Anda di halaman 1dari 40

PENATALAKSANAAN PADA PERSALINAN DENGAN

LETAK SUNGSANG

Disusun Oleh :

ANA ROSNA
NIM. ………….

UPT PUSKESMAS XXX


KABUPATEN TASIKMALAYA
2021
LEMBAR PERSETUJUAN

Penatalaksanaan Pada Persalinan Dengan Letak Sungsang

Disusun Oleh :

ANA ROSNA
NIM. ………….

Mengetahui
Kepala Puskesmas Xxx

NAMA
NIP

i
KATA PENGANTAR

Tiada kata yang patut terucap dari seorang makhluk selain ucapan syukur

alhamdulillah kepada kholiknya yang telah mewajibkan untuk sujud, dzikir dan ikhlas

dalam melaksanakan perintah-Nya. Sholawat dan salam semoga tercurah limpahkan

kepada baginda Rosulullah Muhammad SAW, kepada para keluarganya, para

sahabatnya dan kepada umatnya sampai akhir zaman termasuk kita semua. Amin.

Dengan kekuasaan, kehendak dan iradat-Nya pula penulis dapat

menyelesaikan makalah yang berjudul “Penatalaksanaan Pada Persalinan Dengan

Letak Sungsang”. Adapun maksud dari makalah ini adalah sebagai salah satu syarat

pemberkasan dalam kenaikan golongan pada institusi kebidanan di Kabupaten

Tasikmalaya.

Penulis menyadari bahwa dalam menyusun skripsi penelitian ini tidak terlepas

dari peran serta dan bantuan dari berbagai pihak, baik bantuan berupa moril maupun

material. Semoga amal kebaikan mereka mendapat balasan dari Allah SWT. peneliti

juga berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi peneliti khususnya dan bagi yang

berkepentingan pada umumnya.

Tasikmalaya, Agustus 2021

Penulis

ii
DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL....................................................................................... i

LEMBAR PERSETUJUAN........................................................................... ii

KATA PENGANTAR.................................................................................... iii

DAFTAR ISI................................................................................................... v

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang................................................................................ 1

B. Tujuan Penulisan............................................................................ 4

C. Manfaat Penulisan.......................................................................... 4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Persalinan........................................................................................ 5

B. Persalinan Sungsang...................................................................... 8

BAB III PEMBAHASAN.............................................................................. 33

BAB IV PENUTUP......................................................................................... 35

DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Persalinan dengan letak sungsang merupakan penyulit dalam persalinan,

dimana pada letak sungsang posisi janin yang membujur dalam uterus dengan

bokong atau kaki yang dapat meningkatkan resiko morbiditas dan mortalitas.

Angka kematian ibu dan bayi di Indonesia masih cukup tinggi. Hal ini merupakan

masalah terbesar bagi seorang bidan dalam melaksanakan pelayanan kebidanan.

Menurut Hasil survei demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun (2018)

Angka Kematian Ibu (AKI) sebesar 288/100.000 kelahiran hidup dan

meningkat menjadi 359/100.000 kelahiran hidup. AKI pada tahun 2020 kembali

menunjukkan penurunan menjadi 305 kematian ibu per 100.000 kelahiran hidup

(Kemenkes, 2020).

Untuk meneruskan pembangunan, maka negara-negara di dunia

merumuskan program pembangunan melalui Sustainable Development Goals

(SDGs) sampai 2030. Salah satu tujuan dalam SDGs adalah meingkatkan

kesejahteraan ibu yang ditunjukkan dengan menurunnya angka kematian ibu

sampai 70 per 100.000 kelahiran hidup. Sebenarnya kematian ibu dan bayi ini

dapat dicegah melalui deteksi dini terjadinya kasus serta rujukan yang cepat dan

tepat untuk setiap kasus kegawatdaruratan pada maternal dan neonatal (Kemenkes

RI, 2016).

1
Penyebab dari tingginya AKI tahun 2018 adalah perdarahan mencapai

31,79%, hipertensi dalam kehamilan 24,62 %, infeksi 5,54%, partus macet 4,74%,

komplikasi aborsi tidak aman 1,09%, dan sebab lain 32,22% (Kemenkes, 2020).

Angka kematian tersebut lebih banyak terjadi diakibatkan oleh perdarahan saat

persalinan. Dimana faktor penyebab terjadinya perdarahan postpartum meliputi

atonia, retensio plasenta, sisa plasenta, laserasi atau robekan jalan lahir dan

kelainan darah.

Melihat dari tingginya kasus kematian ibu baik yang disebabkan oleh

perdarahan, infeksi maupun kasus morbiditas karena trauma persalinan

menunjukkan adanya komplikasi pada proses persalinan. Salah satu penyulit yang

terjadi saat persalinan adalah letak sungsang dimana posisi janin yang membujur

dalam uterus dengan bokong atau kaki pada bagian bawah dimana bokong atau

kaki akan dilahirkan terlebih dahulu daripada anggota badan lainnya.

Komplikasi pada bayi dengan persalinan letak sungsang lebih tinggi bila

dibandingkan dengan letak kepala, baik pada ibu maupun pada janin. Komplikasi

yang terjadi pada ibu adalah rupture uteri, robekan pada portio uteri, vagina dan

peritoneum, syok serta perdarahan postpartum. Sedangkan komplikasi pada janin

adalah hematom pada kepala, perdarahan dalam tengkorak (intracranial

hemorrhage), fraktur cranium, luka-luka lecet pada kepala. Sedangkan

(Saifuddin, 2013). Selain itu, komplikasi dapat terjadi pada bayi yaitu terdapat

sisa (komplikasi) dalam bentuk deformitas, gangguan fungsi saraf, dan

menurunnya intelgensia (Manuaba, 2010)

2
Angka kesakitan pada bayi juga tinggi karena mungkin terjadi fraktur

humerus atau klavikula pada waktu melahirkan lengan, serta paralisis lengan

karena tekanan atau tarikan pada pleksus brakialis. Persalinan letak sungsang juga

dapat menyebabkan kematian. Sebab kematian perinatal yang terpenting akibat

terjepitnya tali pusat antara kepala dan panggul pada waktu kepala memasuki

rongga panggul serta akibat retraksi uterus yang dapat menyebabkan lepasnya

plasenta sebelum kepala lahir.

Penelitian yang dilakukan Putriana (2016) menemukan bahwa terdapat

hubungan antara presentasi sungsang (letak bokong) dengan kejadian asfiksia

bayi baru lahir yaitu dapat dilihat dari nilai p.value 0,005. Sedangkan odd rasio/

faktor resiko (OR) yaitu 4,101, artinya ibu yang bersalin dengan presentasi

bokong kemungkinan 4,101 kali bayinya mengalami asfiksia bayi baru lahir

dibandingkan dengan ibu yang tidak presentasi bokong. Adapun kegiatan yang

mungkin dapat dilakukan yaitu penyuluhan tentang pentingnya ANC secara

teratur sesuai standar.

Penelitian lain yang dilakukan oleh Yulice (2014) dalam penelitiannya

menemukan bahwa persalinan sungsang pervaginam memiliki risiko 5.16 kali

lipat lebih besar terjadi perdarahan postpartum dan 5.32 kali lebih besar skor

apgar menit ke 5 kurang dari tujuh bila dibandingkan persalinan sungsang bedah

sesar.

