Anda di halaman 1dari 22

ASUHAN KEBIDANAN KEGAWATDARURATAN

KONSEP DASAR LETAK SUNGSANG

Dosen Pengampu Mata Kuliah :

Novita Dewi Pramanik, M. Keb

Disusun Oleh: Kelompok 2

Dea Amanda Pratiwi P17324220012 (II A)

Siti Hanifah P17324220052 (II B)

PROGRAM STUDI KEBIDANAN BOGOR


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN BANDUNG
JL. DR SEMERU NO. 116, RT 01/ RW 01. KOTA BOGOR
2021/2022
KATA PENGANTAR

Puja dan puji syukur saya haturkan kepada Allah Subhanahu Wata’ala yang telah
memberikan banyak nikmat, taufik dan hidayah. Sehingga kami dapat menyelesaikan
makalah yang berjudul “Asuhan Kebidanan Kegawatdaruratan Letak Sungsang”.
Dengan baik tanpa ada halangan yang berarti.

Makalah ini telah saya selesaikan dengan maksimal berkat kerjasama dan bantuan
dari berbagai pihak. Oleh karena itu kami sampaikan banyak terima kasih kepada segenap
pihak yang telah berkontribusi secara maksimal dalam penyelesaian makalah ini.

Diluar itu, penyusun sebagai manusia biasa menyadari sepenuhnya bahwa masih
banyak kekurangan dalam penulisan makalah ini, baik dari segi tata bahasa, susunan kalimat
maupun isi. Oleh sebab itu dengan segala kerendahan hati, saya selaku penyusun menerima
segala kritik dan saran yang membangun dari pembaca.

Dengan karya ini saya berharap dapat membantu teman-teman dalam mempelajari
materi “Asuhan Kebidanan Kegawatdaruratan Letak Sungsang”.

Demikian yang bisa kami sampaikan, semoga makalah ini dapat menambah khazanah
ilmu pengetahuan dan memberikan manfaat nyata untuk teman-teman semua.

Bogor, 15 Januari 2022

Dea Amanda Pratiwi dan Siti Hanifah

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................... i

DAFTAR ISI .............................................................................................................. ii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ................................................................................................ 1


B. Rumusan Masalah ........................................................................................... 2
C. Tujuan Penulisan ............................................................................................. 3

BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian Letak Sungsang ............................................................................. 5


B. Diagnosis Letak Sungsang .............................................................................. 6
C. Etiologi Letak Sungsang ................................................................................. 7
D. Patofisiologi Letak Sungsang ......................................................................... 9
E. Pronologis Letak Sungsang ............................................................................. 9
F. Klasifikasi Letak Sungsang ............................................................................. 10
G. Tanda Gejala Letak Sungsang ........................................................................ 11
H. Konsep Penatalaksanaan Letak Sungsang ...................................................... 12
I. Komplikasi Pertolongan Persalinan Letak Sungsang ...................................... 14
J. Golongan Resiko Tinggi Kehamilan Letak Sungsang .................................... 15
K. Kewenangan Bidan Dalam Letak Sungsang ................................................... 15

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan ..................................................................................................... 18
B. Saran ............................................................................................................... 18

DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Letak sungsang merupakan kehamilan dengan letak bayi memanjang dimana


kepala janin berada di fundus dan bokong menjadi bagian terbawah janin. Kehamilan
sungsang sering terjadi pada bayi preterm, namun demikian sebagian besar janin
dapat melakukan versi spontan ke presentasi kepala pada usia aterm. Masalahnya,
sekitar 3-4% janin aterm tetap pada presentasi bokong (Nurrasyidah 2018).

Kehamilan dengan presentasi bokong adalah kehamilan yang memiliki resiko.


Hal ini dikaitkan degan abnormalitas janin dan ibu. Banyak faktor yang dapat
menyebabkan kelainan letak sungsang, diantaranya paritas ibu dan bentuk panggul
ibu. Angka kejadian presentasi bokong jika dihubungkan dengan panggul ibu maka
kejadian presentasi bokong terbanyak adalah panggul sempit, dikarenakan fiksasi
kepala janin yang tidak baik pada pintu atas panggul (Putra, Suparman, and Tendean
2016).

Kejadian letak sungsang pada janin aterm kira-kira 3%, jauh lebih tinggi pada
permulaan masa kehamilan kira-kira 40% daripada kehamilan sebelum 28 minggu
antara 17 sampai 31 minggu. Janin letak bokong berada pada resiko morbilitas dan
mortalitas prenatal yang lebih tinggi tidak hanya akibat partus tetapi juga karena
presentasi (Lidia Widia 2017).

