Anda di halaman 1dari 61

ASUHAN KEPERAWATAN PADA By. Ny.

I DENGAN
ATRESIA ANI
Disusun untuk memenuhi tugas profesi ners stase Anak di RSUD
Moewardi

KELOMPOK 31
1. Wayan Adi Arwana (19160081)
2. Dewi Indri Astuti (19160046)
3. Fitriyani (19160085)

PROGAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS RESPATI YOGYAKARTA
BAB 1
PENDAHULUAN

1. Latar Belakang
Atresia ani merupakan terjadinya perforasi membran yang memisahkan
bagian endoterm yang mengakibatkan pembentukan lubang anus yang tidak
sempurna. Anus tampak rata atau sedikit cekung kedalam atau kadang berbentuk
anus namun tidak berhubungan langsung dengan rektum. (Purwanto, 2010)
Atresia ani adalah malformasi congenital dimana rectum tidak mempunyai
lubang ke luar (Wong, 2004). Sebagian besar prognosis atresia ani biasanya baik
bila didukung perawatan yang tepat dan juga tergantung kelainaan letak anatomi saat
lahir. Atresia ani bila tidak segera ditangani maka dapat terjadi komplikasi seperti
obstruksi intestinal, konstipasi dan inkontinensia feses. Kehidupan masyarakat
perkotaan erat kaitannya dengan kepadatan penduduk, dan polusi udara. Sulitnya
mencari pekerjaan untuk kaum urban berpendidikan rendah, membuat banyak kaum
urban berada pada tingkat ekonomi menengah ke bawah.Tinggal di pemukiman
padat dan kumuh dengan polusi udara dan pola konsumsi nutrisi yang mungkin
kurang baik. Rendahnya tingkat pendidikan dan tingkat ekonomi sangat
memungkinkan terbatasnya keluarga dengan ibu hamil terpapar dengan informasi
kesehatan tentang nutrisi kehamilan. Nutrisi yang dikonsumsi ibu selama kehamilan
dipercaya dapat mempengaruhi perkembangan janin. Polusi udara dari asap
rokok/nikotin dikaitkan dengan retardasi pertumbuhan janin dan peningkatan
mortalitas dan morbiditas bayi dan perinatal (Bobak, 2005). Atresia ani merupakan
salah satu kelainan kongenital yang dapat dipengaruhi oleh faktor genetik dan faktor
lingkungan atau keduanya.
Atresia ani terjadi pada 1 dari setiap 4000-5000 kelainan hidup. Secara
umum atresia ani lebih banyak ditemukan pada laki-laki dari pada perempuan.
Fistula rektouretra merupakan kelainan yang paling banyak ditemuai pada bayi laki-
laki, diikuti oleh fistula perineal. Sedangkan pada bayi perempuan jenis atresia ani
yang paling banyak ditemukan adalah atresia ani diikuti fistula rektovestibular dan
fistula perineal (Oldham K,2005).
Atresia ani memerlukan penatalaksanaan operasi bertahap yaitu pembuatan
kolostomi, pembuatan saluran anus/PSARP (posterior sagital anorectoplasty), dan
yang terakhir tutup kolostomi. Perawatan pada klien tutup kolostomi memerlukan
perhatian yang serius terutama pada penatalaksanaan cairan intravena dan perawatan
luka. Nyeri, puasa lama, dan hari perawatan yang lama menimbulkan trauma bagi
anak. Perawat memegang peranan penting dalam mengurangi efek hospitalisasi pada
anak, terutama nyeri.

2. Tujuan Umum dan Khusus


1) Tujuan umum
Untuk mengetahui asuhan keperawatan pada pasien dengan atresia ani?
2) Tujuan khusus
a. Untuk mengetahui definisi Atresia Ani?
b. Untuk mengetahui etiologi Atresia Ani?
c. Untuk mengetahui manifestasi klinis dari Atresia Ani?
d. Unutuk mengetahui patofisiologi dari Atresia Ani?
e. Untuk mengetahui komplikasi dari Atresia Ani?
f. Untuk mengetahui pemeriksaan penunjang dari Atrsia Ani?
g. Untuk mengetahui penatalaksanaan medis pada Atresia Ani?
h. Untuk mengetahui asuhan keperawatan pada Atresia Ani?
BAB II
TINJAUAN TEORI

1. Definisi
Menurut Faradilla ( 2009 ) Atresia ani adalah suatu kelainan ongenital
tanpa anus atau anus tidak sempurna, termasuk didalamnya agenesis ani.
Atresia ani merupakan tidak terjadinya perforasi membran yang
memisahkan bagian endoterm yang mengakibatkan pembentukan lubang anus
yang tidak sempurna. Anus tampak rata atau sedikit cekung kedalam atau kadang
berbentuk anus namun tidak berhubungan langsung dengan rectum. (Purwanto,
2010)
Atresia ani disebut juga anorektal anomali atau imperforata anus,
Merupakan kelainan kongenital dimana terjadi perkembangan abnormal pada
anorektal di saluran gastrointestinal. Atresia ani atau anus imperporata adalah
malformasi congenital dimana rectum tidak mempunyai lubang ke luar
(Wong,2004).
Menurut Wong (2009), Atresia ani merupakan kelainan kongenital tanpa
anus atau anus tidak sempurna, sdangkan kloaka persisten diakibatkan karena
pemisahan antara tranktus urinarius, traktus genetalia dan traktus digestivus tidak
terjadi. Banyak anak dengan atresia ani memiliki anus imperforata karena mereka
tidak memiliki lupa dimana seharusnya lubang anus ada.

2. Etiologi
Atresia ani atau anus imperforata dapat disebabkan karena :
1. faktor genetik
Kelainan genetik atau bawaan (autosomal) anus disebabkan oleh gangguan
pertumbuhan, fusi dan pembentukan anus dari tonjolan embriogenik. Pada
minggu kelima sampai ketujuh pada usia kehamilan, terjadi gangguan
pemisahan kloaka menjadi rektum dan sinus urogenital, biasanya karena
gangguan perkembangan septum urogenital.
2. Putusnya saluran pencernaan dari atas dengan daerah dubur, sehingga bayi lahir
tanpa lubang dubur
3. Gangguan organogenesis dalam kandungan.
4. Berkaitan dengan sindrom down.
5. faktor lingkungan (seperti peggunaan obat-obatan dan konsumsi alkohol selama
masa kehamilan) namun hal ini masih belum jelas(Bobak, 2005).
Menurut Bets. Ed (2012), Atresia ani dapat terjadi karena :
1. Kegagalan pembentukan septum urorektal secara komplit karena gangguan
pertumbuhan, sfusi, atau pembentukan anus dari tonjolan embrionik.
2. Putusnya saluran pencernaan dari atas dengan dubur, sehingga bayi lahir tanpa
lubang anus.
3. Gangguan organogenesis dalam kandungan penyebab atresia ani, karena ada
kegagalan pertumbuhan saat bayi dalam kandungan berusia 12 minggu.
4. Kelainan bawaan, dimana sfingter internal mungkin tidak memadai.

3. Manifestasi Klinis
Tanda dan gejala yang muncul pada klien dengan atresia ani yaitu :
1. Mekonium tidak keluar dalam 24 jam pertama setelah kelahiran.
2. Tidak dapat dilakukan pengukuran suhu rectal pada bayi.
3. Mekonium keluar melalui sebuah fistula atau anus yang salah letaknya.
4. Distensi bertahap dan adanya tanda-tanda obstruksi usus.
5. Bayi muntah-muntah pada 24-48 jam.
6. Pada pemeriksaan rectal touche terdapat adanya membran anal.
7. Perut kembung dan buncit. (Amin Huda & Hardhi Kusuma, 2015)
4. Pathway

Kelainan kogenital

 Gangguan Pertumbuhan
 Fusi
 Pembentukan anus dari
tonjolan embrionik

ATRESIA ANI

Feses Tidak Keluar Vistel Rektovaginal

Feses Menumpuk Feses Masuk Ke Uretra

Mikroorganisme masuk
Reabsorbsi sisa Peningkatan Tekanan ke saluran kemih
metabolisme Intraabdominal

Dysuria
Keracunan Operasi Anoplasti

Gang. Rasa nyaman


Mual, muntah
Ansietas Perubahan Defekasi:
Pengeluaran Tak Gang. Eliminasi Urine
Ketidakseimbangan Terkontrol Nyeri
Nutrisi < Kebutuhan Iritasi Mukosa
Tubuh

Resiko kerusakan kulit Abnormalitas spingter Trauma jaringan


rektal

Nyeri Inkontinensia Defekasi Perawatan tidak


Gang. Rasa Nyaman adekuat

Resiko Infeksi
5. Komplikasi
Komplikasi jangka pendek yang dapat terjadi pada klien atresia ani adalah :
1. Infeksi saluran kemih yang berkepanjangan.
2. Obstruksi intestinal
3. Kerusakan uretra akibat prosedur pembedahan.
Komplikasi jangka panjang :
1. Eversi mukosa anal.
2. Stenosis akibat kontraksi jaringan parut dari anastomosis.
3. Impaksi dan konstipasi akibat terjadi dilatasi sigmoid.
4. Masalah atau kelambatan yang berhubungan dengan toilet training.
5. Inkontinensia akibat stenosis anal atau impaksi.
6. Fistula kambuh karena tegangan di area pembedahan dan infeksi. (Wong,
Whaley, 2011)

6. Pemeriksaan Penunjang
Untuk memperkuat diagnosis atresia ani sering diperlukan pemeriksaan
penunjang sebagai berikut :

1) Pemeriksaan radiologi
Pemeriksaan ini dilakukan untuk mengetahui ada tidaknya obstruksi intestinal.