Data persalinan sungsang di Puskesmas Xxx Tasikmalaya diperoleh data

kasus letak sungsang pada tahun 2020 mencapai 83 kasus (dari 873 persalinan.

3
Kasus persalinan letak sungsang mengalami peningkatan bila dibandingkan

dengan tahun sebelumnya, yakni pada tahun 2019 kasus persalinan letak sungsang

mencapai 75 ksasus dari 834 persalinan. Kasus persalinan sungsang menimbulkan

berbagai komplikasi, bahkan dari persalinan sungsang tersebut sebanyak 1 kasus

kematian ibu akibat mengalami perdarahan dan 2 kasus kematian bayi akibat

asfiksia.

B. Tujuan Penulisan

Penulisan makalah ibi bertujuan untuk mendeksripsikan penatlaksanaan

pada pada ibu bersalin dengan letak sungsang di Puskesmas Xxx

C. Manfaat Penelitian

Penulisan makalah ini dapat menjadi bahan pengembangan bagi ilmu kebidanan

khususnya mengenai penatalaksanaan dan komplikasi pada persalinan letak

sungsang baik pada ibu maupun janin. Sehingga bidan dalam melakukan

pertolongan persalinan pada kelainan letak untuk menghindari komplikasi pada

ibu maupun janin.

4
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Persalinan

1. Pengertian

Beberapa teori yang dikemukakan oleh para ahli mendefinisikan

persalinan. Menurut Depkes RI (2009) disebutkan bahwa persalinan adalah

proses dimana bayi, plasenta dan selaput ketuban keluar dari rahim ibu.

Persalinan dianggap normal jika prosesnya terjadi pada usia kehamilan cukup

bulan (setelah 37 minggu) tanpa disertai adanya penyulit.

Manuaba, (2008) menambahkan bahwa persalinan merupakan proses

pengeluaran hasil konsepsi (janin dan uri) yang telah cukup bulan atau dapat

hidup di luar kandungan melalui jalan lahir atau melalui jalan lain dengan

bantuan atau tanpa bantuan atau kekuatan sendiri.

Persalinan normal atau partus adalah proses pengeluaran hasil konsepsi

yang dapat hidup dari dalam uterus melalui vagina atau jalan lain ke dunia

luar (Indrawati, 2010). Pengeluaran hasil konsepsi atau janin ini juga

dikemukakan oleh Saifuddin (2010) menjelaskan bahwa persalinan normal

adalah proses pengeluaran janin yang terjadi pada kehamilan cukup bulan (37-

42 minggu), lahir spontan dengan presentasi belakang kepala yang

berlangsung selama 18 jam tanpa komplikasi baik pada ibu maupun pada

janin.

2. Macam-macam persalinan :

5
Menurut cara persalinan yang dilakukan, persalinan dapat dibagi

menjadi beberapa macam diantaranya adalah (Saifuddin, 2010):

a. Persalinan normal adalah proses pengeluaran janin yang terjadi pada

kehamilan cukup bulan (37-42 minggu), lahir spontan dengan presentasi

belakang kepala yang berlangsung tidak lebih dari 18 jam tanpa

komplikasi baik bagi ibu maupun pada janin.

b. Persalinan spontan proses persalinan yang berlangsung dengan kekuatan

ibu sendiri dan melalui jalan lahir.

c. Persalinan buatan adalah proses persalinan yang dibantu dari luar, seperti

ekstraksi forceps atau operasi sectio caesaria.

d. Persalinan anjuran adalah proses persalinan yang tidak dimulai dengan

sendirinya tetapi baru berlangsung setelah pemecahan ketuban, pemberian

pitocyn, atau prostaglandin.

3. Faktor penting yang berperan pada persalinan berdasarkan Wiknojosastro,

2010 adalah:

a. Kekuatan yang ada pada ibu bersalin (power)

b. Keadaan jalan lahir (passage)

c. Keadaan janin (passenger)

4. Fase-fase Dalam Persalinan

a. Kala I Persalinan

Kala satu persalinan dimulai sejak terjadinya kontraksi uterus yang

teratur dan meningkat (frekuansi dan kekuatannya) hingga serviks

6
membuka lengkap (10 cm). Kala satu persalinan terdiri atas dua fase yaitu

fase laten dan fase aktif :

1) Fase laten pada kala satu persalinan: Dimulai sejak awal kontraksi

yang menyebabkan penipisan dan pembukaan serviks secara bertahap;

Berlangsung hingga serviks membuka kurang dari 4 cm; Pada

umumnya, fase laten berlangsung hampir atau hingga 8 jam.

2) Fase aktif pada kala satu persalinan: Frekuensi dan lama kontraksi

uterus akan meningkat secara bertahap (kontraksi dianggap adekuat/

memadai jika terjadi tiga kali atau lebih dalam waktu 10 menit dan

berlangsung selama 40 detik atau lebih); Dari pembukaan 4 cm hingga

pembukaan lengkap atau 10 cm, akan terjadi dengan kecepatan rata-

rata 1 cm per jam (nulipara atau primigravida) atau lebih dari 1 cm

hingga 2 cm (multipara); c) Terjadinya penurunan bagian terbawah

janin (APN,2011).

b. Kala Dua Persalinan

Kala dua persalinan dimulai ketika pembukaan serviks sudah

lengkap (10 cm) dan berakhir dengan lahirnya bayi. Kala dua juga disebut

sebagai kala pengeluaran bayi.

Gejala dan tanda kala dua persalinan : ibu merasa ingin meneran

bersamaan dengan terjadinya kontraksi; ibu merasa adanya peningkatan

tekanan pada rectum dan/atau vaginanya; perineum menonjol; vulva-

7
vagina dan spingter ani membuka; meningkatnya pengeluaran lendir

bercampur darah (APN, 2011).

Pada saat his datang kepala janin mulai kelihatan, vulva membuka

dan perineum meregang. Dengan his dan mengedan yang terpimpin, akan

lahir kepala, diikuti oleh seluruh badan janin (Mochtar, 2012).

c. Kala III

Dimulai segera setelah bayi lahir sampai lahirnya plasenta, yang

berlangsung tidak lebih dari 30 menit.

d. Kala IV

Dimulai dari saat lahirnya plasenta sampai 2 jam pertama postpartum.

(Wiknjosastro, 2010).

B. Persalinan Sungsang

1. Pengertian

Persalinan sungsang adalah persalinan untuk melahirkan janin yang

membujur dalam uterus dengan bokong atau kaki pada bagian bawah dimana

bokong atau kaki akan dilahirkan terlebih dahulu daripada anggota badan

lainnya. Kehamilan pada bayi dengan presentasi bokong (sungsang) dimana

bayi letaknya sesuai dengan sumbu badan ibu, kepala berada pada fundus

uteri, sedangkan bokong merupakan bagian terbawah di daerah pintu atas

panggul atau simfisis (Manuaba,2010).

