahkan kepada
penulis.
9. Rekan-rekan seperjuangan Mahasiswa Program Studi S1 Keperawatan
STIKes Muhammadiyah Ciamis Angkatan 12 yang telah bersama-sama
membuat usulan penelitian
Penulis menyadari dalam penyusunan proposal ini masih banyak
kekurangan, untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat
membangun dari semua pihak. Akhir kata, semoga kebaikan yang telah diberikan
dapat menjadi amal soleh dan ibadah bagi kita semua, dan mendapatkan balasan
lebih dari Allah SWT dari apa yang telah diberikan.

Ciamis, 21 Januari 2021

Dinar Kakharul Shaleh

v
DAFTAR ISI

Halaman
PERSETUJUAN............................................................................................... i
PENGESAHAN................................................................................................ ii
PERNYATAAN............................................................................................... iii
KATA PENGANTAR...................................................................................... iv
DAFTAR ISI.................................................................................................... vi
DAFTAR TABEL............................................................................................ viii
DAFTAR BAGAN........................................................................................... ix
DAFTAR LAMPIRAN.................................................................................... x
RIWAYAT HIDUP.......................................................................................... xi
BAB I PENDAHULUAN................................................................................. 1
A. Latar Belakang................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah............................................................................ 5
C. Tujuan Penelitian............................................................................. 6
1. Tujuan Umum........................................................................... 6
2. Tujuan Khusus.......................................................................... 6
D. Manfaat Penelitian........................................................................... 6
E. Keaslian Penelitian........................................................................... 7
BAB II TINJAUAN TEORI............................................................................. 10
A. Tinjauan Teori.................................................................................. 10
1. Pengertian Covid19................................................................... 10
2. Penyebab Covid19.................................................................... 10
3. Tanda Gejala Covid19............................................................... 11
4. Patogenesis Covid19................................................................. 11
5. Etiologi Covid19....................................................................... 13
6. Epidemiologi Covid19.............................................................. 14
7. Penularan dan Gejala Covid19.................................................. 14
8. Klasifikasi Covid19................................................................... 15
9. Dampak Covid19...................................................................... 17

vi
10. Reaksi terhadap Penderita Covid19.......................................... 18
11. Pencegahan Covid19................................................................. 19
B. Landasan Teori................................................................................. 20
C. Kerangka Konsep............................................................................. 21
BAB III METODE PENELITIAN................................................................... 22
A. Rancangan Penelitian....................................................................... 22
B. Populasi dan Sampel........................................................................ 22
C. Pengumpulan Data........................................................................... 23
D. Prosedur Penelitian........................................................................... 27
E. Pengolahan dan Analisis Data (Carpenter)...................................... 27
F. Etika Penelitian................................................................................ 29
G. Tempat dan Waktu Penelitian.......................................................... 30
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................... 31
LAMPIRAN

vii
DAFTAR TABEL

Halaman
Tabel 1.1 Penelitian terdahulu.......................................................................... 7

viii
DAFTAR BAGAN

Halaman
Bagan 2.1 Kerangka Konsep............................................................................ 21

ix
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Jadwal Penelitian


Lampiran 2 Surat Pernyataan Kesediaan Menjadi Responden
Lampiran 3 Lembar Pertanyaan
Lampiran 4 Lembar Konsultasi Pembimbing I, II dan AIK
Lampiran 5 Surat Pemberitahuan Penelitian

x
RIWAYAT HIDUP

Nama : Dinar Kakharul Shaleh


Tempat/Tanggal lahir : Tasikmalaya, 2 Oktober 1998
Email : Dinarkakharuls1@gmail.com
No. HP : 082215234614
Alamat : Dsn Bunisari RT. 10 RW. 11 Desa Luyubakti Kec.
Puspahiang Kab. Tasikmalaya

Pendidikan
1 SD N 1 Bunisari : 2005-2011
2 SMP N 1 Puspahiang : 2011-2014
3 SMP N 4 Tasikmalaya : 2014-2017
4 STIKes Muhammadiyah Ciamis : 2017 s/d Sekarang

xi
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Penyakit Covid-19 (Coronavirus Disease 2019) sampai pada periode
pertengahan April 2020 telah menyebar ke berbagai negara termasuk ke
Indonesia, dimana sebanyak 212 negara mengalami penyakit tersebut dan
telah menyebar kepada lebih dari 2 juta orang, sebanyak 134.610 orang
diantaranya dinyatakan meninggal dunia. (Arifin, 2020)
Wabah penyakit Covid-19 tersebut dapat dinyatakan sebagai musibah
internasional karena dampaknya terhadap sendi-sendi kehidupan masyarakat
termasuk sosial, ekonomi, politik dan lainnya. Covid-19 sebagai penyakit
menular yang mematikan dan dapat mudah dialami bagi orang yang memiliki
imunitas rendah, sampai saat ini para ahli dibidang kedokteran umum maupun
special belum menemukan obat vaksin yang dapat menyembuhkan Covid-19.
(Dirjen P2P Kemenkes RI, 2020)
Penyakit covid19 disebabkan oleh suatu virus yang sangat kecil dan tidak
dapat dilihat oleh kasat mata. Sebagaimana yang telah difirmankan oleh Allah
SWT bahwasannya Allah SWT telah memperkenalkan makhluk yang sangat
kecil, bahkan yang lebih kecil dari itu seperti Corona Virus Diseases-19
(Covid-19) yang besarnya hanya 125 nanometer atau 0,125
mikrometer. Sesuai dengan Firman Allah QS. Al-Baqarah: 26 berbunyi :
َ‫ضةً فَ َما فَوْ قَهَا ۗ فَا َ َّما الَّ ِذ ْينَ ٰا َمنُوْ ا فَيَ ْعلَ ُموْ ن‬ ‫هّٰللا‬
َ ْ‫ب َمثَاًل َّما بَعُو‬ َ ‫اِ َّن َ اَل يَ ْستَحْ ٖ ٓي اَ ْن يَّضْ ِر‬
‫هّٰللا‬ ُّ ‫اَنَّهُ ْال َح‬
ِ ‫ َذا َمثَاًل ۘ ي‬s‫ق ِم ْن َّربِّ ِه ْم ۚ َواَ َّما الَّ ِذ ْينَ َكفَرُوْ ا فَيَقُوْ لُوْ نَ َما َذٓا اَ َرا َد ُ بِ ٰه‬
‫ه‬sٖ sِ‫لُّ ب‬s‫ُض‬
ۙ ٰ ْ ‫اَّل‬
٢٦ - َ‫ضلُّ بِ ٖ ٓه اِ الف ِسقِ ْين‬ ِ ُ‫َكثِ ْيرًا َّويَ ْه ِديْ بِ ٖه َكثِ ْيرًا ۗ َو َما ي‬

Artinya : "(Sesungguhnya Allah tidak segan


membuat perumpamaan seekor nyamuk atau yang lebih
kecil dari itu. Adapun orang-orang yang beriman, mereka
tahu bahwa itu kebenaran dari Tuhan. Tetapi mereka yang
kafir berkata, “Apa maksud Allah dengan perumpamaan
ini?” Dengan (perumpamaan) itu banyak orang yang
dibiarkan-Nya sesat, dan dengan itu banyak (pula) orang
yang diberi-Nya petunjuk. Tetapi tidak ada yang Dia
2

sesatkan dengan (perumpamaan) itu selain orang-orang


fasik,)"

Dan hadits Rasulullah saw yang berbunyi :


‫ ِه‬sِ‫ َّل ب‬s‫ َّز َو َج‬sَ‫ ِز ا ْبتَلَى هَّللا ُ ع‬sْ‫صلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم الطَّاعُونُ آيَةُ ال ِّرج‬ َ ِ ‫قَا َل َرسُو ُل هَّللا‬
‫ا فَاَل‬sَ‫ض َوَأ ْنتُ ْم بِه‬
ٍ ْ‫َأر‬sِ‫ َع ب‬sَ‫ ِه َوِإ َذا َوق‬sْ‫ ْد ُخلُوا َعلَي‬sَ‫ ِه فَاَل ت‬sِ‫ ِم ْعتُ ْم ب‬s‫ِإ َذا َس‬sَ‫ا ِد ِه ف‬sَ‫نَاسًا ِم ْن ِعب‬
ُ‫تَفِرُّ وا ِم ْنه‬
Artinya : Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam
bersabda: “Tha’un (wabah penyakit menular) adalah suatu
peringatan dari Allah Subhanahu Wa Ta’ala untuk menguji
hamba-hamba-Nya dari kalangan manusia. Maka apabila
kamu mendengar penyakit itu berjangkit di suatu negeri,
janganlah kamu masuk ke negeri itu. Dan apabila wabah itu
berjangkit di negeri tempat kamu berada, jangan pula kamu
lari daripadanya.” (HR Bukhari dan Muslim dari Usamah
bin Zaid).

