Anda di halaman 1dari 22

MAKALAH KEPERAWATAN ANAK

KONSEP DAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA BAYI DENGAN KASUS


PERINA: BERAT BADAN LAHIR RENDAH

Dosen Pembimbing:

Amelia Arnis, S.Kp., M. Nurs

Disusun Oleh:

1. Fitri Sundari (P17120018016)


2. Fitria Nurul Qadri (P17120018017)
3. Gema Salsabila Erliarto Putri (P17120018018)
4. Husniatul Musyarofah (P17120018019)
5. Jihaan Salsa Biila (P17120018020)
6. Salman Al Farisi (P17120018034)
7. Sekar Nur Widyastika (P17120018035)
8. Syifa Hasanah (P17120018039)

Tingkat II A

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN

POLITEKNIK KESEHATAN JAKARTA 1

2020

KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kami kemudahan dalam
penyusunan makalah ini, sehingga makalah ini dapat selesai dengan tepat waktu.
Sholawat serta salam semoga tercurah kepada baginda tercinta kita yaitu Nabi
Muhammad SAW.
Kami mengucapkan banyak terimakasih kepada dosen pembimbing, dosen
pengajar, serta kepada semua pihak yang telah memberikan banyak bimbingan serta
masukan yang bermanfaat dalam proses penyusunan makalah sebagai tugas dari mata
kuliah Keperawatan Anak yang berjudul “Konsep dan Asuhan Keperawatan Bayi
dengan Kasus Perina: Berat Badan Lahir Rendah”. Kami menyadari bahwa makalah
ini masih terdapat banyak kekurangan. Untuk itu, kami mengharapkan kritik dan
saran yang bersifat membangun dari pembaca, sebagai acuan dalam pembuatan
makalah kedepannya.
Demikian kami sampaikan, kami meminta maaf apabila terdapat banyak
kesalahan. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kami maupun para pembaca.
Terimakasih.

Jakarta, Januari 2020

Penyusun

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...............................................................................................................................2
DAFTAR ISI..............................................................................................................................................3
BAB I..........................................................................................................................................................4
PENDAHULUAN......................................................................................................................................4
A. Latar Belakang..............................................................................................................................4
B. Tujuan Penulisan...........................................................................................................................5
BAB II........................................................................................................................................................6
TINJAUAN PUSTAKA............................................................................................................................6
A. DEFINISI BBLR............................................................................................................................6
B. ETIOLOGI BBLR.........................................................................................................................7
C. MANIFESTASI KLINIS...............................................................................................................7
D. FAKTOR RISIKO BBLR.............................................................................................................8
E. PATOFISIOLOGI BBLR.............................................................................................................8
F. PATHWAY BBLR.......................................................................................................................10
G. KOMPLIKASI BBLR.............................................................................................................10
H. PENATALAKSANAAN BBLR..............................................................................................11
I. PEMERIKSAAN PENUNJANG................................................................................................11
J. ASUHAN KEPERAWATAN PADA BAYI DENGAN KASUS PERINA: BERAT
BADAN LAHIR RENDAH.................................................................................................................12
a. Pengkajian Keperawatan........................................................................................................12
b. Diagnosis Keperawatan...........................................................................................................13
c. Perencanaan Keperawatan.....................................................................................................13
d. Implementasi Keperawatan....................................................................................................19
e. Evaluasi Keperawatan.............................................................................................................19
BAB III.....................................................................................................................................................20
PENUTUP................................................................................................................................................20
A. Kesimpulan..................................................................................................................................20
B. Saran.............................................................................................................................................21
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................................22

3
BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) merupakan suatu kelahiran dengan berat
lahir kurang dari 2500 gram. BBLR banyak terjadi di negara berkembang
dibandingkan dengan negara maju. Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) adalah salah
satu penyebab terbesar kematian neonatal di Indonesia. Salah satu faktor yang dapat
menyebabkan terjadinya BBLR adalah faktor ibu yaitu usia ibu yang kurang dari 20
tahun atau lebih dari 35 tahun, penyakit ibu, paritas, dan faktor-faktor lainnya. Bayi
dengan berat lahir rendah memiliki risiko kematian yang jauh lebih besar
dibandingkan dengan bayi normal.
BBLR yang tidak ditangani dengan baik dapat mengakibatkan timbulnya
masalah pada semua sistem organ tubuh meliputi gangguan pada pernafasan (aspirasi
mekonium, asfiksia neonatorum), gangguan pada sistem pencernaan (lambung kecil),
gangguan sistem perkemihan (ginjal belum sempurna), gangguan sistem persyarafan
(respon rangsangan lambat). Selain itu bayi berat lahir rendah dapat mengalami
gangguan mental dan fisik serta tumbuh kembang. BBLR berkaitan dengan tingginya
angka kematian bayi dan balita, juga dapat berdampak serius pada kualitas generasi
mendatang, yaitu akan memperlambat pertumbuhan dan perkembangan anak, serta
berpengaruh pada penurunan kecerdasan. Bayi yang lahir dengan berat lahir rendah
(BBLR) memerlukan perawatan yang tepat agar tidak terjadi hal-hal yang
membahayakan bayi seperti yang telah disebutkan diatas.
Kematian neonatus terbanyak di Indonesia disebabkan oleh Bayi Berat Badan
Lahir Rendah (BBLR) sebanyak 34 (Direktorat Jendral Bina Gizi dan Kesehatan
Anak, 2011). Prevalensi bayi penderita BBLR di Indonesia sebesar 6,2%. Dari 34
provinsi di Indonesia, DKI Jakarta menermpati urutan ke-16 pada tahun 2018, pada
urutan pertama ditempati oleh Sulawesi Tengah sebesar 8,9% dan urutan terkahir
ditempati Riau sebanyak 2,6% (RISKESDAS, 2018).
Kematian bayi pada BBLR 8 kali lebih besar dibandingkan dengan bayi
normal, maka dari itu perawat memiliki peran yang sangat penting dalam memberikan
asuhan keperawatan yang komprehensif pada bayi dengan BBLR (KEMENKES,
2017). Pada ibu pasca melahirkan peran perawat terdiri dari peran sebagai care giver,
peran sebagai konselor, dan peran sebagai educator. Care giver merupakan peran