Letak sungsang merupakan suatu letak dimana bokong bayi

merupakan bagian rendah dengan atau tanpa kaki (keadaan dimana janin

8
terletak memanjang dengan kepala di fundus uteri dan bokong berada di

bagian bawah kavum uteri. Patofisiologi Letak janin dalam uterus bergantung

pada proses adaptasi janin terhadap ruangan dalam uterus. Pada kehamilan

sampai kurang lebih 32 minggu, jumlah air ketuban relatif lebih banyak,

sehingga memungkinkan janin bergerak dengan leluasa. Dengan demikian

janin dapat menempatkan diri dalam presentasi kepala, letak sungsang atau

letak lintang.

Pada kehamilan triwulan terakhir janin tumbuh dengan cepat dan

jumlah air ketuban relatif berkurang. Karena bokong dengan kedua tungkai

terlipat lebih besar daripada kepala, maka bokong dipaksa untuk menempati

ruang yang lebih luas di fundus uteri, sedangkan kepala berada diruangan

yang lebih kecil di segmen bawah uterus. Dengan demikian dapat dimengerti

mengapa pada kehamilan belum cukup bulan, frekuensi letak sungsang lebih

tinggi, sedangkan pada kehamilan cukup bulan, janin sebagian besar

ditemukan dalam presentasi kepala sayangnya, beberapa fetus tidak seperti

itu. Sebagian dari mereka berada dalam posisi sungsang.

Persalinan letak sungsang adalah persalinan pada bayi dengan

presentasi bokong (sungsang) dimana bayi letaknya sesuai dengan sumbu

badan ibu, kepala berada padafundus uteri, sedangkan bokong merupakan

bagian terbawah di daerah pintu atas panggul atau simfisis (Kemenkes, 2016).

9
2. Klasifikasi persalinan Letak Sungsang

Ada beberapa posisi letak sungsang yang ibu hamil perlu untuk

mengetahuinya, yakni:

a. Presentasi bokong murni (frank breech) (50-70%).

Presentasi bokong (frank breech), kejadiannya cukup tinggi yakni sekitar

50% sampai 70%. Saat dilakukan pemeriksaan dalam oleh bidan atau

dokter akan diketemukan (teraba) bagian bokong dengan jelas. Hal ini

disebabkan karena terjadinya ekstensi kedua sendi lutut dan kedua kaki ke

atas sehingga ujungnya jadi setnggi bahu bahkan sampai kepala. Bokong

pun jadi mudah teraba.

b. Presentasi bokong kaki sempurna ( complete breech ) ( 5-10%).

Presentasi bokong kaki sempurna (complete breech), persentase

kejadiannya sekitar 5% sampai 10%. Jika pada presentasi bokong akan

teraba bokong saja, maka pada presentasi bokong kaki sempurna ini

apabila dilakukan pemeriksaan dalam akan turut teraba bagian kaki.

c. Presentasi bokong kaki tidak sempurna dan presentasi kaki ( incomplete or

footling ) ( 10-30%).

Presentasi bokong kaki tidak sempurna dan presentasi kaki (incomplete or

footling), peluang kejadiannya sekitar 10% sampai 30%. Hanya ada satu

bagian kaki yang berada di samping bokong sementara bagian kaki yang

lain terangkat ke atas sehingga bagian terendah yang bisa teraba saat

dilakukan pemeriksaan dalam adalah bagian kaki saja.

10
Presentasi Bokong (Sungsang) terjadi jika bokong dengan/atau kaki

merupakan bagian terendah janin. Ada 3 macam presentasi bokong yaitu

complete breech (bokong sempurna), frank breech (bokong murni,

foothing breech (bokong kaki). Pada pemeriksaan abdomen, kepala teraba

di bagian atas, bokong pada daerah pelvis. Auskultasi menunjukkan

bahwa DJJ lokasinya lebih tinggi daripada yang diharapkan dengan

presentasi verteks.

d. Presentasi Bokong Sempurna terjadi jika kedua kaki mengalami fleksi

pada panggul dan lutut 

3. Diagnosa Letak Sungsang

Diagnosis ditegakan dengan pemerikasaan abdominal. Pada palpasi di bagian

bawah teraba bagian yang kurang keras dan kurang bundar, sementara di

fundus teraba bagian yang keras, bundar dan melenting. Denyut jantung janin

terdengar di atas pusat. Pemeriksaan dengan USG atau rontgen dapat

mengetahui letak yang sebenarnya pada pemeriksaan pervaginam teraba

bagian lunak anus juga akan teraba bagian sacrum.

4. Penyebab Letak sungsang

Beberapa penyebab posisi janin letak sungsang diantaranya adalah (Saifuddin,

2010) :

a. Terdapat plasenta previa

Plasenta previa adalah adanya plasenta yang menutupi jalan lahir,

sehingga dapat mengurangi luas ruangan dalam rahim. Plasenta previa

11
karena menghalangi turunnya kepala ke dalam pintu atas panggul. Akibat

adanya plasenta previa atau ari – ari berada di segmen bawah dari ruang

rahim, menyebabkan ruang bawah tersebut menjadi sempit dan bayi akan

sulit berotasi akibat lasenta previa tersebut, sehingga posisi bayi akan tetap

sungsang.

b. Keadaan janin (Makrosemia, Hidrosefalus dan Anensefalus)

Hidrosefalus adalah besarnya ukuran kepala akibat kelebihan cairan

yang membuat janin mencari tempat yang lebih luas, yakni di bagian atas

rahim. Kelainan bentuk kepala: hidrocephalus, anencephalus, karena

kepala kurang sesuai dengan bentuk pintu atas panggul. Posisi sungsang

pada keadaan hidrosefalus diakibatkan terganggunya penyesuaian posisi

bayi terhadap ruang di dalam rahim. Akibat bentuk kepala yang lebih

besar dibanding dengan bokongnya, maka janin hanya mampu

menyesuaikan ukuran kepala yang besar tersebut berada pada ruang

terluas di rahim, sehingga kepala akan berada di atas (tempat luas) dan

bokong terpaksa berada dibawah, sehingga terjadi posisi sungsang.

c. Keadaan air ketuban seperti hidramnion dan oligohidramnion

Jumlah air ketuban yang melebihi normal. Keadaan itu

menyebabkan janin lebih leluasa bergerak walau sudah memasuki

trimester ketiga. jumlah air ketuban yang berlebihan) karena anak mudah

bergerak.

12
d. Kehamilan ganda dan kehamilan lebih dari dua

Menurut Fischer, ada beberapa sebab, yakni hamil kembar. Artinya,

adanya lebih dari satu janin dalam rahim menyebabkan terjadinya

perebutan tempat. Setiap janin berusaha mencari tempat yang lebih

nyaman, sehingga ada kemungkinan bagian tubuh yang lebih besar (yakni

bokong janin) berada di bagian bawah rahim.

e. Janin kecil (premature atau berat rendah)

Penyebab lain yang bisa menyebabkan terjadinya posisi sungsang

adalah ukuran janin yang kecil. Akibat ukuran janin yang kecil sementara

ukuran uterus adalah normal sehingga memungkinkan janin berotasi pada

keadaan ruang yang sedang longgar tersebut akibatnya kepala janin bisa

saja berada di atas dan bokong janin berada di bawah dan disebut

sungsang.

f. Kelainan Uterus

Pada umumnya, janin akan berotasi sesuai perkembangan usia

kehamilan dan bentuk rahim. Bayi sering berotasi secara fisiologi dengan

menyesuaikan bentuk tubuhnya terhadap bentuk rahim. Akibat adanya

proses tersebut, bayi akan berotasi menyesuaikan bentuk rahim, dimana

kepala akan menuju ke bagian terkecil rahim, dan bokong (ukurannya

lebih besar dari kepala janin) akan menuju ke bagian rahim yang lebih

luas.

