Anda di halaman 1dari 21

LAPORAN PENDAHULUAN

PASIEN DENGAN GANGGUAN DISRITMIA

A. Konsep dasar
1. Definisi
Disritmia adalah kelainan denyut jantung yang meliputi gangguan frekuensi atau
irama atau keduanya. Disritmia adalah gangguan system hantaran jantung dan bukan
struktur jantung. Disritmia dapat diidentifikai dengan menganalisa gelombang EKG.
Disritmia dinamakan berdasarkan pada tempat dan asal impuls dan mekanisme
hantaran yang terlibat. Misalnya, disritmia yang berasal dari nodus sinus (nodus SA)
dan frekuensinya lambat dinamakan sinus bradikardia. Ada tempat kemungkinan
tempat asal disritmia, seperti nodus sinus, atria, nodus AV atau sambungan, dan
ventrikel. Gangguan mekanisme hantaran yang mungkin dapat terjadi meliputi
bradikardi, takikardi, flutter, fibrilasi, denyut prematur, dan penyekat jantung
(Brunner & Suddarth, 2001). Disritmia adalah gangguan pembentukan atau
pengantaran impuls yang menyebabkan perubahan pada frekuensi dan irama jantung
yang disebabkan oleh konduksi elektrolit abnormal atau otomatis (Norman,2011).

2. Klasifikasi
Tipe-tipe disritmia menurut Brunner & Suddarth, 2001. Sebagai berikut:
a. Disritmia Nodus Sinus
1) Bradikardi sinus
Bradikardi sinus bias terjadi karena stimulus vagal, intoksikasi digitalis,
peningkatan tekanan intrakranial atau infark miokard (MI). bradikardi sinus
juga dijumpai pada olahragawan berat orang yang mendapat pengobatan
(propranolol, reserpin, metildopa), pada keadaan Hipoendokrin (miksedema),
penyakit Addison, anoreksia nervosa hipotermia dan setelah kerusakan bedah
nodus SA. Berikut adalah karakteristik disritmia:
a) frekuensi : 40-60 denyut/menit
b) Gelombang P : mendahului setiap kompleks QRS; interval PR normal
c) Komplek QRS : biasanya normal
d) Irama : Reguler.
2) Takikardi sinus
Takikardi sinus (denyut jantung cepat) dapat disebabkan oleh demam,
kehilangan darah akut anemia, syok latihan, gagal jantung kongestif, nyeri
keadaan hipermetabolisme kecemasan atau pengobatan parasimpatolitik pola
EKG takikardi sinus adalah:
a) frekuensi : 100-180 denyut/menit
b) Gelombang P : mendahului setiap kompleks QRS; dapat tenggelam dalam
gelombang T yang mendahuluinya, interval PR normal
c) Komplek QRS : biasanya mempunyai durasi normal
d) Hantaran : biasanya normal
e) Irama : Reguler.

b. Disritmia Atrium
1) Kontraksi Prematur Atrium
Kontraksi Prematur Atrium (PAC= Premature atrium contraction) dapat
disebabkan oleh iribilitas otot atrium karena kafein, alkohol, nikotin, miokard
atrium yang terentang seperti pada gagal jantung kongestif, stres atau
kecemasan, hipokalemia, infark, atau keadaan hipermetabolik. Karakteristik:
a) frekuensi : 60-100 denyut/menit
b) Gelombang P : biasanya mempunyai konfigurasi yang berbeda dengan
gelombang p yang berasal dari nodus sa. tempat lain pada Atrium telah
menjadi irritable atau peningkatan otomatisasi dan melepaskan impuls
sebelum nodus SA melepaskan impuls secara normal interval PR dapat
berbeda dengan. Interval PR impuls yang berasal dari nodus SA.
c) Komplek QRS : bisa normal, menyimpang, atau tidak ada. Bila ventrikel
sudah menyelesaikan fase terpolarisasi, mereka dapat merespon stimulus
atrium ini dari awal.
d) Hantaran : biasanya normal
e) Irama : Reguler, kecuali bila terjadi PAC. Gelombang P akan terjadi lebih
awal dalam siklus dan biasanya tidak akan mempunyai jeda kompensasi
yang lengkap.