4
sebagai pelaksana yang memberikan kesempatan pada keluarga, untuk mendampingi
dan membantu memenuhi kebutuhan bayi, konselor merupakan kegiatan percakapan
tatap muka antara orangtua bayi dengan petugas kesehatan (perawat) yang bertujuan
membantu orang tua bayi dalam memilih keputusan yang akan diambil terhadap
kondisi bayi, serta memberikan dukungan kepada orang tua bayi. Educator dimana
peran perawat penting dalam mempersiapkan orang tua agar mampu secara mandiri
untuk merawat bayinya di rumah (Dewi, 2011).
Berdasarkan masalah – masalah diatas kelompok tertarik untuk menulis
makalah tentang “Konsep dan Asuhan Keperawatan Pada Bayi dengan Kasus
Perina: Berat Badan Lahir Rendah”

B. Tujuan Penulisan
 Tujuan Umum:
Adapun tujuan umum dari penulisan makalah ini adalah untuk mendapat
pemahaman tentang konsep dasar dan asuhan keperawatan pada bayi kasus perina
dengan berat badan lahir rendah.
 Tujuan Khusus
Mahasiswa mampu:
1. Menjelaskan definisi bayi dengan berat badan lahir rendah
2. Menjelaskan etiologi bayi dengan berat badan lahir rendah
3. Menjelaskan manifestasi klinis bayi dengan berat badan lahir rendah
4. Menjelaskan faktor risiko terjadinya bayi dengan berat badan lahir rendah
5. Menjelaskan patofisiologi bayi dengan berat badan lahir rendah
6. Menjelaskan Pathway bayi dengan berat badan lahir rendah
7. Menjelaskan komplikasi bayi dengan berat badan lahir rendah
8. Menjelaskan penatalaksanaan pada bayi dengan berat badan lahir rendah
9. Menjelaskan pemeriksaan penunjang untuk bayi dengan berat badan lahir
rendah
10. Menjelaskan asuhan keperawatan pada bayi dengan berat badan lahir rendah

5
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA
A. DEFINISI BBLR
BBLR (Berat Badan Lahir Rendah) diartikan sebagai bayi yang lahir dengan berat
badan kurang dari 2500 gram. BBLR merupakan prediktor tertinggi angka kematian
bayi, terutama dalam satu bulan pertama kehidupan (Kemenkes RI,2015).

Menurut Nanny dan Vivian (2011), bayi berat badan lahir rendah (BBLR) adalah
bayi yang lahir dengan berat < 2.500 gram. Ada dua macam BBLR, yang pertama bayi
lahir kecil dengan BB yang seharusnya untuk masa gestasi (dismatur).

 Bayi lahir kecil akibat kurang bulan (prematur).


1. Masa gestasi <37 minggu
2. Faktor penyebabnya adalah sebagai berikut:
a) Ibu mengalami perdarahan antepartum, trauma fisik atau psikologis, dan DM,
atau usia ibu masih terlalu muda (< 20 tahun) dan multigravida dengan jarak
kehamilan yang dekat.
b) Keadaan social ekonomi yang rendah.
c) Kehamilan ganda atau hidroamnion.
3. Ciri ciri bayi prematur:
a) BB kurang < 2.500gram
b) Lingkar dada < 30cm
c) Panjang badan <45cm
d) Lingkar kepala <33cm
e) Kepala lebih besar daripada badannya
f) Kulit tipis transparan dan banyak lanugo
g) Lemak subkutan minimal
 Bayi lahir kecil dengan berat badan yang seharusnya untuk masa gestasi (dismatur).
Kondisi ini dapat terjadi preterm, aterm, maupun posterm. Bayi yang lahir
dengan berat badan sangan kecil (BB < 1.500gr atau usia < 32 minggu) sering
mengalami masalah berat seperti:
1) Sukar bernapas
2) Sukar minum (menghisap)

