Anda di halaman 1dari 12

TUGAS KEPERAWATAN ANAK

“ATRESIA ANI”

OLEH :

1. GUSTI AYU PRAMI WAHYUNI ( C1117043 )


2. NI KOMANG SUCI ( C1117045 )
3. NI PUTU EKA ARISTA DEWI ( C1117047 )
4. I MADE KRESNA DWIPAYANA ( C1117049 )
5. NI KADEK JUNI SUGIANTARI ( C1117051 )
6. I WAYAN GELGEL WIRADIANA ( C1117052 )
7. I DEWA GEDE AGUNG MAHENDRA PUTRA ( C1117058 )
8. I KOMANG GEDE BANDESA MAHA PUTRA ( C1117061 )
9. I DEWA GEDE AGUNG WIDIANTARA ( C1117065 )
10. AUREN SINTA ( C1117066 )
11. GEDE ANGGA ARTHA DINATA ( C1117069 )
12. I NYOMAN ARIE SUKADI NUGRAHA ( C1117074 )

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


STIKES BINA USADA BALI
TAHUN 2019
LAPORAN PENDAHULUAN
ATRESIA ANI

A. DEFINISI
Atresia Ani adalah suatu kelainan kongenital tanpa anus atau dengan anus tidak
sempurna, termasuk Agenesis ani, Agenesis rekti dan Atresia rekti. Insiden 1 : 5000 kelahiran
yang dapat muncul sebagai penyakit.
Atresia ani atau anus imperforadis adalah suatu keadaan dimana lubang anus tidak
berlubang. Menurut istilah kedokteran atresia ani adalah suatu keadaan tidak adanya atau
tertutupnya lubang badan yang normal.
Atresia ani adalah cacat yang terjadi dalam perkembangan janin.

B. ETIOLOGI
Atrisia ani ini diakibatkan oleh ketidak normalan perkembangan janin dalam rahim
selama kehamilan, kelainan ini karena tidak berfungsinya secara penuh saluran anus dan akan
menjadi kelainan bawaan. dikatakan kelainan bahwa karena kelainan ini terjadi pada bayi
yang didapat segera setelah bayi lahir. pada bayi baru lahir kejadiannya sekitar 1:5000
kelahiran bayi hidup.
Etiologi secara pasti atresia ani belum diketahui. Namun terdapat beberapa faktor
yang dapat menyebabkan atresia ani, antara lain:

a. Putusnya saluran pencernaan dari atas dengan daerah dubur sehingga bayi lahir tanpa
lubang dubur.
b. Kegagalan pertumbuhan saat bayi dalam kandungan berusia 12 minggu atau 3 bulan.
c. Adanya gangguan atau berhentinya perkembangan embriologik didaerah usus, rectum
bagian distal serta traktus urogenitalis, yang terjadi antara minggu ke empat sampai ke
enam usia kehamilan .
d. Terjadinya omfalokel dan gastoskizis disebabkan karena adanya kegagalan organ dalam
untuk kembali ke rongga abdomen.
C. TANDA DAN GEJALA
a. Mekonium (tinja pertama pada bayi baru lahir) tidak keluar dalam waktu 24-48
jam setelah lahir
b. Tinja keluar dari vagina atau uretra
c. Perut kembung
d. Bila menyusui bayi akan muntah

D. PATOFISIOLOGI DAN WOC


Anus dan rectum berkembang dari embrionik bagian belakang. Ujung ekor dari
bagian belakang berkembang menjadi kloaka yang merupakan bakal genitoury dan
struktur anorektal. Terjadi stenosis anal karena adanya penyempitan pada kanal anorektal.
Terjadi astresia anal karena tidak ada kelengkapan migrasi dan perkembangan struktur
kolon antara 7 dan 12 minggu dalam perkembangan fetal. Kegagalan migrasi dapat juga
karena kegagalan dalam agenesis sacral dan abnormalitas pada uretra dan vagina. Tidak
ada pembukaan usus besar yang keluar anus menyebabkan fecal tidak dapat dikeluarkan
sehingga intestinal mengalami obstruksi.
PATHWAY.