Berdasarkan Ayat Al Qur’an dan hadits diatas perlu digaris bawahi


adalah lafaz fama fauqaha, yang lebih kecil dari nyamuk, seperti virus. Hal
yang kecil inilah yang dapat menjadikan manusia mengalami penyakit dan
sampai saat ini belum ada obatnya secara pasti, sehingga kasus dari penyakit
tersebut terus meningkat. Hal ini menjadi peringatan adanya wabah penyakit
untuk penguji hamba-hambaNya. Kemudian diperjelas juga hadits Nabi SAW
untuk menangani penyebaran wabah, sebagaimana yang disebutkan oleh
Rasulullah SAW dalam Hadits Shahih Riwayat Bukhari dan Muslim bahwa
apabila dalam suatu daerah yang mengalami wabah penyakit, maka
hendaknya manusia mencegah dari penyakit dengan tidak memasuki daerah
tersebut.
Namun pada kenyataannya di Indonesia, masyarakat bercampur baur
bermigrasi sehingga kasus covid19 di Indonesia masih tinggi. Berdasarkan
data dari covid19.go.id, sebaran kasus Covid19 terjadi di 34 Provinsi dan 162
Kabupaten/Kota di Indonesia. Keberadaan kasus covid19 untuk provinsi
Jawa Barat mencapai 39.614 orang, dari jumlah tersebut sebanyak 28.641
dinyatakan sembuh dan 761 dinyatakan meninggal dunia. Kemudian Kasus
covid19 di Kabupaten Tasikmalaya menurut data Dinkes Kabupaten
3

Tasikmalaya mencapai 4,67 ribu kasus, sebanyak 3,92 ribu diantaranya


sembuh.
Covid19 merupakan penyakit yang disebabkan oleh virus korona, gejala-
gejala dari penderita covid19 diantaranya adalah demam, malaise, fatigue,
nyeri kepala, mialgia-Gejala saluran pernapasan seperti batuk, pilek, nyeri
tenggorokan, hidung tersumbat, sesak napas (IDI, 2020). Pemeriksaan fisik
torak didapati retraksi otot pernapasan, fremitus meningkat, redup pada
bagian konsolidasi, suara napas bronkovesikuler atau bronkial, atau ronki
kasar (Wang, 2019).
Covid19 dapat diklasifikasikan sebagai kasus terduga, kasus probable
(probable case) dan Kasus terkonfirmasi. Menurut Kemenkes RI (2020)
klasifikasi darikasus Covid19 yaitu Pasien Dalam Pengawasan (PDP) dan
Orang Dalam Pemantauan (ODP), Orang Tanpa Gejala (OTG) atau seseorang
yang tidak bergejala dan memiliki resiko tertular dari orang konfirmasi
covid19.
Informasi tentang penyebaran virus terus dipantau, hal ini bertujuan agar
masyarakat dapat meningkatkan kewaspadaan dan mematuhi himbauan
pemerintah. Implikasi nyata Covid19 sudah dirasakan oleh masyarakat dalam
aktivitas sehari-hari. Peningkatan jumlah kasus corona terjadi dalam waktu
singkat dan membutuhkan penanganan segera. Virus corona dapat dengan
mudah menyebar dan menginfeksi siapapun. Namun sampai saat belum ada
obat spesifik untuk menangani kasus infeksi virus corona atau Covid19.
Sehingga untuk pencegahan penularan tersebut, maka pemerintah
menerapkan kebijakan pembatasan sosial berskala besar (PSBB), lockdown,
isolasi total atau karantina.
Kebijakan-kebijakan tersebut pada dasarnya adalah untuk mencegah
penularan penyakit dari penderita kepada orang lain, artinya penderita
covid19 harus dilakukan perlakuan khusus dengan isolasi atau tidak berbaur
dengan orang lain. Hal ini didasarkan pada hadits Rasulullah SAW yang
diriwayatkan oleh abu hurairah dalam kitab Bukhori yang berbunyi:
4

ِ ‫صلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم اَل ي‬


ِ ‫ُورد ََّن ُم ْم ِرضٌ َعلَى ُم‬
ٍّ‫صح‬ َ ‫قَا َل النَّبِ ُّي‬
Artinya : Rasulullah SAW bersabda ‘Janganlah yang
sakit dicampurbaurkan dengan yang sehat.” (HR Bukhari
dan Muslim dari Abu Hurairah)

Melihat dari kutipan hadist tersebut, dapat dikemukakan bahwa


Rasulullah SAW telah membimbing umat manusia untuk menjaga dirinya
agar tidak tertular oleh penyakit thaun atau wabah. Salah satu bentuk
pencegahan tersebut adalah dengan tidak bercampur baur penderita dengan
orang sehat, dengan demikian penderita covid19 dapat dilakukan isolasi atau
berada pada ruangan sendiri untuk mencegah penularan pada orang sehat.
Penelitian yang dilakukan oleh Rachman (2020) menemukan bahwa data
menunjukkan 13-15% orang yang positif secara virologi mungkin tidak
menunjukkan gejala. Gejala yang paling umum dijelaskan pada fase awal
COVID-19 pada yaitu demam (50%) dan batuk ringan (38%). Gambaran
klinis lain yang dapat muncul yaitu sakit tenggorokan, rinore, bersin, mialgia,
kelelahan, diare, pusing, ruam kulit dan muntah.
Penelitian Handayani (2016) menemukan penyebaran penyakit diketahui
melalui droplet dan kontak dengan droplet. Prognosis pasien sesuai derajat
penyakit, derajat ringan berupa infeksi saluran napas atas umumnya prognosis
baik, tetapi bila terdapat acute respiratory distress syndrome (ARDS)
prognosis menjadi buruk terutama bila disertai komorbid, usia lanjut dan
mempunyai riwayat penyakit paru sebelumnya. Pencegahan utama sekaligus
tata laksana adalah isolasi kasus untuk pengendalian penyebaran
Menurut data dari Dinas Kesehatan dan Pengendalian Penduduk (DKPP)
Kabupaten Tasikmalaya didapatkan bahwa perkembangan kasus covid19 di
Kabupaten Tasikmalaya, cluster pondok pesantren (Ponpes) mengalami
peningkatan. Sebanyak 200 orang santri diidentifikasi positif. Dimana,
umumnya merupakan pasien positif yang tidak memiliki gejala (OTG),
hingga harus diisolasi.
Salah satu pondok pesantren di Kabupaten Tasikmalaya yang mengalami
kasus covid adalah Pondok Pesantren Cipasung, kasus covid sampai bulan
5

Oktober 2020 mencapai 340 340 santri yang terkonfirmasi positif. Dari
jumlah tersebut, sebanyak 130 orang sudah dinyatakan sembuh atau negatif
dan diperbolehkan pulang untuk isolasi mandiri di rumahnya masing-masing.
Pasien covid19 yang berasal dari kluster Pondok Pesantren adalah warga
dari Desa Pusparahayu Puspahiang Tasikmalaya. Kondisinya telah
dinyatakan sembuh oleh tenaga medis. Tanda gejala atau manifestasi klinis
pada pasien covid tersebut yang dirasakan adalah demam, pilek seperti
influenza, yang segera dilakukan tes swab dan dilakukan isolasi mandiri di
rumah. Selain itu, kasus lain yang terjadi berasal dari daerah Singaparna,
pasien tersebut merupakan santri Pondok Pesantren Cipasung dan mengalami
keluhan sesak nafas, pilek, sakit tenggorokan. Kondisi pasien tersebut
dinyatakan sembuh setelah menjalani perawatan di rumah sakit selama dua
minggu.
Berdasarkan uraian tersebut, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian
mengenai Gambaran Kasus Penderita Corona Disease 19 (COVID19) (Studi
Kasus Penderita Covid19 di Kecamatan Puspahiang Tasikmalaya).

B. Rumusan Masalah
Covid19 merupakan penyakit yang dapat menular dengan cepat baik
dengan gejala maupun tanpa gejala, bahkan penyakit tersebut dapat
mengakibatkan kematian. Penyakit tersebut dapat menyerang siapa saja
terutama kepada orang dewasa dan memiliki imunitas tubuh yang rendah.
faktor terjangkitnya penyakit tersebut umumnya tertular oleh penderita
sebelumnya. Salah satu penderita yang mengalami covid19 adalah warga desa
Pusparahayu Puspahiang Tasikmalaya. Penelitian studi kasus penderita
covid19, masih jarang dilakukan. Oleh karena itu peneliti tertarik untuk
melakukan penelitian mengenai bagaimana gambaran kasus covid19 di Desa
Pusparahayu Kecamatan Puspahiang Kabupaten Tasikmalaya tahun 2020?.
6

C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran kasus covid19
di Desa Pusparahayu Kecamatan Puspahiang Kabupaten Tasikmalaya
tahun 2020.
2. Tujuan Khusus
a. Menggambarkan pengalaman saat dirawat pada kasus covid19 di
Desa Pusparahayu Kecamatan Puspahiang Kabupaten Tasikmalaya
tahun 2020.
b. Menggambarkan suasana hati penderita covid19 di Desa Pusparahayu
Kecamatan Puspahiang Kabupaten Tasikmalaya tahun 2020.