6
3) Ikterus berat
4) Infeksi
5) Rentan hipotermi

B. ETIOLOGI BBLR
Menurut Mochtar (2012) faktor penyebab kejadian BBLR Sering tidak diketahui atau
kalaupun diketahui faktor penyebabnya tidaklah berdiri sendiri, antara lain sebagai
berikut:

1) Faktor genetik/kromosom
2) Infeksi
3) Bahan toksik
4) Radiasi
5) Insufisiensi atau disfungsi plasenta
6) Faktor nutrisi
7) Faktor lainnya, seperti merokok (atau perokok pasif), minum alkohol, bekerja berat
masa hamil, kehamilan ganda, plasenta previa, obat obatan dan sebagainya

C. MANIFESTASI KLINIS
Gambaran klinis BBLR secara umum adalah (Prawirohardjo, Sarwono. 2005):
1. Berat kurang dari 2500 gram
2. Panjang kurang dari 45 cm
3. Lingkar dada kurang dari 30 cm
4. Lingkar kepala kurang dari 33 cm
5. Umur kehamilan kurang dari 37 minggu
6. Kepala lebih besar
7. Kulit tipis, transparan, rambut lanugo banyak, lemak kurang
8. Otot hipotonik lemah
9. Pernapasan tak teratur dapat terjadi apnea
10. Eksremitas: paha abduksi, sendi lutut / kaki fleksi-lurus
11. Kepala tidak mampu tegak
12. Pernapasan 40 – 50 kali / menit
13. Nadi 100 – 140 kali / menit
D. FAKTOR RISIKO BBLR
BBLR merupakan hasil interaksi berbagai faktor risiko yaitu (Hasriyani, dkk.
2018):

7
1. Faktor ibu
 Usia ibu,
 Tingkat pendidikan,
 Stres psikologis,
 Status sosial ekonomi,
 ANC,
 Paritas,
 Jarak kehamilan,
 Status gizi,
 Asupan gizi,
 Konsumsi alkohol,
 Penyakit kehamilan seperti anemia, hipertensi, pre-eklampsi/eklampsia,
hipermesis).
2. Faktor lingkungan
 keterpaparan asap rokok,
 Budaya
 Tempat tinggal dataran tinggi,
 Paparan zat beracun

E. PATOFISIOLOGI BBLR
Menurut Ngastiyah (2005), secara umum bayi BBLR ini berhubungan dengan usia
kehamilan yang belum cukup bulan (prematur) disamping itu juga disebabkan
dismaturitas. Artinya bayi lahir cukup bulan (usia kehamilan 38 minggu), tapi berat
badan (BB) lahirnya lebih kecil ketimbang masa kehamilannya, yaitu tidak mencapai
2.500 gram. Biasanya hal ini terjadi karena adanya gangguan pertumbuhan bayi
sewaktu dalam kandungan yang disebabkan oleh penyakit ibu seperti adanya kelainan
plasenta, infeksi, hipertensi dan keadaan-keadaan lain yang menyebabkan suplai
makanan ke bayi jadi berkurang.
Gizi yang baik diperlukan seorang ibu hamil agar pertumbuhan janin tidak
mengalami hambatan, dan selanjutnya akan melahirkan bayi dengan berat normal.
Dengan kondisi kesehatan yang baik, sistem reproduksi normal, tidak menderita sakit,
dan tidak ada gangguan gizi pada masa pra hamil maupun saat hamil, ibu akan
melahirkan bayi lebih besar dan lebih sehat daripada ibu dengan kondisi kehamilan
yang sebaliknya. Ibu dengan kondisi kurang gizi kronis pada masa hamil sering

8
melahirkan bayi BBLR, vitalitas yang rendah dan kematian yang tinggi, terlebih lagi
bila ibu menderita anemia.
Sistem pernapasan pada dasarnya cenderung kurang berkembang pada bayi
prematur. Kapasitas vital dan kapasitas residual fungsional paru-paru pada
dasarnyakecil berkaitan dengan ukuran bayi. Sebagai akibatnya sindrom gawat napas
sering merupakan penyebab umum kematian. Masalah besar lainnya pada bayi
premature adalah pencernaan dan absorpsi makanan yang inadekuat. Bila prematuritas
bayi lebih dari dua bulan, system pencernaan dan absorpsi hampir selalu inadekuat.
Absorpsi lemak juga sangat buruk sehingga bayi prematur harus menjalani diet rendah
lemak. Lebih jauh lagi, bayi premature memiliki kesulitan dalam absorpsi kalsium yang
tidak lazim dan oleh karena itu dapat mengalami rikets yang berat sebelum kesulitan
tersebut dikenali. Imaturitas organ lain yang sering menyebabkan kesulitan yang berat
pada bayi premature meliputi system imun yang menyebabkan daya tahan tubuh
terhadap infeksi berkurang karena rendahnya kadar IgG gamma globulin, serta bayi
premature relatif belum sanggup membentuk antibody dan daya fagositosis serta reaksi
terhadap peradangan masih belum baik sehingga bayi premature beresiko mengalami
infeksi, system integumen dimana jaringan kulit masih tipis dan rawan terjadinya lecet,
sistem termoregulasi dimana bayi premature belum mampu mempertahankan suhu
tubuh yang normal akibat penguapan yang bertambah karena kurangnya jaringan lemak
di bawah kulit dan pusat pengaturan suhu yang belum berfungsi sebagaimana mestinya
sehingga beresiko mengalami hipotermi atau kehilangan panas dalam tubuh

9
F. PATHWAY BBLR

G.

