Anda di halaman 1dari 28

MAKALAH KEPERAWATAN ANAK

ASUHAN KEPERAWATAN ANAK DENGAN

GANGGUAN BERAT BADAN LAHIR RENDAH

DOSEN PEMBIMBING

Ns. Mercy Nafratilova, M.Kep, Sp.Kep.An

Disusun Oleh Kelompok 5 :

1. Tari Diaslara Putri P01720322039


2. Andara meilia saputri P01720322026
3. Zahirah Haniyah P01720322001

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES BENGKULU
SARJANA TERAPAN KEPERAWATAN DAN PROFESI NERS
TAHUN AJARAN 2024

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan Kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat rahmat
dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Makalah Keperawatan Anak dengan
judul “Asuhan Keperawatan Anak pada Kasus Berat Badan Lahir Rendah”.

Penyusunan Makalah ini penulis mendapatkan bimbingan dan bantuan baik materi
maupun nasihat dari berbagai pihak sehingga penulis dapat menyelesaikan Makalah tepat
pada waktunya. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Ns. Andra Saferi Wijaya, M.Kep; Selaku Dosen Koordinator Mata Kuliah Keperawatan
Anak.
2. Ns. Mercy Nafratilova, M.Kep,Sp.Kep.An; selaku dosen pembimbing mata kuliah
Keperawatan Anak yang telah memberikan bimbingan dan arahannya kepada kami.
3. Teman-teman yang telah memberikan sumbangan atas pikiran ataupun materi serta
semangat kepada penulis.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam menyusun makalah ini masih banyak
terdapat kekeliruan dan kekhilafan baik dari segi penulisan maupun penyusunan dan
metedologi. Oleh karena itu, penulis mengharapkan saran dan bimbingan dari berbagai pihak
agar penulis dapat berkarya lebih baik dan optimal lagi di masa yang akan datang.

Penulis berharap semoga laporan yang telah penulis susun ini dapat bermanfaat bagi
semua pihak serta dapat membawa perubahan positif terutama bagi penulis sendiri dan
mahasiswa lainnya.

Bengkulu, 13 Februari 2024

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................................................................................ ii


DAFTAR ISI ...................................................................................................................................... iii
BAB I .................................................................................................................................................. 4
PENDAHULUAN .............................................................................................................................. 4
A. Latar Belakang ........................................................................................................................... 4
B. Rumusan Masalah ...................................................................................................................... 5
C. Tujuan ........................................................................................................................................ 6
D. Manfaat ...................................................................................................................................... 6
BAB II ................................................................................................................................................. 7
TINJAUAN PUSTAKA ..................................................................................................................... 7
A. Pengertian ............................................................................................................................... 7
B. Etilogi ...................................................................................................................................... 7
C. Manifestasi Klinis ................................................................................................................. 11
D. Patifisiologi ........................................................................................................................... 12
E. WOC ..................................................................................................................................... 12
F. Pemeriksaan Diagnostik ....................................................................................................... 14
G. Penatalaksanaan ....................................................................................................................14
H. Asuhan Keperawatan ............................................................................................................ 15
BAB III ............................................................................................................................................. 23
PEMBAHASAN ............................................................................................................................... 23
BAB IV ............................................................................................................................................. 25
PENUTUP ........................................................................................................................................ 25
A. Kesimpulan .............................................................................................................................. 25
B. Saran .........................................................................................................................................
25 DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................................................
26

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Bayi dengan Berat Badan Lahir Rendah (BBLR), yakni kurang dari 2.500
gram, merupakan masalah kesehatan yang turut berkontribusi terhadap angka
kematian bayi. Data badan kesehatan dunia (World Health Organization), menyatakan
bahwa prevalensi bayi dengan BBLR di dunia yaitu 15,5% atau sekitar 20 juta bayi
yang lahir setiap tahun, sekitar 96,5% diantaranya terjadi di negara berkembang
(WHO, 2018). Bayi tersebut tidak hanya berisiko mengalami kematian di bulan awal
kehidupan, tetapi juga berisiko untuk mengalami masalah kesehatan lainnya, seperti
masalah pertumbuhan, IQ rendah, dan masalah kesehatan kronis saat dewasa.
Penurunan angka BBLR telah menjadi fokus dunia yang tertuang dalam Sustainable
Development Goals (SDGs). Salah satu indikator keberhasilan suatu negara dalam
meningkatkan kesehatan masyarakat adalah dengan menurunnya angka kematian bayi
(AKB) (De Onis et al., 2019). AKB merupakan banyaknya bayi yang meninggal
sebelum mencapai usia 1 tahun yang dinyatakan dalam 1.000 kelahiran hidup pada
tahun yang sama. Salah satu penyebab tingginya angka kematian bayi (AKB) adalah
berat badan lahir rendah (BBLR) (Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2016).
BBLR merupakan salah satu masalah kesehatan yang memerlukan perhatian
khusus di berbagai negara terutama pada negara berkembang atau negara dengan
sosioekonomi rendah (Thomas, Raine, Reddy, & Belteki, 2017). Definisi WHO tahun
2017 terkait BBLR yaitu sebagai bayi yang lahir dengan berat ≤ 2500 gr. WHO
mengelompokkan BBLR menjadi 3 macam, yaitu BBLR (1500–2499 gram), BBLR
(1000- 1499 gram), BBLR (< 1000 gram). (WHO, 2017) menjelaskan bahwa sebesar
60– 80% dari Angka Kematian Bayi (AKB) yang terjadi, disebabkan karena BBLR.
BBLR mempunyai risiko lebih besar untuk mengalami morbiditas dan mortalitas
daripada bayi lahir yang memiliki berat badan normal. Masa kehamilan yang kurang
dari 37 minggu dapat menyebabkan terjadinya komplikasi pada bayi karena
pertumbuhan organ-organ yang berada dalam tubuhnya kurang sempurna.(F, E, & D,
n.d.) Kemungkinan yang terjadi akan lebih buruk bila berat bayi semakin rendah
(WHO, 2014). Semakin rendah berat badan bayi, maka semakin penting untuk