Kelainan Kongenital

 Gangguan Pertumbuhan
 Fusi
 Pembentukan anus dari
tonjolan embrionik

ATRESIA ANI

Feses Tidak Keluar Vistel Rektovaginal

Feses Menumpuk Feses Masuk Ke Uretra

Mikroorganisme masuk ke
Reabsorbsi sisa Peningkatan Tekanan
saluran kemih
metabolisme Intra abdominal
Dysuria
Keracunan
Operasi Anoplasti
Gang. Eliminasi Urine
Mual, Muntah

Ansietas Perubahan Defekasi :


Ketidakseimbangan
Pengeluaran Tak
Nutrisi < Kebutuhan
Terkontrol Iritasi
Tubuh
Mukosa

Nyeri pada abdomen Abnormalitas spingter Trauma Jaringan

Nyeri Akut Inkontinensia Perawatan tidak


Defekasi adekuat

Resiko Infeksi
E. KLASIFIKASI
Tipe Atresia Ani secara umum ada 4 , yaitu :
 Tipe 1 : Terdapat penyempitan pada sebelah proksimal sehingga dari luar tampak
anus normal
 Tipe 2 : Terdapat selaput/membran dekat dengan lubang anus
 Tipe 3 : Ujung rektum berakhir buntu, sehingga dari luar jelas tidak terlihat anus
 Tipe 4 :Ujung rektum buntu, tetapi terdapat lekukan ke dalam dari anus, sehingga dari
anus tampak normal

F. KOMPLIKASI
a. Obstruksi intestinal atau tersumbatnya saluran pencernaan
b. Bowel ineontinence atau konstipasi

G. PEMERIKSAAN PENUNJANG

Untuk memperkuat diagnosis dapat dilakukan pemeriksaan penunjang sebagai berikut :


1. Pemeriksaan radiologis, yang bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya obstruksi
intestinal atau menentukan letak ujung rectum yang buntu setelah bayi berumur 24
jam.
2. Sinar X terhadap abdomen, yang bertujuan untuk menentukan kejelasan keseluruhan
bowel/usus dan untuk mengetahui jarak pemanjangan kantung rectum dari
sfingternya.
3. Ultrasonografi (USG) abdomen, yang bertujuan untuk melihat fungsi organ internal
utama dalam system pencernaan dan mencari adanya factor reversibel seperti
obstruksi massa tumor.
4. CT Scan, yang bertujuan untuk menentukan lesi.
5. Rontgenogram pada abdomen dan pelvis, yang bertujuan untuk mengonfirmasi
adanya fistula yang berhubungan dengan saluran urinaria.
H. PENATALAKSANAAN
 Dilakukan pembedahan untuk membentuk lubang anus
 Jika terdapat fistula juga dilakukan penutupan fistula
 Dilakukan rujukan untuk dilakukan foto rontgen
 Dokter bedah akan membuatkan lubang dubur sementara mengenai tempat
tergantung jarak usus yang mampet
 Apabila ususnya pendek maka akan ditarik dan dibuat lubang
 Apabila panjang biasanya dibuatkan dulu lubang lewat dinding perut, pada
usia 5 bulan dapat dibuat cara pembedahan lubang dubur atau tergantung dari
kondisi anak.
ASUHAN KEPERAWATAN

A. DATA SUBJEKTIF DAN DATA OBEKTIF:


No Data Fokus Etiologi Masalah Keperawatan

1. Ds:Ibu pasien mengatakan Peningkatan Tekanan Intra Inkontensia defekasi


abdominal
anaknya tidak keluar
BAB lebih dari 24 jam
Operasi Anoplasti
Do: Pasien tidak
mengeluarkan
Tak Terkontrol Iritasi Mukosa
mekonium dalam 24
Perubahan Defekasi : Pengeluaran
jam, pasien tampak
gelisah
Abnormalitas spingter

Inkontinensia Defekasi

2. Ds: Ibu pasien Peningkatan Tekanan Intra Nyeri akut


abdominal
mengatakan anaknya
menangis
Operasi Anoplasti
Do : Pasien tampak lemas
dan tidak nyaman
Tak Terkontrol Iritasi Mukosa
Perubahan Defekasi : Pengeluaran