2) Takikardi Atrium Paroksismal


Takikardi Atrium Paroksismal (PAT= paroxysmal atrium tachycardia) adalah
takikardi atrium yang ditandai awitan mendadak dan penghentian mendadak.
Dapat dicetuskan oleh emosi, kafein, kelelahan, pengobatan simpatomimetik.
Karakteristiknya sebagi berikut:
a. frekuensi : 150-250 denyut/menit
b. Gelombang P : ektopik dan mengalami distorsi dibandig gelombang P
normal; dapat ditemukan pada awal gelombang T; interval PR memendek
(kurang dari 0,12 detik).
c. Komplek QRS : bisa normal, tetapi dapat mengalami distorsi apabila
terjadi penyimpangan hantaran
d. Hantaran : biasanya normal
e. Irama : Reguler
3) Fluter Atrium
Terjadi bila ada titik focus di atrium yang menangkap irama jantung dan
membuat impuls antara 250-400x/menit. Karakteristik:
a. frekuensi : 250-400denyut/menit
b. Gelombang P : tidak ada, melainkan diganti oleh pola gigi gergaji yang
dihasilkan oleh focus di atrium yang melepaskan impuls dengan cepat
( gelombang F).
c. Komplek QRS : konfigurasinya normal dan hantarannya normal
d. Irama : Reguler atau ireguler, tergantug jenis penyekatnya
e. Gelombang T : ada namun tertutup oleh gelombang fluter
4) Fibrilai Atrium
Kontraksi otot atrium yang tidak terorganisai dan tidak terkoordinasi,
berhubungan dengan aterosklerotik, gagal jantung kongestif. Karakteristik:
a. frekuensi : atrium 350-600denyut/menit, respon ventrikuler 120-200
denyut/menit
b. Gelombang P : tidak terdapat gelombang P yang jelas, tampak undulasi
yang ireguler, dinamakan gelombang fibrilasi atau gelombang F, interval
PR tidak dapat diukur.
c. Komplek QRS : normal dan hantaran normal
d. Irama : ireguler dan biasanya cepat.

c. Disritmia Ventrikel
1) Kontraksi Prematur Ventrikel (PVC)
Bisa disebabkan oleh toksisitas digitalis, hipoksia, hypokalemia, demam, dan
asidosis. Karakteristik:
a. frekuensi : 60-100 denyut/menit
b. Gelombang P : tidak akan muncul karena impuls berasal dari ventrikel
c. Komplek QRS : biasanya lebar dan aneh berdurasi 0,10 detik
d. hantaran : terkadang retrograde melalui jaringan penyambung dan atrium
e. Irama : ireguler bila terjadi denyut premature
2) Bigemini Ventrikel
Biasanya dikibatkan oleh intoksikasi digitalis penyakit arteri coroner, MI akut
dan CHF. Karakteristik:
a. frekuensi : < 90 denyut/menit
b. Gelombang P : tersembunyi dalam kompleks QRS
c. Komplek QRS : biasanya lebar dan aneh serta terdapat jeda kompensasi
lengkap
d. hantaran : denyut sinus dihantarkan dari nodus sinus secara normal,
mengakibatkan retrograde ke jaringan penyambung dan atrium
e. Irama : ireguler
3) Takikardi Ventrikel
Disebabkan oleh iritabilitas miokard, berhubungan dengan penyakit arteri
coroner dan terjdi sebelum fibrilasi ventrikel. Karakteristik:
a. frekuensi : 150-200 denyut/menit
b. Gelombang P : biasanya tenggelam dalam kompleks QRS, tidak selalu
memiliki pola yang sesuai dengan QRS
c. Komplek QRS : biasanya lebar dan aneh dengan gelombang T terbalik
d. hantaran : berasal dari ventrikel
e. Irama : regular tapi terkadang juga ireguler