4
memantau perkembangannya di minggu-minggu setelah kelahiran. Ibu yang selalu
menjaga kesehatannya dengan mengkonsumsi makanan bergizi dan menerapkan gaya
hidup yang baik akan melahirkan bayi yang sehat, sebaliknya ibu yang mengalami
defisiensi gizi memiliki risiko untuk melahirkan BBLR (Nussbaumer-Streit et al.,
2020). Menurut Rajashree dalam Hartiningrum (Hartiningrum & Fitriyah, 2019)
BBLR tidak hanya menggambarkan situasi kesehatan dan gizi, tetapi juga
menunjukkan tingkat kelangsungan hidup, dan perkembangan psiko sosialnya
(Luyckx et al., 2017). Bayi BBLR mempunyai peluang lebih kecil untuk bertahan
hidup dan lebih rentan terhadap penyakit hingga mereka dewasa (Ioannidou, Michail,
Galanis, Tsiftis, & Pavlopoulou, 2010). BBLR cenderung mengalami gangguan
perkembangan kognitif, retardasi mental, serta lebih mudah mengalami infeksi yang
dapat mengakibatkan kesakitan atau bahkan kematian (De Onis et al., 2019). Dampak
lain yang muncul pada orang dewasa yang memiliki riwayat BBLR yaitu berisiko
menderita penyakit degeneratif yang dapat menyebabkan beban ekonomi individu dan
masyarakat (WR, 2019).
Data badan kesehatan dunia (World Health Organization), menyatakan bahwa
prevalensi bayi dengan BBLR di dunia yaitu 15,5% atau sekitar 20 juta bayi yang
lahir setiap tahun, sekitar 96,5% diantaranya terjadi di negara berkembang (WHO,
2018)(WHO, 2014a). Upaya pengurangan bayi BBLR hingga 30% pada tahun 2025
mendatang dan sejauh ini sudah terjadi penurunan angka bayi BBLR dibandingkan
dengan tahun 2012 sebelumnya yaitu sebesar 2,9%. Dengan hal ini, data tersebut
menunjukkan telah terjadi pengurangan dari tahun 2012 hingga tahun 2019 yaitu dari
20 juta menjadi 14 juta bayi BBLR (Ferdiyus, 2019).
Berdasarkan Survei Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) 2017 angka kejadian
Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) di Indonesia mencapai 6,2%. Provinsi Sulawesi
Tengah menduduki peringkat pertama kejadian BBLR yaitu 8,9%, sedangkan provinsi
yang memiliki persentase angka kejadian BBLR paling rendah adalah Provinsi Jambi
(2,6%) (Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional, Statistik,
Kesehatan, & USAID, 2018).

B. Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud dengan BBLR?


2. Apa etiologi dari BBLR?
5
3. Apa aja klasifikasi dari BBLR?
4. Apa saja manifestasi klinis pada anak dengan gangguan BBLR?
5. Bagaimana patofisiologi dari BBLR?
6. Bagaimana penatalaksanaan pada anak dengan gangguan BBLR?
7. Bagaimana pemeriksaan diagnostik pada anak dengan gangguan BBLR?
8. Bagaimana konsep asuhan keperawatan pada anak dengan gangguan BBLR

C. Tujuan
1. Tujuan umum
Mampu mengetahui dan menerapkan tentang konsep Asuhan Keperawatan
dengan pendekatan proses keperawatan anak yang komprehensif dengan
gangguan BBLR.
2. Tujuan Khusus
a. Mampu menjelaskan apa itu definisi dari BBLR
b. Mampu menjelaskan etiologi dari BBLR
c. Mampu menjelaskan klasifikasi dari BBLR
d. Mampu menjelaskan apa manifestasi klinis pada anak dengan gangguan
BBLR
e. Mampu menjelaskan bagaimana patofisiologi dari BBLR
f. Untuk mengetahui bagaimana penatalaksanaan pada anak dengan gangguan
BBLR
g. Untuk mengetahui bagaimana pemeriksaan diagnostik pada anak dengan
gangguan BBLR
h. Untuk mengetahui bagaimana konsep asuhan keperawatan pada anak dengan
gangguan BBLR.

D. Manfaat

1. Manfaat Teoritis
Makalah keperawatan anak dengan penyakit BBLR ini diharapkan bermanfaat
untuk menambah pengetahuan dan wawasan serta dijadikan saran dan masukan
guna mengurangi masalah yang timbul akibat gangguan dari penyakit tersebut.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Perawat

6
Makalah keperawatan anak dengan penyakit BBLR ini dapat dijadikan
sebagai bahan untuk meningkatkan mutu pelayanan kesehatan terutama pada
pasien dengan penyakit BBLR.
b. Bagi Institusi Akademik
Makalah keperawatan anak dengan penyakit BBLR ini dapat dijadikan
sebagai referensi serta acuan bahan bacaan bagi institusi pendidikan untuk
mengembangkan ilmu pengetahuan dan penatalaksanaan mengenai asuhan
keperawatan anak dengan penyakit BBLR.
c. Bagi Klien dan Keluarga
Makalah keperawatan anak dengan penyakit BBLR ini diharapkan dapat
menambah pengetahuan informasi keluarga tentang masalah gangguan dan
melakukan perawatan secara mandiri. Sehingga tercipta peningkatan status
dan derajat kesehatan klien dan keluarga yang optimal.
d. Bagi Penulis
Makalah keperawatan anak dengan penyakit BBLR ini diharapkan dapat
meningkatkan wawasan, pengetahuan, serta sikap penulis dalam
memberikan asuhan keperawatan dengan gangguan pada penyakit BBLR.