D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
Penelitian ini diharapkan sebagai bahan masukkan dalam rangka
mengembangkan ilmu keperawatan khususnya penyakit yang diakibatkan
oleh virus.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Perawat
Hasil penelitian ini dapat menjadi bahan acuan bagi perawat
dalam melakukan asuhan keperawatan pada pasien covid19 dengan
cara memberikan pendidikan kesehatan tentang perilaku hidup bersih
sehat, penerapan protokol kesehatan dan meningkatkan daya
imunitas tubuh.
b. Bagi Puskesmas
Sebagai bahan atau data dasar bagi Puskesmas dalam
mendeteksi dini bagi masyarakat yang memiliki resiko covid19,
sebagai bahan dalam pendidikan kesehatan bagi masyarakat serta
melakukan asuhan keperawatan yang efektif.
c. Bagi masyarakat
7

Hasil penelitian ini dapat menjadi bahan masukan bagi


masyarakat mengenai covid19 sehingga dapat berperan dalam
mencegah penyebaran dan penularan covid19.
d. Bagi STIKes Muhammadiyah Ciamis
Hasil penelitian ini dapat menjadi bahan pengembangan dalam
bidang pendidikan sebagai penerapan catur dharma Perguruan
Tinggi.
e. Bagi Peneliti
Hasil penelitian ini dapat menjadi bahan informasi bagi
peneliti tentang studi kasus covid19 sehingga dapat menerapkan dan
mengaplikasikan ilmu yang diperoleh dilapangan.

E. Keaslian Penelitian
Berdasarkan penelusuran elektronik terhadap penelitian terkait kasus
pada penderita covid19, terdapat beberapa penelitian seperti pada tabel
berikut:
Tabel 1.1 Penelitian terdahulu
Peneliti Judul Tujuan Sampel Metode Output
Siti Gangguan Mendapatkan Sampel Jenis penelitian Hasil penelitian
Nurjanah Mental gambaran kepada 30 ini adalah didapatkan 10
2020 Emosional gangguan klien yang penelitian orang (33,3%)
Pada Klien mental tinggal di kuantitatif. mengalami
Pandemi emosional rumah metode gangguan
Covid19 Di pada klien karantina penelitian ini mental
Rumah yang berada di deskriptif emosional.
Karantina rumah Keluhan
Karantina. terbanyak
adalah keluhan
somatis seperti
merasa cemas
tegang (40%)
dan aktivitas
sehari hari
terbengkalai
(37%).
Yulia Makna untuk Subjek Metode Hasil penelitian
Hairina Kebahagiaan memberikan penelitian penelitian yang menunjukkan
2020 Pada Pasien gambaran adalah dua digunakan bahwa
Covid-19 mengenai orang adalah pengalaman
Yang Tinggal makna pasien kualititatif emosional yang
Di Pusat kebahagiaan covid-19 dengan dialami pasien
Karantina pada pasien yang di pendekatan Covid-19 ketika
8

Peneliti Judul Tujuan Sampel Metode Output


Covid-19 yang karantina fenomenologis pertama kali
tinggal di didiagnosis
Pusat Covid-19 adalah
Karantina merasa shock,
Ambulung was-was dan
Pemprov juga sedih.
Kalimantan Kebahagiaan
Selatan. yang dialami
oleh subjek
terjadi secara
bertahap dan
melalui sebuah
proses. Faktor
yang
mempengaruhi
kebahagiaan
pasien Covid -
19 ada dua yaitu
internal dan
eksternal.
Agama menjadi
salah faktor
yang dominan
dalam
kebahagiaan
subjek.
Mahrania Kasus memperkaya Tenaga Metode Hasil: Pada
2020 COVID-19 pengetahuan medis kualitatif dan kasus ini,
Ringan Pada mengenai yang pendekatan estimasi periode
Tenaga covid-19 diduga studi kasus inkubasi adalah
Medis: dengan Covid19 2 hari. Pasien
Evaluasi mengevaluasi menunjukkan
Temuan kasus covid- gejala penyakit
Klinis dan 19 ringan pada saluran nafas
Resiko tenaga atas ringan
Transmisi kesehatan tanpa adanya
gejala
pneumonia yang
signifikan,
namun terdapat
pneumonia
ringan yang
dikonfirmasi
dengan adanya
demam dan
infiltrat paru
pada
pemeriksaan
radiologis.

Persamaan dengan penelitian ini adalah sama-sama meneliti tentang


kejadian covid19. Pada penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti saat ini
9

mempunyai perbedaan dengan penelitian sebelumnya yaitu judul, lokasi,


waktu, sampel penelitian dan jenis penelitian pada penelitian ini adalah studi
kasus dengan pendekatan fenomenologi, pengambilan data dilakukan dengan
menggunakan wawancara untuk mengkaji dan menilai lebih dalam mengenai
tanda dan gejala pada kasus covid19, faktor penyebab, pengalaman saat
dirawat, suasana hati penderita dan penatalaksanaan kasus covid19.
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Tinjauan Teori
Penyakit koronavirus 2019 (bahasa Inggris: coronavirus disease 2019,
disingkat COVID-19) adalah penyakit menular yang disebabkan oleh SARS-
CoV-2, salah satu jenis koronavirus. Penyakit ini mengakibatkan pandemi
koronavirus 2019–2020. Penderita COVID-19 dapat mengalami demam,
batuk kering, dan kesulitan bernapas. Sakit tenggorokan, pilek, atau
bersinbersin lebih jarang ditemukan. Pada penderita yang paling rentan,
penyakit ini dapat berujung pada pneumonia dan kegagalan multiorgan
(Morfi, 2020).
Coronavirus merupakan keluarga besar virus yang menyebabkan
penyakit pada manusia dan hewan. Pada manusia biasanya menyebabkan
penyakit infeksi saluran pernapasan, mulai flu biasa hingga penyakit yang
serius seperti Middle East Respiratory Syndrome (MERS) dan Sindrom
Pernafasan Akut Berat/ Severe Acute Respiratory Syndrome (SARS).
Coronavirus jenis baru yang ditemukan pada manusia sejak kejadian luar biasa
muncul di Wuhan Cina, pada Desember 2019, kemudian diberi nama Severe
Acute Respiratory Syndrome Coronavirus 2 (SARS-COV2), dan
menyebabkan penyakit Covid-19 (Disease Outbreak News, 2016).
Penyebab Covid-19 adalah virus yang tergolong dalam family
coronavirus. Coronavirus merupakan virus RNA strain tunggal positif,
berkapsul dan tidak bersegmen. Terdapat 4 struktur protein utama pada
Coronavirus yaitu: protein N (nukleokapsid), glikoprotein M (membran),
glikoprotein spike S (spike), protein E (selubung). Coronavirus tergolong ordo
Nidovirales, keluarga Coronaviridae. Coronavirus ini dapat menyebabkan
penyakit pada hewan atau manusia. Terdapat 4 genus yaitu alphacorona virus,
betacoronavirus, gammacorona virus, dan deltacorona virus. Sebelum adanya
COVID-19, ada 6 jenis coronavirus yang dapat menginfeksi manusia, yaitu
HCoV-229E (Wang, 2020).
Menjurut CDC (2020) menyebutkan bahwa tanda gejala dari covid19
dapat dilihat dari berbagai kondisi bagian tubuh suspek. Tanda gejala tersebut
diantaranya adalah:
a. Gejala yang paling umum:
1) demam
2) batuk kering
3) kelelahan
b. Gejala yang sedikit tidak umum:
1) rasa tidak nyaman dan nyeri
2) nyeri tenggorokan
3) diare
4) konjungtivitis (mata merah)
5) sakit kepala
6) hilangnya indera perasa atau penciuman
7) ruam pada kulit, atau perubahan warna pada jari tangan atau jari
kaki
c. Gejala serius:
1) kesulitan bernapas atau sesak napas
2) nyeri dada atau rasa tertekan pada dada
3) hilangnya kemampuan berbicara atau bergerak