d. Abnormalis Hantaran
1) Penyekat AV Derajat 1
Berhubungan dengan penyakit jantung organic atau mungkin disebabkan oleh
efek digitalis
a. frekuensi : variasi tetapi biasanya 60-100 denyut/menit
b. Gelombang P : mendahului setiap kompleks QRS, interval PR berdurasi
0,20 detik
c. Komplek QRS : mengikuti gelombang P
d. hantaran : lambat
e. Irama : biasanya reguler
2) Penyekat AV Derajat 2
Berhubungan dengan penyakit jantung organic, intoksikasi digitalis dan MI
a. frekuensi : 30-55 denyut/menit
b. Gelombang P : terdapat 2-4 gelombang P
c. Komplek QRS : biasanya normal
d. Hantaran : satu atau dua mpuls tidak dihantarkan ke ventrikel
e. Irama : lambat dan reguler
3) Penyekat AV Derajat 3
Berhubungan dengan penyakit jantung organic, intoksikasi digitalis dan MI
a. frekuensi : 60-100 denyut/menit
b. Gelombang P : berasal dari nodus SA
c. Komplek QRS : konfigurasi supraventrikel normal tetapi tidak
berhubungan dengan gelombang P
d. hantaran : nodus SA melepaskan impuls dan gelombang P dapat terlihat
e. Irama : regular tapi lambat
4) Asistole Ventrikel
Tidak akan terjadi komplek QRS, tidak ada denyut antug, nadi dan
pernapasan. Tapa pelaksanaan segera, asistole ventrikel sangat fatal
a. frekuensi : tidak ada
b. Gelombang P : mungkin ada, tetapi tidak dapat dihantarkan ke nodus AV
dan ventrikel
c. Komplek QRS : tidak ada
d. hantaran : kemingkinan melalui atrium
e. Irama : tidak ada