7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Dasar Penyakit


a. Pengertian BBLR
Bayi berat lahir rendah (BBLR) didefinisikan sebagai bayi dengan berat lahir
kurang dari 2.500 gram (Setyarini and Suprapti, 2016). Berat badan lahir rendah
(BBLR) adalah suatu kondisi ketika bayi lahir dengan berat kurang dari normal.
Pada beberapa kasus, bayi dengan berat badan lahir rendah memiliki kondisi
tubuh yang sehat, tetapi beberapa kasus lain memiliki masalah kesehatan serius
yang memerlukan perawatan ringan hingga pearwatan yang serius. Kelahiran
prematur (sebelum 37 minggu kehamilan) dan hambatan pertumbuhan janin
adalah penyebab paling umum dari berat badan lahir rendah (Novitasari et al.,
2020). Berat badan lahir adalah berat badan yang ditimbang dalam 1 jam setelah
bayi lahir. Bayi berat lahir rendah terjadi karena kehamilan prematur, bayi kecil
masa kehamilan dan kombinasi keduanya. Bayi kurang bulan adalah bayi yang
lahir sebelum umur kehamilan mencapai 37 minggu. Bayi yang lahir kurang
bulan belum siap hidup di luar kandungan sehingga bayi akan mengalami
kesulitan dalam bernapas, menghisap, melawan infeksi dan menjaga tubuh tetap
hangat (Depkes
RI, 2009).

b. Etiologi BBLR
Berikut ini adalah faktor-faktor yang berhubungan dengan BBLR secara umum :
a. Faktor Ibu
1. Penyakit: hal yang berhubungan dengan kehamilan seperti toksemia,
gravidarum,pendarahan antepartum,trauma fisik dan psikologis,infeksi
akut,serta kelainan kardiovaskuler
2. Usia ibu: angka kejadian BBLR tertinggi ialah pada usia ibu dibawah 20
tahun dan diatas 35 tahun
3. Jarak antara kehamilan sebelumnya pendek yaitu kurang dari 1 tahun

4. Memiliki riwayat BBLR sebelumnya

8
5. Kondisi ibu saat hamil : peningkatan berat badan ibu yang tidak adekuat
dan ibu yang perokok.

b. Faktor Janin
Beberapa faktor janin yang mempengaruhi kejadian bblr antara lain :
kehamilan ganda,ketuban pecah dini,cacat bawaan,kelainan kromosom,infeksi
(misal :
Rubella dan Sifilis) dan hidramnion/polihidramnion.
c. Faktor ekonomi, kejadian tertinggi biasanya pada keadaan sosial ekonomi yang
rendah, gizi yang kurang
d. Faktor lingkungan seperti terkena radiasi, terpapar Zat beracun.

faktor risiko maternal yang berkontribusi terhadap kejadian BBLR antara lain:

1. Usia ibu
Usia ibu menjadi salah satu faktor risiko yang secara signifikan berkitan
dengan kejadian BBLR, hal ini dikaitkan dengan pengaruhnya terhadap
kesuburan. Pernyataan ini didukung oleh Agorinya et al., (2018) dan Roy
Prasojo (2018) ibu dengan usia < 20 tahun dan > 34 tahun memiliki risiko yang
lebih besar untuk melahirkan bayi BBLR dari pada ibu dengan usia 20-34 tahun.
Fertilitas berkurang pada usia 20 tahun dan menurun sangat cepat ketika berusia
35 tahun. Ibu berusia muda memiliki kondisi kondisi endometrium yang belum
berkembang sempurna, sedangkan pada usia lebih dari 35 tahun kondisi
endometrium menjadi kurang subur (Rahfiludin dan Dharmawan, 2018). Ibu
dengan usia muda masih dalam tahap pertumbuhan biologis dan belum cukup
matang secara fisik maupun emosional, disisi lain ibu dengan usia yang lebih
tua berisiko mengalami anomali kromosom, komplikasi pada kehamilan seperti
preeklamsia, diabetes yang berdampak pada kejadian BBLR (Badalyan, 2014).
2. Paritas
Kehamilan dan persalinan pertama memungkinkan risiko karena ibu belum
pernah mengalami kehamilan sebelumnya. Pada setiap kehamilan berikutnya
memungkinkan tubuh ibu mengalami peingkatan aliran darah utero plasenta
yang lebih efisien pada kehamilan selanjutnya (Kaur et al., 2019). Hasil ini

9
sejalan dengan Mahu (2016) dan Sulistyawati (2015). Kemampuan rahim untuk
memenuhi nutrisi pada kehamilan selanjutnya semakin menurun seiring dengan
meningkatnya status paritas, sehingga proses transprtasi nutrisi ibu kepada janin
terganggu dan berdampak pada lahirnya BBLR (Sulistyawati, 2015).

3. Lingkar lengan atas yang rendah


Lingkar lengan ibu menjadi indikator cadangan protein dan energi dalam
tubuh serta menjadi sebagai salah satu penentu status gizi ibu sebelum hamil.
Ukuran LILA yang rendah menunjukan adanya kondisi tidak terpenuhinya
kebutuhan energi, kekurangan energi yang kronis menyebabkan ibu hamil tidak
memiliki cadangan zat gizi yang adekuat untuk memenuhi kebutuhan fisiologis
selama masa kehamilanya seperti, peningkatan hormon dan peningkatan volume
darah untuk pertumbuhan janin (Sulistyawati, 2015).
4. Kadar hemoglobin kurang dari 11 gr/dL
Anemia dalam kehamilan adalah kondisi ibu dengan kadar hemoglobin
dibawah 11 gr/dl pada trimester 1 dan 3, atau kadar hemoglobin kurang dari
10,5 gr/dl pada trimester 2 (Rahfiludin dan Dharmawan, 2018). Anemia yang
terjadi pada masa kehamilan dapat menyebabkan hipoksia janin. Hal ini
berdampak pada berkurangnya aliran oksigen dan nutrisi dari ibu ke janin, yang
dapat mengganggu pertumbuhan dan perkembangan janin di dalam rahim dan
menyebabkan bayi terlahir dengan berat lahir kurang dari 2500 gram (Aboye et
al., 2018; Abera, Ejara dan Gebremedhin, 2019).
5. Usia kehamilan kurang dari 37 minggu
Usia kehamilan memainkan peran penting dalam menentukan berat lahir. WHO
memperkirakan sekitar satu per tiga dari seluruh BBLR di dunia disebabkan
oleh prematuritas (Aboye et al., 2018). Hal ini jelas bahwa bayi yang lahir
sebelum berusia aterm, baik disebabkan oleh karena faktor ginekologis maupun
medis, berisiko lebih tinggi lahir dalam kondisi BBLR, karena pertumbuhan
pada usia <37 minggu janin belum mencapai waktu pertumbuhan dan
perkembangan yang optimal (Aboye et al., 2018; Hailu dan Kebede, 2018).
6. Komplikasi selama kehamilan