2) Sinar X pada abdomen


Sinar ini dilakukan untuk menentukan kejelasan keseluruhan bowel dan untuk
mengetahui jarak pemanjangan kantung rectum dari sfingternya.
3) Ultrasound pada abdomen
Pemeriksaan ini digunakan untuk melihat fungsi organ internal terutama dalam
system pencernaan dan mencari adanya faktor reversible seperti obstruksi oleh
karena massa tumor.
4) CT Scan
Pemeriksaan yang digunakan untuk menentukan lesi.
5) Pyelografi intra vena
Pemeriksaan ini bertujuan untuk menilai pelviokalises dan ureter.
6) Pemeriksaan fisik rectum
Untuk mengetahui kepatenan rectal dapat dilakukan dengan colok dubur
dengan menggunakan selang atau jari.
7) Rontgen abdomen dan pelvis
Pemeriksaan ini digunakan untuk mengkonfirmasi adanya fistula yang
berhubungan dengan traktus urinarius. (Betz, Ed, 2012)

7. Penatalaksanaan Medis
Menurut Hidayat.A.A (2010) penatalaksanaan medis pada pasien dengan atresia
ani sebagai berikut :
1) Terapi pembedahann pada bayi baru lahir bervariasi sesuai dengan keparahan
defek. Untuk anomaly tinggi dilakukan beberapa hari setelah lahir, bedah
defimitifnya yaitu anoplasti perineal (prosedur penarikan perinium
abdominal), untuk lesi rendah diatasi dengan menarik kantong rectal melalui
sfingter sampai lubang pada kulit anal, bila terdapat fistula maka harus
ditutup. Defek membranosa memerlukan tindakan pembedahan yang minimal
yaitu membran tersebut dilubangi dengan hemostat atau scalpel.
2) Pemberian cairan parenteral seperti KAEN 3B
3) Pemberian antibiotik seperti cefotaxim dan garamicin untuk mencegah infeksi
pada pasca operasi.
4) Pemberian vitamin C untuk daya tahan tubuh.
Penatalaksanaan keperawatan
1) Monitor status hidrasi (keseimbangan cairan tubuh intake dan output) dan ukur
TTV.
2) Lakukan monitor status gizi seperti timbang berat badan, turgor kulit, bising
usus, jumlah asupan parental dan enteral.
3) Lakukan perawatan colostomy, ganti kantong kolostomy bila ada produksi,
jaga kulit tetap kering.
4) Atur posisi bayi kearah letak colostomy.
5) Berikan penjelasan pada keluarga tentang perawatan colostomy dengan cara
membersihkan dengan kapas air hangat kemudian keringkan dan daerah
sekitar stoma diberi zing zalf, kantong colostomy diganti setiap ada produksi.

8. Asuhan Keperawatan
a. Pengkajian
1) Biodata pasien
2) Riwayat kesehatan
a) Riwayat kesehatan sekarang
b) Riwayat kesehatan masa lalu
3) Riwayat tumbuh kembang
a) Berat badan lahir
b) Kemampuan motorik halus, motorik kasar, kognitif dan tumbuh
kembang pernah mengalami trauma saat sakit
c) Sakit kehamilan mengalami infeksi intrapartal
d) Sakit kehamilan tidak keluar mekonium
4) Pola nutrisi-metabolik
Anoreksia, penurunan berat badan dan malnutrisi umum terjadi pada
pasien dengan atresia ani post kolostomi. Keinginan pasien untuk makan
mungkin terganggu oleh mual dan muntah dampak dari anastesi
5) Pola eliminasi dengan pengeluaran melalui saluran kencing, usus, kulit
dan paru maka tubuh dibersihkan dari bahan-bahan yang melebihi
kebutuhan dan dari produk buangan. Oleh karena pada atresia ani tidak
terdapat lubang pada anus sehingga pasien akan mengalami kesulitan
dalam defekasi.
6) Pola aktivitas dan latihan
Pola aktivitas dan latihan dipertahankan untuk menghindari kelemahan
otot.
7) Pola persepsi kognitif
Menjelaskan tentang fungsi penglihatan, pendengaran, penciuman, daya
ingatan masa lalu dan ketanggapan dalam menjawab pertanyaan.
8) Pola tidur dan istirahat
Pada pasien mungkin pola istirahat dan tidur terganggu karena nyeri pada
luka insisi.
9) Konsep diri dan persepsi diri
Menjelaskan konsep diri dan persepsi diri misal body emage, body
comfort. Terjadi perilaku distraksi, gelisah, penolakan karena dampak luka
jahitan operasi.
10) Peran dan pola hubungan
Bertujuan untuk mnengetahui peran dan hubungan sebelum dan sesudah
sakit. Perubahan pola biasa dalam tanggung jawab atau perubahan
kapasitas fisik untuk melaksanakan peran.
11) Pola pertahanan diri, stres, dan toleransi, adanya faktor stres lama, efek
hospitalisasi.
12) Pola keyakinan dan nilai
Untuk menerangkan sikap, keyakinan klien dalam melaksanakan agama
yang dipeluk dan konsekuensinya seharian. Dengan ini diharapkan
perawat dalam memberikan motivasi dan pendekatan terhadap klien dalam
upaya pelaksanaan ibadah.
13) Pemeriksaan fisik
Hasil pemeriksaan fisik yang didapatkan pada pasien atresia ani adalah
anus tampak merah, usus melebar, kadang-kadang tampak ileus obstruksi,
termometer yang dimasukan melalui anus tertahan oleh jaringan, pada
auskultasi terdengan hiperperistaltik, tanpa mekonium dalam 24 jam
setelah bayi lahir, tinja dalam urin dan vagina (Mediana, 2011).
b. Diagnosa Keperawatan
a) Pre Operasi
1. Inkontinentia bowel berhubungan dengan tidak lengkapnya pembentukan
anus.
2. Resiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan muntah.
3. Kecemasan orang tua berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang
penyakit dan prosedur perawatan.
b) Post Operasi
1. Nyeri berhubungan dengan insisi pembedahan.
2. Ketidakseimbanagan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan anoreksia.
3. Resiko infeksi berhubungan dengan prosedur pembedahan.
4. Kurangnya pengetahuan keluarga berhubungan dengan kebutuhan
perawatan dirumah.
c. Rencana Keperawatan
1. Pre Operasi
a. Inkontinentia bowel berhubungan dengan tidak lengkapnya
pembentukan anus.
Tujuan : Terjadi peningkatan fungsi usus.
Kriteria Hasil :
- Pasien menunjukkan konsistensi tinja lembek
- Terbentuknya tinja
- Tidak ada nyeri saat defekasi
- Tidak terjadi perdarahan
Intervensi :
1) Lakukan dilatasi anal sesuai program.
Rasional : Meningkatkan kenyamanan pada anak.
2) Kaji bising usus dan abdomen setiap 4 jam.
Rasional : Menyakinkan berfungsinya usus.
3) Ukur lingkar abdomen klien.
Rasional : Membantu mendeteksi terjadinya distensi.
4) Pertahankan puasa dan berikan terapi hidrasi IV sampai fungsi usus
normal.
Rasional : Memulihkan dan mengembalikan fungsi usus.
b. Resiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan muntah.
Tujuan : Volume cairan terpenuhi
Kriteria Hasil :
- Turgor kulit baik dan bibir tidak kering
- TTV dalam batas normal
Intervensi :
1) Awasi masukan dan keluaran cairan.
Rasional : Untuk memberikan informasi tentang keseimbangan
cairan.
2) Kaji tanda-tanda vital seperti TD, frekuensi jantung, dan nadi.
Rasional : Kekurangan cairan meningkatkan frekuensi jantung, TD
dan nadi turun.
3) Observasi tanda-tanda perdarahan yang terjadi post operasi.
Rasional : Penurunan volume menyebabkan kekeringan pada
jaringan.
4) Kolaborasi dalam pemberian cairan elektrolit sesuai indikasi.
Rasional : Untuk pemenuhan cairan yang hilang.
c. Kecemasan orang tua berhubungan dengan kurang pengetahuan
tentang penyakit dan prosedur perawatan.
Tujuan : Rasa cemas dapat hilang atau berkurang.
Kriteria Hasil :
- Ansietas berkurang
- Klien tidak gelisah
Intervensi :
1) Kaji status mental dan tingkat ansietas dari klien dan keluarga.
Rasional : Derajat ansietas akan dipengaruhi bagaimana informasi
tersebut diterima.
2) Jelaskan dan persiapkan untuk tindakan prosedur sebelum
dilakukan operasi.
Rasional : Dapat meringankan ansietas terutama ketika tindakan
operasi tersebut dilakukan.
3) Beri kesempatan klien untuk mengungkapkan isi pikiran dan
perasaan takutnya.
Rasional : Mengungkapkan rasa takut secara terbuka dimana rasa
takut dapat ditujukan.
4) Ciptakan lingkungan yang tenang dan nyaman.
Rasional : Lingkungan yang nyaman dapat mengurangi ansietas.
2. Post Operasi
a. Nyeri berhubungan dengan insisi pembedahan.
Tujuan : Nyeri dapat berkurang dan skala nyeri berkurang
Kriteria Hasil :
- Klien mengatakan nyeri berkurang
- Ekspresi wajah terlihat rileks
Intervensi :
1) Kaji karakteristik, lokasi, durasi, frekuensi, dan kualitas nyeri.
Rasional : Bantu klien untuk menilai nyeri dan sebagai temuan
dalam pengkajian.
2) Ajarkan klien manajemen nyeri dengan teknik relaksasi dan
distraksi.
Rasional : Membantu dalam menurukan atau mengurangi persepsi
atau respon nyeri.
3) Ciptakan lingkungan yang nyaman dan anjurkan klien untuk
istirahat.
Rasional : Memberikan kenyamanan untuk klien agar dapat
istirahat.
4) Kolaborasi untuk pemberian analgetik sesuai advis dokter.
Rasional : Untuk mengurangi rasa nyeri.
b. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan anoreksia.
Tujuan : Asupan nutrisi dapat terpenuhi dan menuunjukkan perbaikan
usus.
Kriteria Hasil :
- Tidak terjadi penurunan BB.
- Klien tidak mual dan muntah
Intervensi :
1) Kaji kemampuan klien untuk menelan dan menguyah makanan.
Rasional : Menentukan pemilihan jenis makanan sehingga
mencegah terjadinya aspirasi.
2) Timbang berat badan sesuai indikasi.
Rasional : Mengevaluasi keadekuatan rencana pemenuhan nutrisi.
3) Jaga keamanan saat memberikan makan klien seperti kepala sedikit
fleksi saat menelan.
Rasional : Menurunkan resiko terjadinya aspirasi dan mengurangi
rasa nyeri pada saat menelan.
4) Berikan makanan lembut dalam porsi sedikit tapi sering.
Rasional : Meningkatkan pemasukan dan menurunkan distress
gaster.
c. Resiko infeksi berhubungan dengan prosedur pembedahan.
Tujuan : Tidak ditemukannya tanda-tanda infeksi
Kriteria Hasil :
- Tidak ada tanda-tanda infeksi
- Pemeriksaan laboratorium tidak ditemukan peningkatan leukosit.
- Luka post operasi bersih
Interversi :
1) Pantau suhu tubuh klien (peningkatan suhu).
Rasional : Demam dapat terjadi karena infeksi.
2) Ajarkan keluarga teknik mencuci tangan dengan benar dan
menggunakan sabun anti mikroba.
Rasional : Faktor ini paling sederhana tetapi paling penting untuk
mencegah infeksi di rumah sakit.
3) Pertahankan teknik aseptik pada perawatan luka.
Rasional : Mencegah terjadinya infeksi nosokomial.
4) Kolaborasi dalam pemberian antibiotik.
Rasional : Mencegah terjadinya infeksi luka.
5) Kolaborasi dalam pemeriksaan laboratorium.
Rasional : Peningkatan leukosit menunjukkan adanya infeksi.
d. Kurangnya pengetahuan keluarga berhubungan dengan kebutuhan
perawatan dirumah.
Tujuan : Pasien dan keluarga memahami perawatan di rumah
Kriteria Hasil :
- Kelurga menunjukkan kemampuan untuk memberikan perawatan
untuk bayi di rumah.
- Keluarga tahu dan memahami dalam memberikan perawatan pada
klien.
Intervensi :
1) Ajarkan perawatan kolostomi dan partisipasi dalam perawatan.
Rasional : Agar keluarga dapat melakukannya.
2) Ajarkan untuk mengenal tanda-tanda dan gejala yang perlu
dilaporkan perawat.
Rasional : Agar segera dilakukan tindakan.
3) Ajarkan keluarga cara perawatan luka yang tepat.
Rasional : Dapat memberikan pengetahuan keluarga
4) Latih keluarga untuk kebiasaan defekasi.
Rasional : untuk melatih pasien.
5) Ajarkan keluarga untuk memodifikasi diit (misalnya serat).
Rasional : Membantu klien memperlancar defekasi.
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN

FORMAT PENGKAJIAN BAYI

FORMAT PENGKAJIAN BAYI


Nama Kelompok : 31
Tempat Praktek : NICU RSUD MOEWARDI
Pembimbing Klinik : Yuli Irawati S.Kep.Ns
Tanggal pasien dirawat di Perinatologi : 05 Oktober 2019
Tanggal Pengkajian : 05 Oktober 2019

DATA BAYI
Nama Bayi : By. Ny. I Berat badan Lahir : 1800 gram
Jenis kelamin : L BBS : 2800 gram
Tanggal lahir Tanggal Lahir : 24 September 2019 PB : 40 cm
Usia gestasi : Aterm Apgar menit ke 5 :-

DATA ORANG TUA


IBU AYAH
Nama Ny. I Tn. S
Pendidikan SMA SMA
Pekerjaan Ibu Rumah Tangga Wiraswasta
Umur 34 Tahun 36 Tahun
G..P..A.. G2P2A0
Alamat Ngerjopuro, Ngerjopuro,
Slogohimo, Slogohimo,
Wonogiri Wonogiri

A. PENGKAJIAN FISIK NEONATUS


Beri tanda chek ( ) pada istilah yang tepat / sesuai dengan data-data di bawah ini.
Gunakan kolom data tambahan bila perlu.
1. Reflek’s
Moro ( ) Menggenggam (√) Menghisap (√) Rooting (√ ) Glabela (√) Galant’s
( ) Startle (√) Asimetric Tonic ( ) Balbinski (√) Ekstruksi (√)
Terdapat reflek menghisap pada By. Ny. I. Reflek menggenggam pada By. Ny. I
kuat. Ketika diberikan rangsangan untuk reflek rooting By. Ny. I mengikuti
rangsangan yang diberikan. By. Ny. I menutup mata ketika diberikan rangsangan
untuk reflek glabela. By. Ny. I tampak kaget saat diberikan tepukan untuk
memeriksa reflek startle. By. Ny. I memiliki reflek ekstruksi.

2. Tonus/aktivitas
Aktif () Lemah (√) Kejang () Menangis keras () Merintih (√) Melengking () Sulit
menangis ()
By. Ny. I tampak merintih dan tonus otot lemah. By. Ny. I tampak merintih.

3. Kepala/leher
Fontanel anterior : lunak (√) menonjol () cekung ()
Gambaran wajah : simetris (√) asimetris ( )
Bentuk Kepala: Normal (√) Caput suksedanium ( )
Cephal haematom () Hydrocephal () Anencephal ( )
Makrocephal ( ) Mikrocephal ( )
Fontanel anterior pada By. Ny. I lunak dan tampak cekung, wajah By. Ny. I
tampak simetris. Bentuk kepala By. Ny.I normal, tidak terdapat pembengkakan,
tidak ada penumpukan cairan pada kepala.

4. Mata :
Sclera : Ikterik () Tidak ikterik (√)
Conjungtiva : Anemis ( ) Tidak anemis (√ )
Palpebra : Edema () Tidak Edema (√ )
Bentuk : Normal ( √) Strabismus ( ) Cekung ( ) Nigtagmus ( )
Perdarahan : Ada () Tidak Ada (√ ) Lain-lain:
Bentuk mata By. Ny. I normal. Sklera pada By. Ny. I tidak ikterik, conjungtiva tidak
anemis, tidak terdapat pembengkakan pada palpebra By. Ny. I dan tidak terdapat
perdarahan pada sekitar mata.

5. Hidung :
Bentuk hidung : simetris (√) asimetris ( )
Nafas cuping hidung : Ada ( ) Tidak Ada (√)
Bentuk hidung BY. Ny. I simetris dan tidak terdapat
peranafasan menggunakan cuping hidung.

6. Mulut
Bentuk : Normal (√) Labio Skizis ( ) Labio palato skizis ( )
kebersihan : Bersih (√) kotor ()
Luka pada bibir : Ada ( ) Tidak ada (√)
Lidah : Kotor () Tidak kotor(√)
Pemasangan alat bantu pemberian nutrisi: Orogastric tube (OGT) ukuran? Jenis
cairan? Jumlah cairan yang diberikan per 24 jam? Ny. By. I terpasang
Orogastric tube (OGT) dengan ukuran 8, cairan yang diberikan melalui
Orogastric tube (OGT) yaitu ASI 3 CC/8 jam dan ASD.
Bentuk mulu pada By. Ny. I normal, tidak terdapat labio skiziz ataupun palato
skizis. Mulut tampak tidak kotor, tidak terdapat luka pada bibir dan lidah
tampak bersih.
7. Leher
Kelenjar thyroidea : Bengkak () Tidak bengkak (√)
Strauma : Ada () Tidak ada (√)
Torticolis : Ada () Tidak ada (√)
Tidak terdapat pembengkakan pada bagian leher By. Ny. I, tidak terdapat gangguan
otot pada leher B. Ny.I.

8. Toraks
Bentuk simetris (√) asimetris ()
Retraksi (√), sebutkan dimana retraksinya (suprasternal, interkosta,
epigastrium)
Bentuk dada By. Ny. I simetris, terdapat retraksi didinding dada sedang
di intercosta.
a. Paru-paru :
Suara nafas kanan dan kiri: sama (√) Tidak sama ( )
Bunyi nafas di semua lapang paru : terdengar (√) tidak terdengar ( ) Menurun ( )
Suara nafas : vesikuler (√) ronchi () cracles ( ) wheezing ()
Respirasi : spontan ( ) alat bantu () Sebutkan..........
Frekuensi : 50 x/menit
Suara nafas terdengar vesikuler. Suara nafas pada By. Ny. I sama antara kanan dan
kiri, terdengan suara nafas pada semua lapang paru. By. Ny. I menggunakan nasal
kanul. Pasien tampak sesak. Terdapat retraksi dinding dada pada intercosta.
b. Jantung : murmur () gallop ()
Reguler (√) irreguler ( )
Frekuensi : 135 x/mt
Ictus Cordis: teraba / tidak, jelaskan.
Pemasangan alat bantu nafas: nasal kanul/ventilator/CPAP
Suara jantung pada By. Ny. I terdengar reguler dan tidak terdapat suara
tambahan pada jantungnya. Frekuensi jantung pada B.y. Ny. I yaitu 135
x/menit. By. Ny. I tampak menggunakan alat abntu nafas yaitu nasal kanul.

9. Punggung
Bentuk : Normal (√) Lordosis ( ) Kiposis ( ) Skoliosis ()
Spina bifida : Ada ( ) Tidak ada (√)
Meningocele : Ada ( ) Tidak ada (√)
Punggung By. Ny. I tampak normal. Tidak terdapat benjolan pada pada punggung.