13
g. Keadaan tali pusat yang pendek

Tali pusar pendek menjadi penyebab posisi janin sungsang. Hal ini

disebabkan karena akibat pendeknya tali pusar, sehingga janin suli

berotasi pada saat berada di dalam kandungan. Sehingga bayi tetap pada

posisinya ketika masih dengan posisi kepala di atas.

5. Malpresentase

Malpresentasi merupakan bagian terendah janin yang berada di bagian

segmen bawah rahim, bukan bagian belakang kepala sedangkan malposisi

merupakan penunjuk (presenting part) tidak berada di anterior (Manuaba,

2010).

Dalam keadaan normal presentasi janin adalah belakang kepala

dengan penunjuk ubun-ubun kecil posisi transversal (saat masuk pintu atas

panggul), dan posisi anterior (setelah melewati pintu tengah panggul),.

Dengan presentasi tersebut, kepala janin akan masuk panggul adlam ukuran

terkecilnya (sirkumferensia suboksipitobregmatikus). Hal tersebut dicapai bila

sikap kepala janin fleksi. Sikap yang tidak normal akan menimbulkan

malpresentasi pada janin dan kesulitan persalinan terjadi oleh karena diameter

yang harus melalui panggul menjadi lebih besar (Saifuddin, 2010).

Persalinan sungsang dapat dilahirkan dengan normal dengan hanya

bila memenuhi persyaratan, di antaranya adalah berat badan bayi maksimal

3,5 kg. Apabila lebih dari itu, maka perslainan cenderung memilih pada

tindakan operasi sesar.

14
6. Cara Persalinan Letak Sungsang

Menurut Varney (2010), sebelum terjadi persalinan yang sesungguhnya hal-

hal berikut harus sudah dilakukan :

a. Pemerikasaan abdomen secara cermat, sonografi atau sinar X untuk

menyingkirkan hiperekstensi kepala, hydrosefalus atau presentasi kaki

atau mulut.

b. Pembukaan lengkap.

c. Keraguan tentang keadekuatan panggul ibu sudah terjawab.

d. Pengosongan kandung kemih.

e. Episiotomi jika diperlukan.

f. Penentuan upaya mengejan yang baik.

g. Persiapan upaya bayi baru lahir yang lengkap.

h. Pengaturan posisi ibu pada tepi tempat tidur.

i. Kolaborasi dengan dokter.

Menurut Winkjosastro (2010), penatalaksanaan persalinan presentasi

sungsang adalah sebagai berikut :

1) Ditentukan terlebih dahulu apakah ada indikasi untuk melakukan secsio

sesaria seperti kesempitan panggul, plasenta previa,atau ada tumor dalam

rongga panggul. Apabila tidak ada hendaknya dilakukan pengawasan

kemajuan persalinan kristeller karena dapat membuat kedua lengan

menjungkit ke atas dan kepala terdorong turun diantara lengan sehingga

menyulitkan kelahiran lengan dan bahu.

15
2) Setelah bokong lahir, tidak boleh melakukan tarikan atau dorongan

kristeller karena dapat membuat kedua lengan menjungkit ke atas dan

kepala terdorong turun diantara lengan sehingga menyulitkan kelahiran

lengan dan bahu.

3) Pada saat kepala masuk ke dalam rongga panggul tali pusat tertekan antara

kepala janin dan panggul ibu. Dengan demikian lahirnya kepala tidak

boleh memakan waktu lebih dari 8 menit setelah umbilikus lahir. Setelah

umbilikus lahir, tali pusat ditarik sedikit sehingga kendor untuk mencegah

teregangnya tali pusat dan tali pusat terjepit antara kepala dan panggul.

4) Melahirkan bahu dan kepala :

Untuk melahirkan bahu dan kepala dapat dipilih beberapa tindakan

(Saifuddin, 2010):

1) Prasat bracht

Bokong dan pangkal paha janin dipegang dengan 2 tangan kemudian

dilakukan hiperlordosis tubuh janin sehingga lambat laun badan

bagian atas, bahu lengan dan kepala janin dapat dilahirkan. Pada

prasat bracht ini, penolong tidak sama sekali melakukan tarikan dan

hanya membantu melakukan proses persalinan sesuai dengan

mekanisme persalinan presentasi bokong. Tatapi prasat bracht tidak

selalu berhasil melahirkan bahu dan kepala sehingga untuk

mempercepat kelahiran bahu dan kepala dilakukan manual haid atau

manual hilfe.

16
2) Cara klasik

Pada dasarnya lengan kiri janin dilahirkan oleh tangan kiri

penolong, sedangkan lengan kanan janin dilahirkan dengan tangan

kanan penolong, kedua lengan dilahirkan sebagai lengan belakang.

Bokong dan pangkal paha yang telah lahir dipegang dengan kedua

tangan, badan ditarik ke bawah sampai dengan ujung bawah scapula

depan terlihat dibawah symphisis. Kedua kaki janin dipegang dengan

tangan yang berlawanan dengan lengan yang akan dilahirkan, tubuh

janin ditarik ke atas sehingga perut janin ke arah perut ibu tangan

penolong yang satu dimasukkan kedalan jalan lahir dengan

menelusuri punggung janin menuju lengan belakang sampai ke fossa

cubiti. Dua jari tangan tersebut ditempatkan sejajar dengan humerus

dan lengan belakang janin dikeluarkan dengan bimbingan jari-jari

tersebut.

Untuk melahirkan lengan depan, dada dan punggung janin

dipegang dengan kedua tangan, tubuh janin diputar untuk merubah

lengan depan supaya berada di belakang dengan arah putaran demikian

rupa sehingga punggung melewati symphisis kemudian lengan yang

sudah berada di belakang tersebut dilahirkan dengan cara yang sama.

Cara klasik tersebut dilakukan apabila lengan depan menjungkit ke

atas atau berada dibelakang leher janin. Karena memutar tubuh dapat

membahayakan janin maka apabila letak bahu normal cara klasik

dapat dilakukan tanpa memutar tubuh janin, sehingga lengan kedua

17
dilahirkan tetap sebagai lengan depan. Kedua kaki dipegang dengan

tangan yang bertentangan dengan lengan depan untuk menarik tubuh

janin kebawah sehingga punggung janin mengarah ke bokong ibu.

Tangan yang lain menelusuri punggung janin menuju ke lengan depan

sampai fossa cubiti dan lengan depan dikeluarkan dengan kedua jari

yang sejajar dengan humerus.