kemudian terkait dengan patogenesis dari infeksi COVID-19 belum


diketahui seutuhnya. Pada awalnya diketahui virus ini mungkin memiliki
kesamaan dengan SARS dan MERS CoV, tetapi dari hasil evaluasi
genomik isolasi dari 10 pasien, didapatkan kesamaan mencapai 99% yang
menunjukkan suatu virus baru, dan menunjukkan kesamaan (identik 88%)
dengan batderived severe acute respiratory syndrome (SARS)-like
coronaviruses, bat-SL-CoVZC45 dan bat-SLCoVZXC21, yang diambil
pada tahun 2018 di Zhoushan, Cina bagian Timur, kedekatan dengan SARS-
CoV adalah 79% dan lebih jauh lagi dengan MERS-CoV (50%). Analisis
filogenetik menunjukkan COVID-19 merupakan bagian dari subgenus
Sarbecovirus dan genus Betacoronavirus. Penelitian lain menunjukkan
protein (S) memfasilitasi masuknya virus corona ke dalam sel target. Proses
ini bergantung pada pengikatan protein S ke reseptor selular dan priming
protein S ke protease selular. Penelitian hingga saat ini menunjukkan
kemungkinan proses masuknya COVID-19 ke dalam sel mirip dengan
SARS. Hal ini didasarkan pada kesamaan struktur 76% antara SARS dan
COVID-19. Sehingga diperkirakan virus ini menarget Angiotensin
Converting Enzyme 2 (ACE2) sebagai reseptor masuk dan menggunakan
serine protease TMPRSS2 untuk priming S protein, meskipun hal ini masih
membutuhkan penelitian lebih lanjut (Elshinta, 2020).
Proses imunologik dari host selanjutnya belum banyak diketahui.
Dari data kasus yang ada, pemeriksaan sitokin yang berperan pada
ARDS menunjukkan hasil terjadinya badai sitokin (cytokine storms) seperti
pada kondisi ARDS lainnya. Dari penelitian sejauh ini, ditemukan
beberapa sitokin dalam jumlah tinggi, yaitu: interleukin-1 beta (IL-1β),
interferon-gamma (IFN-γ), inducible protein/CXCL10 (IP10) dan
monocyte chemoattractant protein 1 (MCP1) serta kemungkinan
mengaktifkan T-helper-1 (Th1) (Kemenkes. 2019).
Selain sitokin tersebut, COVID-19 juga meningkatkan sitokin T-
helper-2 (Th2) (misalnya, IL4 and IL10) yang mensupresi inflamasi
berbeda dari SARS-CoV. Data lain juga menunjukkan, pada pasien
COVID-19 di ICU ditemukan kadar granulocyte-colony stimulating factor
(GCSF), IP10, MCP1, macrophage inflammatory proteins 1A (MIP1A) dan
TNFα yang lebih tinggi dibandingkan pasien yang tidak memerlukan
perawatan ICU. Hal ini mengindikasikan badai sitokin akibat infeksi
COVID-19 berkaitan dengan derajat keparahan penyakit (Susilo A, 2020).
Coronavirus yang menjadi etiologi COVID-19 termasuk dalam
genus betacoronavirus, umumnya berbentuk bundar dengan beberapa
pleomorfik, dan berdiameter 60-140 nm. Hasil analisis filogenetik
menunjukkan bahwa virus ini masuk dalam subgenus yang sama dengan
coronavirus yang menyebabkan wabah SARS pada 2002-2004 silam, yaitu
Sarbecovirus. Atas dasar ini, International Committee on Taxonomy of
Viruses (ICTV) memberikan nama penyebab COVID-19 sebagai SARS-
CoV-2. (Gondhowiardjo, 2020)
Coronavirus merupakan zoonosis (ditularkan antara hewan dan
manusia). Penelitian menyebutkan bahwa SARS ditransmisikan dari
kucing luwak (civet cats) ke manusia dan MERS dari unta ke manusia.
Adapun, hewan yang menjadi sumber penularan COVID-19 ini masih
belum diketahui (Gondhowiardjo, 2020).
Masa inkubasi COVID-19 rata-rata 5-6 hari, dengan range antara 1
dan 14 hari namun dapat mencapai 14 hari. Risiko penularan tertinggi
diperoleh di hari-hari pertama penyakit disebabkan oleh konsentrasi virus
pada sekret yang tinggi. Orang yang terinfeksi dapat langsung dapat
menularkan sampai dengan 48 jam sebelum onset gejala (presimptomatik)
dan sampai dengan 14 hari setelah onset gejala. Sebuah studi Du Z et. al,
(2020) melaporkan bahwa 12,6% menunjukkan penularan presimptomatik.
Penting untuk mengetahui periode presimptomatik karena memungkinkan
virus menyebar melalui droplet atau kontak dengan benda yang
terkontaminasi. Sebagai tambahan, bahwa terdapat kasus konfirmasi yang
tidak bergejala (asimptomatik), meskipun risiko penularan sangat rendah
akan tetapi masih ada kemungkinan kecil untuk terjadi penularan (Rothan
HA, Byrareddy SN. 2020)
Berdasarkan studi epidemiologi dan virologi saat ini membuktikan
bahwa COVID-19 utamanya ditularkan dari orang yang bergejala
(simptomatik) ke orang lain yang berada jarak dekat melalui droplet.
Droplet merupakan partikel berisi air dengan diameter >5-10 µm.
Penularan droplet terjadi ketika seseorang berada pada jarak dekat (dalam
1 meter) dengan seseorang yang memiliki gejala pernapasan (misalnya,
batuk atau bersin) sehingga droplet berisiko mengenai mukosa (mulut dan
hidung) atau konjungtiva (mata). Penularan juga dapat terjadi melalui
benda dan permukaan yang terkontaminasi droplet di sekitar orang yang
terinfeksi. Oleh karena itu, penularan virus COVID-19 dapat terjadi
melalui kontak langsung dengan orang yang terinfeksi dan kontak tidak
langsung dengan permukaan atau benda yang digunakan pada orang yang
terinfeksi (misalnya, stetoskop atau termometer) (GISAID, 2020).
Dalam konteks COVID-19, transmisi melalui udara dapat
dimungkinkan dalam keadaan khusus dimana prosedur atau perawatan
suportif yang menghasilkan aerosol seperti intubasi endotrakeal,
bronkoskopi, suction terbuka, pemberian pengobatan nebulisasi, ventilasi
manual sebelum intubasi, mengubah pasien ke posisi tengkurap, memutus
koneksi ventilator, ventilasi tekanan positif non- invasif, trakeostomi, dan
resusitasi kardiopulmoner. Masih diperlukan penelitian lebih lanjut
mengenai transmisi melalui udara (Susilo A, 2020).
Gejala-gejala yang dialami biasanya bersifat ringan dan muncul
secara bertahap. Beberapa orang yang terinfeksi tidak menunjukkan gejala
apapun dan tetap merasa sehat. Gejala COVID-19 yang paling umum
adalah demam, rasa lelah, dan batuk kering. Beberapa pasien mungkin
mengalami rasa nyeri dan sakit, hidung tersumbat, pilek, nyeri kepala,
konjungtivitis, sakit tenggorokan, diare, hilang penciuman dan pembauan
atau ruam kulit (kemenkes, 2019).
Menurut data dari negara-negara yang terkena dampak awal
pandemi, 40% kasus akan mengalami penyakit ringan, 40% akan
mengalami penyakit sedang termasuk pneumonia, 15% kasus akan
mengalami penyakit parah, dan 5% kasus akan mengalami kondisi kritis.
Pasien dengan gejala ringan dilaporkan sembuh setelah 1 minggu. Pada
kasus berat akan mengalami Acute Respiratory Distress Syndrome
(ARDS), sepsis dan syok septik, gagal multi- organ, termasuk gagal ginjal
atau gagal jantung akut hingga berakibat kematian.Orang lanjut usia
(lansia) dan orang dengan kondisi medis yang sudah ada sebelumnya
seperti tekanan darah tinggi, gangguan jantung dan paru, diabetes dan
kanker berisiko lebih besar mengalami keparahan (Liang, 2020).
Berdasarkan Panduan Surveilans Global WHO untuk novel Corona-
virus2019 (COVID-19) tahun 2020, definisi covid-19 ini diklasifikasikan
sebagai berikut:
a. Kasus Terduga (suspect case)
Pasien dengan gangguan napas akut (demam dan setidaknya satu
tanda/gejala penyakit pernapasan, seperti batuk, sesak napas), dan
riwayat perjalanan atau tinggal di daerah yang melaporkan penularan
di komunitas dari penyakit Covid-19 selama 14 hari sebelum onset
gejala.
Pasien dengan gangguan napas akut dan mempunyai kontak dengan
kasus terkonfirmasi atau probable covid-19 dalam 14 hari terakhir
sebelum onset;
Pasien dengan gejala pernapasan berat (demam dan setidaknya satu
tanda/gejala penyakit pernapasan, seperti batuk, sesak napas dan
memerlukan rawat inap) dan tidak adanya alternatif diagnosis lain
yang secara lengkap dapat menjelaskan presentasi klinis tersebut.
b. Kasus probable (probable case)
Kasus terduga yang hasil tes dari covid-19 inkonklusif; atau Kasus
terduga yang hasil tesnya tidak dapat dikerjakan karena alasan apapun.
c. Kasus terkonfirmasi yaitu pasien dengan hasil pemeriksaan
laboratorium infeksi covid-19 positif, terlepas dari ada atau tidaknya
gejala dan tanda klinis.
Kemudian klasifikasi menurut WHO (2020) pada pengendalian pendrita
covid19 sebagai berikut:
a. Pasien Dalam Pengawasan (PDP)
Orang dengan Infeksi Saluran PernapasanAkut (ISPA) yaitu demam
(≥38ºC) atau riwayat demam; disertai salah satu gejala/tanda penyakit
pernapasan seperti: batuk/sesak nafas/sakit tenggorokan/ pilek/
pneumonia ringan hingga berat dan tidak ada penyebab lain
berdasarkan gambaran klinis yang meyakinkan dan pada 14 hari
terakhir sebelum timbul gejala memiliki riwayat perjalanan atau
tinggal di negara/wilayah yang melaporkan transmisilokal.
Orang dengan demam (≥38ºC) atau riwayat demam atau ISPA dan
pada 14 hari terakhir sebelum timbul gejala memiliki riwayat kontak
dengan kasus konfirmasi COVID-19.
Orang dengan ISPA berat/pneumonia berat yang membutuhkan
perawatan di rumah sakit dan tidak ada penyebab lain berdasarkan
gambaran klinis yang meyakinkan.
b. Orang Dalam Pemantauan (ODP)
Orang yang mengalami demam (≥38ºC) atau riwayat demam; atau
gejala gangguan sistem pernapasan seperti pilek/sakit tenggorokan/
batuk dan tidak ada penyebab lain berdasarkan gambaran klinis yang
meyakinkan dan pada 14 hari terakhir sebelum timbul gejala memiliki
riwayat perjalanan atau tinggal di negara/wilayah yang melaporkan
transmisi lokal.
Orang yang mengalami gejala gangguan sistem pernapasan seperti
pilek/sakit tenggorokan/batuk dan pada 14 hari terakhir sebelum
timbul gejala memiliki riwayat kontak dengan kasus covid-19.
c. Orang Tanpa Gejala (OTG)
Seseorang yang tidak bergejala dan memiliki risiko tertular dari orang
konfirmasi COVID-19. Orang tanpa gejala merupakan seseorang
dengan riwayat kontak erat dengan kasus konfirmasi covid-19.
Dampak psikologis pada penderita covid19 dapat berupa gangguan
emosional. Masalah gangguan emosional yang dialami oleh klien tidak
hanya berasal dari diri sendiri, tetapi juga dari lingkungan sekitar. Hal ini
bisa menambah panjang dampak dari pandemi Covid19. Kondisi tersebut
