Anda di halaman 1dari 9

EXCHANGE TRANSFUSION

Pengertian tindakan keperawatan


Transfusi tukar adalah suatu rangkaian tindakan mengeluarkan darah pasien dan
memasukkan darah donor untuk mengurangi kadar serum bilirubin atau kadar hematokrit
yang tinggi atau mengurangi konsentrasi toksin-toksin dalam aliran darah pasien.

Tujuan tindakan keperawatan


1. Untuk mengetahui indikasi, kontra indikasi dilakukannya transfusi tukar.
2. Untuk mengetahui persiapan-persiapan apa saja yang harus dipersiapkan ketika
akan melakukan transfusi tukar.
3. Untuk mengetahui perencanaan tindakan keperawatan sebelum dan sesudah
tindakan transfusi tukar.

Gambar Alat dan anatomi tubuh yang berkaitan

Indikasi tindakan keperawatan (diagnosis medis dan diagnosis keperawatan)


1. Hiperbilirubinemia (indirect bilirubin) karena sebab apapun, jika kadar bilirubin
beresiko untuk menimbulkan gangguan di susunan saraf pusat (kern ikterik).
Transfusi tukar yang dilakukan adalah double volume exchange selama 50-70
menit. Penurunan bilirubin semakin efisien jika transfusi tukar dilakukan
perlahan, sehingga ada kesempatan untuk bilirubin ekstra dan intravaskuler
mencapai keseimbangan.
2. Hemolytic Disease of The Newborn (HDN). Pada kelainan ini terjadi pemecahan
eritrosit bayi karena antibodi maternal, sehingga bayi akan mengalami anemia dan
hiperbilirubinemia sebagai hasil metabolisme heme. Transfusi tukar akan
membuang sel eritrosit bayi yang telah tersensitisasi dengan antibodi maternal
(antibody coated RBC), menurunkan kadar bilirubin sekaligus melakukan koreksi
terhadap anemia yang ditimbulkan oleh HDN. Dilakukan transfusi tukar double
volume, kalau perlu diulang, jika terjadi pemecahan eritrosit yang cepat.
3. Sepsis Neonatal. Transfusi tukar akan membantu membuang bakteri, toksin,
produk pemecahan fibrin serta akumulasi asam laktat dari bayi dan di saat
bersamaan memberikan komplemen, faktor-faktor koagulasi dan imunoglobulin
dari darah yang baru.
4. Pembekuan Intravaskular Menyeluruh (PIM). Transfusi tukar membantu
peningkatan faktor-faktor koagulasi dan mengurangi penyebab KID, walaupun ini
masih merupakan kontroversi.
5. Asidosis serta Gangguan Cairan dan Elektrolit Berat, seperti hiperkalemia,
hipernatremia atau kelebihan cairan. Pada kasus seperti ini dilakukan transfusi
tukar parsial isovolumetrik.
6. Pengaturan Kadar Hemoglobin. Pada polisitemia dilakukan transfusi tukar parsial
dengan garam fisiologis atau plasma untuk menurunkan kadar hemoglobin,
sedangkan pada anemia berat yang potensial menimbulkan gagal janntung, seperti
pada hydrops fetalis, dilakukan transfusi tukar parsial dengan packed red cells
(PRC).

Kontra indikasi tindakan keperawatan


Transfusi tukar merupakan kontra indikasi jika pemasangan line intravena lebih
berbahaya daripada manfaat transfusi tukar. Kontra Indikasi tersebut adalah :
1. Kontra indikasi melalui arteri atau vena umbilikalis :
 Gagal memasang akses arteri atau vena umbilikalis dengan tepat.
 Omfalitis.
 Omfalokel/Gastroskisis.
 Necrotizing Enterocolitis.