3) Muller

Dengan kedua tangan pada bokong dan pangkal paha, tubuh

janin ditarik ke bawah sampai bahu depan berada di bawah symphisis

kemudian lengan depan dikeluarkan dengan cara yang kurang lebih

sama dengan cara yang telah diuraikan di depan, sesudah itu baru

lengan belakang dilahirkan.

4) Lovset

Dasar pemikirannya adalah bahu belakang janin selalu berada

lebih rendah daripada bahu depan karena lengkungan jalan lahir,

sehingga bila bahu belakang diputar ke depan dengan sendirinya akan

lahir di bawah symphisis setelah sumbu bahu janin terletak dalam

ukuran muka belakang, dengan kedua tangan pada bokong tubuh janin

ditarik ke bawah sampai ujung bawah scapula depan terlihat di bawah

symphisis. Kemudian tubuh janin diputar dengan cara memutar dada

dan punggung oleh dua tangan sampai bahu belakang terdapat di

depan dan tampak dibawah symphisis, dengan demikian lengan dapat

dikeluarkan dengan mudah. Bahu yang lain yang sekarang menjadi

18
bahu belakang, dilahirkan dengan memutar kembali tubuh janin kearah

berlawanana sehingga bahu belakang menjadi bahu depan dan lengan

dapat dilahirkan dengan mudah.

5) Melahirkan kepala

Melahirkan kepala dapat dipilih beberapa tindakan (Benson, 2009)

1) Cara Mauriceau (Viet Smillie)

Badan janin dengan perut ke bawah diletakkan pada lengan kiri

penolong. Jari tengah dimasukkan kedalam mulut janin sedangkan jari

telunjuk dan jari manis pada maksila, untuk mempertahankan supaya

kepala janin tetap dalam keadaan fleksi. Tangan kanan memegang

bahu janin dari belakang dengan jari telunjuk dan jari tengah berada di

sebelah kiri dan kanan leher. Janin ditarik ke bawah dengan tangan

kanan sampai suboksiput atau batas rambut di bawah symphisis.

Kemudian tubuh janin digerakkan ke atas, sedangkan tangan kiri tetap

mempertahankan fleksi kepala, sehingga muka lahir melewati

perineum disususl oleh bagian kepala yang lain. Perlu ditekankan

disini bahwa tangan kiri tidak boleh ikut menarik janin, karena dapat

menyebabkan perlukaan pada mulut dan muka janin.

2) Cunam Piper

Cara ini dianggap lebih baik karena dengan cunam tarikan

dilakukan terhadap kepala sedangkan dengan cara Mauriceau tarikan

dilakukan pada leher. Kedua kaki janin dipegang oleh pembantu dan

diangkat ke atas kemudian cunam dipasang melintang terhadap kepala

19
dan melintang terhadap panggul. Cunam ditarik ke bawah sampai

batas rambut dan suboksiput berada di bawah symphisis, dengan

suboksiput sebagai tititk pemutaran, cunam diarahkan mendatar dan ke

atas, sehingga muka janin dilahirkan melewati perineum disusul oleh

bagian kepala yang lain.

7. Komplikasi persalinan letak sungsang

Komplikasi persalinan pada letak sungsang dapat terjadi pada ibu maupun

pada janin sendiri, berikut ini adalah komplikasi dari persalinan letak

sungsang (Benson, 2009):

a. Komplikasi pada ibu

Fadlun (2013) mengatakan bahwa pada persalinan sungsang

dnegan penyulit terdapat peningkatan resiko pada ibu. Manipulasi manual

di dalam jalan lahir akan meningkatkan resiko perdarahan, robekan jalan

lahir, infeksi dan trauma lahir.

1) Perdarahan

Perdarahan postpartum adalah kehilangan darah lebih dari 0,5 liter

yang terjadi selama atau setelah persalinan tahap III, ketika dilahirkan

sedangkan perdarahan postpartum primer adalah kejadian perdarahan

lebih dari 500 ml dalam masa 24 jam melahirkan (Wijaya,2009).

Perdarahan postpartum yaitu perdarahan lebih dari 500 ml

yang terjadi setelah bayi lahir. Batasan jumlah darah yang keluar tidak

dapat dijadikan patokan dalam perdarahan postpartum. Karena pada

20
keadaan tertentu, misalnya anemia perdarahan yang lebih sedikit dapat

mengacam jiwa ibu. Jumlah perdarahan disebutkan sebagai yang lebih

dari normal dimana telah menyebabkan perubahan tanda vital yaitu

pasien mengeluh lemah, berkeringat dingin menggigil, sistolik <90

mmHg, nadi>100x/menit kadar Hb <8gr/dl (Taufan, 2012).

Kondisi dalam persalinan menyebabkan kesulitan untuk

menentukan jumlah perdarahan yang terjadi, maka batasan jumlah

perdarahan disebutkan sebagai perdarahan yang lebih dari normal

yang telah menyebabkan perubahan tanda vital, antara lain pasien

mengeluh lemah, limbung, berkeringat dingin, menggigil, hiperpnea,

tekanan darah sistolik  <90 mmHg,  denyut nadi > 100x/menit, kadar

Hb <8 g/dL (Nugroho, 2012).

Faktor penyebab terjadinya perdarahan postpartum meliputi

atonia, retensio plasenta, sisa plasenta, laserasi atau robekan jalan lahir.

Berikut ini adalah penjelasan dari faktor penyebab tersebut:

a) Atonia uteri

Atonia uteri adalah keadaan lemahnya tonus atau kontraksi rahim

yang menyebabkan uterus tidak mampu menutup prdarahan terbuka

dari tempat implantasi plasenta setelah bayi dan plasenta lahir

(Saifuddin 2010).

21
b) Retesio plasenta

Retensio plasenta adalah terlambatnya kelahiran plasenta selama

setengah jam setelah kelahiran bayi. Pada beberapa kasus dapat

terjadi retensio plasenta (habitual retensio plasenta). Plasenta harus

dikeluarkan karena dapat menimbulkan bahaya perdarahan, infeksi

sebagai benda mati, dapat terjadi plasenta inkarserata, dapat terjadi

polip plasenta dan terjadi degerasi ganas koriokarsioma.

c) Plasenta previa

Karena dibagian itshmus uterus, pembuluh darah sedikit sehingga

perlu masuk jauh kedalam. Menurut Surraya (2011) mekanisme

yang dapat menjelaskan pengaruh tersebut adalah kerusakan ataupun

terbentuknya jaringan parut pada endometrium akibat dilakukannya

kuretase uterus sehingga menganggu proses implantasi plasenta di

bagian fundus uteri.

d) Robekan jalan lahir

Robekan yang terjadi bisa ringan (lacet, laserasi), luka episotomi,

robekan perineum spontan derajat ringan sampai rupture perinea

totalis (sfingter ani terputus), robekan pada dinding vagina, forniks

uteri, serviks, daerah sekitar klitoris dan uretra dan bahkan yang

terberat, rupture uteri.

Perdarahan postpartum pada persalinan sungsang dapat terjadi

akibat adanya robekan perineum. Menurut Elisabeth dan Th. Endang

22
(2015) disebutkan bahwa Rupture perineum adalah robekan yang

terjadi pada perineum sewaktu persalinan. Rupture adalah luka pada

perineum yang diakibatkan oleh rusaknya jaringan secara alamiah

karena proses desakan kepala janin atau bahu pada proses persalinan.