KOMPLIKASI BBLR
Komplikasi yang dapat muncul pada bayi dengan berat badan lahir rendah adalah
sebagai berikut (Serimbing, 2017):

a. Hipotermia
b. Hipoglikemia
c. Gangguan cairan dan elektrolit
d. Hyperbilirubinemia

10
e. Sindroma gawat napas
f. Infeksi
g. Apnea of prematurity
h. Anemia
i. Asfiksia

H. PENATALAKSANAAN BBLR
1) Mempertahankan suhu dengan ketat
BBLR mudah mengalami hipotermia, jadi suhu tubuhnya harus diperhatikan jangan
sampai hipotermi. Jaga bayi tetap hangat
2) Mencegah infeksi
BBLR sangat rentan terhadap infeksi. Karena itu, perhatikan prinsip prinsip
pencegahan infeksi, termasuk mencuci tangan dengan sabun dan air bersih mengalir
sebelum dan sesudah memegang bayi.
3) Pengawasan nutrisi/ASI
Refleks menelan BBLR belum sempurna. Oleh sebab itu, pemberian nutrisi harus
dilakukan dengan cermat
4) Penimbangan ketat
Perubahan berat badan mencerminkan kondisi gizi/nutrsi bayi dan erat kaitannya
dengan daya tahan tubuh. Oleh sebab itu, penimbangan berat badan harus dilakukan
dengan ketat.

I. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan penunjang pada bayi dengan BBLR, diantaranya (Sharon, et al, 2011)

a. Jumlah sel darah putih


b. Hematocrit (Ht)
c. Hemoglobin (Hb)
d. Bilirubin total
e. Pemantauan elektrolit (Na, K, Cl)
f. Pemeriksaan analisa gas darah
g. Gula darah sewaktu

11
J. ASUHAN KEPERAWATAN PADA BAYI DENGAN KASUS PERINA: BERAT
BADAN LAHIR RENDAH
a. Pengkajian Keperawatan
Menurut Mendri, dkk (2017), pengkajian keperawatan pada bayi dengan BBLR
adalah sebagai berikut:

1) Riwayat kesehatan
2) Riwayat antenatal, meliputi hal-hal berikut:
a) Keadaan ibu selama hamil dengan anemia, hipertensi, gizi buruk, merokok
ketergantungan obat-obatan, atau dengan penyakit seperti diabetes mellitus,
kardiovaskuler, dan paru.
b) Kehamilan dengan risiko persalinan preterm misalnya kelahiran multiple,
kelainan kongenital, dan riwayat persalinan preterm.
c) Pemeriksaan kehamilan yang tidak kontinuitas atau periksa tetapi tidak teratur
dan periksa kehamilan tidak pada petugas kesehatan.
d) Hari pertama & hari terakhir tidak sesuai dengan usia kehamilan (kehamilan
postdate atau preterm).
3) Riwayat komplikasi natal, yang perlu dikaji:
a) Kala I: perdarahan antepartum baik solusio plasenta maupun plasenta previa.
b) Kala II: Persalinan dengan tindakan bedah caesar, karena pemakaian obat
penenang (narkose) yang dapat menekan sistem pusat pernapasan.
4) Riwayat posnatal, meliputi:
a) Agar skor bayi baru lahir 1 menit pertama dan 5 menit kedua AS (0-3) asfiksia
berat, AS (4-6) asfiksia sedang, AS (7-10) asfiksia ringan.
b) Berat badan lahir: Preterm/BBLR < 2500 gram, untu aterm 2500 gram lingkar
kepala kurang atau lebih dari normal (34-36 cm).
c) Adanya kelainan kongenital: anencephaly, hiro-cephalus anetrecial aesofagal.
5) Pemeriksaaan fisik, meliputi inspeksi, palpasi, perkusi, auskultasi
6) Pola-pola kebiasaan sehari-hari, meliputi pola nutrisi, pola eliminasi, latar
belakang sosial buda dan hubungan psikologis

b. Diagnosis Keperawatan
Diagnosis yang dapat ditegakkan oleh perawat pada bayi dengan berat badan lahir
rendah sebagai berikut (modifikasi teori Mitayani, 2011 dan PPNI, 2016):