10. Abdomen :
Bentuk : Normal () Skapoid ( )Distensi (√) Omfalokel ()
Bising usus : Tidak terdengar ( ) Ada : 18x/mnt
Perkusi abdomen : Tympany (√) Hypertimpany ( ) Pekak ( ) Tali
pusat Normal (√) Layu (√) Omphalitis ( )
Cubitan kulit perut : normal ( ) 2 detik (√) >2 detik ( )
By. Ny. I terpasang kantung stoma pada abdomen kuadran 6 . Terdapat luka
colostomy. Tidak terdapat pembengkakan pada perut By. Ny. I. Terdengar
suara tympani pada abdomen. Tali pusat tampak layu. Cubitan pada abdomen
kembali dalam 2 detik.
11. Genital
GENETALIA LAKI-LAKI
Penis : Normal (√) Hipospadia ( ) Epispadia ( ) Hermaprodite ( )
Scrotum : Ada (√) Tidak ada ( ) Hidrokel ()
Penis By. Ny. I tampak normal, uretra berada pada posisi yang benar. Dan By. Ny. I
tidak memiliki organ kelamin ganda. Terdapat scrotum pada By. Ny. I. By. Ny. I
tidak menggunakan kateter.
Apakah bayi terpasang alat bantu eliminasi (kateter)? Jika iya jelaskan
kenapa bayi dipasang kateter?

12. Anus : Ada () Atresia ani (√) post OP


By. Ny. I post op atresia ani.

13. Ekstremitas Atas dan Bawah


Jumlah jari tangan Lengkap (√) Tidak lengkap................buah Jumlah
jari kaki : Lengkap (√) Tidak lengkap…………buah
Polidaktili : Ada ( ) Tidak ada (√)
Sindaktili : Ada ( ) Tidak ada (√)
Paralisis : Ada () Tidak ada (√)
Fraktur : Ada () Tidak ada (√)
Pemasangan alat: infus?jelaskan dimana? Berapa tetes permenit/ cairan yang
diberikan apa?
Jumlah jari ekstermitas atas dan bawah pada By. Ny. I lengkap. Tidak
terdapat polidaktil dan sidaktil. Tidak terdapat paralisis atau kelemahan pada
ekstermitas. Dan tidak terdapat fraktur. By. Ny. I terpasang infus set pada
kaki kiri, tetesan yang diberikan yaitu 14,2 Tpm

14. Kulit
a. Warna : pink (√) jaundice ( ) biru/pucat ( )
b. Kramer : Ada ( ), Sebutkan Tidak Ada (√)
c. Sianosis pada kuku ( ) sirkumoral ( )seluruh tubuh ( )
d. Waktu pengisian kapiler : .......... dtk
Warna kulit pada By. Ny. I merah muda, tidak terdapat kramer atau kulit
kekuningan pada By. Ny. I. Tidak terdapat sianosis pada By. Ny. I.

15. Suhu :
a. lingkungan : penghangat radian ( ) inkubator (√ 36) suhu ruang ()
boks terbuka ( )
b. suhu kulit : 37 0C
Suhu kulit By. Ny. I 37 dan menggunakan incubator dengan suhu 30°C
B. RIWAYAT PRENATAL (ANC)
1. Jumlah kunjungan : Suami klien mengatakan setelah
mengetahui bahwa istrinya hamil selalu memeriksakan kehamilannya
kebidan satu bulan sekali dan sekali berkunjung kedokter untuk melakukan
USG.
2. Bidan/dokter : Bidan
3. Penkes yg didapat : Suami mengatakan tidak tahu.
4. HPHT : Suami mengatakan tidak tahu.
5. Kenaikan BB selama hamil : Suami mengatakan mengalami kenaikan
berat badan kurang lebih 6 kg
6. Komplikasi kehamilan : Suami mengatakan tidak ada.
7. Komplikasi obat : Suami mengatakan tidak ada.
8. Imunisasi TT : Suami mengatakan tidak tahu.
9. Obat-obatan yg didapat : Suami mengatakan tidak tahu.
10. Riwayat hospitalisasi : ...............................................................
11. Golongan darah ibu : Golongan darah ibu yaitu O
12. Kehamilan direncanakan : ya ( ) tidak (√)

C. PEMERIKSAAN KEHAMILAN
Rubella ( ) Hepatitis ( ) Chlamidia ( ) VDRL ( ) GO (
) Herpes ( ) HIV ( )
Suami klien mengatakan tidak tahu.

D. RIWAYAT PERSALINAN ( Intranatal)


1. Lama persalinan : Suami mengatakan kurang lebih 3 jam..
2. Komplikasi persalinan : Suami klien mengatakan tidak tahu.
3. Terapi yang diberikan : Suami klien mengatakan tidak tahu.
Jenis dan jumlah : ...............................................................
Lama pemberian : ...............................................................
4. Ketuban Pecah Dini : Suami mengatakan tidak.
5. Anestesi yang diberikan : Suami klien mengatakan tidak tahu.
6. Mekonium : ada ( ) tidak (√)
E. RIWAYAT KELAHIRAN:
1. Presentasi : ...........................................................
2. Bayi tunggal/kembar: Suami mengatakan anaknya lahir tunggal.
3. Cara melahirkan : spontan (√) bantuan forcep ( ) Cesar ( ) Lainnya, sebutkan....
4. Tempat melahirkan : Suami mengatakan bayi
5. Dilakukan IMD atau Tidak: Suami mengatakan dilakukan IMD.
6. Tindakan medis yang dilakukan saat kelahiran bayi (jelaskan): misalnya dipasang
nasal canul brp liter oksigen, diberikan obat IV, dilakukan resusitasi neonatus, dll
Suami mengatakan tidak tahu..

F. NUTRISI
Reflek hisap : Terdapat reflek menghisap
pada By. Ny. I
Reflek menelan : Terdapat reflek menelan
pada By. Ny. I
ASI, on demand : Ya Tidak
Colostrums : Suami mengatakan iya.
PASI : Tidak,
Apakah bayi diberikan Total Parenteral Nutrisi? Jika ya jelaskan cairan apa yang
diberikan dan berapa tpm pemberiannya?
Cairan yang diberikan yaitu infus D1/4 236 ml, D40 32 ml, solvit 2 ml, hcl 4 ml
123/hari.
aminosteril = 1.83 ml/hari, Dobutamin 12.5 ml/hari (0,5ml/jam), Smoflipid =
0,77/hari (0,98 ml).

G. ELIMINASI
By. Ny. I sudah miksi sebanyak 150 cc/24 jam warna miksi kuning pekat.

F. RIWAYAT SOSIAL KULTURAL


Adat istiadat yang dilakukan pada masa kehamilan, persalinan dan nifas, sebutkan
suami mengatakan tidak ada.

G. RIWAYAT PSIKOSOSIAL
1. Penerimaan ibu terhadap kehadiran bayinya: Suami mengatakan ibu menerima
kelahiran anaknya, tetapi ia tidak tahu kenapa anak ya memiliki penyakit itu karena
dikeluarga tidak ada riwayat penyakit atresia ani.
2. Penerimaan suami dan keluarga terhadap kelahiran bayinya: Suami mengatakan
menerima kelahiran anaknya.
3. Hubungan ibu dengan suami dan keluarga: suami mengatakan hubungan dengan
keluarga baik.
4. Keluarga yg masih tinggal serumah: suami mengatakan tinggal dengan
anak dan istrinya.
H. Pengkajian Nyeri pada Bayi (NIPS): tulis jumlah skor, interpretasinya dan tindakan
apa yang digunakan untuk mengurangi nyeri
No Pemeriksaan Skor
1. Ekspresi wajah meringis 1
2. Meringis 1
3. Perubahan pola nafas 1
4. Lengan fleksi 1
5 Tungkai rileks 0
6. Keadaan terangsang 0
Skor 4
Interprestasi hasil Nyeri sedang (lapor DPJP untuk
tindakan farmakologi)
Tindakan By. Ny. I diberikan Paracetamol 20
ml/8 jam

J. Apakah bayi dilakukan pemberian Fototerapi? Jika iya jelaskan mulai kapan dan
jelaskan bagaimana pengaturan pemberian cairan untuk mencegah dehidrasi pada bayi?
By. Ny. I tidak diberikan fisioterapi.

K. Apakah bayi dirawat di inkubator? Ny. By. I dirawat menggunakan incubator dengan
suhu 30°C
L. Test Diagnostik
= Laboratorium

Pemeriksaan Hasil Satuan Rujukan Keterangan


Hematologi
Hemoglobin 14.3 g/dl 15.0-24.6
Hematokrit 41 % 47-75
Leukosit 9.4 Ribu/ul 5.0-19.5
Trombosit 72 Ribu/ul 150-450
Eritrosit 3.91 Juta/ul 3.70-6.80
Index Eritrosit
MCV 105.1 /um 80.0-96.0
MCH 36.6 pg 28.0-33-0
MCHC 34.8 g/dl 33.0-36.0
RDW 21.2 % 11.6-14.6
Hitung jenis
Eosinofil 0.50 % 0.00-4.00
Basofil 1.00 % 0.00-1.00
Netrofil 54.00 % 18.00-74.00
Limfosit 27.80 % 60.00-66.00
Monosit 16/70 % 0.00-6.00
Klinik
Darah 130 mg/dl 50-80
Sewaktu
Total 2.48 mg/dl 0.00-1.00
Min 2.9 g/dl 3.8-5.4
Ktrolit
Crium darah 136 mmol/L 129-147
Ium darah 3.6 Mmol/L 3.6-6.1
= ECHOCARDIOGRAPHY
Measurement normal Measurement normal
dewasa dewasa
Aorta Root 20-39 Left LVIDdIVS 35-52
diameter mm ventricel mm
Left atrium Dimension 15-40 LVIDs 26-36
mm mm
LA/AO <1,3 IVSd 7-11
mm
Right Dimension <30 IVSa
ventricel mm
Heart EF 53-77% IVS Frac T >30%
function
IVS/PW <1,3 LVPWd 7-11
Ratio mm
EPSS <10 LVPWs
mm
MVA >3 cm PW Fract T >30%
(Planim)