Angka Kematian Ibu (AKI) merupakan salah satu indikator untuk melihat
derajat kesehatan perempuan. Angka kematian ibu bersalin dan angka kematian
perinatal juga merupakan hal yang paling penting untuk menilai keberhasilan program
kesehatan ibu dan anak. Penyebab (AKI) Angka Kematian Ibu antara lain berkaitan
dengan komplikasi kehamilan dan persalinannya. Keberhasilan upaya kesehatan ibu,
yaitu dapat dilihat dari indikator AK dimana jumlah kematian ibu selama masa
kehamilan, persalinan dan nifas yang disebabkan oleh kehamilan, persalinan, dan

1
nifas serta pengelolaannya tetapi bukan karena sebabsebab lain seperti kecelakaan
atau terjatuh di setiap 100.000 kelahiran hidup. Salah satu faktor yang berperan pada
komplikasi persalinan adalah letak sungsang. Indikator ini tidak hanya mampu
menilai program kesehatan ibu, terlebih lagi mampu menilai derajat kesehatan
masyarakat, karena sensitifitasnya terhadap perbaikan pelayanan kesehatan, baik dari
sisi aksesibilitas maupun kualitas (Yovi Yuliani 2019).

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) memperkirakan diseluruh dunia lebih


dari 585.000 ibu meninggal tiap tahun saat hamil atau bersalin pada letak sungsang.
Artinya, setiap menit ada satu perempuan yang meninggal. Menurut WHO, sebanyak
99% kematian ibu akibat masalah persalinan terjadi di Negara-negara berkembang.
Rasio kematian ibu merupakan yang tertinggi dengan 450 kematian ibu per 100.000
kelahiran bayi hidup. Menurut WHO, sebanyak 99% kematian ibu akibat masalah
persalinan terjadi di Negara-negara berkembang. Rasio kematian ibu merupakan yang
tertinggi dengan 450 kematian ibu per 100.000 kelahiran bayi hidup. Indonesia
sampai saat ini merupakan negara dengan AKI (angka kematian ibu) paling tinggi di
Asia. Pada penduduk Indonesia 2011 tercatat AKI masih sebesar 228/100.000
kelahiran hidup. Selanjutnya angka kematian bayi (AKB) usia 0-11 bulan adalah 34
per 1.000 kelahiran hidup.

Data yang didapatkan dari Medical Record (Rekam Medis) di Rumah Sakit
Islam Sultan Agung Semarang pada tahun 2018 diperoleh jumlah kasus persalinan
dengan post Sectio Caesarea sebanyak 69 orang. Pada tahun 2019 terdapat persalinan
46 orang dengan post Sectio Caesarea dan padan tahun 2020 dari bulan Januari
sampai bulan Februari terdapat persalinan sebanyak 11 orang dengan post Sectio
Caesarea dengan indikasi letak sungsang (Medis 2020).

Penyebab terjadinya presentasi bokong tidak diketahui, tetapi terdapat


beberapa faktor resiko selain prematuritas, yaitu abnormalitas truktural uterus,
polihidram-nion, plasenta previa, multiparitas, mioma uteri, kehamilan multiple,
anomaly janin (anensefali, hidrosefalus), dan riwayat presentasi bokong sebelumnya.
Telah terjadi perubahan dalam menajemen presentasi bokong yang mengarah kepada

2
semakin dipilihnya cara persalinan bedah sectio caesarea dibandingkan pervaginam
(Atik, Palupi, and Sari 2019).

B. RUMUSAN MASALAH

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) memperkirakan diseluruh dunia lebih


dari 585.000 ibu meninggal tiap tahun saat hamil atau bersalin pada letak sungsang.
Artinya, setiap menit ada satu perempuan yang meninggal. Menurut WHO, sebanyak
99% kematian ibu akibat masalah persalinan terjadi di Negara-negara berkembang.
Rasio kematian ibu merupakan yang tertinggi dengan 450 kematian ibu per 100.000
kelahiran bayi hidup. Menurut WHO, sebanyak 99% kematian ibu akibat masalah
persalinan terjadi di Negara-negara berkembang. Rasio kematian ibu merupakan yang
tertinggi dengan 450 kematian ibu per 100.000 kelahiran bayi hidup. Indonesia
sampai saat ini merupakan negara dengan AKI (angka kematian ibu) paling tinggi di
Asia. Pada penduduk Indonesia 2011 tercatat AKI masih sebesar 228/100.000
kelahiran hidup. Selanjutnya angka kematian bayi (AKB) usia 0-11 bulan adalah 34
per 1.000 kelahiran hidup.

Oleh karena itu dari rumasan masalah ini di dapatkan hasil :

1. Apa Yang Di Maksud Dengan Letak Sungsang ?

2. Apa Saja Diagnosis Dari Letak Sungsang ?

3. Apa Saja Etilogi Dari Letak Sungsang ?

4. Apa Saja Patofisiologi Dari Letak Sungsang?

5. Apa Saja Pronologis Dari Letak Sungsang ?

6. Apa Saja Klasifikasi Dari Letak Sungsang ?

7. Apa Saja Tanda Dan Gejala Dari Letak Sungsang?

8. Bagaimana Konsep Penatalaksanaan Dari Abortus ?

9. Apa Saja Komplikasi Pertolongan Persalinan Dari Letak Sungsang ?

10. Apa Saja Golongan Resiko Tinggi Kehamilan Dari Letak Sungsang ?

3
11. Bagaimana Kewenangan Bidan Dalam Menangani Abortus ?