3. Etiologi
Etiologi Disritmia ((Brunner., Suddart. Keperawatan Medical-Bedah. Edisi 8, Jakarta:
Buku Kedokteran EGC) dalam garis besarnya dapat disebabkan:
a. Peragangan jantung, misalnya demam reumatik, peradangan miokard (miokarditis
karena infeksi)
b. Gangguan sirkulasi koroner (aterosklerosis koroner atau spasme arterikoroner,
misalnya iskemia miokard, infark miokard).
c. Karena obat (intoksikasi antara lain oleh digitalis, quinidin, dan obat-obat anti
aritmia lainnya).
d. Gangguan keseimbangan elektrolit (hiperkalemia, hipokalemi)
e. Gangguan pada pengaturan susunan saraf autonom yang mempengaruhi kerja dan
irama jantung.
f. Gangguan psikoneurotik dan susunan saraf pusat
g. Gangguan metabolik (asidosis,alkalosis)
h. Gangguan endokrin (hipertiroidisme,hipotiroidisme)
i. Gangguan irama jantung atau gagal jantung
j. Gangguan irama jantung karena kardiomiopati atau tumor jantung
k. Gangguan irama jantung karena penyakit degenerasi (fibrosis sistem konduksi
jantung).
l. Mengkonsumsi alcohol, kafein, atau tembakau.
m. Stress, kecemasan dan cedera
4. Patofisiologi
Disritmia sering terjadi karena adanya infark atau terjadi karena adanya
penyumbatan aliran pembuluh nadi. Sumbatan tersebut terdiri dari kolesterol,lemak
dan sisa metabolisme. infark terjadi karena adanya perubahan sirkulasi darah, yaitu
kurangnya pasokan oksigen, sehingga menimbulkan asam laktat meningkat dan
menimbulkan menumpuknya otot. Asam laktat tersebut menjadi bahan energi dan
diserap oleh sel otot, tetapi jika oksigen terus kurang pasokan. Asam laktat terus
memproduksi dan penumpukan menjadi berlebih dan menyebabkan gangguan
keseimbangan asam basah. Asam laktat berlebih menyebabkan sindrom asidosis
laktat yang menyebabkan nyeri.
Klien yang mengalami disritmia akan mengalami perubahan status kesehatannya
karena mengalami kelainan pada organ tubuhnya. Klien menganggap bahwa
penyakitnya tidak dapat sembuh dan megakibatkan kematian. Sehingga klien
mengalami gangguan aspek psikologis yaitu kecemasan. Perubahan status kesehatan
klien yang menurun secara drastis bisa terjadikarena kurangnya minat mencari
informasi pada bidang kesehatan dan tidak mengetahui bahwa klien terjadi perubahan
status kesehatan.
Disritmia menyebabkan diuresis berlebihan atau output berlebih banyak
pengeluarannya. Biasanya terjadi pada pasca bedah,yang diberikan obat diuretik.
Hipokalemia terjadi pada penggunaan obatan diuretik dimana cara kerjanya
mengurangi penyerapan natrium dan kalium dalam ginjal sehingga meningkatkan
urine (diuresis berlebih). Kurangnya kalium dan natrium mengakibatkan membran
otot jantung tidak bisa berpularisasi, karena ketika dirangsang sifat permiabel darah
tidak dapat memasukan ion k+ Na untuk menjadikan potensial membran berubah atau
berdepolarisasi. Sehingga kemampuan sel untuk menghantarkan rangsangan
terganggu dan terjadi adanya penurunan curah jantung. Penurunan curah jantung
keadaan dimana pompa darah oleh jantung tidak adekuat untuk mencapai kebutuhan
metabolisme tubuh. Penurunan curah jantung menyebabkan hantaran O2 dalam darah
dan perfusi jaringan tidak optimal sehungga bisa menyebabkan syok (kurangnya
aliran darah ke otak). Karena pompa darah tidak adekuat kebutuhan metabolisme juga
tidak adekuat karena kurangnya oksigen dalam darah, kurangnya kalium dan natrium.
Sehingga ATP (Adenosina Trifosfat) mengalami penurunan karena ATP. ATP
bekerja dibantu olehO2 untuk menyimpan energi dalam sel. Karena kurangnya O2
dan klienterus beraktifitas sehingga kontraksi otot yang kuat dan lama dapatnya
kelelahan otot. Kelelahan terjadi karena saraf tidak dapat mengimbangkan impuls ke
otot sehingga otot tidak berinteraksi maksimal maka menyebabkan masalah
intoleransiaktivitas.
5. Pathway
6. Manifestasi Klinis
Kebanyakan manifestasi klien dengan aritmia tidak disadari, sehingga terdeteksi
pada saat rasa yang tidak nyaman seperti berdebar-debar, palpitasi, atau adanya
denyut jantung yang berturut-turut bertambah serta adanya irama denyut yang tidak
teratur. keadan ini tidak terlalu membahayakan, jika tidak terjadi gangguan
hemodinamik. Tetapi manifestasi klinik pada klien dengan aritmia yang berbahaya
adalah klien merasakan nyeri dada, pusing, bahkan keadan yang lebih serius
kemungkinan klien ditemukan meninggal mendadak. Hal itu dikarenakan pasokan
darah yang mengandung nutrient dan oksigen yang dibutuhkan kejaringan tubuh tidak
mencukupi sehingga aktivitas/kegiatan metabolisme terganggu. Adapun penampilan
klinis klien sebagai berikut:
a. Anxietas
b. Gelisah
c. Capek dan lelah serta gangguan aktivitas
d. Palpitasi
e. Nyeri dada
f. edema
g. Vertigo, syncope
h. Tanda dan gejala sesak, crakles
i. Tanda hipoperfusi, Wikipedia. 2018, 26 Desember . Dikutip pada 07 Maret 2019
https://id.wikipedia.org/wiki/Aritmia