12
1. Pola pernapasan tidak efektif terkait dengan imaturitas neurologis, keterbatasan
perkembangan otot, penurunan energi atau kelelahan, dan ketidakseimbangan
metabolik.
2. Risiko termoregulasi tidak efektif ditandai dengan suplai lemak subkutan tidak
memadai, berat badan ekstrem, cadangan metabolik buruk, SSP (Sistem Saraf
Pusat) imatur.
3. Defisit nutrisi berkaitan dengan penurunan simpanan nutrisi, imaturitas produksi
enzim, refleks menelan lemah, otot abdominal lemah.
4. Ikterik neonates berhubungan dengan kesulitan transisi ke kehidupan ekstra
uterin, usia kurang dari 7 hari, adanya penurunan berat badan abnormal
(modifikasi teori Proverawati, 2010 dan PPNI 2016)
5. Resiko infeksi ditandai dengan daya tahan tubuh yang masih lemah, pembentukan
antibody belum sempurna, kemampuan leukosit masih kurang, pertahanan
imunologis masih kurang (modifikasi teori Proverawati, 2010 dan PPNI 2016)

c. Perencanaan Keperawatan
Menurut modifikasi teori SIKI (2018) dan Mitayani (2011) perencanaan yang
disusun antara lain:
a. Diagnosa 1: Pola napas tidak efektif berhubungan dengan imaturitas
neurologis, keterbatasan perkembangan otot, penurunan energi atau kelelahan,
dan ketidakeimbangan metabolik
Tujuan: setelah dilakukan tindakan pola napas menjadi efektif
Kriteria hasil: neonatus akan mempertahankan pola pernapasan periodik, membran
mukosa merah muda
1) Intervensi mandiri
a) Observasi frekuensi dan pola pernapasan, perhatikan adanya perubahan frekuensi
jantung dan apnea.
Rasional: membantu dalam mebedakan periode perputaran pernapasan normal dari
serangan apnetik sejati, terutama sering terjadi pada gestasi minggu ke-30
b) Suction jalan napas sesuai kebutuhan
Rasional: menghilangkan mukus yang menymbat jalan napas.
c) Posisikan bayi pada abdomen atau posisi telentang dengan gulungan popok dibawah
bahu untuk menghasilkan hiperekstensi
Rasional: posisi ini memudahkan pernapasan dan menurunkan episode apnea,
khususnya bila ditemukan adanya hipoksia, asidosis metabolik atau hiperkapnea.

13
d) Tinjau ulang nwayat ibu terhadap obat-obatan yang dapat memperberat depresi
pernapasan pada bayi
Rasional: magnesium sulfat dan narkotin menekan pusat permapasan dan aktivitas
susunan saraf pusat (SSP)
2) Intervensi kolaborasi
a) Pantau pemeniksaan laboratorium seperti analisa gas darah (AGD), glukosa, serum
sesuai indikasi
Rasional: hipoksia, asidosis metabolik, hiperkapnea, hipoglikemia, hipokalsemia dan
sepsis dapat memperberat serangan apnetik
b) Berikan oksigen seduai indikasi
Rasional: perbaikan kadar oksigen dan karbondioksida dapat meningkatkan fungsi
pernapasan
c) Berikan obat-obatan sesuai indikasi
• Natrium bikarbonat
Rasional: memperbaiki asidosis
• Antibiotik
Rasional: mengatasi infeksi pemapasan dan sepsis
• Aminopilin
Rasional: dapat meningkatkan aktivitas pusat penapasan dan sensitivitas menurun
terhadap CO2, menurunkankan frekuensi apnea

b. Diagnosa 2: Risiko termoregulasi tidak efektif berhubungan dengan suplai


lemak subkutan tidak memadai, berat badan ekstrem, cadangan metabolik
buruk, SSP (Sistem Saraf Pusat) imatur
Tujuan: termoregulasi menjadi efektif sesuai dengan perkembangan
Kriteria hasil: mempertahankan suhu kulit atau aksila (36,5°C-37,5°C), bebas stress
dan rasa dingin
1) Intervensi mandiri
a) Kaji suhu tubuh bayi
Rasional: bupotermia membuat bayi cenderung merasa stress karena dingin,
penggunaan simpanan lemak tidak dapat diperbarui bila ada dan penurunan
sensitivitas untuk meningkatkan kadar CO2, atau penurunan kadar O2
b) Tempatkan bayi pada inkubator atau dalam keadaan hangat