2 Kontra indikasi melalui arteri atau vena perifer :


 Gangguan perdarahan (Bleeding Diathesis).
 Infeksi pada tempat tusukan.
 Aliran pembuluh darah kolateral dari arteri ulnaris/ arteri Dorsalis Pedis kurang baik.
 Ketidakmampuan memasang akses arteri dan vena perifer

Asuhan keperawatan yang berkaitan (diagnosis,outcome dan intervention)


A. Pengkajian
1. Kaji riwayat penyakit
2. Kaji apakah pasien pernah mendapat transfuse sebelumnya dan apakah pernah
terjadi reaksi alergi, pirogenik atau lainnya
3. Kaji tanda vital : status pernafasan, sirkulasi, nadi, TD, recappillary refill,
suhu.
4. Kaji terapi medis yang sedang dijalani dan apakah berpengaruh pada system
hematologi dan system imun pasien
5. Lakukan pengkajian hematologi (termasuk jumlah darah pasien secara
lengkap) dan system imunologik
6. Cek instruksi dokter : jumlah komponen darah/darah yang dibutuhkan, jenis
dan kecepatan pemberian
7. Cek hasil cross test darah pasien
8. Tanyakan agama pasien : apakah menolak terapi transfuse ?

B. Diagnose keperawatan
Diagnose yang timbul pada pasien yang menjalani transfuse antara lain :
1. Kekurangan cairan tubuh
2. Gangguan pertukaran gas

Sedangkan diagnose yang dapat terjadi pada pasien dengan transfuse yang
berhubungan dengan infeksi nosokomial antara lain :
1. Potensial cedera sehubungan dengan pembentukan komplek antigen
antibody
2. Hipertermi sehubungan dengan reaksi transfuse
C. INTERVENSI
No Diagnosa NOC NIC
1 Gangguan NOC : Managemen Jalan
Pertukaran gas  Status pernafasan : Nafas
Pertukaran gas  Buka jalan
Definisi : Kelebihan atau  Status pernafasan : nafas, gunakan
kekurangan dalam ventilasi teknik chin lift
oksigenasi dan atau  Status Vital Sign atau jaw thrust
pengeluaran bila perlu
karbondioksida di dalam Kriteria Hasil :  Posisikan
membran kapiler alveoli  Peningkatan pasien untuk
ventilasi dan memaksimal
Batasan oksigenasi yang kan ventilasi
karakteristik : adekuat  Identifikasi
 Gangguan  Memelihara pasien
penglihatan kebersihan paru perlunya
 Penurunan CO2 paru dan bebas dari pemasangan
 Takikardi tanda tanda distress alat jalan nafas
 Hiperkapnia pernafasan buatan
 Keletihan  batuk efektif  Pasang mayo
 somnolen  suara nafas yang bila perlu
 Peka rangsang bersih  Lakukan
 Hypoxia  tidak ada sianosis fisioterapi
 kebingungan dan dyspneu dada jika perlu
 Dyspnoe  mampu  Keluarkan
 nasal faring mengeluarkan sekret dengan
 AGD Abnormal sputum batuk atau isap
 sianosis  mampu bernafas lendir
 Lakukan isap
 warna kulit dengan mudah
abnormal (pucat,  tidak ada pernafsan lendir pada
cuping hidung mayo
kehitaman)
 Tanda tanda vital  Berika
 Hipoksemia
bronkodilator
 hiperkarbia dalam rentang
normal bila perlu
 sakit kepala ketika
 Berikan
bangun
pelembab
 frekuensi dan udara
kedalaman nafas
 Atur intake
abnormal
untuk cairan
 Faktor faktor yang mengoptimalk
berhubungan an
 ketidakseimbangan keseimbangan.
perfusi ventilasi
 Monitor
 perubahan
respirasi dan
membran kapiler- status O2.
alveolar
Monitor Respirasi
 Monitor rata –
rata,
kedalaman,
irama dan
usaha respirasi
 Catat
pergerakan
dada,amati
kesimetrisan,
penggunaan
otot tambahan,
retraksi otot
supraclavicular
dan intercostal
 Monitor suara
nafas, seperti
dengkur
 Monitor pola
nafas :
bradipena,
takipenia,
kussmaul,
hiperventilasi,
cheyne stokes,
biot
 Catat lokasi
trakea
 Monitor
kelelahan otot
diagfragma
(gerakan
paradoksis)
 Auskultasi
suara nafas,
catat area
penurunan /
tidak adanya
ventilasi dan
suara
tambahan
 Tentukan
kebutuhan isap
lendir dengan
mengauskultas
i crakles dan
ronkhi pada
jalan napas
utama
 Auskultasi
suara paru
setelah
tindakan untuk
mengetahui
hasilnya