7. Pemeriksaan Penunjang
a. EKG: menunjukkan pola cedera iskemik dan gangguan konduksi. Menyatakan
tipe/sumber disritmia dan efek ketidak seimbangan elektrolit dan obat jantung.
b. Monitor holder: gambaran EKG (24 jam) mungkin diperlukan untuk menentukan
dimana disritmia disebabkan oleh gejala khusus bila pasien aktif (dirumah/kerja).
Juga dapat digunakan untuk mengevaluasi fungsi pacu jantung/ efek obat
antidisritmia.
c. Foto dada: dapat menunjukkan pembesaran bayangan jantung sehubungan dengan
disfungsi ventrikel atau katup.
d. Scan pencitraan miokardia:dapat menunjukan area iskemik miokard yang dapat
mempengaruhi konduksi normal atau mengganggu gerakan dinding dan
kemampuan pompa.
e. Tes stress latihan: dapat dilakukan untuk mendemonstrasikan latihan yang
menyebabkan disritmia.
f. Elektrolit: peningkatan atau penurunan kalium, kalsium, dan magnesium dapat
menyebabkan disritmia.
g. Pemeriksaan obat: dapat menyebabkan toksisitas abat jantung, adanya obat
jalanan, atau dugaan obat intraksi, contoh digitalis, quinidin, dll.
h. Pemeriksaan tiroid : peningkatan atau penurunan kadar tiroid serum dapat
menyebabkan/meningkatkan disritmia
i. Laju sedimentasi: peninggian dapat menunjukan proses inflamasi
j. akut/aktif, contoh endokarditis sebagai factor pencetus untuk disritmia.
k. GDA/nadi oksimetri: hipoksemia dapat menyebabkan/ mengeksasernasi disritmia.
l. Ekokardiografi: pemeriksaan yang menggunakan gelombang suara (USG) pada
jantung. Ekokardiografi membantu dokter mengevaluasi kondisi otot dan katup
jantung pasien. Dokter dapat menjalankan ekokardiografi dengan menggerakkan
transduser pada dada pasien. Pada kasus lain, dokter dapat menggunakan
transduser yang lebih kecil untuk dimasukkan ke kerongkongan. Transduser ini
berfungsi mengirim gelombang suara dari dan ke jantung, untuk diterjemahkan
menjadi gambar di monitor (Willy, Tjin. 2018, 01 Oktober. Diagnosis Penjakit
Jantung. Dikutip 07 Maret 2019 dari alodokter:
https://www.alodokter.com/penyakit-jantung/diagnosis)
m. CT scan jantung: Pemeriksaan ini menggunakan sinar X untuk menampilkan
gambar jantung pasien dan pembuluh darah koroner. Pemeriksaan ini dapat
dilakukan untuk mendeteksi penumpukan kalsium di arteri koroner. (Willy, Tjin.
2018, 01 Oktober. Diagnosis Penjakit Jantung. Dikutip 07 Maret 2019 dari
alodokter: https://www.alodokter.com/penyakit-jantung/diagnosis)
n. MRI jantung: pada pemeriksaan ini, pasien akan diminta berbaring di meja
periksa, lalu dimasukkan ke mesin MRI. Selama pemeriksaan, medan magnet di
dalam mesin MRI akan menampilkan citra bagian dalam tubuh pasien. Kemudian,
gambar tersebut akan dianalisis oleh dokter guna mendiagnosis jenis penyakit
jantung yang dialami (Willy, Tjin. 2018, 01 Oktober. Diagnosis Penjakit Jantung.
Dikutip 07 Maret 2019 dari alodokter: https://www.alodokter.com/penyakit-
jantung/diagnosis)