14
Rasional: mempertahankan lingkungan termonetral, membantu mencegah stress
karena dingin
c) Pantau sistem pengatur suhu, penyebar hangat (pertabankan batas atas pada 98,6°F,
bergantung pada ukuran dan usia bayi)
Rasional: hipertermia dengan peningkatan laju metabolisme kebutuhan oksigen dan
glukosa serta kehilangan air dapat terjadi bila suhu lingkungan terlalu tinggi
d) Kaji haluaran dan berat jenis urine
Rasional: penurunan keluaran dan peningkatan berat jenis urine dihubungkan
dengan penurunan perfusi ginjal selama periode stress karena dingin
e) Pantau penambahan berat badan berturut-turut, bila penambahan berat badan tidak
adekuat, tingkatkan suhu lingkungan sesuai indikasi
Rasional: ketidakadekuatan berat penambahan badan meskipun masukkan kalori
adekuat dapat menandakan bahwa kalori digunakan untuk mempertahankan suhu
lingkungan tubuh, sehingga memerlukan peningkatan suhu lingkungan
f) Perhatikan perkembangan takikardi, warna kemerahan, siaforesis letargi, apnea, atau
aktivitas kejang
Rasional: tanda-tanda hipertermia ini dapat berlanjut pada kerusakan otak bila tidak
teratasi
2) Intervensi kolaborasi
a) Pantau pemeriksaan laboratorium sesuai indikasi (AGD, glukosa serum, elektrolit
dan kadar bilirubin)
Rasional: stress dingin meninekatkan kebutuhan terhadap gula glukosa dan oksigen
serta dapat mengibatkan masalah asam basa bila bayi mengalamı metabolisme
anaerobik bila kadar oksigen yang cukup tidak tersedia. Peningkatan kadar bilirubin
indirek dapat terjadi karena pelepasan asam lemak dari metabolisme lemak coklat
dengan asam lemak bersaing dengan bilirubin pada bagian ikatan di albumin
b) Berikan obat-oabatan sesuai dengan indikasi
• Fenobarbital
Rasional: membantu mencegah kejang berkenaan dengan perubahan fungsi SSP
yang disebabkan hipertermia
• Natrium bikarbonat
Rasional: memperbaiki asidosis yang dapat terjadi pada hipotermia dan hipertermia

c. Diagnosa 3: Defisit nutrisi berhubungan dengan penurunan simpanan nutrisi,


imaturitas produksi enzim, refleks menelan lemah, otot abdominal lemah.
15
Tujuan: nutrisi terpenuhi sesuai kebutuhan
Kriteria hasil: mempertahankan pertumbuhan dan peningkatan berat badan dalam
kurva normal dengan penambahan berat badan tetap, sedikitnya 20-30 gram/ hari
1) Intervensi mandıri
a) Kaji maturitas refleks berkenan dengan pemberian makan
Rasional: menentukan metode pemberian makan yang tepat untuk bayi
b) Kaji berat badan dengan menimbang berat badan setiap hari
Rasional: bayi BBLR dengan kelebihan cairan di ekstrasel kemungkinan kehilangan
15% BB lahir.
c) Pantau masukan dan pengeluaran
Rasional: memberikan informasi tentang masukan aktual dalam hubungannya
dengan perkiraan kebutuhan untuk digunakan dalam penyesuaian diet
d) Kaji tingkat dehidrasi, perhatikan fontanel, turgor kondisi membran mukosa, dan
fluktuasi berat badan
Rasioanal: keadaan bayi hiperglikemi dapat mengakibatkan diuresis pada bayi,
Pemberian cairan intravena mungkin diperlukan untuk memenuhi peningkatan
kebutuhan, tetapi harus dengan hati-hati untuk menghindari kelebihan cairan
e) Kaji tanda-tanda hipoglikemia
Rasional: karena glukosa adalah sumber utama dari bahan bakar untuk otak,
kekurangan dapat menyebabkan kerusakan SSP permanen.
2) Intervenai kolaborasi
a) Pantau pemeriksaan laboratorium sesuai indikasi
• Glukosa serum
Rasional: hipoglikemi dapat terjadi pada awal 3 jam lahir bayi BBLR saat cadangan
glikogen dengan cepat berkurang dan glukoneogenesic tidak adekuat karena
penurunan simpanan protein obat dan lemak.
• Kreatinin dan elektrolit ginjal perubahan fungsi
Rasional: mendeteksi berhubungan dengan penurunan simpanan nutrien dan kadar
cairan akibat malnutrisi
b) Berikan suplemen elektrolit sesuai indikasi: misalnya kalsium glukonat 10%
Rasional: ketidakstabilan metabolik pada bayi BBLR dapat memerlukan suplemen
untuk mempertahankan homeostasis

16
d. Diagnosa 4: ikterik neonatus berhubungan dengan berhubungan dengan
kesulitan transisi ke ekstra uterin, usia kurang dan 7 hari, penurunan berat
badan abnornmal
Tujuan: tidak terjadi ikterik
Kriteria hasil: tidak terdapat ikterik dan jaundice, Kadar bilirubin dalam batas
normal, warna kulit merah muda, tidak terjadi penurunan kesadaran, kejang tidak
ada.
1) Intervensi mandiri
a) Monitor ikterik pada sklera dan kulit bayi
Rasional: ikterik jaundice mengindikasikan bayı untuk mendapat fototerapi segera
b) Monitor efek samping fototerapi
Rasional: adanya kejang dan penurunan lesadaran merupakan akibat lanjut dani
iktenk neonatus
c) Siapkan lampu fototerapi dan inkubator
Rasional: menurunkan kadar bilirubin
d) Lepaskan pakaian bayi kecuali popok
Rasional: memaksimalkan fungsi kerja fototerapi
e) Berikan penutup mata (eye protector) pada bayi
Rasional: melapisi lapisan saraf mata
f) Anjurkan ibu untuk memberi ASI sesering mungkin
Rasional: protein susu akan melapisi mukosa usus dan menurunkan penyerapan
kembali bilirubin yang tidak terkonjugasi
2) Intervensi kolaborasi
a) Kolaborasi dengan petugas laboratorium dalam pemeriksaan laboratorium bilirubin
Rasional: mengetahui adanya kenaikan kadar bilirubın sehingga dapat dilakukan
intervensı segera
b) Kolaborasi dengan petugas laboratorium dalam pemeriksaan golongan darah ibu dan
bayi
Rasional: Jika golongan darah ibu O, sementara bayi non O, maka dalam darah
ibunya sudah membentuk anti O. Anti O itu yang menghancurkan sel darah merah
bayi, hal ini mengakibatkan terjadinya hiperbilirubinemia sehingga perlu dilakukan
antisipasi segera (modifikasi teori SIKI, 2018 dan Doengoes 2012)