NO Diagnosa NOC
Defisit Volume Cairan NOC : Management Cairan
Definisi : Penurunan cairan  Keseimbangan  Timbang
intravaskuler, interstisial, Cairan popok/pembal
dan/atau intrasellular. Ini  Hidrasi ut jika
mengarah ke dehidrasi,  Status nutrisi: diperlukan
kehilangan cairan dengan Intake makanan  Pertahankan
pengeluaran sodium dan cairan catatan intake
dan output
Batasan Karakteristik : yang akurat
Kriteria Hasil :
 Kelemahan  Monitor status
 Mempertahankan
 Haus urine output sesuai hidrasi
 Penurunan turgor dengan usia dan ( kelembaban
kulit/lidah BB membran
 Membran  BJ urine normal mukosa, nadi
mukosa/kulit  Hct normal adekuat,
kering  Tekanan darah tekanan darah
 Peningkatan dalam batas normal ortostatik ),
denyut nadi, jika diperlukan
 < 1 bln sistole 60
penurunan tekanan
 1bln-1 th sistole 70  Monitor hasil
darah, penurunan Alb yang
 1 th sistole 70 +
volume/tekanan sesuai dengan
(2X umur dalam
nadi retensi cairan
tahun
 Pengisian vena (BUN , Hct ,
 nadi dalam batas
menurun osmolalitas
normal
 Perubahan status urin )
 0-3 bln : 85-
mental
200X/mnt  Monitor vital
 Konsentrasi urine sign
 3bln – 2 th : 100-
meningkat
190 X/mnt  Monitor
 Temperatur tubuh masukan
 2-10 th : 60-
meningkat makanan /
140X/mnt
 Hematokrit cairan dan
 suhu tubuh dalam hitung intake
meninggi
batas normal (
 Kehilangan berat kalori harian
36,5 oC-37,5 oC)
badan seketika  Monitor status
 Tidak ada tanda nutrisi
(kecuali pada third
tanda dehidrasi
spacing)  Berikan
 Elastisitas turgor diuretik sesuai
kulit baik intruksi
 membran mukosa  Kolaborasi
lembab
pemberian
 tidak ada rasa haus cairan IV pada
Faktor-faktor yang yang berlebihan suhu ruangan
berhubungan:  Dorong
 Kehilangan volume masukan oral
cairan secara aktif  Berikan
 o Kegagalan penggantian
mekanisme nasogatrik
pengaturan sesuai output
 Dorong
keluarga untuk
membantu
pasien makan
 Tawarkan
snack ( jus
buah, buah
segar )
 Kolaborasi
dokter jika
tanda cairan
berlebih
muncul
memburuk
 laporkan
kemungkinan
tranfusi

Persiapan tindakan keperawatan


 Persiapan Alat
Adapun persiapan alat-alat yang akan digunakan dalam transfusi tukar yaitu :
1. Radiant warmer
2. Peralatan dan obat-obatan resusitasi
3. Alat monitor lengkap (pengukur denyut jantung, frekuensi nafas, suhu, pulse
oxymetri, dan tekanan darah)
4. Peralatan untuk pemasangan arteri dan vena umbilikal
5. Orogastric tube, dipasang ke bayi
6. Spuit 10 atau 20 cc
7. Kalsium glukonas
8. NaCl : Heparin 1 UI/cc
9. Tempat pembuangan darah (bisa dibuat dari botol infus) yang telah
dihubungkan dengan set infus makro.