Rupture perineum sering mengenai muskulus levator ani,

sehingga setiap Rupture perineum harus dijahit dengan baik, agar tidak

menimbulkan kelemahan dasar panggul atau prolapsus. Kadang –

kadang muskulus levator ani rusak melemah tanpa disertai Rupture

perineum, misalnya bila kepala terlalu lama meregangkan dasar

panggul (Saifuddin, 2010).

Winknjosastro (2010) menambahkan Rupture perineum adalah

robekan yang terjadi pada perineum sewaktu persalinan. Perineum

berperan dalam persalinan karena merupakan bagian luar dasar

panggul. Rupture perineum adalah robekan yang terjadi pada saat bayi

lahir baik secara spontan maupun dengan menggunakan alat atau

tindakan (episiotomi).

Pada umumnya robekan jalan lahir terjadi pada persalinan

dengan trauma. Pertolongan persalinan yang semakin manipulatif

(terlalu banyak dilakukan tindakan yang sebenarnya tidak perlu) dan

traumatik akan memudahkan robekan jalan lahir dan karena itu

dihindarkan memimpin persalinan pada saat pembukaan serviks belum

lengkap. Robekan jalan lahir biasanya akibat episiotomi, robekan

23
spontan jalan lahir, trauma forceps atau vacum ekstrasi, atau

karenaversi ekstraksi. Perdarahan dalam keadaan di mana plasenta

telah lahir lengkap dan kontraksi rahim baik, dapat dipastikan bahwa

perdarahan tersebut berasal dari robekan jalan lahir (Nugroho, 2012).

Robekan jalan lahir bersumber dari berbagai organ diantaranya

vagina, perineum, porsio, serviks dan uterus. Ciri yang khas dari

robekan jalan lahir yaitu kontraksi uterus kuat, keras dan mengecil,

perdarahan terjadi langsung setelah anak lahir. Perdarahan ini terus-

menerus setelah masase atau pemberian uterotonika langsung

mengeras tapi perdarahan tidak berkurang. Dalam keadaan apapun,

robekan jalan lahir harus dapat diminimalkan karena tak jarang

perdarahan terjadi karena robekan dan ini menimbulkan akibat yang

fatal seperti terjadinya syok (Saifuddin, 2010).

Robekan jalan lahir selalu menyebabkan perdarahan dalam

jumlah banyak yang bervariasi. Perdarahan yang berasal dari jalan

lahir selalu harus dievaluasi yaitu sumber dan jumlah perdarahan

sehingga dapat diatasi. Sumber perdarahan dapat berasal dari

perineum, vagina, serviks, dan robekan uterus (rupture uteri).

Perdarahan bisa berbentuk hematoma dan robekan jalan lahir dengan

perdarahan bersifat arterial atau pecahnya pembuluh darah vena. Jenis

robekan ringan berupa lecet, yang berat berupa robekan jalan lahir

(Nugroho, 2011).

24
Laserasi jalan lahir adalah robekan perineum yang disebabkan

oleh proses persalinan. Robekan perineum ini terdiri dari 4 tingkatan

(Saifuddin, 2010), yaitu :

a. Tingkat I

Robekan terjadi hanya pada selaput lendir vagina dengan atau

tanpa mengenai kulit perineum

b. Tingkat II

Robekan mengenai selaput lendir vagina dan otot perineum

transversalis, tetapi tidak mengenai otot sfingter ani.

c. Tingkat III

Robekan mengenai perineum sampai dengan otot sfingter ani

d. Tingkat IV

Robekan mengenai perineum sampai dengan otot sfingter ani dan

mukosa rektum.

Penelitian yang dilakukan Silinaung (2016) menemukan bahwa

persalinan sungsang dengan penyulit, terdapat peningkatan risiko ibu.

Manipulasi manual di dalam jalan lahir akan meningkatkan risiko

infeksi pada ibu. Perasat-perasat intrauterin terutama pada segmen

bawah rahim uterus yang menipis, atau pelahiran afteroming head pada

serviks yang belum membuka penuh dapat mengakibatkan ruptur uteri,

laserasi serviks, atau keduanya.

25
Yulice (2014) dalam penelitiannya menemukan bahwa

persalinan sungsang pervaginam memiliki risiko 5.16 kali lipat lebih

besar terjadi perdarahan postpartum dan 5.32 kali lebih besar skor

apgar menit ke 5 kurang dari tujuh bila dibandingkan persalinan

sungsang bedah sesar.

2) Infeksi pada persalinan sungsang

Infeksi masa nifas adalah infeksi bakteri pada traktus genitalia

yang terjadi setelah melahirkan, ditandai dengan kenaikan suhu sampai

38 derajat Celsius atau lebih selama 2 hari dalam 10 hari pertama

pasca persalinan, dengan mengecualikan 24 jam pertama. Gejala

lainnya adalah Rasa nyeri (tegang), terutama di bagian bawah perut (di

daerah rahim). Lokia berbau busuk, dan berwarna darah agak

kekuningan (karena bercampur dengan nanah).

Infeksi pada ibu nifas akibat persalinan sungsang dapat terjadi

pada daerah perineum, vulva, vagina dan serviks. Gejalanya berupa

rasa nyeri serta panas pada tempat infeksi dan kadang-kadang perih

bila kencing. Bila getah radang bisa keluar, biasanya keadaannya tidak

berat, suhu sekitar 38°C dan nadi di bawah 100 per menit. Bila luka

terinfeksi tertutup oleh jahitan dan getah radang tidak dapat keluar,

demam bisa naik sampai 39 - 40°C dengan kadang-kadang disertai

menggigil (Abid, 2011).

26
Menurut Mochtar (2010) infeksi biasanya terdapat pada tempat-

tempat perlukaan jalan lahir karena tindakan persalinan dan pada

bekas insersi plasenta. Lokasi tempat timbulnya infeksi seperti pada

vulvitis yaitu luka bekas episiotomi atau robekan perineum yang kena

infeksi, vaginitis diakibatkan oleh luka akibat tindakan persalinan

terinfeksi dan servisitis yaitu infeksi pada serviks agak dalam dapat

menjalar ke ligamentum dari parametrium.

Daerah inversio plasenta juga merupakan tempat yang baik

untuknya tumbuhnya kuman dan masuknya jenis yang patogen dalam

tubuh wanita. Servik sering mengalami perlukaan pada persalinan,

demikian juga vulva, vagina dan perineum, yang merupakan tempat

masuknya kuman patogen.

Infeksi ini dapat terjadi akibat proses persalinan yang

berlangsung lama atau terlalu sering melakukan pemeriksaan dalam

atau manipulatif tindakan. Infeksi ini dapat terjadi karena persalinan

belangsung lama, Ketuban pecah pada pembukaan kecil, Manipulasi

dengan pemeriksaan dalam (Manuaba).

3) Trauma lahir pada ibu

Trauma intrapartum menyebabkan udem dan hematom

jaringan, selain itu penekanan yang lama bagian terendah janin

terhadap periuretra menyebabkan gangguan kontraksi otot detrussor,

sehingga terjadi ekstravasasi ke otot kandung kemih.