17
e. Diagnosa 5: Risiko infeksi ditandai dengan daya tahan tubuh yang masih
lemah, pembentukan antibodi belum sempurna, kemampuan leukosit masih
kurang, pertahanan imunologis masih kurang
Tujuan: infeksi tidak terjadi
Kriteria hasil: tidak ada tanda-tanda infeksi, tidak ada gangguan fungsi tubuh.
1) Intervensi mandiri
a) Lakukan tekhnik aseptik dan antiseptik dalam memberikan asuhan Keperawatan
Rasional: pada bayi baru lahir, daya tahan tubuh masih rendah
b) Jaga kebersihan pada tubuh bayi, pakaian, serta lingkungan bayi
Rasional: mengurangi media untuk pertumbuhan kuman
c) Observasi tanda-tanda infeksi
Rasional: Tubuh berespon terhadap adanya infeksi melalui adanya demam,
kemerahan, dan kelemahan fungsi organ
d) Anjurkan ibu membersihkan daerah payudara sebelum menyusui bayi
Rasional: membersihkan area kontak fisik antara bayi dan ibu dari bakteri
e) Hindarkan bayi kontak dengan yang sakit
Rasional: mencegah terjadinya penularan infeksi
2) Intervensi kolaborasi
a) Kolaborasi dengan petugas laboratorium untuk pemeriksaan lekosit

Rasional: Adanya peningkatan lekosit merupakan tanda terjadinya infeksi yang


dialami bayi (modifikasi teori SIKI, 2018 dan Doenges 2012).

d. Implementasi Keperawatan
Implementasi adalah pengelolaan dan perwujudan dan rencana keperawatan
yang telah disusun pada tahap perencanaan. Fokus dan intervensi antara lain
mempertahankan daya tubuh, mencegah komplikasi, menemukan perubahan sistem
tubuh, menatap hubungan klien dengan lingkungan, implementasi tindakan
kolaborasi (Setiadi, 2012)

e. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi keperawatan adalah penilaian dengan cara membandingkan
perubahan keadaan pasien (hasil yang diamati) dengan tujuan dan kriteria hasil
yang dibuat pada tahap perencanaan (Nikmatur & Saiful, 2012)

a. Pola pernafasan klien efektif, tidak ada sumbatan jalan nafas, pernapasan 40-
60x/menit

18
b. Suhu kulit atau aksila 36,5°C - 37,5°C, bebas dari stress dingin, termoregulası
dapat berfungsi secara efektif dengan sesuai perkembangannya
c. Nutrisi terpenuhi dan terjadi peningkatan berat badan sedikitnya 20-30
gram/hari
d. Kadar bilirubin dalam batas normal bilirubin total < 6,00, bilirubin direk <0.20,
bilirubin indirek <0.60
e. Terhindar dari tanda-tanda infeksi

BAB III

PENUTUP
A. Kesimpulan
Bayi berat badan lahir rendah (BBLR) adalah bayi yang lahir dengan berat <
2.500 gram. Ada dua macam BBLR, yang pertama bayi lahir kecil dengan BB yang
seharusnya untuk masa gestasi (dismatur) dan bayi lahir kecil akibat kurang bulan
(prematur). Sering faktor penyebab tidak diketahui atau kalaupun diketahui faktor
penyebabnya tidaklah berdiri sendiri, seperti faktor genetik/kromosom, infeksi, bahan
toksik, radiasi, insufisiensi atau disfungsi plasenta, dan faktor nutrisi. Faktor risiko
dari BBLR bisa berasal dari ibu ataupun lingkungan.

Penatalaksanaan BBLR dengan cara mempertahankan suhu dengan ketat,


mencegah infeksi, pengawasan nutrisi/ASI, dan penimbangan berat badan secara
ketat. Pemeriksaan penunjang yang dilakukan pada bayi dengan BBLR adalah
pemeriksaan glukosa darah terhadap hipoglikemia, pemantauan gas darah sesuai
kebutuhan, titer Torch sesuai indikasi, pemeriksaan kromosom sesuai indikasi,
pemantauan elektrolit, dan pemeriksaan sinar X sesuai kebutuhan (misal: foto thorax).