C. TUJUAN PENULISAN

1. Dapat Memahami Di Maksud Dengan Letak Sungsang ?

2. Dapat Memahami Diagnosis Dari Letak Sungsang ?

3. Dapat Memahami Etilogi Dari Letak Sungsang ?

4. Dapat Memahami Patofisiologi Dari Letak Sungsang?

5. Dapat Mengetahui Pronologis Dari Letak Sungsang ?

6. Dapat Mengenali Klasifikasi Dari Letak Sungsang ?

7. Dapat Mengetahui Tanda Dan Gejala Dari Letak Sungsang?

8. Dapat Mengetahui Bagaimana Konsep Penatalaksanaan Dari Abortus ?

9. Dapat Mengenali Apa Saja Komplikasi Pertolongan Persalinan Dari Letak


Sungsang ?

10. Dapat Mengenali Apa Saja Golongan Resiko Tinggi Kehamilan Dari Letak
Sungsang ?

11. Dapat Mengetahui Bagaimana Kewenangan Bidan Dalam Menangani


Abortus ?

4
BAB II

PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN LETAK SUNGSANG

Sungsang merupakan keadaan dimana bagian terendah janin berada disegmen


bawah rahim, bukan belakang kepala. Dikenal beberapa jenis sungsang, yakni:
presentasi bokong, presentasi bokong kaki sempurna, presentasi bokong kaki tidak
sempurna. Dengan insiden 3-4% dari seluruh kehamilan tunggal pada umur
kehamilan cukup bulan (lebih dari 37 minggu), presentasi bokong merupakan
malpresentasi yang sering dijumpai. Sebelum umur kehamilan 28 minggu, kejadian
presentasi bokong berkisar antara 25-30%, dan sebagian besar akan berubah menjadi
presentasi kepala setelah umur kehamilan 34 minggu. Penyebab terjadinya presentasi
bokong tidak diketahui, tetapi terdapat beberapa faktor resiko selain prematuritas,
yaitu abnormalitas struktural uterus, polihidramnion, plasenta previa,
multiparitas,mioma uteri, dan riwayat presentasi bokong sebelumnya. (Prawirohardjo,
S. 2010. Hal : 588). Kehamilan sungsang didiagnosis melalui bantuan ultrasonografi
(USG). Kehamilan sungsang dapat disebabkan oleh banyak hal antara lain
kelahiran kembar, cairan amniotik yang berlebihan, hidrosefalus, anencefaly, ari-ari
yang pendek dan kelainan rahim.

Sekitar 3-4% bayi berada dalam posisi ini ketika lahir. Dalam persalinan
prematur, kemungkinan bayi berada dalam posisi sungsang lebih tinggi. Pada umur
kehamilan 28 minggu, kemungkinan bayi berada dalam posisi sungsang adalah 25%.
Angka tersebut akan turun seiring dengan umur kehamilan mendekati 40 minggu.
Karena risiko persalinan normal pada bayi dengan posisi sungsang lebih tinggi
dibandingkan bayi dengan posisi normal, maka umumnya persalinan akan dilakukan
dengan bedah caesar.

Presentasi bokong (letak sungsang) terjadi bila bokong dengan/ kaki


merupakan bagian terendah janin. Ada tiga macam presentasi bokong : bokong
sempurna (complete breech), bokong murni (frank breech), bokong kaki (footling

5
breech). Pada pemeriksaan abdomen, kepala teraba di bagian atas, bokong pada
daerah pelvis. Auskultasi menunjukkan bahwa denyut jantung janin lokasinya lebih
tinggi daripada yang diharapkan dengan presentasi verteks, sedang pada pemeriksaan
vagina teraba bokong kaki. Faktor yang menyebabkan terjadinya kehamilan sungsang,
bisa berasal dari factor ibu maupun factor janin.

Pengelolaan kehamilan dan persalinan dengan letak sungsang, tidak harus


diakhiri dengan seksio sesarea. Bila umur kehamilan masih kurang dari 36 minggu ,
maka bisa diupayakan dengan latihan, yaitu sujud secara teratur (yang bertujuan
umtuk merubah posisi). Jika sudah masuk dalam persalinan pada primigravida harus
ditolong oleh ahlinya di Rumah Sakit. Pada pertolongan persalinan dengan letak
sungsang apabila tidak dikelola dengan benar akan terjadi komplikasi baik pada ibu
maupun bayinya.