10
Terjadinya tanda-tanda komplikasi selama kehamilan (seperti perdarahan, sakit
kepala, penglihatan mata kabur, demam dan sakit perut hebat) merupakan salah
satu faktor risiko berat lahir rendah. Hal ini dikarenakan tanda dan gejala
komplikasi selama kehamilan merupakan indikasi dari adanya gangguan selama
kehamilan yang berdampak negatif tidak hanya pada ibu namun juga pada janin.
Ibu dengan preeklamsia atau hipertensi saat hamil dapat mengalami abruption
plasenta yang mengakibatkan berkurangnya perfusi plasenta pada janin dan
menyebabkan bayi terlahir dengan BBLR atau kematian janin (Asmare et al.,
2018; Hailu dan Kebede, 2018). Ibu hamil dengan hiperemesis gravidarum
mengalami mual dan muntah yang terus menerus, dapat mengakibatkan
dehidrasi dan kekurangan zat gizi (Sulistyawati, 2015). Selain itu komplikasi
perdarahan pada kehamilan seperti plasenta previa, solusio plasenta, ruptur uteri
dapat meningkatkan risiko kematian ibu dan janin, kelahiran prematur, dan
kematian perinatal. Kelahiran prematur dan gawat janin sering tidak dapat
terhindarkan oleh karena tindakan terminasi kehamilan yang terpaksa dilakukan
pada usia kehamilan < 37 minggu. Bayi yang terlahir prematur belum mencapai
tahap pertumbuhan dan perkembangan yang optimal, sehingga berisiko lebih
besar terlahir dengan berat < 2500 gram (prawirohardjo, 2016).

c. Manifestasi klinis
Manifestasi klinis Manifestasi klinis bayi baru lahir dibedakan menjadi dua yaitu
secara umum gambaran klinis dari bayi BBLR dan BBLR dengan kelahiran kurang
bulan (KB). Manifestasi klinis yang terdapat pada bayi dengan berat badan lahir
rendah secara umum adalah sebagai berikut (Proverawati & Ismawati, 2010):
1) Berat badan kurang dari 2.500 gram
2) Panjang badan kurang dari 45 cm
3) Lingkar dada kurang dari 30 cm, lingkar kepala kurang dari 33 cm
4) Masa gestasi kurang dari 37 minggu
5) Kepala lebih besar dari tubuh
6) Kulit tpis, transparan, lanugu banyak, dan lemak subkutan amat sedikit
7) Otot hipotonik lemah
8) Pernafasan tidak teratur dapat terjadi apneu
9) Ekstrimitas : paha abduksi, sendi lutut/ kaki fleksi-lurus
11
10) Kepala tidak mampu tegak
11) Pernafasan 40-60 kali permenit
12) Nadi 140-160 kali permenit
Manifestasi klinis bayi BBLR dengan kelahiran kurang bulan (KB) diantaranya
adalah (Proverawati & Ismawati, 2010):
1) Kulit tipis dan mengkilap
2) Tulang rawan telinga sangat lunak, karena belum terbentuk sempurna
3) Lanugo (rambut halus atau lembut) masih banyak ditemukan terutama pada
daerah punggung
4) Jaringan payudara belum terlihat,puting masih berupa titik
5) Pada bayi perempuan labia mayora belum menutupi labia minora
6) Pada bayi laki-laki, skrotum belum banyak lipatan, testis belum turun
7) Pernafasan tidak teratur
8) Aktifitas dan tangisan lemah
9) Reflek menghisap dan menelan tidak efektif atau masih lemah

d. Klasifikasi
Bayi berat lahir rendah (BBLR) digolongkan menjadi 2 yaitu (Mitayani, 2014):
1) Prematuritas murni Yaitu bayi yang lahir dengan usia kehamilan kurang dari 37
minggu dan berat sesuai dengan masa gestasi atau yang disebut neonetus
kurang bulan sesuai untuk masa kehamilan (NKB-SMK).
2) Bayi Small for Gestasional Age (SGA) Yaitu bayi berat lahir tidak sesuai masa
kehamilan. SGA sendiri terdiri atas 3 jenis yaitu :
a) Simetris (Intrauterus for gestasional age)
Yaitu gangguan nutrisi terjadi pada awal kehamilan dan dalam jangka waktu
yang lama.
b) Asimetris (Intrauterus growth retardasion)
Yaitu defisit nutrisi terjadi pada fase akhir kehamilan.
c) Dismaturitas

12
Yaitu bayi yang lahir kurang dari berat badan yang seharusnya untuk masa
gestasi dan si bayi mengalami retardasi pertumbuhan intra uteri serta merupakan
bayi kecil untuk masa kehamilan.

e. Patofisiologi
BBLR terjadi dikarenakan penyebab utamanya ialah kelahiran secara prematur (lahir
kurang dari 37 minggu kehamilan). Hal tersebut dikarenakan ketika bayi tidak
berkembang secara baik ketika kehamilan akibat adanya persoalan pada plasenta,
kesehatan ibu, maupun keadaan bayi. Seorang bayi bisa mempunyai IUGR serta
dilahirkan di periode penuh (37-41 minggu). Bayi dengan IUGR yang lahir pada
periode normal, dapat tumbuh layaknya anak normal lainnya akan tetapi
mempunyai fisik yang tidak kuat. Sedangkan bayi dengan kelahiran prematur
dengan IUGR mempunyai keadaan fisik yang tidak kuat serta seringnya terdapat
gangguan perkembangan. Seorang bayi dengan status BBLR memiliki resiko
yang besar adanya komplikasi.
Tubuh bayi BBLR tidak sekuat bayi normal serta mereka rentang merasakan
komplikasi gangguan makan, kesusahan dalam perkembangan fisik, serta
gampang terpapar infeksi. Disamping itu, bayi dengan status BBLR mengalami
juga kesusahan dalam mempertahankan suhu tubuhnya dalam temperatur normal
sebab mereka Cuma mempunyai lemak tubuh yang sedikit.
Makin rendah berat badan bayi ketika lahir, artinya makin besar risiko untuk
mengalami komplikasi. Dibawah ini merupakan berbagai masalah yang timbul
akibat BBLR menurut (Mendri dan Prayogi 2018) :
1) Bayi mempunyai kadar oksigen yang sedikit saat lahir
2) Ketidakmampuan dalam menjaga suhu tubuh
3) Adanya kesusahan dalam makan serta mempunyai persoalan berat badan
4) Sangat rentan terpapar infeks
5) Ada masalah dengan pernapasan, misalnya sindrom gangguan pernapasan bayi
(penyakit prematuritas disebabkan oleh paruparu yang masih kurang matang)
6) Persoalan neurologis, misalnya perdarahan intraventrikular (perdarahan di dalam
otak)