Situs solitus AV-VA concordance


Muara vena sistemik, vena pulmonalis normal
Tidak dijumpai VSD dan PDA
TR Moderate dengan peak PG 60 55 mmHg
Dimensi ruang jantung : normal
EF 73%, LA/Ao 1:29, EA>1
Arkus Aorta dikiri koar (-)
Dimensi ruang jantung : RA dan RV Dilatasi
Dijumpai ASD II dengan DT ,6 CM

XIII. Terapi saat ini (ditulis dengan rinci)


No Jenis Obat Cara Pemberian Dosis Indikasi
1 Infus D10% IV 12 Ttpm
2 Injeksi ampicilin IV 90 mg/12 jam

3 Paracetamol IV 20 mg/8 jam

5. 4 Gentomicin IV 13 mg/24 jam


6. 5 Aminosteril IV 44 ml/24 jam

7. 6 Smoflipid IV 19,25/24 jam

............................,.....................................20....
Pemeriksa

(Nama dan NIM)


ANALISA DATA
Nama Klien : By. Ny. I No Register :
Umur : 11 Hari Diagnosa Medis : Post Op Atresia
Ani
Ruang Rawat : NICU Alamat : Wonogiri
No Data Fokus Etiologi Problem
1. Ds : Agen cedera fisik Nyeri akut
Do : - Ekspresi
wajah By. Ny. I
tampak meringis
- Terdapat luka
post op
gastrotomi.
- RR : 50 x/menit
- HR :
135x/menit
- Suhu 30°C
- Skala nyeri 4
dengan
interprestasi
nyeri sedang.
2. Ds : Kelembaban Kerusakan integritas
Do : - By. Ny. I jaringan
terpasang kantong
colostomy pada
perut sebelah kiri.
- By. Ny. I
terpasang selang
gastrotomi
untuk
dekompresi.
- Produk feses
berwarna hijau
- Luka pada
gastrotomi
tampak basah
3. Ds : Nyeri Ketidakefektifan pola
Do : - By. Ny. I nafas
tampak sesak.
- Terdapat
retraksi dinding
dada pada
intercosta.
- By. Ny. I
terpasang nasal
kanul 2 L/mnt
- 50 x/ menit
- HR : 135
x/menit
- Suhu : 30°C

4. Ds : Ayah By. Ny. I Kurang informasi Defisiensi


mengatakan tidak pengetahuan
tau penyakit
anaknya.
Ayah By. Ny. I
mengatakan tidak
tau penyebab
penyakit anaknya.
Do : Ayah By. Ny.
I tidak bisa
menjawab
pertanyaan yang
diberikan oleh
perawat tentang
penyakit yang
dialami anaknya.

Prioritas Diagnosa Keperawatan

1. Ketidakefektifan pola nafas b.d nyeri ditandai dengan pola nafas


abnormal.
2. Nyeri akut b.d agen cedera fisik ditandai dengan ekspresi wajah nyeri
(meringis)
3. Kerusakan integritas jaringan b.d kelembaban ditandai dengan nyeri akut.
4. Defisiensi pengetahuan b.d kurang informasi ditandai dengan kurang
pengetahuan
Rencana Tindakan
Nama Klien : By. Ny. I No Register :
Umur : 11 Hari Diagnosa Medis : Post Op Atresia
Ani
Ruang Rawat : NICU Alamat : Wonogiri

No Diagnosa Tujuan dan Intervensi Rasional


keperawatan Kriteria hasil Keperawatan
1 Ketidakefektifan NOC : Status NIC : Monitor 1. Untuk
pola nafas Pernafasan pernafasan (3350) memantau
(0415) Setelah 1. Monitor kecepatan,
dilakukan kecepatan, kedalaman,
tidakan kedalaman, irama, irama,dan
keperawatan dan kesulitan kesulitan
selam 3 X 24 jam bernafas. bernafas.
status pernafasan 2. Monitor suara 2. Untuk
klien nafas tambahan. memantau jika
ditingkatkan dari 3. Monitor pola nafas terdapat suara
level 2 (deviasi 4. Monitor saturasi nafas
cukup berat) ke oksigen pada tambahan
level 3 (deviasi pasien. 3. Untuk
sedang) dengan memantau
kriteria hasil : pola nafas
1. Frekuensi pasien
pernafasan 4. Untuk
berada pada memantau
kisaran nilai saturasi
normal. oksigen.
2. Irama
pernafasan
3. Saturasi
oksigen
2 Neri akut NOC : Tingkat NIC : Pemberian 1. Untuk
nyeri (2102) analgesik (2210) mengetahui
Setelah 1. Lakukan nyeri yang
dilakukan pengkajian pada dirasakan
tindakan kualitas nyeri. pasien
keperawatan 2. Kolaborasi dengan 2. Untuk
selama 3x24 dokter mengenai menentukan
jam tingkat obat, dosis, rute obat nyeri
nyeri klien pemberian. yang sesuai.
ditingkatkan 3. Cek adanya 3. Untuk
dari level 3 riwayat alergi obat. mngetahui ada
(sedang) ke 4. Monitor tanda- alergi
level 5 (tidak tanda vital terhadap
ada) dengan sebelum dan obat/tidak
kriteria hasil : sesudah diberikan 4. Untuk
1. Ekspresi analgesik. mengetahui
wajah perubahan
meringis TTV dari
2. Mengerang pasien.
dan
menangis
3. Frekuensi
nafas
3 Kerusakan NOC : Integritas NIC : Perawatan luka 1. Untuk
integritas jaringan : kulit (3660) membersihkan
jaringan Setelah 1. Angkat balutan luka
dilakukan dan plester perekat 2. Untuk
tindakan pada luka mengetahui
keperawatan 2. Monitor karakteristik
selama 3x24 jam karakteristik luka, dari luka
status integritas warna dan bau. pasien
jaringan kulit 3. Berikan balutan 3. Agar luka
pasien yang sesuai dapat terbalut
ditingkatkan dari dengan jenis luka dengan baik.
level 3 (cukup 4. Perkuat balutan 4. Untuk
terganggu) ke luka memperkuat
level 4 (sedikit pembalutan.
terganggu)
dengan kriteria
hasil :
1. Suhu kulit
2. Tekstur luka
3. Integritas
kulit
4. Defisien NOC : NIC : Pendidikan
pengetahuan Pengetahuan : kesehatan (5510)
proses penyakit 1. Rumuskan
(1803) tujuan dalam
Setelah program
dilakukan pendidikan
tindakan kesehatan
keperawatan 2. Pertimbangkan
selama 3x24 jam riwayat sosial
pengetahuan : budaya
proses penyakit keluarga
orang tua klien 3. Tentukan
ditingkatkan dari pengetahuan
level 2 kesehatan dan
(pengetahuan gaya hidup .
terbatas) ke level
3 (pengetahuan
sedang) dnegan
kriteria hasil :
1. Faktor
penyebab
penyakit
2. Faktor
resiko
penyakit
3. Tanda
dan gejala
penyakit
Catatan Perkembangan
Nama Klien : By. Ny. I No Register :
Umur : 11 Hari Diagnosa Medis : Post Op Atresia
Ani
Ruang Rawat : NICU Alamat : Wonogiri

No Tanggal Implementasi Evaluasi Nama/TTD


Dx
1 06/10/2019 S:
07.20 1. Memonitor O : - By. Ny. I Fitri
kecepatan, tampak sesak.
kedalaman, irama, - Terdapat retraksi
dan kesulitan dinding dada
bernafas. pada intercosta.
09.00 2. Memonitor suara - By9. Ny. I
nafas tambahan. terpasang nasal
10.30 3. Memonitor pola kanul 2 L/mnt
nafas - 50 x/ menit
13.00 4. Memonitor saturasi - HR : 135
oksigen pada pasien. x/menit
Do : - Suhu : 37°C
- By. Ny. I tampak - Saturasi oksigen
sesak. 99%
A : Tujuan belum
tercapai status
- Terdapat retraksi pernafasan klien
dinding dada pada masih berada pada
intercosta. level 2 dengan hasil:
- By. Ny. I terpasang 1. Status
nasal kanul 2 L/mnt pernafsan
- 50 x/ menit belum
- HR : 135 x/menit menunjukan
- Suhu : 37°C nilai normal
- Saturasi oksigen 2. Irama
99% pernafasan
irageguler
3. Saturasi
oksigem belum
menunjukan
nilai normal
P : Lanjutkan
intervensi.
1. Monitor
kecepatan,
kedalaman,
irama, dan
kesulitan
bernafas.
2. Monitor suara
nafas
tambahan.
3. Monitor pola
nafas
4. Monitor
saturasi
oksigen pada
pasien
2 06/10/19 S: Fitri
07.05 1. Melakukan O : - Ekspresi wajah
pengkajian pada By. Ny. I tampak
kualitas nyeri. meringis
07.00 2. Mengecek adanya - Terdapat luka
riwayat alergi obat. post op
3. Memonitor tanda- gastrotomi.
15.00 tanda vital sebelum - RR : 50 x/menit
dan sesudah - HR : 135x/menit Dewi
diberikan - Suhu 30°C
analgesik. - Skala nyeri 4
Do : dengan
- Ekspresi wajah By. interprestasi
Ny. I tampak meringis nyeri sedang.
- Terdapat luka post
op gastrotomi. A : Tujuan belum
- RR : 50 x/menit tercapai tingkat
- HR : 135x/menit nyeri pasien masih
- Suhu 30°C berada pada level 3
- Skala nyeri 4 (sedang)
dengan interprestasi 1. Ekspresi wajah
nyeri sedang. klien meringis
2. Klien
mengerang dan
menangis
3. Frekuensi nafas
klien 50 x/menit
P : Lanjutkan
intervensi
1. Lakukan
pengkajian pada
kualitas nyeri.
2. Cek adanya
riwayat alergi
obat.
3. Monitor tanda-
tanda vital
sebelum dan
sesudah
diberikan
analgesik.