B. DIAGNOSIS LETAK SUNGSANG

Diagnosis letak sungsang pada umumnya tidak sulit. Pada pemeriksaan luar,
dibagian bawah uterus tidak dapat diraba bagian yang keras dan bulat, yakni kepala,
dan kepala teraba difundus uteri. Kadangkadang bokong janin teraba bulat dan dapat
memberi kesan seolah- olah kepala, tetapi bokong tidak dapat digerakkan semudah
kepala. Seringkali wanita tersebut menyatakan bahwa kehamilannya terasa lain
daripada kehamilan yang terdahulu, karena terasa penuh dibagian atas dan gerakan
terasa lebih banyak di bagian bawah. Denyut jantung janin pada umumnya ditemukan
setinggi atau sedikit lebih tinggi daripada umbilikus. Apabila diagnosis letak
sungsnag dengan pemeriksaan luar tidak dapat dibuat, karena misalnya dinding perut
tebal, uterus mudah berkontraksi atau banyaknya air ketuban, maka diagnosis
ditegakkan berdasarkan pemeriksaan dalam. Apabila masih ada keragu- raguan, harus
dipertimbangkan untuk melakukan pemeriksaan ultrasonografik atau M.R.I.
(Magnetic Resonance Imaging).

Setelah ketuban pecah, dapat diraba lebih jelas adanya bokong yang ditandai
dengan adanya sakrum, kedua tuber ossis iskii, dan anus. Bila dapat diraba kaki, maka

6
harus dibedakan dengan tangan. Pada kaki terdapat tumit, sedangkan pada tangan
ditemukan ibu jari yang letaknya tidak sejajar dengan jari- jari lain dan panjang jari
kurang lebih sama dengan panjang telapak tangan. Pada persalinan lama, bokong
janin mengalami edema, sehingga kadang- kadang sulit untuk membedakan bokong
dengan muka. Pemeriksaan yang teliti dapat membedakan bokong dengan muka
karena jari yang akan dimasukkan kedalam anus mengalami rintangan otot,
sedangkan jari yang dimasukkan ke dalam mulut akan meraba tulang rahang dan
alveola tanpa ada hambatan. Pada presentasi bokong kaki sempurna, kedua kaki dapat
diraba disamping bokong, sedangkan pada presentasi bokong kaki tidak tidak
sempurna, hanya teraba satu kaki disamping bokong.

C. ETIOLOGI LETAK SUNGSANG

Pada kehamilan triwulan terakhir janin tumbuh dengan cepat dan jumlah air
ketuban relative berkurang. Karena bokong dengan kedua tungkai yang terlipat lebih
besar daripada kepala, maka bokong dipaksa menempati ruang yang lebih luas di
fundus uteri, sedangkan kepala berada dalam ruangan yang lebih kecil di segmen
bawah uterus. Dengan demikian dapat dimengerti mengapa pada kehamilan belum
cukup bulan, frekuensi letak sungsang lebih tinggi, sedangkan pada kehamilan cukup
bulan, janin sebagian besar ditemukan dalam presentasi kepala. Faktor-faktor lain
yang memegang peranan dalam terjadinya letak sungsang diantaranya adalah
multiparitas, hamil kembar, hidramnion, hidrosefalus, plasenta previa, dan panggul
sempit. Kadang-kadang letak sungsang disebabkan karena kelainan uterus dan
kelainan bentuk uterus. Plasenta yang terletak di daerah kornu fundus uteri dapat pula
menyebabkan letak sungsang karena plasenta mengurangi luas ruangan di daerah
fundus (Prawirohardjo, 2008, p.611).

Penyebab Letak Sungsang dapat berasal dari faktor janin maupun faktor ibu.

1. Dari faktor janin, antara lain :

7
 Gemeli (Kehamilan Ganda)
Kehamilan dengan dua janin atau lebih dalam rahim, sehingga
menyebabkan terjadinya perebutan tempat. Setiap janin berusaha
mencari tempat yang lebih nyaman, sehingga ada kemungkinan
bagian tubuh yang lebih besar (yakni bokong janin) berada di
bagian bawah rahim.

 Hidramion (Kembar Air)


Didefinisikan jumlah air ketuban melebihi normal (lebih 2000
cc) sehingga hal ini bisa menyebabkan janin bergerak lebih leluasa
walau sudah memasuki trimester ketiga.

 Hidrocepalus
Keadaan dimana terjadi penimbunan cairan serebrospinalis
dalam ventrikel otak, sehingga kepala menjadi besar serta terjadi
pelebaran sutura-sutura dan ubun-ubun. Karena ukuran kepala
janin terlalu besar dan tidak dapat berakomodasi dibagian bawah
uterus, maka sering ditemukan dalam letak sungsang.

2. Dari Faktor Ibu, diantaranya :

 Plasenta praevia
Keadaan dimana plasenta berimplantasi pada tempat abnormal,
yaitu pada segmen bawah rahim sehingga menutupi sebagian atau
seluruh pembukaan jalan lahir (osteum uteri internal). Akibatnya
keadaan ini menghalangi turunnya kepala janin ke dalam pintu atas
panggul sehingga janin berusaha mencari tempat yang lebih luas
yakni dibagian atas rahim.  Panggul sempit Sempitnya ruang
panggul mendorong janin mengubah posisinya menjadi sungsang.