13
7) Persoalan pencernaan, misalnya necrotizing enterocolitis (penyakit serius dalam
usus bayi prematur)
8) Sudden infant death syndrome, yaitu sebuah sindrom yang menyebabkan bayi

meninggal secara tiba-tiba.

f. Pathway

14
g. Pemeriksaan Diagnostik

15
Pemeriksaan diagnostik yang dapat dilakukan pada BBLSR menurut
(Pantiawati, 2010) meliputi:

1. Memastikan bayi terbilang premature/maturitas biasanya dilakukan


pemeriksaan penilaian usia kehamilan (ballard score) yang menggambarkan
maturnitas fisik untuk menilai reflek pada bayi.
2. Tes kocok (shake test) dirujukan pada bayi yang kurang bulan yang
biasanya digunakan bilamana melahirkan BBLSR dan sang ibu lupa
terakhir menstruasinya.
3. Glukosa darah dan darah rutin bilamana dibutuhkan. Jika tersedia
fasilitasnya dapat diperiksa analisa gas darah dan kadar elektrolit.
4. Foto rontgen pada bayi ataupun yang biasa terbilang babygram foto dada
biasanya dibutuhkan bilamana lahir dengan usia kehamilan yang kurang
bulan diawalin pada usia 8 jam ataupun bayi terbilang diperkirakan akan
mengalami syndrome gawat nafas.

h. Penatalaksanaan
Bayi dengan berat lahir sangat rendah mempunyai penatalaksanaan yakni
dengan inkbator dan metode kanguru, Metode kontak langsung diatara kulit bayi
dengan kulit ibu dengan metode meletakan bayi di dada ibu ataupun biasa disebut
dengan Metode kangguru (Hurahap, 2017). Bayi dengan berat lahir sangat rendah
juga memerlukan upaya suhu lingkungan yang netral, pemenuhian kebutuhan
nutrisi dan cairan, pencegahan infeksi, penghematan energi agar bayi dapat
menggunakan energinya untuk perkembangan dan pertumbuhan bayi terserbut,
perawatan kulit untuk mencegah integritas kulit menjadi rusak karena kondisi
kulit yang belum normal atau matang, dan memberikan obat serta diperlkan
pemantaua data fisiologis. (Nurhidayati, 2017).

Menurut (Rukyat, 2010) penatalaksanaan BBLSR ialah:

1. Mencegah terjadinya infeksi, karena BBLSR juga sangat rentan terkena


infeksi. Prinsip untuk mencegahan infeksi wajib diperhatikan termasuk
mencuci tangan sebelum dan sesudah kontak dengan pasien.
2. Reflek menelan BBLSR belum sempurna, oleh karena itu harus dilakukan
pengawasan nutrisi, cermatilah ketika memberikan nutrisi.
3. Penimbangan berat badan dilakukan secara rutin, perubahan berat badan bayi
mencerminkan kondisi bayi terdapat juga kaitanya dengan daya tahan tubuh,
oleh karena itu monitorlah setiap perubahan pada berat badan bayi.
4. Pemberian tutup kepala/topi pada bayi, dan berikan oksigen bila perlu.
5. Berikan minuman bayi dengan sonde/tetesan.

16
B. Konsep Asuhan Keperawatan

1. Pengkajian
a. Identitas Klien
Nama anak, tanggal lahir, jenis kelamin, usia, pendidikan, alamat, diagnosa
medis.
b. Identitas Orang Tua
Nama orang tua, usia, pendidikan, pekerjaan, agama, suku bangsa,
pekerjaan, dan alamat.
c. Keluhan Utama
Berat badan biasanya <2500 gram lapisan lemak subkutan sedikit kepada
relative besar dibanding badan, kelainan fisik yang mungkin terlihat.
d. Riwayat Kesehatan Sekarang
Berat badan <2500 gram, panjang badan kurang <45 cm, lingkar badan <30
cm, lingkar kepala <33 cm dan pernapasan tidak teratur.
e. Riwayat Kesehatan masa lalu
2. Riwayat penyakit yang diderita ibu
a) Toksemia gravidarum
b) Perdarahan antepertum
c) Trauma Fisik dan psikologis
d) Nefritis akut
e) Diabetes Melitus
3. Riwayat Persalianan
a) Komplikasi kehamilan
b) Riwayat Penggunaan obat selama ibu hamil seperti penggunaan narkotik
c) Umur Kehamilan
4. Pemeriksaan Fisik

1) Pemeriksaan Umum
a) Kesadaran compos mentis
b) Nadi : 180X/menit pada menit, kemudian menurun sampai 120-
140X/menit

17
c) RR : 80X/menit pada menit, kemudian menurun sampai 40X/menit
d) Suhu : kurang dari 36,5 C