3 06/10/19 S:
08.10. 1. Mengangkat balutan - O : By. Ny. I Fitri
dan plester perekat terpasang selang
pada luka gastrotomi untuk
08.20 2. Memonitor dekompresi.
karakteristik luka, - Produk feses
warna dan bau. berwarna hijaU.
3. Memberikan balutan - Luka pada
10.00 yang sesuai dengan gastrotomi
jenis luka tampak basah
4. Memperkuat balutan A : Tujuan belum
luka tercapai status
- By. Ny. I integritas jaringan
terpasang selang kulit pasien masih
gastrotomi untuk pada level 3 (cukup
dekompresi. terganggu)
1. Suhu kulit
- Produk feses 2. Tekstur luka
berwarna hijau 3. Integritas
- Luka pada kulit
gastrotomi tampak P : Lanjutkan
basah intervensi
1. Angkat balutan
dan plester
perekat pada
luka.
2. Monitor
karakteristik
luka, warna dan
bau.
3. Berikan balutan
yang sesuai
dengan jenis
luka
4. Perkuat balutan
luka

4. 10.00 1. Merumuskan tujuan S : Ayah By. Ny. I dewi


06/10/19 dalam program mengatakan setelah
pendidikan diberikan
kesehatan pendidikan
10.10 2. Mempertimbangkan kesehatan tentang
riwayat sosial penyakit anaknya,
budaya keluarga. orang tua tau
10.15 3. menentukan penyakit apa yang
pengetahuan yang dialami
kesehatan dan gaya anaknya.
hidup .
Ds : Ayah By. Ny. I Ayah By. Ny. I
mengatakan tidak tau mengatakan tidak
penyakit anaknya. belum paham
Ayah By. Ny. I tentang penyebab
mengatakan tidak tau penyakit anaknya.
penyebab penyakit O : Ayah By. Ny. I
anaknya. bisa menjawab
Do : Ayah By. Ny. I pertanyaan tentang
tidak bisa menjawab definisi atresia
pertanyaan yang Ayah By. Ny. I
diberikan oleh perawat belum bi
tentang penyakit yang menjelaskan ketika
dialami anaknya. ditanya tentang
penyebab an tanda
gejala dari atresia
ani.
A : tujuan tercapai
sebagian. Tingkat
pengetahuan :
proses penyakit
orangtua klien
masih di level 2
(pengetahuan
terbatas)
P : Lanjutkan
intervensi
1. Merumuskan
tujuan dalam
program
pendidikan
kesehatan
2. menentukan
pengetahuan
kesehatan dan
gaya hidup .

1 07/10/19 S: wayan
14.15 1. Memonitor O:
kecepatan, - By. Ny. I
kedalaman, irama, tampak sesak.
dan kesulitan - Terdapat retraksi
bernafas. dinding dada
14.20 2. Memonitor suara pada intercosta.
nafas tambahan. - By. Ny. I
14.35 3. Memonitor pola terpasang nasal
nafas kanul 2 L/mnt
14.50 4. Memonitor - 53 x/ menit
saturasi oksigen - HR : 145
pada pasien. x/menit
Do : - Suhu : 37,3°C
- By. Ny. I tampak - Saturasi oksigen
sesak. 100%
- Terdapat retraksi A : Tujuan belum
dinding dada pada tercapai status
intercosta. pernafasan klien
- By. Ny. I masih berada pada
terpasang nasal level 2 dengan hasil:
kanul 2 L/mnt 1. Status pernafsan
- 50 x/ menit belum
- HR : 145 x/menit menunjukan nilai
- Suhu : 37°C normal
- Saturasi oksigen 2. Irama pernafasan
100% irageguler
3. Saturasi oksigem
belum
menunjukan nilai
normal
P : Lanjutkan
intervensi.
1. Monitor
kecepatan,
kedalaman,
irama, dan
kesulitan
bernafas.
2. Monitor suara
nafas
tambahan.
3. Monitor pola
nafas
4. Monitor
saturasi
oksigen pada
pasien
2 07/10/19 S: fitri
14.30 1. Melakukan O:
pengkajian pada - Ekspresi wajah
kualitas nyeri. By. Ny. I
14.35 2. Mengecek adanya tampak meringis
riwayat alergi obat. - Terdapat luka
14.40 3. Memonitor tanda- post op
tanda vital sebelum gastrotomi.
dan sesudah - RR : 53 x/menit
diberikan analgesik. - HR : 145x/menit
- Ekspresi wajah By. - Suhu 37,3°C
Ny. I tampak - Skala nyeri 4
meringis dengan
- Terdapat luka post interprestasi
op gastrotomi. nyeri sedang.
- RR : 53 x/menit A : Tujuan belum
- HR : 145x/menit tercapai tingkat
- Suhu 37,3°C nyeri pasien masih
- Skala nyeri 4 berada pada level 3
dengan interprestasi (sedang)
nyeri sedang. 1. Ekspresi wajah
meringis
2. Mengerang dan
menangis
3. Frekuensi nafas
P : Lanjutkan
intervensi
1. Lakukan
pengkajian pada
kualitas nyeri.
2. Cek adanya
riwayat alergi
obat.
3. Monitor tanda-
tanda vital
sebelum dan
sesudah
diberikan
analgesik
3 07/10/19 S: wayan
07.30 1. Mengangkat O:
balutan dan plester - By. Ny. I
perekat pada luka. terpasang selang
07.35 2. Memonitor gastrotomi untuk
karakteristik luka, dekompresi.
warna dan bau. - Produk feses
10.00 3. Memberikan berwarna hijaU.
balutan yang yang - Luka pada
sesuai dengan jenis gastrotomi
luka tampak basah
10.05 4. Memperkuat A :Tujuan belum
balutan luka tercapai integritas
5. jaringan kulit pasien
O: masih pada level 3
- By. Ny. I (cukup terganggu)
terpasang 1. Suhu kulit
selang 2. Tekstur luka
gastrotomi 3. Integritas kulit
untuk P : Lanjutkan
dekompresi. intervensi.
- Produk feses 1. Mengangkat
berwarna hijaU. balutan dan
- Luka pada plester perekat
gastrotomi pada luka.
tampak basah 2. Memonitor
karakteristik
luka, warna dan
bau.
3. Memberikan
balutan yang
yang sesuai
dengan jenis
luka
4. Memperkuat
balutan luka
4. 11.00 1. Merumuskan S : Ayah By. Ny. I dewi
07/10/19 tujuan dalam mengatakan setelah
program diberikan
pendidikan pendidikan
kesehatan kesehatan tentang
11.10 2. menentukan penyakit anaknya,
pengetahuan orang tua tau
kesehatan dan penyakit apa yang
gaya hidup yang dialami
Ds : Ayah By. Ny. I anaknya.
mengatakan setelah Ayah By. Ny. I
diberikan pendidikan mengatakan paham
kesehatan tentang tentang penyebab
penyakit anaknya, dan tandan gejala
orang tua tau penyakit dari penyakit
apa yang yang dialami anaknya.
anaknya. O : Ayah By. Ny. I
Ayah By. Ny. I bisa menjelaskan
mengatakan tidak tentang penyebab
belum paham tentang dan tanda gejala
penyebab penyakit dari penyakit
anaknya. anaknya.
Do : Ayah By. Ny. I A : Tujuan tercapai.
bisa menjawab Pengetahuan :
pertanyaan tentang proses penyakit
definisi atresia orang tua klien
Ayah By. Ny. I belum berada di level 3
bi menjelaskan ketika (pengetahuan
ditanya tentang sedang)
penyebab an tanda 1. Faktor
gejala dari atresia ani. penyebab
penyakit
2. Faktor resiko
penyakit
3. Tanda dan
gejala penyakit

P : Lanjutkan
intervensi.
1 08/10/19 S: Wayan
08.00 1. Memonitor O : RR : 58 x/menit
kecepatan, Terpasang nasal
kedalaman, irama, kasul 2 L/menit
dan kesulitan Irama
bernafas. pernafasan
08.05 2. Memonitor suara reguler.
nafas tambahan. Saturasi
08.15 3. Memonitor pola oksigen 100%
nafas A : Tujuan belum
08.20 4. Memonitor tercapai status
saturasi oksigen pernafasan klien
pada pasien. masih berada pada
level 2 dengan hasil:
Do : RR : 1. Status pernafsan
53x/menit belum
Terpasang nasal menunjukan
kasul 2 L/menit nilai normal
Irama pernafasan 2. Irama
reguler. pernafasan
Saturasi oksigen irageguler
100% 3. Saturasi
oksigem belum
menunjukan
nilai normal
P : Lanjutkan
intervensi.
1. Monitor
kecepatan,
kedalaman,
irama, dan
kesulitan
bernafas.
2. Monitor suara
nafas tambahan.
3. Monitor pola
nafas
4. Monitor
saturasi oksigen
pada pasien
2 8/10/2019 S: Wayan
09.00 1. Melakukan O:
pengkajian pada - Ekspresi wajah
kualitas nyeri. By. Ny. I
09.05 tampak meringis
2. Mengecek adanya - Terdapat luka
09.10 riwayat alergi obat. post op
3. Memonitor tanda- gastrotomi.
tanda vital sebelum - RR : 45 x/menit
dan sesudah - HR : 150x/menit
diberikan analgesik - Suhu 37,5°C
- Ekspresi wajah - Skala nyeri 4
By. Ny. I tampak dengan
meringis interprestasi
- Terdapat luka nyeri sedang.
post op A : Tujuan belum
gastrotomi. tercapai tingkat
- RR : 45 x/menit nyeri klien masih
- HR : 150x/menit berada pada level 3
- Suhu 37,5°C (sedang)
- Skala nyeri 4 - Ekspresi wajah
dengan meringis
interprestasi nyeri - Mengerang dan
sedang. menangis
- Frekuensi nafas
P : Lanjutkan
intervensi
1. Lakukan
pengkajian pada
kualitas nyeri.
2. Cek adanya
riwayat alergi
obat.
3. Monitor tanda-
tanda vital
sebelum dan
sesudah
diberikan
analgesik