 Multiparitas
Adalah ibu/ wanita yang pernah melahirkan bayi viable
beberapa kali (lebih dari 4 kali), sehingga rahimnya sudah sangat

8
elastis, keadaan ini membuat janin berpeluang besar untuk berputar
hingga minggu ke-37 dan seterusnya.

 Kelainan Uterus (Seperti Uterus Arkuatus, Uterus Bikornis,


Mioma Uteri
Adanya kelainan didalam uterus akan mempengaruhi posisi dan
letak janin dalam rahim, janin akan berusaha mencari ruang /
tempat yang nyaman.

D. PATOFISIOLOGI LETAK SUNGSANG

Letak janin dalam uterus bergantung pada proses adaptasi janin terhadap
ruangan dalam uterus. Pada kehamilan sampai kurang lebih 32 minggu, jumlah air
ketuban relatif lebih banyak, sehingga memungkinkan janin bergerak dengan leluasa.
Dengan demikian janin dapat menempatkan diri dalam presentasi kepala, letak
sungsang atau letak lintang.

Pada kehamilan triwulan terakhir janin tumbuh dengan cepat dan jumlah air
ketuban relatif berkurang. Karena bokong dengan kedua tungkai terlipat lebih besar
daripada kepala, maka bokong dipaksa untuk menempati ruang yang lebih luas di
fundus uteri, sedangkan kepala berada ruangan yang lebih kecil di segmen bawah
uterus. Dengan demikian dapat dimengerti mengapa pada kehamilan belum cukup
bulan, frekuensi letak sungsang lebih tinggi, sedangkan pada kehamilan cukup bulan,
janin sebagian besar ditemukan dalam presentasi kepala. (Winkjosastro. 2007. Hal:
611)

E. PRONOLOGIS LETAK SUNGSANG

Bagi Ibu
Kemungkinan robekan pada perineum lebih besar, ketuban pecah lebih
cepat, partus lama, sehingga mudah terkena infeksi.

9
Bagi Bayi
Prognosa tidak begitu baik, karena adanya gangguan peredaran darah
plasenta setelah bokong lahir dan setelah perut lahir, tali pusat terjapit antara
kepala dan panggul, sehingga bayi bisa mengalami asfiksia.

Oleh karena itu supaya janin hidup, kepala janin harus dilahirkan dalam waktu
maksimal delapan ( 8 ) menit sejak lahir sebatas pusat.

F. KLASIFIKASI LETAK SUNGSANG

Berdasarkan komposisi dari bokong dan kaki dapat ditentukan beberapa


bentuk letak sungsang :

1. Presentasi Bokong Murni (Frank Breech)


Yaitu letak sungsang dimana kedua kaki terangkat ke atas sehingga
ujung kaki setinggi bahu atau kepala janin.

2. Presentasi Bokong Kaki Sempurna (Complete Breech)


Yaitu letak sungsang dimana kedua kaki dan tangan menyilang
sempurna dan di samping bokong dapat diraba kedua kaki.

10
3. Presentasi Bokong Kaki Tidak Sempurna (Incomplete Breech)
Yaitu letak sungsang dimana hanya satu kaki di samping bokong,
sedangkan kaki yang lain terangkat ke atas.

G. TANDA GEJALA LETAK SUNGSANG

Pemeriksaan Abdominal
 Letaknya adalah memanjang.
 Di atas panggul terasa massa lunak dan tidak terasa seperti kepala.
 Pada funfus uteri teraba kepala. Kepala lebih keras dan lebih bulat
dari pada bokong dan kadang-kadang dapat dipantulkan (Ballotement)

Auskultasi
Denyut jantung janin pada umumnya ditemukan sedikit lebih tinggi dari
umbilikus (Sarwono Prawirohardjo, 2007 : 609). Auskultasi denyut jantung
janin dapat terdengar diatas umbilikus jika bokong janin belum masuk pintu
atas panggul. Apabila bokong sudah masuk pintu atas panggul, denyut jantung
janin biasanya terdengar di lokasi yang lebih rendah (Debbie Holmes dan

11
Philip N. Baker, 2011).

Pemeriksaan Dalam
 Teraba 3 tonjolan tulang yaitu tuber ossis ischii dan ujung os sakrum
 Pada bagian di antara 3 tonjolan tulang tersebut dapat diraba anus.
 Kadang-kadang pada presentasi bokong murni sacrum tertarik ke
bawah dan teraba oleh jari-jari pemeriksa, sehingga dapat dikelirukan
dengan kepala oleh karena tulang yang keras.