2) Pemeriksaan Fisik
1) Sistem sirkulasi/kardiovaskular : Frekuensi dan irama jantung rata-rata
120 sampai 160x/menit, bunyi jantung (murmur/gallop), warna kulit
bayi sianosis atau pucat, pengisisan capilary refill (kurang dari 2-3
detik).
2) Sistem pernapasan : Bentuk dada barel atau cembung, penggunaan otot
aksesoris, cuping hidung, interkostal; frekuensi dan keteraturan
pernapasan rata-rata antara 40-60x/menit, bunyi pernapasan adalah
stridor, wheezing atau ronkhi.
3) Sistem gastrointestinal : Distensi abdomen (lingkar perut bertambah,
kulit mengkilat), peristaltik usus, muntah (jumlah, warna, konsistensi
dan bau), BAB (jumlah, warna, karakteristik, konsistensi dan bau),
refleks menelan dan mengisap yang lemah.
4) Sistem genitourinaria : Abnormalitas genitalia, hipospadia, urin
(jumlah, warna, berat jenis, dan PH).
5) Sistem neurologis dan musculoskeletal : Gerakan bayi, refleks moro,
menghisap, mengenggam, plantar, posisi atau sikap bayi fleksi,
ekstensi, ukuran lingkar kepala kurang dari 33 cm, respon pupil, tulang
kartilago telinga belum tumbuh dengan sempurna, lembut dan lunak.
6) Sistem thermogulasi (suhu) : Suhu kulit dan aksila, suhu lingkungan.
7) Sistem kulit : Keadaan kulit (warna, tanda iritasi, tanda lahir, lesi,
pemasangan infus), tekstur dan turgor kulit kering, halus, terkelupas.
8) Pemeriksaan fisik : Berat badan sama dengan atau kurang dari 2500
gram, panjang badan sama dengan atau kurang dari 46 cm, lingkar
kepala sama dengan atau kurang dari 33 cm, lingkar dada sama dengan
atau kurang dari 30cm, lingkar lengan atas, lingkar perut, keadaan
rambut tipis, halus, lanugo pada punggung dan wajah, pada wanita

18
klitoris menonjol, sedangkan pada laki-laki skrotum belum
berkembang, tidak menggantung dan testis belum turun., nilai APGAR
pada menit 1 dan ke 5, kulitkeriput.
3) Pengkajian Reflek Bayi
1) Reflek moro (kaget)
Timbulnya pergerakan tangan yang simetris apabila kepala tiba-tiba
digerakkan.
2) Reflek rooting (mencari)
Bayi menoleh kearah benda yang menyentuh pipi.
3) Refleks sucking (isap)
Terjadi apabila terdapat benda menyentuh bibir, yang disertai refleks
menelan.
4) Reflek Swallowing
Terjadi apabila bayi menelan Air susu ibu.
5) Refleks Tonikneck
Terjadi apabila kepala bayi kita angkat dan mendapat tahanan pada
kepala bayinya.
6) Refleks Plantar
Terjadi apabila tangan kita dapat di genggam oleh tangan bayi
7) Refleks Babinsky
Terjadi apabila telapak kaki bayi kita sentuh dan akan terjadi kerutan
pada telapak kaki bayinya itu menandakan turgor kulit bayi negative /
jelek , sebaliknya apabila tidak ada kerutan pada telapak kaki bayinya
berarti turgor kaki bayi negative /baik .
8) Reflek Walking
Terjadi apabila bayinya kita angkat akan terjadi reaksi pada kakinya
seperti berjalan.

2. Diagnosis Keperawatan
Berdasarkan manifestasi klinis dengan BBLR, maka diagnose yang
muncul sesuai dengan SDKI, SIKI, SLKI sebagai berikut

19
a. Pola Nafas tidak efektif berhubungan dengan Imaturitas neurologis,
penurunan energi ditandai dengan dispnea, penggunaan otot bantu
pernapasan, pola nafas abnormal, pernapasan cuping hidung.
b. Hipotermi berhubungan dengan kontrol suhu yang imatur dan penurunan
lemak tubuh subkutan.
c. Resiko infeksi berhubungan dengan d efek pertahanan imunologik

3. Intervensi Keperawatan
Perencanaan keperawatan adalah rencana keperawatan kepada klien sesuai
dengan diagnosa yang ditegakkan sehingga kebutuhan klien dapat terpenuhi.
Dalam teori perencanaan keperawatan dituliskan sesuai dengan rencana dan
kriteria hasil berdasarkan Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI) dan
Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI).
a. Pola Nafas tidak efektif berhubungan dengan Imaturitas neurologis,
penurunan energi ditandai dengan dispnea, penggunaan otot bantu
pernapasan, pola nafas abnormal, pernapasan cuping hidung.
- SLKI : Pola napas
Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 3 x 24 Jam maka
diharapkan pola nafas membaik, dengan kriteria hasil :
1. Ventilasi semenit meningkat
2. Dispnea menurun
3. Penggunaan otot bantu nafas menurun
4. Pemanjangan fase ekspirasi menurun
5. Frekuensi nafas membaik
6. Kedalaman nafas membaik
- SIKI : Manajemen jalan napas
a) Observasi
- Monitor pola napas (frekuensi, kedalaman, usaha napas)
- Monitor bunyi napas tambahan (mis. Gurgling, mengi, weezing,
ronchi)
- Monitor sputum (jumlah, warna, aroma)
b) Terapeutik
- Pertahankan kepatnan jalan napas dengan head-tilt dan chin-lift

20
(jaw-trush jika cuirga trauma cervical)
- Posisikan semi fowler atau fowler
- Berian minum hangat
- Lakukan fisioterapi dada, jika perlu
- Lakukan pengisapan lendir kurang dari 15 detik
- Lakukanhiperoksigenasi sebelum penghisapan endotrakeal
- Keluarkan sumbatan benda padat dengan forsepMcGill
- Berikan oksigen, jika perlu
c) Edukasi
- Anjurkan asupan cairan 200ml/hari, jika tidak kontraindikasi
- Ajarkan teknik batuk efektif

d) Kolaborasi
Kolaborasi pemberian bronkodilator, ekspektroran, mukolitik, jika
perlu
b. Hipotermi berhubungan dengan kontrol suhu yang imatur dan penurunan
lemak tubuh subkutan.
- SLKI : Termoregulasi
Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 3x24 jam hipotermia
berkurang dengan kriteria hasil
1. Menggigil menurun
2. Akrosianosis menurun
3. Kutis memorata menurun
4. Dasar kuku sianotik menurun
5. Suhu tubuh meningkat
6. Suhu kulit meningkat
- SIKI : Manajemen hipotermi
a) Observasi
- monitor suhu tubuh
- identifikasi penyebab hipotermia (misalnya terpapar suhu
lingkungan yang rendah, pakaian tipis, kerusakan hipotalamus,
penurunan laju metabolisme, kekurangan lemak subkutan)