 Persiapan Lingkungan
1. Lingkungan sekitar bayi harus bersih, nyaman dan kering.
2. Suhu ruangan 360C-370C.
3. Monitor lengkap dengan pengukuran tekanan darah, nadi, respirasi, dan suhu.
4. Pencahayaan yang cukup.
 Persiapan Pasien
1. Bayi dipuasakan 3-4 jam sebelumnya dan selang lambung diaspirasi sebelum
transfusi tukar.
2. Bila mungkin 4 jam sebelum transfusi tukar bayi diberi infus albumin
1g/kgBB.
3. Awasi tanda vital, jika perlu berikan oksigen
4. Tubuh anak jangan sampai kedinginan
5. Bila tali pusat masih segar, potong dan sisakan 3-5 cm di atas dinding perut.
Bila telah kering, potong rata setinggi dinding perut. Salah satu ujung kateter
polietilen dihubungkan dengan semprit 3 cabang dan ujung yang satu lagi
dimasukkan ke vena umbilikalis dengan hatihati sampai terasa tahanan lalu
tarik lagi sepanjang 1 cm. Dengan cara tersebut biasanya darah sudah keluar
sendiri. Ambilah 20 cc untuk pemeriksaan laboratorium yang diperlukan.
6. Periksa tekanan vena umbilikalis dengan mencabut kateter dari semprit dan
mengangkat ke atas. Tekanan ini biasanya positif ( darah akan naik setinggi 6
cm di atas dinding
perut ). Bila ada gangguan pernapasan biasanya terdapat tekanan negatif.
7. Keluarkan lagi sebanyak 20 ml, kemudian baru masukkan 20 ml darah donor
dan seterusnya. Measukkan dan mengeluarkan darah dilakukan dalam waktu
20 detik. Pada bayi prematuritas cukup dengan 10-15 ml. Jumlah darah yang
dikeluarkan adalah 190 ml/kg BB dan yang dimasukkan adalah 170 ml/kg BB.

Prosedur pelaksanaan tindakan keperawatan


A. Teknik Transfusi Tukar
1. Simple double volume (push pull method), untuk keluar masuk darah hanya
diperlukan satu jalur transfusi (biasanya dari vena besar, seperti vena
umbilikal). Teknik ini digunakan untuk hiperbilirubinemia tanpa komplikasi
(seperti anemia, sepsis, dll). Waktu rata-rata per kali untuk keluar masuk kira-
kira 3-5 menit, sehingga total transfusi akan berlangsung selama 90-120 menit.
2. Isovolumetric double volume. Pada teknik ini dilakukan pemasangan dua
jalur, bisa arteri dan vena (pada umbilikal ataupun perifer) ataupun vena dan
vena, dibutuhkan dua operator untuk memasukkan dan mengeluarkan darah.
Jika dipakai jalur arteri dan vena, darah dimasukkan dari vena serta
dikeluarkan melalui arteri. Keuntungan dari metode ini adalah proses masuk
dan keluar darah bisa dilakukan pada waktu yang bersamaan sehingga
gangguan hemodinamik minimal, disamping itu waktu pelaksanaan transfusi
tukar juga lebih singkat (45-60 menit). Waktu pelaksanaan bisa diperpanjang
sampai 4 jam untuk memungkinkan ekuilibrasi bilirubin di darah dan jaringan,
hal ini akan meningkatkan kadar bilirubin yang bisa dihilangkan. Pada kasus
hydrops fetalis berat, teknik ini merupakan pilihan karena fluktuasi volume
minimal, sehingga gangguan miokardium juga minimal.
3. Transfusi tukar parsial. Dilakukan transfusi dengan plasma atau PRC, sesuai
indikasi (polisitemia atau anemia berat).