H. KONSEP PENATALAKSANAAN LETAK SUNGSANG

Pertolongan persalinan letak sungsang memerlukan perhatian karena dapat


menimbulkan komplikasi kesakitan, cacat permanen sampai kematian bayi.
Menghadapi kehamilan letak sungsang dapat diambil tindakan :

1. Saat Kehamilan

 Mengubah Posisi Sungsang Dengan Bersujud

Penatalaksanaan kehamilan sungsang pada trimester III


menganjurkan pada ibu untuk tetap menjaga pola nutrisi, pola istirahat,
dan pola aktivitas. Memberitahu ibu untuk mempersiapkan persalinan
dengan sungsang baik secara normal maupun per abdominal. Ibu
bersalin dengan persalinan per abdominal karena ibu primigravida, ibu
suspect CPD, dan his ibu tidak adekuat, dan dari pembukaan serviks
yang tidak bertambah.

Cara termudah dan teraman untuk mengubah posisi janin


sungsang adalah dengan bersujud (knee chest position) secara rutin
setiap hari sebanyak 2 kali sehari, misalnya pagi dan sore, masing-
masing selama 10 menit. Biasanya bayi akan berputar dan posisinya

12
kembali normal, yaitu kepala berada di bagian bawah rahim. Pada saat
kontrol ulang/ periksa ulang , maka bidan atau dokter akan kembali
melakukan pemeriksaan palpasi untuk memeriksa posisi janin. Jika
belum berhasil, maka latihan diulangi dan dilanjutkan setiap hari.
Latihan ini hanya efektif bila dilakukan pada usia kehamilan kurang
dari 37 minggu.

2. Persalinan diselesaikan dengan :

a. Pertolongan persalinan pervaginam


Pertolongan persalinan letak sungsang pervaginam yang tidak sempat
atau tidak berhasil dilakukan versi luar adalah :

 Pertolongan Fisiologis Secara Brach


Persalinan Brach berhasil bila berlangsung dalam satu
kali his dan mengejan, Sedangkan penolong membantu
melakukan hiperlordose. Bila persalinan dengan satu kali his
dan mengejan tidak berhasil, maka pertolongan Brach dianggap
gagal, dan dilanjutkan dengan ekstraksi (manual aid)

 Ekstraksi Bokong Partial Persalinan Dengan Ekstraksi


Bokong Partial Dimaksudkan Bahwa:
 Persalinan bokong sampai umbilikus berlangsung
dengan kekuatan sendiri
 Terjadi kemacetan persalinan badan dan kepala
 Dilakukan persalinan bantuan dengan jalan : secara
klasik, secara Muller dan Loevset.
 Pertolongan Persalinan Kepala
 Pertolongan persalinan kepala menurut Mauriceau- veit
Smellie, dilakukan bila terjadi kegagalan persalinan
kepala.

13
 Persalinan kepala dengan ekstraksi forsep, dilakukan
bila terjadi kegagalan persalinan kepala dengan teknik
Mauriceau viet Smellie.
 Ekstraksi Bokong Totalis
Ekstraksi bokong total bila proses persalinan sungsang
seluruhnya dilakukan dengan kekuatan penolong sendiri.

b. Pertolongan Persalinan Dengan Sektio


sesarea Memperhatikan pertolongan persalinan letak sungsang melalui
jalan vaginal, maka sebagian besar pertolongan persalinan sungsang
dilakukan dengan seksio sesarea.

I. KOMPLIKASI PERTOLONGAN PERSALINAN LETAK SUNGSANG

Pertolongan persalinan letak sungsang secara fisiologis dilakukan menurut


metode Brach. Kegagalan pertolongan secara Brach diikuti oleh persalinan dengan
ekstraksi bokong partial atau dengan ekstraksi bokong total yang dapat menimbulkan
komplikasi. Komplikasi persalinan letak sungsang dapat dibagi sebagai berikut :

 Komplikasi Pada Ibu


1. Perdarahan
2. Robekan jalan lahir
3. Infeksi

 Komplikasi pada bayi


1. Asfiksia bayi, dapat disebabkan oleh :
 Kemacetan persalinan kepala (aspirasi air ketuban-lendir)
 Perdarahan atau edema jaringan otak
 Kerusakan medula oblongata
 Kerusakan persendian tulang leher
 kematian bayi karena asfiksia berat.
2. Trauma persalinan
 Dislokasi-fraktur persendian, tulang ekstremitas

14
 Kerusakan alat vital : limpa, hati, paru-paru atau jantung
 Dislokasi fraktur persendian tulang leher : fraktur tulang dasar
kepala ; fraktur tulang kepala ; kerusakan pada mata, hidung atau
telinga ; kerusakan pada jaringan otak.
3. Infeksi, dapat terjadi karena :
 Persalinan berlangsung lama
 Ketuban pecah pada pembukaan kecil
 Manipulasi dengan pemeriksaan dalam

J. GOLONGAN RESIKO TINGGI KEHAMILAN LETAK SUNGSANG

Kehamilan letak sungsang yang tergolong beresiko tinggi adalah :


a. Kehamilan sungsang pada kasus infertilitas
b. Kehamilan sungsang dengan riwayat obstetri buruk : sering mengalami
abortus/ keguguran, persalinan prematur, IUFD.
c. Kehamilan sungsang dengan perdarahan
d. Kehamilan sungsang dengan hipertensi/ tekanan darah tinggi
e. Kehamilan sungsang dengan umur ibu kurang dari 20 tahun atau diatas
35 tahun
f. Kehamilan sungsang yang terjadi pada ibu primigravida
g. Kehamilan sungsang dengan penyakit sistemik ibu : penyakit jantung,
penyakit ginjal, penyakt paru-paru
h. Kehamilan sungsang inpartu dengan keadaan abnormal : bayi besar,
ketuban pecah dini/ ketuban pecah awal, terjadi prolapsus funikuli,
bayi prematur, infeksi pada ibu, terjadi distres janin.