21
- monitor tanda dan gejala akibat hipotermia (Hipotermia ringan :
takipnea, disartria, mengigil, hipertensi, dluresia; Hipotermia
sedang : aritmia, hipotensi, apatis, koagulopati, refleks menurun;
hipotermia berat : oliguria, refleks menghilang, edema paru, asam
– basa abnormal)
b) Terapeutik
- Sediakan lingkungan yang hangat (misalnya atur suhu ruangan,
inkubator)
- Ganti pakaian atau linen yang basah
- Lakukan pengahangat pasif (misalnya selimut, penutup kepala,
pakaian tebal)
- Lakukan pengahangat aktif eksternal (mis. kompres hangat, botol
hangat, selimut hangat, perawatan metode kangguru)

- Lakukan pengahangatan aktif internal (mis. infus cairan hangat,


oksigen hangat, lavase peritoneal dengan cairan hangat)
e) Edukasi
- Anjurkan makan dan minum hangat

c. Resiko infeksi berhubungan dengan efek pertahanan imunologik


- SIKI : Tingkat infeksi
Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 3 x 24 jam maka
tingkat infeksi menurun, dengan kriteria hasil :
1. Kebersihan tangan meningkat
2. Kebersihan badan meningkat
3. Kemerahan menurun
4. Cairan berbau busuk menurun
5. Sputum berwarna hijau menurun
6. Periode menggil menurun
7. Letargi menurun
8. Kadar sel darah putih membaik
9. Kultur darah, urinem sputum, feses Membaik
10. Ventilasi membaik

22
- SIKI : pencegahan infeksi
a) Observasi
- Monitor tanda dan gejala infeksi lokal dan sistemik
c) Terapeutik
- Batasi jumlah pengunjung
- Berikan perawatan kulit pada area edema
- Cuci tangan sebelum dan sesudah kontak dengan pasien dan
lingkungan
- Pertahankan teknik aseptic pada apsien beesiko tinggi
d) Edukasi
- Jelaskan tanda dan gejala infeksi
- Ajarkan cara mencuci tangan dengan benar
- Ajarkan etika batuk
- Ajarkan cara memeriksa kondisi luka atau luka operasi
- Anjurkan meningkatkan asupan nutrisi
- Anjurkan meningkatkan asupan cairan
e) Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian imunisasi, jika perlu

BAB III

PEMBAHASAN

23
A. Pengkajian

Pengkajian dilakukan untuk pengumpulan data bayi yang memiliki


gangguan BBLR. Perawat harus mengadakan perkenalan dan menjelaskan
maksud perawat yaitu untuk melaksanakan asuhan keperawatan pada klien
dengan keluarga secara terbuka, mengerti dan kooperatif. Perawat mengkaji
identitas pasien, Keluhan utama pada tinjauan pustaka berat badan bayi
biasanya kurang dari 2500 gram, lapisan lemak subkutan sedikit atau tidak
ada, kepala relative besar dibanding badan. Kelainan fisik yang mungkin
terlihat, nilai APGAR pada 1-5 menit, riwayat penyakit ibu pada tinjauan
pustaka teori mengatakan ada riwayat yang pernah di derita ibu pada hamil
seperti : Toksemia gravidarum, perdarahan antepartum, Trauma fisik dan
psikologis, Neffritis akut, Diabetes Mellitus. Riwayat penyakit saat ini pada
tinjauan teori berat kurang 2.500 gram, Panjang kurang dari 45 cm, LD < 30
cm, LK < 33 cm, Pernafasan tidak teratur dapat terjadi apnea serta melakukan
pemeriksaan fisik.

B. Diagnosa

Diagnosa keperawatan yang muncul berdasarkan tinjauan pustaka yaitu :

a. Pola Nafas tidak efektif berhubungan dengan Imaturitas neurologis,


penurunan energi ditandai dengan dispnea, penggunaan otot bantu
pernapasan, pola nafas abnormal, pernapasan cuping hidung.
b. Hipotermi berhubungan dengan kontrol suhu yang imatur dan penurunan
lemak tubuh subkutan.
c. Resiko infeksi berhubungan dengan d efek pertahanan imunologik

C. Perencanaan
Menurut Tim Pokja SIKI DPP PPNI (2018), menjelaskan intervensi pada pola
napas tidak efektif terdiri dari monitor pola napas (frekuensi, kedalaman, usaha
napas), monitor bunyi napas tambahan (mis. Gurgling, mengi, weezing, ronchi),
monitor sputum (jumlah, warna, aroma), pertahankan kepatnan jalan napas
dengan head-tilt dan chin-lift (jaw-trush jika cuirga trauma cervical), posisikan
semi fowler atau fowler, erian minum hangat, lakukan fisioterapi dada, jika

24
perlu, lakukan pengisapan lendir kurang dari 15 detik, lakukanhiperoksigenasi
sebelum penghisapan endotrakeal, berikan oksigen, jika perlu, anjurkan asupan
cairan 200ml/hari, jika tidak kontraindikasi, ajarkan teknik batuk efektif,
kolaborasi pemberian bronkodilator, ekspektroran, mukolitik, jika perlu.
Intervensi pada masalah hipotermia teridiri dari monitor suhu tubuh, identifikasi
penyebab hipotermia (misalnya terpapar suhu lingkungan yang rendah, pakaian
tipis, kerusakan hipotalamus, penurunan laju metabolisme, kekurangan lemak
subkutan), monitor tanda dan gejala akibat hipotermia, sediakan lingkungan
yang hangat (misalnya atur suhu ruangan, inkubator) ,ganti pakaian atau linen
yang basah, lakukan pengahangat pasif (misalnya selimut, penutup kepala,
pakaian tebal), lakukan pengahangat aktif eksternal (mis. kompres hangat, botol
hangat, selimut hangat, perawatan metode kangguru), lakukan pengahangatan
aktif internal (mis. infus cairan hangat, oksigen hangat, lavase peritoneal dengan
cairan hangat). Intervensi pada masalah resiko infeksi yaitu monitor tanda dan
gejala infeksi lokal dan sistemik, batasi jumlah pengunjung, berikan perawatan
kulit pada area edema, cuci tangan sebelum dan sesudah kontak dengan pasien
dan lingkungan, pertahankan teknik aseptic pada apsien beesiko tinggi,
kolaborasi pemberian imunisasi, jika perlu

D. Implementasi
Pada masalah pola napas tidak efektif dapat dilakukan tindakan
keperawatan menjelaskan kepada keluarga tentang kebutuhan oksigen ( definisi,
etiologi ), memberikan ganjalan popok di bahu di bahu pasien jika sesak,
memberikan rangsangan taktil jika bayi terjadi apneu dengan cara kaki di sentil,
mengobservasi pernafasan dan pola nafas. Pada masalah hipotermi dapat
dilakukan Tindakan yaitu metode perawatan kangguru dan mengatur suhu
incubator. Pada masalah resiko infeksi yaitu dapat dilakukan imunisasi dan
mempertahankan Teknik aseptic.