akan semakin memperburuk bila tidak di deteksi sejak dini dan ditangani
dengan baik (Sherchan, 2017).
Masalah gangguan emosional yang dialami oleh klien tidak hanya
berasal dari diri sendiri, tetapi juga dari lingkungan sekitar. Hal ini bisa
menambah panjang dampak dari pandemi Covid 19. Kondisi tersebut akan
semakin memperburuk bila tidak di deteksi sejak dini dan ditangani
dengan baik (Sherchan, 2017). Pada klien Covid-19 yang berada di Rumah
Karantina, keluhan stres yang disampaikan karena harus berada di rumah
karantina.
Penderita yang tinggal di rumah karantina karena pandemi Covid19
mengalami gangguan mental emosional. Kondisi ini perlu ditindaklanjuti
dengan pemeriksaan kesehatan jiwa untuk penegakkan diagnosa dan
penanganan selanjutnya. Gangguan mental emosional atau distres
psikologis merupakan suatu keadaan yang mengindikasikan individu
mengalami suatu perubahan emosional yang dapat berkembang menjadi
keadaan patologis terus berlanjut sehingga perlu dilakukan antisipasi agar
kesehatan jiwa masyarakat tetap terjaga. Gangguan mental emosional
seperti cemas, khawatir, tegang, depresi, post traumatic syndrome disorder
menyebabkan beban yang berat bagi individu, keluarga maupun petugas
kesehatan. Selain kesehatan fisik pada klien Pandemi Covid19, kesehatan
Psikis merupakan faktor yang penting bagi masa depan (Putri, 2020).
Perasaan dirasakan pasien covid19 selama karantina, adalah pola
hidup dan pola makannya berubah drastis. Pasien biasanya tidak lagi dapat
bepergian ke luar rumah sehari semalam. Setiap hari aktivitasnya hanya
makan teratur dan minum vitamin serta obar-obatan dari petugas
kesehatan. Untuk meningkatkan daya tahan tubuh, vitamin tetap
dikonusmsi dan dpat diberikan obat-obat tradisional seperti mengkonsumsi
jeruk lemon, jahe atau sejenisnya. Selama dikarantina, obat dan vitamin
pemberian dokter, serta minyak kayu putih atau obat lainnya, yang
digunakan pasien untuk menyembuhkannya dari Covid-19.
Komunikasi tetap dapat dilakukan, pada saat karantina, pasien setiap
saatr dapat mengontak dan berkomunikasi dengan orang lain di sekitar,
komunikasi dengan saudara teman dan kepada tenaga kesehatan bila
menemukan keluhan yang dirasakan. Selama karantina, tim medis dapat
menjenguk atau mengontrol kesehatannya. Tim medis memberikan obat
dan vitamin yang dipersiapkan untuk tiga sampai empat hari. Setiap kali
stok obat dan vitamin habis, pasien dapat menghubungi tim medis,
sehingga tim medis akan mempersiapkan untuk melakukan SWAB lagi,
sekaligus mengecek kondisi kesehatannya. Apabila hasilnya terbukti
masih positif, pasien akan tetap diberikan obat dan vitamin, serta
dikarantina lagi, begitu seterusnya, sampai dinyatakan negatif (Setyo,
2020).
Respon masyarakat terhadap penderita covid19 dpaat menimbulkan
stigma yang negatif. Stigma terjadi ketika seseorang secara negatif
mengaitkan penyakit menular, seperti COVID-19, dengan populasi
spesifik. Pada kasus COVID-19, stigma menyerang orang-orang yang
berasal dari area/wilayah terinfeksi. Saat ini stigma hadir dalam bentuk
pemberian label, stereotip, pemisahan, penghilangan status dan
diskriminasi terhadap orang-orang yang terhubung dengan COVID-19
(Handayani, 2020).
Di Indonesia stigma muncul dalam bentuk perilaku sosial sebagai
berikut: 1. Mengucilkan survivor/ pasien yang telah sembuh dari Covid-
19, karena dianggap masih dapat menularkan penyakitnya 2. Menolak dan
mengucilkan orang yang berpindah dari satu daerah ke daerah lain. 3.
Mengucilkan etnis tertentu karena dianggap sebagai pembawa virus 4.
Mengucilkan tenaga medis/kesehatan yang bekerja di Rumah Sakit, karena
dianggap dapat menularkan virus corona. 5. Menolak jenazah karena
dianggap masih terdapat virus yang dapat ditularkan kepada orang lain
(Putri, A.W, 2020).
Dampak Sosial dari Stigma tersebut diantaranya adalah : 1)
Mendorong orang untuk menyembunyikan penyakit yang diderita untuk
menghindari diskriminasi. 2) Mencegah orang mencari perawatan
kesehatan segera ketika mengalami gejala. 3) Mencegah mereka untuk
mengembangkan perilaku sehat. 4) Berkontribusi pada masalah kesehatan
yang lebih berat, penularan berkelanjutan dan kesulitan dalam
mengendalikan penyebaran virus Corona (Putri, A.W, 2020).
Upaya yang dapat dilakukan untuk mencegah stigma negatif
diantaranya dengan 1. Menyebarkan informasi yang benar tentang
COVID-19 berdasarkan fakta 2. Memberikan dukungan kepada orang
yang terstigma 3. Sebarkan pemberitaan yang dapat berperan mengurangi
stigma 4. Memperkuat suara, gambar atau cerita dari orang yang telah
sembuh dari COVID-19 atau kelompok orang/keluarga yang selama ini
telah mendukung pasien untuk pulih (Hairina. 2020).
Penularan dapat dikurangi dengan: a. Mencuci tangan rutin dengan
sabun dan air atau handsanitizer, terutama setelah batuk, bersin atau
menggunakan toilet, sebelum menyiapkan makanan, dan setelah kontak
dengan pasien atau barang personal pasien. b. Menghindari menyentuh
mata, hidung, atau mulut dengan tangan sebelum cuci tangan. c. Gunakan
masker medis/bedah di keramaian d. Menghindari kontak dekat dengan
orang yang sakit dan barang personalnya dan gunakan masker bila
merawat orang sakit (IDI, 2020).
pencegahan penularan menurut Mahrania (2020) dapat dilakukan
dengan menerapkan etika batuk dan bersin (tutup dengan tissue atau siku
tangan kemudian buang tissue ketempat sampah tertutup kemudian
mencuci tangan) f. Lakukan pola hidup bersih dan sehat secara umum g.
Masak produk hewan sampai matang (safety food) h. Diet sehat, exercise
cukup, tidur cukup untuk meningkatkan sistem imun i. Jika sakit ringan,
minum cukup, tinggal dirumah dan istirahat j. Jika tidak membaik atau
khawatir dengan gejala segera ke fasilitas layanan kesehatan.
Menurut kemenkes (2020) menyatakan hingga saat ini, belum ada
vaksin dan obat yang spesifik untuk mencegah atau mengobati COVID-19.
Pengobatan ditujukan sebagai terapi simptomatis dan suportif. Ada
beberapa kandidat vaksin dan obat tertentu yang masih diteliti melalui uji
klinis.
B. Landasaan Teori
Penyakit Covid-19 (Coronavirus Disease 2019) sebagai penyakit yang
disebabkan oleh virus korona, gejala-gejala dari penderita covid19 diantaranya
adalah demam, malaise, fatigue, nyeri kepala, mialgia-Gejala saluran
pernapasan seperti batuk, pilek, nyeri tenggorokan, hidung tersumbat, sesak
napas (IDI, 2020). Pemeriksaan fisik torak didapati retraksi ototpernapasan,
fremitus meningkat, redup pada bagian konsolidasi, suara napas
bronkovesikuler atau bronkial, atau ronki kasar (Wang, 2019).
Menurut Kemenkes RI (2020) klasifikasi darikasus Covid19 yaitu Pasien
Dalam Pengawasan (PDP) dan Orang Dalam Pemantauan (ODP), Orang
Tanpa Gejala (OTG) atau seseorang yang tidak bergejala dan memiliki risiko
tertular dari orang konfirmasi covid19. Dampak psikologis pada penderita
covid19 dapat berupa gangguan emosional. Masalah gangguan emosional
yang dialami oleh klien tidak hanya berasal dari diri sendiri, tetapi juga dari
lingkungan sekitar.
Keluhan terbanyak adalah keluhan psikis yaitu merasa cemas,
tegang/khawatir, diikuti dengan keluhan aktivitas /tugas sehari-hari yang
terbengkalai, kehilangan nafsu makan dan tidur tidak nyenyak. Rasa cemas
karena harus tinggal di rumah karantina yang asing, bukan rumah sendiri.
Khawatir akan kondisi kesehatannya serta kepastian akan berapa lama berada
di rumah karantina. Berada di rumah Karantina menyebabkan aktivitas dan
kegiatan sehari hari menjadi terbatas. Kondisi cemas juga mempengaruhi
keinginan untuk makan, dan kemampuan untuk tidur.
Penderita yang tinggal di rumah karantina karena pandemi Covid19
mengalami gangguan mental emosional. Gangguan mental emosional seperti
cemas, khawatir, tegang, depresi, post traumatic syndrome disorder
menyebabkan beban yang berat bagi individu, keluarga maupun petugas
kesehatan. Selain kesehatan fisik pada klien Pandemi Covid19, kesehatan
Psikis merupakan faktor yang penting bagi masa depan.
C. Kerangka Konsep
Covid19 merupakan penyakit yang dapat menular dengan cepat baik
dengan gejala maupun tanpa gejala, bahkan penyakit tersebut dapat
mengakibatkan kematian. Penyakit tersebut dapat menyerang siapa saja
terutama kepada orang dewasa dan memiliki imunitas tubuh yang rendah.
faktor terjangkitnya penyakit tersebut umumnya tertular oleh penderita
sebelumnya.
Penyakit tersebut dapat disebabkan oleh virus korona, gejala-gejala dari
penderita covid19 diantaranya adalah demam, malaise, fatigue, nyeri kepala,
mialgia-Gejala saluran pernapasan seperti batuk, pilek, nyeri tenggorokan,
hidung tersumbat, sesak napas. Covid19 dapat diklasifikasikan sebagai kasus
terduga, kasus probable (probable case) dan Kasus terkonfirmasi. Menurut
Kemenkes RI (2020) klasifikasi darikasus Covid19 yaitu Pasien dalam
Pengawasan (PdP) dan Orang dalam Pemantauan (OdP), Orang Tanpa Gejala
(OTG) atau seseorang yang tidak bergejala dan memiliki risiko tertular dari
orang konfirmasi covid19.
Upaya untuk mencegah penybaran penyakit tersebut, diantyaranya
adalah dilakukan perlakuan khusus dengan isolasi atau tidak berbaur dengan
orang lain. Salah satu bentuk pencegahan tersebut adalah dengan tidak
bercampur baur penderita dengan orang sehat, dengan demikian penderita
covid19 dapat dilakukan isolasi atau berada pada ruangan sendiri untuk
mencegah penularan pada orang sehat.
Dampak psikologis pada penderita covid19 dapat berupa gangguan
emosional. Masalah gangguan emosional yang dialami oleh klien tidak hanya
berasal dari diri sendiri, tetapi juga dari lingkungan sekitar. Hal ini bisa
menambah panjang dampak dari pandemi Covid19. Kondisi tersebut akan
semakin memperburuk bila tidak di deteksi sejak dini dan ditangani dengan
baik
Berdasarkan uraian tersebut maka kerangka konsep dapat digambarkan
sebagai berikut:

Tanda dan Gejala:


demam, malaise,
fatigue, nyeri kepala, Penularan :
mialgia-Gejala saluran Corona Virus19 Udara
pernapasan seperti droplet
batuk, pilek, nyeri
tenggorokan, hidung
tersumbat, sesak napas
Klasifikasi Covid19
Pencegahan : PHBS, PDP Psikis dan
protokol kesehatan ODP emosional
OTG

Penanganan
Pengobatan dan
Isolasi, karantina

Bagan 2.1 Kerangka Konsep


BAB III
METODE PENELITIAN

A. Rancangan Penelitian
Jenis penelitian ini termasuk jenis penelitian kualitatif dengan
pendekatan studi fenomenologi untuk menggali lebih dalam mengenai
gambaran kasus pada pasen covid19 di Kabupaten Tasikmalaya meliputi tanda
pengalaman dalam proses isolasi mandiri covid19.

B. Populasi dan Sampel


Penarikan sampel dalam penelitian ini dilakukan secara snowball
sampling yaitu penentuan sampel dengan tujuan tertentu. Menurut Soekartawi
(2006) snowball yaitu  suatu metode untuk mengidentifikasi, memilih dan
mengambil sampel dalam suatu jaringan atau rantai hubungan yang menerus
atau proses bergulir dari satu responden ke responden yang lain nya.
Berdasarkan pengertian tersebut maka populasi dalam penelitian ini
tengkulak sebagai informan kunci, sehingga untuk informan lain tergantung
dari orang yang ditunjuk oleh informan kunci tersebut.
Jumlah Partisipan dalam penelitian ini tidak ditentukan akan tetapi
apabila sudah mencapai saturasi data tau data sudah jenuh, maka peneliti
tidak akan menambah partisipan baru. Hal ini sesuai dengan yang
dikemukakan oleh Sugiyono (2011) bahwa dalam studi kualitatif jumlah
sampel tidak ditentukan sebelumnya.

C. Pengumpulan Data
1. Teknik Pengumpulan data
Pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini melalui
beberapa tahapan. Tahapan pertama yaitu peneliti studi pendahuluan
terhadap kondisi penderita covid19. Pengumpulan data yang dilakukan
yaitu secara langsung diperoleh dari partisipan dengan menggunakan
format wawancara dan dokumentasi, alat perekam dan alat tulis untuk
memperoleh pengalaman partisipan . Peneliti akan melakukan wawancara
kepada partisipan selama 60 menit atau sesuai kebutuhan, pertemuan
pertama merupakan pertemuan untuk memperkenalkan diri dan menjalin
kepercayaan, kemudian pada pertemuan kedua peneliti melakukan
wawancara terfokus pada penelitian. Kemudian pertemuan ketiga untuk
melakukan pengecekan terhadap data yang sudah diberikan oleh
partisipan.
Setelah wawancara dilakukan peneliti langsung akan mengecek
kembali dari hasil wawancara pertama sebagai sandaran dalam melakukan
wawancara berikutnya pada partisipan yang sama dalam arti wawancara
kepada tiap partisipan dilakukan lebih dari satu kali. Selama melakukan
wawancara, peneliti akan merekam dengan menggunakan handphone.
Setelah dilakukan wawacara, langkah selanjutnya adalah peneliti akan
mencatat kegiatan tersebut pada lembar yang telah disediakan. Peneliti
meminta kepada partisipan agar kegiatan wawancara dapat disambung
pada kesempatan yang lain, sesudah selesai tiap kunjungan kemudian
segera catatan lapangan.
2. Instrumen Peneliian
Instrumen yang digunakan pada studi kualitatif adalah peneliti
sendiri, sedangkan alat pengumpul data adalah:
a. Pedoman wawancara
Pedoman wawancara yang akan digunakan sesuai dengan tujuan
penelitian. Pedoman ini disusun tidak hanya berdasarkan tujuan
penelitian, tetapi juga berdasarkan teori yang berkaitan dengan
masalah yang diteliti.
b. Alat Perekam
Alat perekam yang digunakan adalah handphone dan power bank
yang bisa merekam sebagai alat bantu pada saat wawancara, agar
peneliti dapat berkonsentrasi pada proses pengambilan data tanpa
harus berhenti untuk mencatat jawaban-jawaban dari subjek. Proses
pengumpulan data, alat perekam baru dipergunakan setelah mendapat
ijin dari partisipan untuk mempergunakan alat tersebut pada saat
wawancara berlangsung. Sebelum pengambilan data, alat perekam
yang digunakan terlebih dahulu di periksa mengenai baterai agar tetap
penuh, kapasitas 8 GB dan penyimpanan data untuk kelancaran
wawancara.
c. Alat Tulis
Alat tulis digunakan untuk mencatat semua kegiatan dan catatan
lapangan yang meliputi tanggal, waktu dilakukan pengamatan, waktu
penyusunan catatan lapangan, tempat dilaksanakan pengamatan, nama
dan subjek penelitian , nama partisipan dituliskan dalam nama inisial,
kemudian juga mencatat tentang hasil wawancara.
3. Uji Keabsahan Data
Studi kasus ini menggunakan penelitian pendekatan kualitataif.
Moleong (2007) pengujian validitas dan realibilitas penelitian kualitatif
dapat menggunakan empat kriteria keabsahan. Empat hal tersebut adalah
Sebagai berikut :
a. Credibility (Kredibilitas)
1) Perpanjangan pengamatan
Peneliti akan mengkaji dengan melakukan pengamatan
dengan cara kembali ke lapangan, melakukan pengamatan,
wawancara lagi dengan partisipan yang pernah ditemui maupun
yang baru. Peneliti akan mengecek kembali pada data yang
ditemukan, setelah dilakukan pengecekan data sudah benar sesuai
dengan informasi yang diberikan.
2) Peningkatkan ketekunan dalam penelitian
Tahap ini peneliti akan memeriksa telah memeriksan
kebenaran data yang ditemukan yaitu dengan cara melakukan
pengamatan secara lebih cermat dan berkesinambungan. Peneliti
akan memberikan deskripsi data yang akurat dan sistematis tentang
apa yang diamati. Peneliti juga akan membaca berbagai referensi
buku maupun hasil penelitian atau dokumentasi-dokumentasi yang
terkait dengan temuan yang diteliti.
3) Triangulasi
Peneliti akan menggunakan sumber data seperti arsip dan
hasil wawancara. Setelah itu peneliti telah melakukan triangulasi
metode untuk meneliti gambaran kasus penderita covid19 melalui
wawancara. Terakhir peneliti akan menggunakan beberapa sampel
dari latar belakang yang berbeda seperti kluster, umur, ekonomi
dan pekerjaan.
4) Analisis kasus negative
Tahap ini peneliti akan mengkaji kasus negatif atau mencari
data yang berbeda atau bahkan bertentangan dengan data yang
telah ditemukan sebelumnya. Apabila setelah dilakukan wawancara
menemukan data yang berbeda atau bertentangan dengan temuan
pertama, maka dapat mengubah kesimpulan pertama.
5) Menggunakan bahan referensi
Adanya pendukung untuk membuktikan data yang akan
ditemukan oleh peneliti dilapangan. Data-data yang dikemukakan
dilengkapi dengan dokumen autentik, sehingga menjadi lebih dapat
dipercaya.
6) Membercheck
Membercheck adalah proses pengecekan data yang diperoleh
peneliti kepada pemberi data. Tahap ini peneliti mengkaji ulang
hasil wawancara dengan cara mengecek kembali pada Partisipan
untuk mengetahui seberapa jauh data yang diperoleh sesuai dengan
apa yang diberikan. Apabila data yang ditemukan disepakati oleh
para pemberi data berarti datanya data tersebut valid, sehingga
semakin kredibel/ dipercaya.
b. Transferability (validitas eksternal)
Keabsahan ekternal akan dilakukan mengacu pada hasil
penelitian kasus covid19 yang dapat di dibandingkan dengan penelitian
pada tempat yang lain selama memiliki konteks yang sama.
c. Dependability (reliabilitas)
Uji depenability dilakukan dengan melakukan audit terhadap
keseluruh proses penelitian yang akan dilakukan. Selama proses
penelitian apakah mendapat atau menemukan hambatan atau tidak.
Dalam hal ini Partisipan bersedia atau tidak di wawancara dan tepat
waktu sesuai dengan perjanjian.
d. Confirmability (obyektivitas)
Pada tahap ini, keabsahan data dilakukan bersamaan dengan proses
dependability. Menguji konfirmability dalam penelitian ini adalah
menguji hasil penelitian dikaitkan dengan proses yang dilakukan.
Apabila hasil penelitian merupakan fungsi dari proses penelitian yang
dilakukan, maka penelitian tersebut telah memenuhi standar
konfirmability.