27
Trauma persalinan salah satunya terjadi akibat lamanya

persalinan berlangsung, sehingga ibu merasakan sakit yang lama pula.

Normalnya persalinan berjalan kurang lebih 8-10 jam mulai fase awal,

pembukaan satu sampai dengan fase akhir, pembukaan sepuluh, dan

tahap mengejan. Tapi karena berbagai hal, ada ibu yang harus melalui

persalinan cukup lama, hingga tiga hari bahkan berminggu-minggu

dari fase awal hingga fase akhir. Itu artinya, ibu akan merasakan his

Kemungkinan perlamaan ini disebabkan berbagai faktor hambatan

fisik, meliputi kecilnya lingkar panggul ibu sehingga bayi sulit keluar.

Kedua, penebalan rahim, sehingga pembukaan berjalan sangat lambat.

Ketiga, ketegangan vagina, sehingga vagina menjadi keras dan otot-

otot saluran jalan rahim tidak lentur. Keempat, pembukaan terhambat

karena posisi janin sungsang.

Penelitian yang dilakukan Rumondor (2012) beberapa masalah

yang dapat menyebabkan trauma persalinan salah satunya terjadi

akibat lamanya persalinan berlangsung pada persalinan sungsang,

sehingga ibu merasakan sakit yang lama pula. Hal ini diperjelas

dengan hasil uji statistik diperoleh p value 0,000 < 0,05 dengan

demikian Ho ditolak artinya terdapat hubungan antara persalinann

sungsang dengan trauma persalinan.

28
4) Partus lama

Menurut Saefuddin (2010) Partus lama disebut juga distosia,

didefinisikan sebagai persalinan yang abnormal atau sulit, sebabnya

adalah kelainan his, kelainan janin dan kelainan jalan lahir

Partus lama adalah suatu keadaan lamanya persalinan pada fase

laten lebih dari 8 jam bagi primipara. Persalinan telah berlangsung 12

jam atau lebih atau lebih tanpa kelahiran bayi (partus lama) pada

multipara dan dilatasi serviks di kanan garis waspada pada pada

persalinan fase aktif. (Wiknjosasatro, 2010).

Pemanjangan kala II (prolonged expulsive phase) atau disebut juga

partus tak maju adalah suatu persalinan dengan his yang adekuat namun

tidak menunjukkan kemajuan pada pembukaan serviks, turunnya kepala

dan putaran paksi selama 2 jam terakhir. Biasanya persalinan pada

persalinan pertama usia ibu lebih dari 35 tahun dapat terjadi lebih

lama. Persalinan kala II memanjang merupakan fase terakhir dari suatu

partus yang macet dan berlangsung terlalu lama sehingga timbul gejala-

gejala seperti dehidrasi, infeksi, kelelahan ibu serta asfiksia dan

kematian janin dalam kandungan (Harjono, 2011).

Kelainan letak, posisi atau presentasi janin yang dapat

menyebabkan partus lama seperti posisi oksipitalis posterior persisten,

presentasi puncak kepala, presentasi muka, presentasi dahi, letak

29
sungsang, letak lintang, presentasi ganda. Masalah-masalah pada

kelainan posisi janin (Passenger).

Wiknjosastro (2010) menyatakan adanya kelainan letak dan

presentasi sehingga proses persalinan tersebut pada umumnya

berlangsung lama, akibat ukuran dan posisi kepala janin selain

presentasi belakang yang tidak sesuai dengan ukuran rongga panggul.

Penelitian Olva (2009) dalam Yohanna (2013) menambahkan

bahwa ada hubungan yang bermakna antara janin dengan kelainan letak

dengan kejadian persalinan lama, serta pada ibu hamil dengan janin

kelainan letak akan mengalami resiko persalinan lama lebih besar 2,11

kali dari ibu hamil dengan letak normal.

b. Komplikasi pada bayi

Komplikasi pada bayi akibat persalinan sungsang adalah asfiksiadan

infeksi pada bayi

1) Aspirasi

Terjadi jika janin menghirup mekonium yang tercampur dengan cairan

ketuban, baik ketika bayi masih berada di dalam rahim maupun sesaat

setelah dilahirkan. Aspirasi mekonium terjadi jika janin mengalami

stres selama proses persalinan berlangsung. Selama persalinan

berlangsung, bayi bisa mengalami kekurangan oksigen. Hal ini dapat

menyebabkan meningkatnya gerakan usus dan pengenduran otot anus,

sehingga mekonium dikeluarkan ke dalam cairan ketuban yang

30
mengelilingi bayi di dalam rahim. Cairan ketuban dan mekoniuim

becampur membentuk cairan berwarna hijau dengan kekentalan yang

bervariasi. Jika selama masih berada di dalam rahim janin bernafas

atau jika bayi menghirup nafasnya yang pertama, maka campuran air

ketuban dan mekonium bisa terhirup ke dalam paru-paru

2) Asfiksia

Asfiksia neonatorum adalah suatu keadaan pada bayi baru lahir

yang mengalami gagal bernafas secara spontan dan teratur segera

setelah lahir sehingga bayi tidak dapat memasukan oksigen dan tidak

dapat mengeluarkan zat asam arang dari tubuhnya (Dewi, 2010).

Karena persalinan sungsang bagian terbawah adalah bokong,

oleh sebab kemacetan saat melahirkan kepala bayi sehingga terjadi

aspirasi antara air ketuban dan lendir. Asfiksia juga bisa disebabkan

oleh perdarahan pada otak bayi akibat tekanan saat proses persalinan,

sampai pada kerusakan yang terjadi di medula oblongata. Penyebab

lain adalah fraktur atau kerusakan pada daerah tulang leher bayi yang

mengganggu proses pernapasan.

Asfiksia pada persalinan sungsang dapat terjadi akibat sindroma

aspirasi mekonium (SAM) merupakan sekumpulan gejala yang

diakibatkan oleh terhisapnya cairan amnion mekonial ke dalam saluran

pernapasan bayi. Sindroma aspirasi mekonium adalah salah satu

penyebab yang paling sering menyebabkan kegagalan pernapasan pada

31
bayi baru lahir aterm maupun post-term. Kandungan mekonium antara

lain adalah sekresi gastrointestinal, hepar, dan pankreas janin, debris

seluler, cairan amnion, serta lanugo..

Bila sebagian besar badan janin telah lahir, terjadilah pengecilan

rahim, sehingga terjadi gangguan sirkulasi plasenta dan menimbulkan

anoksia janin. Keadaan ini merangsang janin untuk bernapas.

Akibatnya darah, mukus, cairan amnion dan mekonium akan

diaspirasi, yang dapat menimbulkan sufokasi. Badan janin yang

sebagian sudah berada diluar rahim, juga merupakan rangsangan yang

kuat untuk janin bernapas.

3) Trauma pada bayi

Trauma kelahiran adalah kelahiran pada bayi baru lahir yang

terjadi karena trauma kelainan akibat tindakan, cara persalinan /

gangguan yang diakibatkan oleh kelainan fisiologik persalinan

(Saifuddin, 2010). Trauma persalinan adalah kelainan bayi baru lahir

yang terjadi karena trauma lahir akibat tindakan, cara persalinan atau

gangguan persalinan yang diakibatkan kelainan fisiologis persalinan.