K. KEWENANGAN BIDAN DALAM LERAK SUNGSANG

Peran Bidan sebagai tenaga kesehatan terhadap kasus post partum dengan
indikasi letak janin sungsang adalah melakukan himbauan dan ajakan pada ibu-ibu
hamil agar memeriksakan kandungannya, untuk mengetahui pertumbuhan janin dan

15
jika ada kelainan seperti letak janin sungsang dapat dilakukan penanganan sejak usia
kehamilan antara 34-38 minggu, karena usia itu dapat dilakukan versi luar menjadi
persentasi kepala. Kasus dengan indikasi letak janin sungsang harus mendapatkan
perhatian khusus oleh tenaga kesehatan karena bila tidak ditangani dengan baik akan
berakibat kematian baik pada ibu dan bayi (Winkjosastro 2009).

Dan juga peran Bidan pada Ibu setelah Post Sectio Cesarea yaitu dengan
memberikan intervensi untuk mengajarkan mobilisasi dini pada pasien, ini sependapat
dengan teori yang menyatakan bahwa ibu yang mengalami persalinan dengan sectio
caesarea dengan adanya luka di perut harus dirawat dengan baik untuk mencegah
kemungkinan terjadinya infeksi. Ibu sering membatasi pergerakan tubuhnya karena
adanya luka operasi sehingga proses penyembuhan luka dan pengeluaran cairan atau
bekuan darah kotor dari rahim ibu akan terpengaruh. Dalam membantu jalannya
penyembuhan ibu post sectio caesarea disarankan untuk melakukan mobilisasi dini.
Mobilisasi dini adalah suatu upaya untuk mempertahankan kemandirian sedini
mungkin dengan cara membimbing penderita untuk mempertahankan fungsi
fisiologis. Mobilisasi dini merupakan faktor yang mendukung dan mempercepat
pemulihan pasca bedah dan dapat mencegah komplikasi pasca bedah, dengan
mobilisasi dini vaskularisasi menjadi lebih baik sehingga akan mempengaruhi
penyembuhan luka post operasi karena luka membutuhkan peredaran darah yang baik
untuk pertumbuhan atau berbaikan sel. Hal ini juga sependapat dengan teori yang
menyatakan bahwa mobilisasi dini merupakan faktor yang mempengaruhi terhadap
penyembuhan luka seseorang. Dengan melakukan mobilisasi stelah 6- 10 jam pasca
persalinan dengan operasi sectio caesarea akan membantu mempercepat proses
penyembuhan luka post operasi sectio caesarea.

Standar Pelayanan Kebidanan

1. STANDAR 9 : Asuhan Persalinan Kala Satu


Bidan menilai secara tepat bahwa persalinan sudah mulai, kemudian
memberikanasuhan dan pemantauan yang memadai , dengan
memperhatikan kebutuhan ibu, selama proses persalinan berlangsung.
Bidan juga melakuakan pertolongan proses persalinan dankelahiran yang

16
bersih dan aman, dengan sikap sopan dan penghargaan terhadap hak
pribadiibu serta memperhatikan tradisi setempat. Disamping itu ibu
diijinkan memilih orang yangakan mendampinginya selam proses
persalinan dan kelahiran.Tujuan dari dilakukannya standar ini yaitu untuk
memberikan pelayanan kebidananyang memadai dalam mendukung
pertolongan persalinan yang bersih dan aman untuk ibu bayi.Hasil yang
diharapkan adalah ibu berssalin mendapatkan pertolongan yang aman
danmemadai. Meningkatnya cakupan persalinan dan komplikassi lain yang
ditangani oleh tenagakesehatan. Berkurangnya kematian/kesakitan ibu
bayi akibat partus lama.

2. STANDAR 10 : Persalinan Kala Dua Yang Aman


Bidan melakukan pertolongan persalinan bayi dan plasenta yang bersih
dan aman,dengan sikap sopan dan penghargaann terhadap hak pribadi ibu
serta memperhatikan tradisisetempat . disamping itu ibu diijinkan untuk
memilih siapa yang akan mendampinginya saat persalinan.Tujuan dari
diterapkannya standar ini yaitu memastikan persalinan yang bersih
danaman bagi ibu dan bayi. Hasil yang diharapkan yaitu persalinan dapat
berlangsung bersih danaman. Menigkatnya kepercayaan masyarakat
kepada bidan. Meningkatnya jumlah persalinanyang ditolong oleh bidan.
Menurunnya angka sepsis puerperalis.