Nyeri pada abdomen

Nyeri Akut

3. Ds : Ibu pasien Feses Tidak Keluar Ketidakseimbangan nutrisi


mengatakan sering kurang dari kebutuhan tubuh
muntah Feses Menumpuk
Do: Anak menangis,mual
perut kembung, dan Reabsorbsi sisa metabolisme
menolak diberikan
ASI Keracunan

Mual, Muntah

Ketidakseimbangan Nutrisi <


Kebutuhan Tubuh

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Inkontinensia defekasi berhubungan dengan abnormalitas sfingter rektal
2. Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera fisik
3. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
ketidakmampuan mencerna makanan
C. INTERVENSI
Intrevensi
N
Dx.KEP Tindakan TTD
O Tujuan dan NOC Rasional
Keperawatan/NIC
1. Inkontinensia defekasi b.d 1. Instruksikan a) Untuk mengetahui
Setelah dialakukan tindakan
abnormalitas sfingter rektal keluarga untuk bentuk fisik feses
keperawatan selama 3x24
mencatat yang keluar
jam diharapkan
pengeluaran b) Mencegah terjainya
pengeluaran defekasi
feses resiko infeksi
terkontrol dengan kriteria
2. Jaga c) Mengetahui
hasil:
kebersiahan perkembangan
 Defekasi lunak,
baju dan tempat defekasi
feses berbentuk
tidur
dipertahankan pada
3. Evaluasi status
skala 3 ditingkatkan
BAB secara
ke skala 4
rutin
2. Nyeri akut b.d agen cedera Setelah dialakukan tindakan 1. Observasi reaksi a) Untuk mengetahui
fisik keperawatan selama 3x24 nonverbal dari bagian mana yang
jam diharapkan nyeri akut ketidaknyamana nyeri
dapat berkurang dengan n klien b) Dengan dukungan
kriteria hasil: 2. Bantu klien dan orang tua di sekitar
 Klien tampak keluarga untuk klien bisa
mencari dan mengurangi nyeri
nyaman dan tenang menemukan c) Lingkungan yang
dipertahan pada dukungan nyaman dapat
skala 3 di tingkatkan 3. Kontor mengurangi rasa
ke skala 4 lingkungan yang nyeri
dapat d) Analgesik dapat
memengaruhi mengurangi nyeri
nyeri
4. Kolaborai
dengan dokter
terkait
pemberian
analgesik
3. Ketidakseimbangan nutrisi Setelah dialakukan tindakan 1. Monitor mual a) Mengetahui berapa
kurang dari kebutuhan keperawatan selama 3x24 dan muntah output yang keluar
tubuh b.d ketidak mampuan jam diharapkan kebutuhan 2. Kaji kemampuan b) Memberikan
mencerna makanan nutrisi klien terpenuhi klien untuk makanan sesuai
dengan kriteria hasil: mendapatkan kemampuan (oral
 Mampu nutrisi yang di atau NGT)
mengidentifikasi butuhkan c) Mengetahui status
kebutuhan nutrisi 3. Monitior status gizi dan
dipertahankan pada gizi meminimalisir
skala 3 di 4. Kolaborasi malnutrisi
tingkatakan ke skala dengan dokter d) Terkait
4 pemasangan NGT
 Tidak ada tanda-
tanda malnutrisi
dipertahakan pada
skala 3 di tingkatkan
ke skala 4
DAFTAR PUSTAKA

Nurhayati.A.M(2009),Asuhan Kegawat daruratan dan Penyulit Pada Neonatus. Jakarta:Trans


Info Media
Nuratif, AH , Kusuma Hardi. Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis &
NANDA, NIC-NOC jilid 1 Edisi Revisi. Yogyakata. Mediaction Publishing
Nanung Lia Dewi, Vivian. 2012. Asuhan Neonatus Bayi dan Anak Balita. Jakarta: Salemba
Medika
Sudarti,M.kes., dkk.2010. Asuhan Kebidanan Neonatus, Bayi dan Anak Balita. Yogyakarta;
Nuha Medika.
Haryono,Rudi.2013. Penanganan Kejadian Atresia Ani Pada Anak. Jurnal Keperawatan
Notokusuma Vol.1,No.1

Anda mungkin juga menyukai