8. Penatalaksanaan medis
Penatalaksanaan medis menurut Brunner & Suddarth, 2001. Sebagai berikut:
a. Kardioversi
Mencakup pemakaian arus listrik untuk menghentikan disritmia yang memiliki
kompleks QRS, biasanya merupakan prosedur elektif. Pasien dalam keadaan
sadar dan diminta persetujuannya.
b. Defibrilasi
Defibrilasi adalah cardioversi asinkronis yang digunakan pada keadaan gawat
darurat. Biasanya terbatas penatalaksanaan fibrilasi ventrikel apabila tidak ada
irama jantung yang terorganisasi. Defibrilasi akan mendepolarisasi secara lengkap
semua sel miokard sekaligus, sehingga memungkinkan nodus sinus memperoleh
kembali fungsinya sebagai pacemaker.
c. Terapi Pacemaker
Merupakan alat listrik yang mampu menghasilkan stimulus listrik berulang otot
jantung untuk mengontrol frekwensi jantung. Alat ini akan memulai dan
mempertahankan frekwensi jantung ketika pacemaker aritmia jantung tak mampu
lagi memenuhi fungsinya. Pacemaker biasanya di gunakan bila pasien mengalami
gangguan hantaran atau loncatan gangguan hantaran yang mengakibatkan
kegagalan curah jantung. Pacemaker bersifat permanen dan temporer, pada
permanen biasanya digunakan pada penyekat jantung komlet ireversibel,
sedangkan temporer digunakan sebagai terapi tambahan untuk menyokong pasien
yang mengalami penyekat jantung akibat infark miokard.
d. Pembedahan Hantaran Jantung
Takikardian atrium dan ventrikel yang tidak berespon terhadap pengobatan dan
tidak sesuai untuk cetusan anti takikardia dapat di tangani dengan metode selain
obat dan pacemaker. Metode tersebut mencakup isolasi endokardial, resepsi
endokardial, krioglasi, ablasi listrik dan ablasi frekwensi radio.
e. Obat-obatan medis
Obat-obatan medis yang digunakan pada gangguan disritmia menurut Brunner &
Suddarth, 2001. Sebagai berikut:
1) Atropin, menghambat stimulasi vagal sehingga memungkinkan untuk
terjadinya frekuensi normal.
2) Propranolol, untuk menurunkan frekuensi jantung secara cepat, dapat
menyekat efek setar adrenergic sehingga memperlambat frekuensi.
3) Quinidine adalah obat yang digunakan dalam terapi pemeliharaan untuk
mencegah berulangnya atrial fibrilasi atau flutter.
4) Penyekat kanal kalsium dan penyekat beta adrenergic.
5) Preparat digitalis digunakan untuk memperlambat frekuensi jantung dan
antidisritmia
6) Lidocain, prokainamid (pronestyl), digunakan dalam perawatan, kontrol,
pencegahan, & perbaikan penyakit, kondisi dan gejala pada irama jantung
abnormal
7) Fenitoin (Dilantin)
B. KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
Pengkajian: Pola Gordon, NANDA
a. Pola Persepsi Kesehatan
Pasien datang ke rumah sakit dengan kegawat daruratan mengenai penyakit
jantung.Tingkat kesadaran pasien menurun.
b. Pola Nutrisi dan Cairan
Gejala : Hilang nafsu makan, tidak toleran terhadap makanan, mual, muntah,
penurunan berat badan
Tanda : edema, penurunan berat badan,perubahan turgor
c. Pola Eleminasi
d. Pola Aktivitas atau Latihan
Gejala : lemah, lelah, penurunan kesadaran
Tanda : perubahan frekuensi jantung saat beraktivitas
e. Pola Tidur atau Istirahat
Gejala : lemah, lelah, penurunan kesadaran, cemas
Tanda : perubahan frekuensi jantung/TD
f. Pola Kognitif atau Perseptual
Gejala : nyeri dada, cemas
Tanda : kejang, penurunan tingkat kesadaran, sesak, disorientasi, bingung,
kehilangan memori, perubahan pola bicara/kesadaran, pingsan, koma.gelisah,
g. Pola Persepsi Diri
Gejala : cemas, bingung, merasa tidak berdaya
Tanda : penurunan tingkat kesadaran
h. Pola Peran dan Hubungan
Keluarga menemani pasien atau tidak dapat mempengaruhi status kesehatan
pasien
i. Pola Seksualitas atau Reproduksi
j. Pola Koping atau Toleransi Stres
Gejala : bingung, lelah, lemah, gugup, takut akan kematian
Tanda : Cemas, takut, menolak, gelisah
k. Pola Nilai dan Kepercayaan
Nilai spiritual dan kepercayaan pasien terhadap Tuhan yang tinggi dapat
meningkatkan status kesehatan pasien

Pemeriksaan Fisik
a. Mata
konjungtiva, sclera
b. Leher
JVP, bising arteri karotis
c. Paru
bentuk dada, pergerakan dada, dan asimetris dada
d. Pernapasan
frekuensi, irama, jenis, suara napas, suara tambahan (ronchi, wheezing,
krepitasi)
e. Jantung
tekanan darah, nadi : frekuensi, irama suara jantung, apeks jantung, suara
tambahan : S3, S4, Gallop, bising jantung: thrill
f. Abdomen
acites, bising usus
g. Ekstremitas
temperature, kelembaban, edema, sianosi