3 8/10/2019 S: Dewi
08.00 1. Mengangkat balutan O:
dan plester perekat - By. Ny. I
pada luka. terpasang selang
08.05 2. Memonitor gastrotomi untuk
karakteristik luka, dekompresi.
warna dan bau. - Produk feses
09.15 3. Memberikan balutan berwarna hijau.
yang yang sesuai - Luka pada
dengan jenis luka. gastrotomi
4. Memperkuat balutan tampak basah
09.20 luka A : Tujuan belum
Do : tercapai integritas
- By. Ny. I jaringan kulit pasien
terpasang selang masih pada level 3
gastrotomi untuk (cukup terganggu)
dekompresi. 1. Suhu kulit
- Produk feses 2. Tekstur luka
berwarna hijau. 3. Integritas kulit
- Luka pada P : Lanjutkan
gastrotomi tampak intervensi
basah 1. Mengangkat
balutan dan
plester perekat
pada luka.
2. Memonitor
karakteristik luka,
warna dan bau.
3. Memberikan
balutan yang yang
sesuai dengan
jenis luka.
4. Memperkuat
balutan luka
BAB IV

PEMBAHASAN

Imperforate anus atau yang dikenal dengan istilah atresia ani merupakan

suatu kondisi klinis yang ditandai dengan tidak terdapatnya lubang anus atau

kanalis anus. Embryogenesis dari kejadian ini masih belum diketahui dengan jelas.

Rectum dan anus dipercayai terbentuk dari bagian dorsal dari hindgut atau kavitas

kloaka (Medscape, 2019).

Imperforate anus/atresia ani merupakan kondisi klinis yang jarang terjadi

dimana tanda dan gejala yang dapat muncul, antara lain: tidak terdapatnya

pembukaan pad canalis anusyang menyebabkan terhambatnya pasase feses didalam

usus. Imperforate anus dapat terjadi pada 4000 dari 5000 kelahiran hidup. Beberapa

hal yang menyertai kelainan ini, antara lain: atresia kolon dan kelainan kandung

kemih ()National Organization for Rare Disorder, 2019).

Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam manajemen atresia ani, antara

lain (Norfolk and Norwich University Hospital, 2018):

1. Ketepatan diagnosis yang seharusnya sudah ditegakkan berdasarkan

pemeriksan USG pada saat melangsungkan pemeriksaan kehamilan

(antenatal care)

2. Memastikan perlengkpan resusitasi neonates untuk menolong bayi baru

lahir dengan suspek atresia ani.

3. Melakukan pemeriksaan bayu paska lahir secara menyeuruh dan lengkap

mulai dari kepala hingga kaki


4. Manajemen inisial harus dilakukan dengan cara memasang IV line serta

memastikan status hidrasi dari bayi dengan atresia ani tercukupi. Pemberian

jenis terapi cairan juga perlu dipertimbangkan dalam manajemen inisial

atresia ani.

5. Pemasangan nasogastric tube dan rontgen babygram perlu dilakukann untuk

mengeksklusi kelainan lain.

6. Pemberian antibiotic, vit K dan cairan elektrolit sebagai terapu suportif

7. Manajemen lanjutan berupa tindakan operasi untuk membuat kolostoomi

dan membentuk pembukaan pada anus.

8. Manajemen post operasi berupa:

a) Edukasi orang tua untuk dapat merawat luka

b) Edukasi orang tua untuk dapat memberikan nutrisi yang mencukupi

pada bayi

c) Manajemen perawatan luka operasi

d) Manajemen kolostomi berupa: penggantian dan pemasangan

kantong kolostomi

e) Manajemen penggunaan alat dilatasi anal

9. Edukasi kepada orang tua mengenai kondisi bayi, penyakit yang dialami

oleh bayi, perjalanan penyakit serta pelatihan perawatan bayi post operasi

untuk menurunkan risiko infeksi serta menurunkan tingkat kecemasan

orang tua (Aziz et al., 2018).

Berdasarkan teori dari beberapa sumber dan dibandingkan dengan manajemen

bayi atresia ani di RSUD Moewardi, maka dapat diketahui bahwa manajemen

yang telah diterapkan di RSUD Moewardi terutama dalam lingkup keperawatan


sudah sangat baik dan sesuai dengan panduan yang telah diterapkan di Negara

Luar. Akan tetapi, beberapa hal yang perlu ditambahkan dan dipertimbangkan

dalam penanganan bayi dengan atresia ani adalah edukasi ke orang tua serta

pelatihan ke orang tua terkait kondisi bayi, perjalanan penyakit, serta perawatan

luka, penggantian kantong kolostomi dan pemasangan kantong kolostomi dan

juga manajemen nutrisi serta diaper yang perlu diperhatikan untuk menurunkan

risiko infeksi, serta untuk memastikan kecukupan nutrisi bayi dengan atresia ani

post operasi.
BAB V

ANALISA JURNAL

1. Judul Penelitian: Effect of Nursing Intervention on Reducing Post-operative

Complications among children with Imperforate Anus and Mothers’

Anxiety

2. Nama Peneliti:

1. Rehab Abd El Aziz El Sayed Abd El Aziz

2. Hesham Sheir

Penelitian ini sudah dilakukan oleh orang-orang yang kompeten

dibidangnya, yaitu: Peneliti utama bertindak sebagai dosen Perawatan anak

di Fakultas Keperawatan Universitas Mansoura, Mesir dan Peneliti kedua

bertindak sebagai dosen Bedah Anak di Fakultas Kedokteran Universitas

Mansoura, Mesir.

3. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di department bedah anak dan klinik rawat jalan

yang bekerja sama dengan Rumah Sakit anak yang berada dibawah naungan

Universitas Mansoura, Mesir

Analisis: Tempat Penelitian telah dijelaskan dalam penelitian ini, akan

tetapi peneliti tidak mencantumkan waktu penelitian yang digunakan dalam

penelitian ini, sehingga penelitian ini belum sesuai dengan konsep

penelitian yang ada, dimana harus mencantumkan tempat dan waktu

penelitian yang jelas.


4. Tujuan Penelitian:

Tujuan penelitian dalam jurnal adalah untuk menginvestigasi efek

intervensi keperawatan dengan tujuan untuk menurunkan komplikasi

postoperasi pada anak dengan anus imperforata dan kecemasan ibu.

Analisis: Jurnal ini sudah menjelaskan tujuan dilakukannya Penelitian ini,

sangat sesuai dengan konsep penelitian yang baik dan benar.

5. Metode Penelitian

a. Jenis Penelitian: penelitian ini menggunakan desain quasi

experimental, dimana terdapat 2 kelompok, yaitu kelompok kontrol

dan kelompok terpapar. Penelitian ini juga menggunakan Pre dan

Post test pada kedua grup

Analisis: Peneliti sudah memberikan penjelasan yang lengkap

mengenai desain study dari penelitian ini, sangat sesuai dengan

konsep penelitian yang baik dan benar.

b. Populasi dan Sampel:

Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebanyak

1. 35 subjek dari grup kontrol, yaitu ibu yang terpapar perawatan

rutin pada anak dengan anus imperforata sesuai dengan

kebijakan department bedah

2. 35 subjek dari grup terpapar, yaitu ibu yang diberikan pengertian

dan pelatihan mengenai intervensi perawatan pada anak dengan

imperforate anus.
Dalam studi ini juga dijelaskan mengenai kriteria inklusi, yaitu: ibu

yang memiliki anak dengan diagnosis imperforate anus tipe high dan

intermediate.

6. Teknik Pengambilan Sampel: dengan menggunakan teknik Purposive

sampling

7. Instrumen Penelitian:

5 instrumen penelitian digunakan dalam studi ini, yaitu:

1. Instrument 1: kuesionair terstruktur yang terdiri dari 2 bagian, yaitu:

o Bagian 1: karakteristik demografi, data klinis anak, seperti usia,

jenis kelamin, tanggal lahir dan tipe anus imperforate), riwayat

operasi pada anak atau saudara kandung dari pasien dan

karakterstik demografi dari ibu, seperti usia, tingkat pendidikan,

pekerjaan ibu, pendapatan keluarga dan riwayat penyakit

keluarga yang mengalami hal serupa, yaitu atresia ani.

o Bagian 2: kuesionair penelitian yang berissi 34 pertanyaan

dengan pilihan benar atau salah untuk menilai pengetahuan ibu

tentang anus imperforate, termasuk definisi, tanda dan gejala,

durasi penyakit, kepentingan kolostomi dan dilatasi anal, kontrol

bau feses, penggunaan dan penggantian kantong kolostomi,

perawatan kulit dan penggunaan pempers.

Jawaban akan dinilai 1 untuk setiap jawaban benar dan 0 untuk

setiap jawaban salah yang kemudian akan dikonversi kedalam bentu

persen, yaitu : < 50% disebut sebagai pengetahuan rendah, 50-65%


disebut sebagai pengetahuan sedang dan >=65% disebut sebagai

pengetahuan baik.