E. Evaluasi
Evaluasi dilakukan setelah 3 x 24 jam dengan membansungkan kondisi pasien
dengan kriteria hasil yang telah ditentukan sebelumnya.

BAB IV

PENUTUP
25
A. Kesimpulan
Bayi berat lahir rendah (BBLR) adalah bayi dengan berat lahir kurang dari 2500 gram
tanpa memandang masa gestasi Berat lahir adalah berat bayi yang ditambang dalam 1
(satu) jam setelah lahir. Prevalensi bayi berat lahir rendah (BBLR) diperkirakan 15%
dari seluruh kelahiran di dunia dengan batasan 3,3%-38% dan lebih sering terjadi di
negara-negara berkembang atau sosio-ekonomi rendah. Penyebab terbanyak
terjadinya BBLR adalah kelahiran prematur. Faktor ibu yang lain adalah umur,
paritas, dan lainlain. Faktor plasenta seperti penyakit vaskuler, kehamilan kembar
ganda, serta faktor janin juga merupakan penyebab terjadinya BBLR.

B. Saran
1. Bagi Tenaga Medis dan Tenaga Kesehatan
Dapat memberikan terapi yang tepat maupun melakukan pencegahan sedini
mungkin pada Ibu hamil dengan resiko melahirkan dengan BBLR serta sebagai
upaya preventif untuk menurunkan angka kejadian morbiditas dan mortalitas
akibat kasus BBLR.
2. Bagi Masyarakat.
Meningkatkan pengetahuan masyarakat khususnya ibu hamil akan pentingnya
pencegahan pada kasus kelahiran dengan BBLR serta diharapkan mampu
meningkatkan kesadaran Ibu hamil yang beresiko ataupun tidak dalam ketepatan
terapi anemia sebagai upaya pencegahan terjadinya kelahiran dengan BBLR.
Sehingga diharapkan menurunkan angka kejadian anemia pada ibu hamil maupun
kejadian BBLR.

DAFTAR PUSTAKA

26
Hussain, S., Ahmed, S., Tarar, S. H., & Tasleem, G. (2018). LOW BIRTH WEIGHT :
FREQUENCY , DEMOGRAPHIC PROFILE AND ASSOCIATION WITH MATERNAL
RISK FACTORS AT A TERTIARY CARE TEACHING HOSPITAL INTRODUCTION
LBW is a sensitive detrimental of mortality and morbidity in the neonatal period and
beyond . Risk of mortality. 68(4).
Khadijah, W. N. S. P. I. S. N. I. T. (2022). Faktor Yang Mempengaruhi Tumbuh Kembang
Anak. Pendidikan Dan Konseling, 4(1), 3. chrome-
extension://efaidnbmnnnibpcajpcglclefindmkaj/https://media.neliti.com/media/publicati
ons/448010-none-ef502153.pdf
Lestari, J. F., Etika, R., & Lestari, P. (2021). Maternal Risk Factors of Low Birth Weight
(Lbw): Systematic Review. Indonesian Midwifery and Health Sciences Journal, 4(1),
73–81. https://doi.org/10.20473/imhsj.v4i1.2020.73-81
Novitasari, A., Hutami, M. S., & Pristya, T. Y. R. (2020). Pencegahan dan Pengendalian
BBLR Di Indonesia: Systematic Review. Pencegahan Dan Pengendalian Bblr Di
Indonesia, 2(3), 175–182. http://doi.wiley.com/10.1002/14651858.CD013574
PUTRI RIZKIYAH SALAM. (2021). Faktor - Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian
Bblr Di Kabupaten Jember. Medical Jurnal of Al Qodiri, 6(2), 98–106.
https://doi.org/10.52264/jurnal_stikesalqodiri.v6i2.100
Sadarang, R. (2021). Kajian Kejadian Berat Badan Lahir Rendah di Indonesia: Analisis Data
Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia tahun 2017. Jurnal Kesmas Jambi, 5(2), 28–
35. https://doi.org/10.22437/jkmj.v5i2.14352
Sari, A. P., Lah, R., & Anita, T. (2021). Faktor Maternal Terhadap Kejadian BBLR. Citra
Delima Scientific Journal of Citra Internasional Institute, 5(1), 1–5.
https://doi.org/10.33862/citradelima.v5i1.210
Florescu, L., Temneanu, O. R., & Mindru, D. E. (2015). The Socioeconomic Status-A Risk
Factor for the Low Birth Weight (Vol. 49). www.rcis.ro
Handayani, F., Fitriani, H., Indah Lestari, C., Ilmu Kesehatan, F., Yogyakarta, Ç., Ilmu
Kesehatan Universitas Muhammadiyah Mataram, F., & Artikel, R. (2019).
HUBUNGAN
UMUR IBU DAN PARITAS DENGAN KEJADIAN BBLR DI WILAYAH
PUSKESMAS WATES KABUPATEN KULON PROGO INFO ARTIKEL ABSTRAK.
In Midwifery Journal | Kebidanan (Vol. 4, Issue 2).
Zhang, W., & Yang, T. C. (2021). Maternal Smoking and Infant Low Birth Weight: Exploring
the Biological Mechanism Through the Mother’s Pre-pregnancy Weight Status.
Population Research and Policy Review, 40(2), 211–229.
https://doi.org/10.1007/s11113019-09554-x

Tim pokja SDKI DPP PPNI. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia. Dewan

Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia.

27
Tim Pokja SIKI DPP PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia. Dewan
Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia.

Tim Pokja SLKI DPP PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia. Dewan

Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia.

28

Anda mungkin juga menyukai