D. Prosedur Penelitian
Prosdur dalam penelitian ini melalui beberapa tahapan yaitu
1. Peneliti meminta ijin kepada kepala Puskesmas Puspahiang sekaligus
menyampaikan maksud dan tujuan penelitian
2. Setelah itu, peneliti meminta ijin untuk mengidentifikasi calon responden
dengan melihat data rekam medis yang disesuaikan dengan kriteria inklusi.
Proses identifikasi calon responden ini, peneliti bekerja sama dengan
perawat.
3. Peneliti memperkenalkan diri dan menjelaskan maksud dan tujuan
penelitian kepada informan yang menjadi sampel penelitian, dan meminta
kesediaan sukarela untuk menjadi responden.
4. Peneliti menjelaskan tujuan dan prosedur pengambilan data dengan
melakukan wawancara.
5. Setelah informan memahami dan bersedia menjadi responden, kemudian
peneliti memberikan lembar persetujuan untuk ditandatangani oleh
responden.
6. Data yang telah terkumpul akan selanjutnya dilakukan pengolahan data dan
akan analisis data

E. Pengolahan dan Anaisis Data (Carpenter)


Analisis data kualitatif menurut Moleong (2007) merupakan proses
mengatur urutan data, mengorganisasikannya ke dalam suatu pola,
kategorisasi, dan satuan uraian dasar. Prosedur analisis data dalam studi
fenomenologis sebagai hasil adaptasi dari pemikiran Stevick, Colaizzi dan
Kreen yaitu sebagai berikut :
1. Menetapkan lingkup fenomena yang diteliti, peneliti memahami perspektif
filosofis di balik pendekatan yang digunakan, terutama konsep mengenai
kajian bagaimana orang mengalami sebuah fenomena. Peneliti
menetapkan fenomena yang hendak dikaji melalui para partisipan.
2. Menyusun daftar pertanyaan, peneliti menuliskan pertanyaan penelitian
yang mengungkap pengalaman bagi partisipan serta menanyakan
pengalamannya selama menderita penyakit covid19
3. Pengumpulan data, peneliti mengumpulkan data dari partisipan mengenai
kasus penyakit covid19. Data diperoleh melalui wawancara yang cukup
lama dan mendalam dengan partisipan. Teknik pengumpulan data lain
yang dapat digunakan adalah observasi langsung dan partisipan, serta
penulisan dokumen.
4. Analisisi data, peneliti melakukan analisis data fenomenologis yaitu
dengan tahapan :
a. Tahap awal : peneliti mendeskripsikan sepenuhnya fenomena yang
dialami partisipan. Seluruh rekaman hasil wawancaa mendalam
dengan paritisipan ditranskripkan ke dalam bahasa tulisan.
b. Tahap horisontal: dari hasil transkipsi, peneliti menginterventarisasi
pernyataan-pernyataan penting yang relevan dengan topik. Pada tahap
ini, peneliti menunda penilaian, artinya unsur subjektivitasnya jangan
mencampuri upaya merinci point penting, sebagai penelitian yang
diperoleh dari hasil wawancara.
c. Tahap cluster of meaning, peneliti mengklasifikasikan pernyataan ke
dalam tema atau unit makna, serta menyisihkan pernyataan yang
tumpang tindih atau berulang-ulang. Pada tahap ini dilakukan :
1) Deskripsi tekstular, peneliti menuliskan apa yang dialami, yakni
deskripsi tentang apa yang dialami oleh partisipan.
2) Deskripsi struktural, penulis menuliskan bagaimana fenomena itu
dialami oleh partisipan. Peneliti juga mencari segala makna yang
mungkin berdasarkan refleksi peneliti sendiri berupa opini,
penilaian, perasaan, harapan subjek penelitian tentang fenomena
yang dialaminya.
5. Tahap deskripsi esensi, peneliti mengkontruksi deskripsi menyeluruh
mengenai pengalaman ibu dengan balita gangguan pertumbuhan dan
perkembangan (stunting) para subjek yang dialami.
6. Peneliti melaporkan hasil penelitian. Laporan ini memberikan pemahaman
yang lebih baik kepada pembaca tentang bagaimana seseorang mengalami
sesuatu fenomena.

Pengumpulan
Data Penyajian Data

Verifikasi/
Reduksi Penarikan
Data Kesimpulan

Gambar 2.2
Model Analisis Data Milles dan Huberman
F. Etika Penelitian
Etika dalam penelitian merupakan hal yang sangat penting. Karena
penelitian yang dilakukan langsung berhubungan dengan manusia. Adapun
etika yang telah dilakukan oleh peneliti diantaranya adalah:
1. Self determination
Peneliti akan memperlakukan informan secara manusiawi sehingga tidak
ada paksaan pada informan untuk dijadikan subjek penelitian.
2. Privacy
Peneliti akan memberikan jaminan kepada subjek penelitian bahwa
semua data yang akan diperoleh akan dirahasikan dan hanya data yang
diperlukan untuk disajikan, meliputi kerahasian identitas informan, dan
data yang telah diperoleh dari informan terkait dengan penelitian ini.
3. Anonymity dan confidentialyty
Peneliti akan menjaga kerahasiaan informan, peneliti tidak
mencantumkan nama subyek penelitian, hanya untuk lebih memudahkan
dalam mengenali identitas, peneliti memakai kode informan. Kerahasiaan
data yang didapat dari informan dijamin oleh peneliti. Hal ini untuk
menghormati hak informan untuk tidak dipublikasikan secara langsung.
Adapun pada keadaan khusus seperti forum ilmiah atau pengembangan
ilmu, baru akan diungkap data yang didapat tanpa memakai nama asli
subyek penelitian.
4. Fair treatment
Peneliti akan memperlakukan sama semua subjek penelitian tanpa
membeda-bedakan status sosial, suku bangsa, agama, dan ras, serta tidak
ada diskriminasi dalam melakukan penelitian.
5. Protect from discomfort and harm
Peneliti akan melindungi informan dari ketidaknyamanan dan
menjaga dampak buruk dan akibat lain yang ditimbulkan dari penelitian
ini.
G. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Wilayah Kerja Puskesmas Puspahiang
Kabupaten Tasikmalaya pada bulan Desember tahun 2020 smapai Januari
2021, adapun mengenai tahapan penelitiannya adalah :
1. Tahap Persiapan
Tahap persiapan ini mencakup pengajuan judul, outline, dan
melakukan studi pendahuluan, mulai dari bulan Oktober 2020.
2. Tahap Pelaksanaan
Tahap pelaksanaan ini mencakup pengumpulan data dengan cara
melakukan wawancara terhadap objek yang di teliti mulai bulan
Desember 2020.
3. Tahap Akhir
Tahap akhir ini mencakup pengolahan data dan presentasi tentang hasil
penelitian mulai bulan Januari 2021.
DAFTAR PUSTAKA

Centers for Disease Control and Prevention (CDC). 2020. Coronavirus.