2. Instrument 2: Kuesionair pengamatan tindakan

Ditujukan untuk menilai tindakan ibu dalam merawat anak dengan

atresia ani sekaligus untuk menilai intervensi keperawatan yang sudah

diberikan, yang terdiri dari 15 langkah perawatan kolostomi, 14 langkah

dilatasi anus dan 12 langkah perawatan diaper.

Skoring yang diberikan, yaitu dengan melihat ketepatan tindakan.

Tindakan yang tepat akan diberi nilai 1 dan tindakan yang kurang tepat

akan diberi nilai 0.

3. Instrument 3: kuesionair penilaian komplikasi post operasi: terdiri dari

14 pertanyaan dengan pilihan ya dan tidak untuk menilai komplikasi

paska operasi, seperti (perdarahan stoma, perubahan warna stoma,

prolapse stoma, obstruksi stoma, nekrosis, perubahan ukuran stoma),

komplikasi dilatasi anus, seperti: (perdarahan dari anus, infeksi pada

bekas jahitan luka operasi, striktur pada kanalis anus), permasalahan

gastrointestinal, seperti (diare, konstipasi, distensi abdomen dan

muntah)

4. Instrument 4: State-Trait Anxiety Inventory

Hal ini bertujuan untuk menilai derajat keparahan cemas ibu, dengan

menggunakan beberapa variabel yang diukur secara subjektif, yaitu:

tekanan dan kecemasan


5. Instrument 5: Zarit psychosocial burden interview scale

Instrument ini berisi 22 variabel dengan skala untuk menilai beban

psikososial dari ibuu dan pada setiap variabel, sang ibu akan ditanyakan

mengenai respon ibu secara psikososial terhadap penyakit anak.

Skoring yang digunakan adalah:

0-<21 : tidak adan beban-beban ringan, 21-40: beban ringan- moderate,

41-60 beban moderate – berat, 61 – 88: beban berat.

8. Hasil:

Diketahui bahwa pengetahuan ibu terhadap perawatan pada anak dengan

atresia ani adalah rendah sebelum dilakukan intervensi keperawatan dan

setelah dilakukan intervensi keperawatan dan diamati selama 1 minggu,

terdapat peningkatan pengetahuan dalam merawat anak dengan atresia ani.

Dan setelah diamati selama 1 bulan, diketahui bahwa ¾ ibu pada kelompok

terpapar memiliki tingkat pengetahuan yang baik dibandingkan dengan ibu

pada kelompok kontrol.

Dari penelitian ini juga diketahui bahwa kecemasan ibu menjadi menurun

setelah dilakukan intervensi keperawatan dan beban psikososial ibu juga

menjadi mmenurun setelah dilakukan intervensi keperawatan.

Penelitiian ini juga menjelaskan bahwa terdapat hubungan antara tingkat

pengetahun ibu dalam merawat pasien atresia ani terhadap kejadian

komplikasi. Ibu yang memiliki pengetahuan yang baik mampu menurunkan

risiko komplikasi pada anak atresia ani porst –operasi.


9. Analaisis SWOT:

Strength/Kekuatan:

1. Dalam jurnal ini telah dijelaskan dengan lengkap mengenai jalannya

penelitian. Sesuai dengan syarat jurnal yang baik dan benar, jalannya

penelitian harus dijelaskan dengan lengkap dan tidak meninggalkan

kesan ambiguitas kepada pembaca.

2. Presentasi hasil penelitian disajikan dalam bentuk narasi dan tabel yang

akan memudahkan pembaca dalam mengintepretasikan hasil penelitian.

Weakness :

1. Tidak terdapatnya waktu penelitian yang jelas

Opportunities:

1. Jurnal ini dapat menjadi acuan yang baik bagi peneliti lainnya terutama

penelitian dalam bidang keperawatan bedah, khusunya kasus bedag

atresia ani

2. Penjelasan mengenai instrument penelitian dalam studi ini sangat jelas

sehingga dapat disusun menjadi sebuah protap rumah sakit khususnya

dalam hal keperawatan anak dengan atresia ani.

Threat:

Jurnal ini valid dan jelas dalam hal penerapannya sehingga dapat digunakan

atau diaplikasikan kepada pasien.


10. Analsisi PICO

Population/Person: ibu dengan anak yang didiagnosa atreia ani tipe high dan

intermediate.

Intervention: pemberian intervensi keperawatan untuk menilai pengetahuan

ibu tentang atresia ani, cara merawat anak dengan atresia ani, kecemasan

ibu serta beban psikososial

Comparison: grup pembandingnya berupa ibu yang memiliki anak dengan

atresia ani dan melakukan perawatan berdasarkan prosedur yang sudah

ditetapkan oleh Rumah Sakit khussunya departemen bedah.

Outcome: luaran yang dilihat berupa tingkat pengetahuan ibu dalam

merawat anak dengan atresia ani, cara ibu merawat anak dengan atresia ani,

tingkat kecemasan ibu dan beban psikososial ibu yang memiliki anak

dengan atresia ani.

11. Implikasi keperawatan: studi ini dapat menjadi acuan tidak hanya bagi

peneliti tetapi juga bagi perawat dalam hal memberikan intervensi

keperawatan baik pada anak dengan atresia ani maupun pada orang tua

khususnya ibu dalam hal merawat anak dengan atresia ani, sehingga hal ini

akan berguna bagi pasien atresia ani post operasi yang melakukan rawat

jalan.
12. Manfaat Jurnal

Bagi mahasiswa:

1. memberikan pengetahuan yang lebih megenai teknik merawat anak

dengan atresia ani serta teknik penyuluhan dan sosialisasi keperawatan

kepada ibu.

2. Memberikan pedoman dalam melakukan penelitian di budang bedah

terutama pada kasus atresia ani

Bagi Rumah Sakit:

1. Dapat digunakan sebagai acuan dalam mengimplementasikan prosedur

tetap mengenai teknik perawatan anak dengan atresia ani


BAB VI
PENUTUP
1. Kesimpulan
Atresia ani merupakan terjadinya perforasi membran yang
memisahkan bagian endoterm yang mengakibatkan pembentukan lubang
anus yang tidak sempurna. Anus tampak rata atau sedikit cekung
kedalam atau kadang berbentuk anus namun tidak berhubungan langsung
dengan rektum. Atresia ani memerlukan penatalaksanaan operasi
bertahap yaitu pembuatan kolostomi, pembuatan saluran anus/PSARP
(posterior sagital anorectoplasty), dan yang terakhir tutup kolostomi.
Perawatan pada klien tutup kolostomi memerlukan perhatian yang serius
terutama pada penatalaksanaan cairan intravena dan perawatan luka.
Nyeri, puasa lama, dan hari perawatan yang lama menimbulkan trauma
bagi anak. Perawat memegang peranan penting dalam mengurangi efek
hospitalisasi pada anak, terutama nyeri.
Atresia ani atau anus imperforata dapat disebabkan karena,
faktor genetik, Kelainan genetik atau bawaan (autosomal) anus
disebabkan oleh gangguan pertumbuhan, fusi dan pembentukan anus
dari tonjolan embriogenik. Pada minggu kelima sampai ketujuh pada
usia kehamilan, terjadi gangguan pemisahan kloaka menjadi rektum dan
sinus urogenital, biasanya karena gangguan perkembangan septum
urogenital., Putusnya saluran pencernaan dari atas dengan daerah dubur,
sehingga bayi lahir tanpa lubang dubur, Gangguan organogenesis dalam
kandungan, Berkaitan dengan sindrom down, Kegagalan pembentukan
septum urorektal secara komplit karena gangguan pertumbuhan, sfusi,
atau pembentukan anus dari tonjolan embrionik, Putusnya saluran
pencernaan dari atas dengan dubur, sehingga bayi lahir tanpa lubang
anus, Gangguan organogenesis dalam kandungan penyebab atresia ani,
karena ada kegagalan pertumbuhan saat bayi dalam kandungan berusia
12 minggu, Kelainan bawaan, dimana sfingter internal mungkin tidak
memadai.
2. Saran
1. Makalah ini diharapkan dapat menjadi panduan dan menambah
wawasan untuk mengetahui pasien dengan atresia ani.
2. Makalah ini diharapkan dapat menjadi bahan dasar dan pembuatan
asuhan keperawatan di RSUD Moewardoi
3. Makalah ini diharapkan dapat menjadi acuan untuk memberikan
intervensi kepada pasien/ keluarga terkait penyakit atau kecemasan
terhadap keluarga.
DAFTAR PUSTAKA

Bulecheck, G. M., Butcher, H,K., Dochterman, J.M., Wagner,C.M. 2013. Nursing

Intervention Clasification (NIC). Mosby: ELSEVIER Inc.

Bets & Sowden. (2012). Buku Saku Keperawatan Pediatri Edisi 5. Jakarta: EGC

Bobak, L. 2005. Keperawatan Maternitas, Edisi 4. Jakarta: EGC

Hidayat. A. A. (2010). Pengantar Ilmu Keperawatan Anak. Jakarta: Salemba Medika

Nurarif. Amin, Huda & Kusuma, Hardhni. (2015). Asuhan Keperawatan Berdasarkan

Diagnosa Medis & NANDA. Yogyakarta: Mediction Publishing

NANDA. 2018-2020. Diagnosa Keperawatan Definisi dan Klasifikasi. Jakarta: EGC

Moorhead, S., Johnshon, M., Maas,M.L., Swanson, E. (2013). Nursing Outcomes

Clasification (NOC). Mosby: ELSEVIER Inc.

Prince, S. A., Wilson, L. M. (2005). Pathophysiologi: Clinical Concep of Disease

Processes. Edisi 6, Jakarta: EGC

Wong D. L., Whaly (2009). Buku Ajar Keperawatan Pediatrik, Alih bahasa Sunarno, Agus

dkk. Edisi 6 Volume I. Jakarta: EGC

Anda mungkin juga menyukai