4) Infeksi pada bayi

Bayi baru lahir memiliki sistem kekebalan tubuh yang lemah

Inilah alasan mengapa bayi rentan terserang oleh infeksi. Proses

persalinan yang berlangsung lama, air ketuban pecah pada saat

pembukaan masih kecil, serta manipulasi pemeriksaan dalam.

32
BAB III

PEMBAHASAN

Umumnya pada proses persalinan, posisi kepala bayi terletak dibagian terendah

atau bawah panggul, namun tidak sedikti persalinan dengan posisi janin sungsang.

Seperti halnya yang terjadi di Puskesmas Xxx kasus sungsang dilakukan dengan

proses prsalinan normal. Adapun penatalaksanaan yang dilakukan dalam penanganan

kasus sungsang yaitu pertolongan persalinan pervaginam yang tidak berhasil melalui

bersi luar.

Pertolongan persalinan letak sungsang pervaginam yang tidak sempat atau tidak

berhasil dilakukan versi luar adalah dengan melakukan pertolongan fisiologis secara

Brach Persalinan Brach ini berhasil karena berlangsung dalam satu kali his dan

mengejan, Sedangkan penolong dalam hal ini bidan membantu melakukan

hiperlordose.

Tindakan yang dilakukan pada presentasi bokong dapat berlangsung pervaginam

dan ditolong oleh tenaga terlatih, mengikuti kemajuan persalinan , menolong

persalinan dengan menyiapkan alat resusitasi, sikap menunggu sambil menyokong

perineum, melakukan episiotomi dan melahirkan bokong murni secara bracht dengan

cara: Mencengkram bokong dengan kedua tangan ibu, ibu jari berada sejajar dengan

panjang paha, kemudian jari yang lain memegang daerah panggul bayi, jangan

melakukan intervensi apapun ikuti terus proses lahirnya bayi. Setelah perut dan

sebagian dada lahir maka longgarkan tali pusat. Saat angulus scapula inferior berada

33
dibawah simpisis dilakukan hiperlordosis kearah perut ibu dengan demikian lahirlah

dagu,mulut,mata,dahi,dan seluruh bagian janin.

Bidan dalam melakukan tindakan sesuai dengan prioritas masalah/kebutuhan

yang dihadapi kliennya. Setelah bidan merumuskan tindakan yang perlu dilakukan

untuk mengantisipasi diagnosis/masalah potensial pada langkah sebelumnya, bidan

juga harus merumuskan tindakan darurat /segera yang harus dirumuskan untuk

menyelamatkan ibu dan bayi. Dalam rumusan ini, termasuk tindakan segera yang

mampu dilakukan secara mandiri atau bersifat rujukan

Persalinan dengan letak sungsang merupakan penyulit dalam persalinan, dimana

pada letak sungsang posisi janin yang membujur dalam uterus dengan bokong atau

kaki yang dapat meningkatkan resiko morbiditas dan mortalitas. Kasus letak

sungsang memiliki dampak pada ibu dan janin. Komplikasi yang terjadi pada ibu

adalah rupture uteri, robekan pada portio uteri, vagina dan peritoneum, syok serta

perdarahan postpartum. Sedangkan komplikasi pada janin adalah hematom pada

kepala, perdarahan dalam tengkorak (intracranial hemorrhage), fraktur cranium,

luka-luka lecet pada kepala.

Proses persalinan yang salah jelas dapat menimbulkan resiko bagi janin.

Untuk itu biasanya dokter, bidan menggunakan partograf (alat untuk memantau

kemajuan persalinan). Jika persalinan dinilai berjalan lambat, maka harus segera

dilakukan operasi (seksiosesaria). Untuk ibu yang baru pertama kali hamil atau

terdapat faktor resiko tinggi/ penyulit pada kehamilannya maka persalinan sesar

merupakan jalan terbaik.

34
BAB IV

PENUTUP

Posisi janin sungsang tentunya dapat mempengaruhi proses persalinan, jika

yang terjadi adalah presentasi bokong murni, maka persalinan normal masih relatif

mudah dilakukan. Namun, hanya berlaku bagi ibu yang sudah pernah melahirkan bayi

cukup bulan pervaginam. Pertolongan persalinan letak sungsang pervaginam tidak

sempat atau tidak berhasil dilakukan versi luar sehingga dilakukan pertolongan

fisiologis secara Brach Persalinan Brach ini berhasil karena berlangsung dalam satu

kali his dan mengejan, Sedangkan penolong dalam hal ini bidan membantu

melakukan hiperlordose.

Bidan dalam melakukan tindakan sesuai dengan prioritas masalah/kebutuhan

yang dihadapi kliennya. Setelah bidan merumuskan tindakan yang perlu dilakukan

untuk mengantisipasi diagnosis/masalah potensial pada langkah sebelumnya, bidan

juga harus merumuskan tindakan darurat /segera yang harus dirumuskan untuk

menyelamatkan ibu dan bayi. Dalam rumusan ini, termasuk tindakan segera yang

mampu dilakukan secara mandiri atau bersifat rujukan

35
DAFTAR PUSTAKA

Dewi, 2010. Asuhan Neonatus Bayi dan Anak Balita, Salemba Medika. Jakarta

Elisabeth dan Th.Endang ( 2015). Asuhan Kebidanan Masa Nifas dan Menyusui.
Pustaka Baru Press. Jogjakarta

Fadlun. 2013. Asuhan Kebidanan Patologis.Salemba Media

Indrawati, 2010. Panduan Perawatan Kehamilan. Jogjakarta. Atma Media Press

Manuaba, 2010. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan KB. EGC. Jakarta

Mochtar, 2012. Sinopsis Obstetri. EGC: Jakarta.

Nugroho, 2012. Obsteteri dan Ginekologi. Medika Book. Jakarta

Saifuddin. 2010. Ilmu Kebidanan. Jakarta. Yayasan Bina Pustaka Sarwono


Prawirohardjo

Setyaningsih. 2012. Jurnal : Asuhan Kebidanan Pada Ibu Hamil Dengan Persalinan
Sungsang. Diakses tanggal 9 Agustus 2021

Silinaung. 2016 . Karakteristik persalinan letak sungsang di RSUP Prof. Dr. R. D.


Kandou Manado periode 1 Januari 2014 – 31 Desember 2014. Dari
http://www.unhas.ac.id diakses tanggal 9 Agustus 2021

Taufan, 2012. Buku Ajar Obstetri. Nuha Medika. Jogjakarta.

Varney. 2010, Buku Saku Bidan. 2012. EGC. Jakarta

Wijaya,2009. Perdarahan Postpartum. Tersedia dari : http://www.infogue.com


Diunduh tanggal 9 Agustus 2021

Wiknojosastro, 2010. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan


Neonatal. Jakarta. Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo

Yulice. 2014. Persalinan Sungsang. Di RSUP dr. Kariadi Semarang. FK Undip.


http://www.undip.ac.id diakses tanggal 9 Agustus 2021.

36

Anda mungkin juga menyukai