2. Diagnosa Keperawatan menurut SDKI, 2017


a. Resiko tinggi terhadap penurunan curah jantung berhubungan dengan gangguan
konduksi eliktrikal, penurunan kontraktilitas miokardial.
b. Kurang pengetahuan tentang penyebab/kondisi pengobatan berhubungan dengan
kurang informasi/salah pengertian kondisi medis/kebutuhan terapi, tidak
mengenal sumber informasi, kurang mengingat.
c. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencidera fisiologis (iskemia jaringan)
d. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai dan
kebutuhan oksigen
3. Perencanaa Keperawatan menurut Dongues
a. Resiko tinggi terhadap penurunan curah jantung berhubungan dengan gangguan
konduksi eliktrikal, penurunan kontraktilitas miokardial.
Tujuan dan kriteria Intervensi Rasional
hasil
Klien menunjukan 1. Raba nadi, catat frekuensi, 1. Perbedaan frekuensi,
tidak ada tanda-tanda keteraturan, kedalaman keteraturan dan kedalaman
resiko penurunan nadi. nadi menunjukan efek
curah jantung setelah gangguan curah jantung pada
dilakukan tindakan sirkulasi sistemik atau
keperawatan selama 3 perifer.
x 24 jam dibuktikan 2. Auskultasi bunyi jantung 2. Disritmia lebih terdeteksi
dengan kriteria hasil : (frekuensi, irama). Catat dengan pendengaran.
a. Mempertahankan adanya denyut jantung Pendengaran terhadap denyut
/meningkatkan ekstra, penurunan nadi. jantung ekstra atau
curah jantung penurunan nadi membantu
adekuat yang mengidentifikasi disritmia
dibuktikan oleh pada klien tak terpantau.
tekanan darah
3. Kaji tanda-tanda vital dan
atau nadi dalam 3. Penanganan cepat untuk
keadekuatan curah
rentang normal, mengakhiri disritmia
jnatung /perfusi jaringan.
haluan urine diperlukan pada adanya
Laporkan variasi penting
adekuat, nadi gangguan curah jantung dan
pada (frekuensi nadi,
teraba sama. perfusi jaringan.
kesamaan, pernapasan,
b. Menunjukan
perubahan pada warna kulit,
penurunan
tingkat kesadaran dan
frekuensi/tak
haluan urine selama episode
adanya disritmia.
disritmia)
c. Berpartisipasi
dalam aktivitas 4. Penurunan rangsang dan
4. Berikan lingkungan tenang.
yang menurunkan penghilangan stress akibat
Kaji alasan untuk
kerja miokardia. membatasi aktivitas selama katekolamin, yang dapat
fase akut menyebabkan atau
meningkatkan disritmia dan
vasokonstriksi serta
meningkatkan kerja
miokardia.
5. Demonstrasikan 5. Meningkatkan partisipasi
penggunaan perilaku pasien dalam mengeluarkan
pengaturan stress, beberapa rasa kontrol dalam
contohnya: teknik relaksasi situasi penuh stress.
napas dalam.
6. Lakukan resusitasi jantung 6. Suatu upaya intervensi untuk
paru sesuai indikasi mencegah kerusakan iskemi
atau kematian
7. Berikan oksigen sesuai 7. Meningkatkan jumlah
indikasi oksigen untuk miokard yang
menurunkan iritabilitas yang
disebabkan oleh hipoksia.

b. Kurang pengetahuan tentang penyebab/kondisi pengobatan berhubungan dengan


kurang informasi/salah pengertian kondisi medis/kebutuhan terapi, tidak
mengenal sumber informasi, kurang mengingat.

Tujuan dan kriteria Intervensi Rasional


hasil
Klien menunjukan 1. Kaji ulang kondisi jantng 1. Memberikan dasar
pengetahuannya normal/ konduksi pengetahuan untuk
meningkat setelah elektrikal. memahami variasi individual
dilakukan tindakan dan memahami alasan
keperawatan selama 3 x intervensi terapeutik.
24 jam dibuktikan 2. Jelaskan masalah 2. Informasi terus menerus
dengan kriteria hasil : disritmia khusus dan dapat menurunkan cemas
a. Klien menyatakan tindakan terapeutik pada sehubungan dengan
pemahaman pasien atau orang tua. ketidaktahuan dan
tentang kondisi menyiapkan pasien/orang
dan program terdekat.
pengobatannya 3. Bantu pemasangan atau 3. Pacu sementara mungkin
b. Klien menyatakan mempertahankan fungsi perlu untuk meningkatkan
tindakan yang pacu jantung. pembentukan impuls atau
diperlukan dan menghambat takidisritmia
kemungkinan efek dan aktivitas ektopik supaya
samping dari obat mempertahankan fungsi
tersebut. kardiovaskuler