3. STANDAR 11 : Penatalaksanaan Aktif Persalinan Kala Tiga


Penatalaksanaan Aktif Persalinan Kala TigaSecara aktif bidan
melakukan penatalaksanaan aktif persalinan kala tiga. Tujuandilaksanakan
nya standar ini yaitu membantu secara aktif pengeluaran plasenta dan
selaputketuban secara lengkap untuk mengurangi kejadian perdarahan
pasca persalinan kala tiga,mencegah terjadinya atonia uteri dan retesio
plasenta

17
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Posisi janin sungsang tentunya dapat mempengaruhi proses persalinan, jika


yang terjadi adalah presentasi bokong murni, maka persalinan normal masih relatif
mudah dilakukan. Namun, hanya berlaku bagi ibu yang sudah pernah melahirkan bayi
cukup bulan pervaginam. Sedangkan jika yang terjadi adalah presentasi kaki, pada
saat ketuban pecah spontan mungkin saja tali pusat ikut keluar (prolapsus tali pusat).
Jika tidak segera dilakukan persalinan, janin mungkin tidak terselamatkan. Untuk
mencegahnya, persalinan dapat dilakukan dengan cara sesar. Proses persalinan yang
salah jelas dapat menimbulkan resiko bagi janin. Untuk itu biasanya dokter, bidan
menggunakan partograf (alat untuk memantau kemajuan persalinan). Jika persalinan
dinilai berjalan lambat, maka harus segera dilakukan operasi (seksiosesaria). Untuk
ibu yang baru pertama kali hamil atau terdapat faktor resiko tinggi/ penyulit pada
kehamilannya maka persalinan sesar merupakan jalan terbaik. Dalam hal ini, serahkan
keputusan terbaik kepada dokter yang menangani.

B. SARAN

Menjadi tenaga kesehatan membuat kita harus mampu dalam menangani


berbagai macam kegawatdaruratan sehingga dapat menjadikan kita mampu dalam
menangani dan mengambil keputusan yang tepat dalam suatu situasi yang kapan saja
dapat kita temukan, contoh diatas seperti kasus abortus yang masih menjadi penyebab
dari AKI (Angka Kematian Ibu). Selain dimana kita harus mampu dalam menangani
kasus lainnya, kita perlu mengetahui apa aja dan sampai batas mana kita sebagai
tenaga kesehatan dalam menangani kasus kegawatdaruratan, serta kita perlu memiliki
keahlian, kegesitan serta kebersihan dalam menolog pasien agar kita semua dapat
selamat dari bahaya yang mengancam kedua belah pihak.

18
DAFTAR PUSATAKA

Cunningham, Gary, MD, (1995), Obstetri William, edisi 8, alih bahasa Joko Suyono, EGC,
Jakarta. Diakses pada 15 Januari 2022

D Fitriningsih, 2020, BAB I.pdf Pendahuluan Letak Sungsang, Repository Unnisula, Diakses
pada 15 Januari 2022 http://repository.unissula.ac.id/19748/3/BAB%20I.pdf

Didien Ika Setyarini, M.Keb. Suprapti, SST., M.Kes. Desember 2016 Asuhan Kebidanan
Kegawatdaruratan Maternal Neonatal, Kemenkes RI, Pusdik PPSDM Kesehatan.
Diakses pada 15 Januari 2022. http://bppsdmk.kemkes.go.id/pusdiksdmk/wp-
content/uploads/2017/08/Asuhan-Kegawatdaruratan-Maternal-Neonatal-
Komprehensif.pdf

FI Lusia 2017, Bab II.pdf Tinjauan Pustaka Letak Sungsang Repository Unimus, Diakses
pada 15 Januari 2022 http://repository.unimus.ac.id/1298/3/5.%20BAB%202.pdf

Manuaba, Ida Bagus Gede (1998 ), Ilmu Kebidanan , penyakit kandungan dan keluarga
berencana untuk pendidikan bidan- EGC, Jakarta. Diakses pada 15 Januari 2022

Mochtar , Rustam (1998), Sinopsis obstetri : obstetri fisiologi, obstetri patologi, EGC,
Jakarta. Diakses pada 15 Januari 2022

Repository Enimus, Bab II.pdf Tinjauan Teori Letak Sungsang, Diakses pada 15 Januari
2022 http://digilib.unimus.ac.id/download.php?id=6349

Saefudin Abdul Bari,dkk ( 2000), Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan
Neonatal, YBPSP, Jakarta. Diakses pada 15 Januari 2022

Wikjosastro Hanifa, dkk (2000), Ilmu Kebidanan, YBPSP, Jakarta. Diakses pada 15 Januari
2022

19

Anda mungkin juga menyukai