https://www.cdc.gov/Coronavirus/index.htmlDiakses 12 Desember 2020.
Disease Outbreak News.(2016).Middle East respiratory syndrome Coronavirus
(MERS-CoV) – Saudi Arabia. Diakses dari http://www.who.int/csr/don/
Du Z et. al, (2020) COVID-19 in Children: Initial Characterization of the
Pediatric Disease. Pediatrics. 2020;145(6):e20200834
Elshinta.(2020).Mengenal penyakit MERS. Diakses dari http://elshinta.com/news/
pada tanggal 6 Desember 2020
GISAID. Genomic Epidemiology of Beta CoV 2019-2020. [Homepage on The
internet]. 2020 (diunduh 25 Januari 2020). Tersedia dari :
https://www.gisaid.org/epiflu-applications/next-betacov app/.Jan23rd2020
Gondhowiardjo, 2020. Pedoman Pelayanan Onkologi Radiasi pada Pandemi
COVID-19”. Perhimpunan Dokter Spesialis Onkologi Radiasi Indonesia.
Hairina. 2020. Makna Kebahagiaan Pada Pasien Covid-19 Yang Tinggal Di Pusat
Karantina. Fakultas Ushuluddin dan Humaniora, UIN Antasari
Banjarmasin
Handayani (2020) Penyakit Virus Corona 2019. J Respir Indo Vol. 40 No. 2 April
2020
IDI, (2020). Panduan klinis tatalaksana COVID-19 pada anak. Jakarta : IDI; 2020
Kemenkes RI (2020). Pedoman Kesiapsiagaan Menghadapi COVID-19 versi 3
Maret 2020. Jakarta:Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. 2020;25
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, (2019). Pedoman Umum
Kesiapsiagaan Menghadapi Middle East Respiratory Syndrome-Corona
Virus (MERS-CoV).
Liang W, Guan W, Chen R, Wang W, Li J, Xu K, et al. Cancer patients in SARS-
CoV-2 infection: a nationwide analysis in China. Lancet Oncol.
2020;21(3):335–7.
Mahrania . 2020. Kasus COVID-19 Ringan Pada Tenaga Medis: Evaluasi Temuan
Klinis dan Resiko Transmisi. J Indon Med Assoc, Volum: 70, Nomor: 4,
April 2020
Morfi (2020) Kajian Terkini Coronavirus Disease 2019 (COVID-19).
http://jikesi.fk.unand.ac.id
Nurjanah. 2020. Gangguan Mental Emosional Pada Klien Pandemi Covid19 Di
Rumah Karantina. jurnal Ilmu Keperawatan Jiwa Volume 3 No 3, Hal 329
-334, Agustus 2020
Putri, A.W. (2020). Ancaman Gangguan Mental di Tengah Wabah COVID-19.
https://tirto.id/ancaman-gangguan-mental-di-tengah-wabah-covid-19-eJvi
Rachman Aziz, Risti Graharti |Karakteristik Klinis CoronaVirus Disease(COVID-
19) Pada KasusAnak-Anakdi Dunia. Medula |Volume 10|Nomor 3 |
Oktober 2020|491
Rothan HA, Byrareddy SN. The epidemiology and pathogenesis of Coronavirus
disease (COVID-19) outbreak. Journal of Autoimmunity. Academic Press;
2020. p. 102433
Sherchan, (2017). Post-disaster mental health and psychosocial support:
Experience from the 2015 Nepal earthquake. WHO South-East Asia
Journal of Public Health. https://doi.org/10.4103/2224-3151.206160
Savitri Setyo. 2020. ―Teori-Teori Adaptasi Antar Budaya. Jurnal Komunikasi‖,
Volume 7, Nomor 2.
Susilo A, Rumende CM, Pitoyo CW, Santoso WD, Yulianti M, Sinto R, et al.
Coronavirus Disease 2019 : Tinjauan Literatur Terkini Coronavirus
Disease 2019 : Review of Current Literatures. 2020;7(1):45–77
Wang, (2019). Children Hospitalized With Severe COVID-19 in Wuhan. Pediatr
Infect Dis J. 2020;39(7):e91-e94. doi:10.1097/INF.0000000000002739
WHO (2020) Risk Communications to Address Stigma.
https://www.who.int/docs/default-source
WHO. (2020) Novel Coronavirus. [homepageon The Internet]. 2020 (diunduh 13
Agustus 2020).Tersedia dari: https://www.who.int/emergencie
Lampiran 1 Jadwal Penelitian

No Kegiatan Oktober November Desember Januari Februari


2020 2020 2020 2021 2021
2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1 Pengajuan
Topik &
Judul
Penelitian
2 Pengumpul
an Data
3 Penyusunan
Proposal
4 Penulisan
Proposal
5 Seminar
Proposal
6 Penyusunan
skripsi
7 Sidang
Skripsi
Lampiran 2 Surat Pernyataan Kesediaan Menjadi Responden

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MUHAMMADIYAH CIAMIS


PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN

SURAT PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN

Yang bertanda tangan di bawah ini :


Nomor kode : ………………………………………….......(diisi oleh peneliti)
Nama : ………………………………………………………………….
Usia : ………………………………………………………………….
Jenis Kelamin : ………………………………………………………………….
Pekerjaan : ………………………………………………………………….
Sesudah didapatkan penjelasan, dengan ini saya menyatakan
bersedia/tidak bersedia*) Menjadi responden dalam penelitian atas nama
Dinar Kakharul Shaleh STIKes Muhammadiyah Ciamis Program Studi S1
Keperawatan, dengan judul “Gambaran Kasus Penderita Corona Disease
19 (COVID19)
Demikian pernyataan ini saya buat untuk dapat dipergunakan seperlunya.

Ciamis,…………../……………2021
Responden

(………………………..)
Keterangan: *(coret salah satu)
Lampiran 3 Lembar Pertanyaan

FORMAT WAWANCARA KEPADA PASIEN

A. Identitas
1. Identitas Informan
a. Kode : …………….. (Diisi Oleh Peneliti)
b. Usia : ………………………………….
c. Pendidikan : ………………………………….
d. Pekerjaan : ………………………………….
2. Riwayat Penyakit
a. Waktu Diagnosa Covid : ………………………………….
b. Tempat perawatan : ………………………………….
c. Lama Perawatan : ………………………………….

B. Wawancara
1. Bagaimana awal gejala yang dirasakan saat sebelum dinyatakan covid?
2. Selama dilakukan perawatan, bagaimana pelayanan oleh petugas?
3. Bagaimana perasaan saudara selama dilakukan karantina mandiri
4. Apa yang saudara cemas.khawatirkan terkait penyakit yang saudara alami
5. Bagaimana sikap dari petugas terhadap penyakit saudara
6. Bagaimana respon dari keluarga atau saudara?
7. Bagaimana tanggapan dari teman saudara?
8. Bagaimana tanggapan masyaakat sekitar?
9. Bagaimana pemenuhan kebutuhan makan dan istirahat/ personal hyigine saudara?
10. Penanaganan /konslong saat merasa gangguan emosional
11. Bagaimana komunikasi dengan lingkungan
12. Apakah selama di karantina merasa di asingkan? Apa alasannya
13. Bagaimana cara anda mengatasi gangguan/ketidaknyamanan perasaan saudara
FORMAT WAWANCARA KEPADA PERAWAT

A. Identitas
1. Identitas Informan
a. Kode : …………….. (Diisi Oleh Peneliti)
b. Usia : ………………………………….
c. Pendidikan : ………………………………….
d. Instanti Dinas/bertugas : ………………………………….

B. Wawancara
1. Bagaimana awal gejala pada pasien yang dinyatakan positif covid?
2. Bagaimana perasaan bapak/ibu melakukan perawatan pada pasen covid19?
3. Bagaimana pelayanan oleh petugas pada pasen covid19?
4. Keluhan yang dirasakan oleh pada pasen covid19?
5. Bagaimana persepsi pertugas pada pasen covid19?
6. Bagaimana pemenuhan kebutuhan makan dan istirahat/ personal hyigine pada pasen
covid19?
7. Apakah dilakukan penanaganan /konseling pada pasen covid19?
8. Bagaimana pengobatan yang dilakukan pada pasen covid19?
FORMAT WAWANCARA KEPADA KELUARGA

C. Identitas
1. Identitas Informan
a. Kode : …………….. (Diisi Oleh Peneliti)
b. Usia : ………………………………….
c. Pendidikan : ………………………………….
d. Hubungan dengan pasen covid: ………………………………….

D. Wawancara
1. Bagaimana awal gejala pada anggota kelurga yang dinyatakan positif covid?
2. Bagaimana perasaan bapak/ibu setelah mengetahui anggota kelurga yang dinyatakan
positif covid?
3. Bagaimana persepsi atau tanggapan dari keluarga pada anggota kelurga yang
dinyatakan positif covid?
4. Apa yang bapak/ibu lakukan selama anggota keluarga yang dinyatakan positif covid
dilakukan karantina mandiri?
5. Bagaimana sikap dari petugas terhadap keluarga?
6. Bagaimana tanggapan masyarakat sekitar?
7. Bagaimana pemenuhan kebutuhan makan dan istirahat/ personal hyigine padaanggota
kelurga yang dinyatakan positif covid?
Lampiran 5: Surat Pemberitahuan Penelitian

Anda mungkin juga menyukai