B. Pelaksanaan
1. Jelaskan tentang prosedur dan minta informed consent kepada orangtua.
2. Puasakan bayi selama 3-4 jam sebelum transfusi tukar dimulai. Pasang OGT
untuk mengosongkan lambung dan alirkan (buka tutupnya) selama prosedur.
Tindakan ini berguna auantuk dekompresi, mencegah regurgitasi serta aspirasi
cairan lambung.
3. Tidurkan bayi telentang dan tahan posisinya dengan baik (tahan dengan erat tetapi
tidak ketat, dengan bantuan bantal pasir ataupun plester ke tempat tidur). Jangan
lupa memasang urine collector.
4. Lakukan prosedur seperti untuk tindakan mayor, kemudian pasang cateter vena
umbilikal untuk teknik push and pull, serta arteri dan vena umbilikal untuk teknik
isovolumetrik.
5. Siapkan unit darah. Pastikan bahwa darah tersebut memang benar untuk pasien,
golongan darah cocok, dan temperatur cocok. Kalau masih dingin, hangatkan ke
suhu tubuh (tidak lebih dari 370C) jangan terlalu panas karena bisa menyebabkan
hemolisis.
6. Selanjutnya pasang darah ke set infus, pastikan threeway stopcock berada pada
posisi yang tepat sebelum memulai prosedur.
A. Untuk teknik push-pull, pasang set transfusi di jalur vena (umbilikal atau vena
besar lain) dengan bantuan four way stopcock. Kalau tidak ada bisa diganti
dengan dua buah threeeway stopcock yang dipasang seri. Di outlet stopcock
tersebut, dipasang satu buah spuit 10 atau 20 cc, darah yang akan ditransfusikan
dan set infus untuk tempat darah kotor. Pasang set transfusi sedemikian rupa
sehingga stopcock akan berotasi searah jarum jam dengan urutan :
 Tarik darah dari pasien
 Buang ke tempat darah kotor
 Ambil darah baru Vena besar untuk menarik darah sedangkan vena perifer
untuk
 Masukkan dengan perlahan Jika vena umbilikal tidak bisa digunakan,
teknik push-pull boleh dilakukan di arteri umbilikal dengan syarat ujung
kateter berada di bagian bawah aorta (di bawah lumbal 3).
B. Untuk teknik isovolumetrik, di jalur vena dipasang satu buah threeway stopcock
yang dihubungkan dengan satu buah spuit 10 atau 20 cc dan darah yang akan
ditransfusikan, sedangkan di jalur arteri, threeway stopcock dihubungkan dengan
satu buah sputi 10 atau 20 cc dan set infus untuk tempat.
C. Darah kotor. Jika jalur arteri tidak bisa ditemukan, alternatif dari teknik ini adalah
dengan penggunaan dua vena. memasukkan darah. Bilas jalur penarikan darah
dengan NaClheparin 1 Ui/cc tiap 10-15 menit sekali untuk mencegah bekuan.
7. Mulailah prosedur transfusi tukar dengan perlahan, volume keluar masuk darah
disesuaikan dengan berat badan bayi, rata-rata 5 ml/kgbb. Volume per kali
(aliquots), minimal 5 cc dan maksimal 20 cc.
DAFTAR PUSTAKA

Alimul, A. Azis Hidayat. 2008. Pengantar Ilmu Keperawatan


Anak. Jakarta: Salemba Medika.

Boxwell, Glenys. 2007. Neonatal Intensive Care Nursing. USA:


Routledge.

Lacy, Tricia Gomella, MD. 2008. Neonatology: Management,


Procedures, On-Call Problems, Diseases, and Drugs. Edisi
V. New York: Medical Publishing Division.

Sholeh, M. Kosim, et all. 2009. Buku Ajar Neonatologi. Jakarta:


Badan Penerbit IDAI

Anda mungkin juga menyukai