4. Dorong pengembangan
4. Bila disritmia ditangani
latihan rutin,
dengan cepat, aktivitas
menghindari latihan
normal harus dilakukan.
berlebihan.
Program latihan berguna
dalam memperbaiki
kesehatan kardiovaskuler.

c. Nyeri berhubungan dengan agen pencidera fisiologis ( iskemia jaringan)

Tujuan dan kriteria Intervensi Rasional


hasil
Klien mengatakan nyeri 1. Selidiki keluhan nyeri 1. Nyeri secara khas terletak
hilang setelah dilakukn dada, perhatikan awitan subternal dan dapat
tindakan keperawatan dan factor pemberat dan menyebar keleher dan
selama 3 x 24 jam penurun.Perhatikan punggung. Namun ini
dibuktikan dengan petunjuk nonverbal berbeda dari iskemia infark
kriteria hasil: ketidak nyamanan miokard. Pada nyeri ini
a. Tidak ada nyeri dapat memburuk pada
b. Klien lebih inspirasi dalam, gerakan
tenang dan tidak atau berbaring dan hilang
tampak meringis dengan duduk
tegak/membungkuk
2. Berikan lingkungan yang 2. Untuk menurunkan
tenang dan tindakan ketidaknyamanan fisik dan
kenyamanan mis: emosional pasien
perubahan posisi,
masasage
punggung,kompres hangat
dingin, dukungan
emosional
3. Berikan aktivitas hiburan 3. Mengarahkan perhatian,
yang tepat memberikan distraksi dalam
tingkat aktivitas individu
4. Berikan obat-obatan 4. Untuk menghilangkan nyeri
sesuai indikasi nyeri dan respon inflamasi

4. Evaluasi Keperawatan

Hasil yang diharapkan

a. Kecemasan berkurang
1) Mengekspresikan sikap positif mengenai hidup dengan disritmia
2) Mengekspresikan rasa percaya diri karena telah memahami apa yang harus
dikerjakan bila terjadi keadaan gawat darurat
b. Menyampaikan pengetahuan tentang disritmia dan penatalaksanaannya
1) Menjelaskan disritmia dan efeknya pada curah jantung
2) Menyebutkan dengan jelas rasional program pengobatan dan menjelaskan
perlunya kadar serum obat terapetik
c. Menyebutkan tindakan yang harus diambil bila terjadi keadaan gawat darurat.
1) Tidak memperlihatkan tanda-tanda komplikasi
2) Memperlihatkan episode disritmia dengan jumlah minimal
3) Memperlihatkan tekanan darah, nadi, dan pernapasan dalam parameter yang
normal tanpa variasi yang terlalu luas.
d. Nyeri berkurang atau hilang
e. Suplai oksigen dalam darah adekuat
DAFTAR PUSTAKA

Doengoes, Marylin E. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan Pedoman Untuk Perencanaan dan
Pendokumentasian Pasien. Edisi 3. Jakarta: EGC

Nanda International. 2005. Diagnosa Keperwatan Definisi dan Klasifikasi 2009-2011. Jakarta:
EGC
Norman. 2011. Perawatan Kritis Pendekatan Holistik Edisi 6, Vol 1. Jakarta: EGC

PPNI. 2017. Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia Definisi dan Indikator Diagnostik.
Jakarta: Dewan Pengurus Pusat PPNI

Smeltzer, Sunanne C. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal-Bedah Brunner & Suddart Edisi 8.
Jakarta: EGC

Wikipedia. 2018, 26 Desember. Dikutip pada 07 Maret 2019


https://id.wikipedia.org/wiki/Aritmia

Willy, Tjin. 2018, 01 Oktober. Diagnosis Penjakit Jantung. Dikutip 07 Maret 2019 dari
alodokter: https://www.alodokter.com/penyakit-jantung/diagnosis

Anda mungkin juga menyukai