Asuhan keperawatan pada bayi dengan berat badan lahir rendah mulai dari
pengkajian dengan mengkaji riwayat kesehatan, riwayat prenatal, riwayat komplikasi
natal riwayat postnatal, pemeriksaan fisik, hingga pengkajian kebiasaan sehari hari.
Diagnosis keperawatan yang mungkin muncul pada bayi berat badan lahir rendah

19
diantaranya, tidak efektifnya pola napas berhubungan dengan imaturitas fungsi paru
dan neomuskular, tidak efektifnya termoregulasi berhubungan dengan imaturitas
kontrol dan pengatur suhu tubuh serta berkurangnya lemak subkutan dalam tubuh,
risiko infeksi berhubungan dengan defisiensi pertahanan tubuh (imunologi), risiko
gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan ketidakmampuan tubuh
untuk mencerna nutrisi (imaturitas saluran cerna), risiko gangguan integritas kulit
berhubungan dengan tipisnya jaringan kulit, imobilisasi dan kecemasan orang tua
berhubungan dengan situasi krisis dan kurangnya pengetahuan.

B. Saran
1. Diharapkan mahasiswa khususnya mahasiswa keperawatan dapat mengerti,
memahami dan dapat menjelaskan tentang BBLR baik dalam pengertian, etiologi,
faktor resiko, manifestasi klinis, patofisiologi, penatalaksanaan, pemeriksaan
penunjang dan asuhan keperawatan pada BBLR
2. Diharapkan para TIM kesehatan maupun mahasiswa keperawatan untuk lebih
meningkatkan penyuluhan kesehatan kepada masyarakat mengenai pencegahan
BBLR

20
DAFTAR PUSTAKA

Doengoes, M. 2012. Rencana Asuhan Keperawatan Pedoman Untuk Perencanaan dan


Pendokumentasian Perawatan Pasien. Jakarta: ECG

Hasriyani, dkk. 2018. Berbagai Faktor Risiko Kejadian Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR)
(Studi di Beberapa Puskesmas Kota Makassar). Jurnal Epidemiologi Kesehatan
Komunitas3 (2), 2018, 90-100.
https://ejournal2.undip.ac.id/index.php/jekk/article/view/4027/2223 diakses pada 22
Januari 2020

Latifah Lulu, dkk. 2017. Hubungan Antara Bayi Berat Lahir Rendah Dengan Kejadian
Ikterus Di Rumah Sakit Umum Daerah Soreang Periode Januari-Desember Tahun 2015.
Jurnal Bidan “Midwife Journal” Volume 3 No. 02, Juli 2017.
https://media.neliti.com/media/publications/234032-hubungan-antara-bayi-berat-lahir-
rendah-6f936b4a.pdf diakses pada 27 Januari 2020

Mendri, Ni Ketut dan Agus Sarwo Prayogi. 2017. Asuhan Keperawatan pada Anak Sakit dan
Bayi Resiko Tinggi. Yogyakarta: Pustaka Baru Press

Mitayani. 2011. Asuhan Keperawatan Maternitas. Jakarta: Salemba Medika

Mochtar, R. 2011. Sinopsis Obsetri Obsetri Fisiologis & Obsetri Patologi. Jilid 1. Jakarta:
Penerbit Buku Kedokteran EGC

Muchtar, et al. 2014. Buku Ajar Kesehatan Ibu dan Anak. Jakarta: Pusat Pendidikan dan
Pelatihan Tenaga Kesehatan
21
Nanny Lia Dewi, Vivian. 2011. Asuhan Neonatus Bayi dan Anak Balita. Jakarta: Salemba
Medika

Nikmatur, R & Saiful, W. 2012. Proses Keperawatan Teori dan Aplikasi. Yogyakarta: Ar-
ruzz Media

Ngastiyah. 2005. Perawatan Anak Sakit Edisi 2. Jakarta: EGC.

PPNI. 2016. Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia. Jakarta: Persatuan Perawat Nasional
Indonesia (PPNI)

PPNI. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia. Jakarta: Persatuan Perawat Nasional
Indonesia (PPNI)

Prawirohardjo, Sarwono. 2005. ILMU KEBIDANAN. Jakarta: YBP-SP

Proverawati, A. 2010. Bayi dengan BBLR (Berat Badan Lahir Rendah). Yogyakarta:
Nuhamedika

RISKESDAS. 2018. Hasil Utama RISKESDAS 2018. Jakarta: Kementerian Kesehatan RI


Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan

Serimbing, J. 2017. Buku Ajar Neonatus, Bayi, Balita, Anak Usia Pra Sekolah. Jakarta:
Kementerian Kesehatan RI

Setiadi. 2012. Konsep dan Penulisan Dokumentasi Asuhan Keperawatan Teori dan Praktik.
Yogyakarta: Graha Ilmu

Sharon R, et al. 2011. Keperawatan Maternitas: Kesehatan Wanita, Bayi, dan Keluarga.
Jakarta: EGC

22

Anda mungkin juga menyukai