Di susun oleh :
Luh Nila Damayanti (18160023)
Dian Purnamasari (18160103)
Oscar Ikhsan (18160128)
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala
rahmat-NYA sehingga kami dapat menyelesaikan analisis jurnal dengan judul
“Perioperative Psychological and Music Interventions in Elderly
Patients Undergoing Spinal Anesthesia: Effect on Anxiety,
Heart Rate Variability, and Postoperative Pain” dengan tepat waktu. Makalah
ini disusun dengan tujuan untuk memenuhi tugas pembelajaran Stase Anak profesi
ners. Selain itu dapat memberikan pembelajaran kepada mahasiswa dalam
menganalisis jurnal terkait intervensi keperawatan karena ilmu selalu ada teori
baru atau intervesi baru dalam memberikan asuhan keperawatan saat ini yang
lebih modern.
Tidak lupa kami juga mengucapkan banyak terima kasih atas bantuan
maupun bimbingan kepada:
1. Cornelia Dede, YN, S.Kep.,Ns.,M.Kep selaku pembimbing akademik stase
keperawatan medikal bedah.
2. Santi Damayanti, S.Kep.,Ns.,M.Kep.,Sp.Kep.M.B selaku koordinator
akademik stase keperawatan medikal bedah.
3. Siti Fadlilah, S.Kep.,Ns.,MSN selaku penguji presentasi jurnal stase
keperawatan medikal bedah.
4. Iswahyudi, AMK Selaku Clinical Instructur Ruang Instalasi Bedah Sentral
RSUD Wonosari.
5. Seluruh teman-teman yang telah berkontribusi dengan memberikan
sumbangan baik materi maupun pikirannya.
2
Harapan kami semoga makalah analisis jurnal ini dapat bermanfaat bagi
mahasiswa profesi ners serta dapat menambah pengetahuan dan pengalaman bagi
para pembaca serta dapat diterapkan diruangan. Untuk kedepannya dapat
memperbaiki bentuk maupun menambah isi makalah agar menjadi lebih baik lagi.
Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman kami, kami yakin masih
banyak kekurangan dalam makalah ini. Oleh karena itu kami sangat
mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi
kesempurnaan makalah ini.
Penulis
Kelompok 35
3
DAFTAR ISI
4
2. Bagi Rumah Sakit........................................................................... ............ 21
5
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pembedahan atau operasi adalah semua tindakan pengobatan yang
menggunakan cara invasif dengan membuka atau menampilkan bagian tubuh,
pada umumnya dilakukan dengan membuat sayatan pada bagian tubuh yang
akan ditangani, lalu dilakukan tindakan perbaikan dan diakhiri dengan
penutupan dan penjahitan luka. Pembedahan dilakukan untuk mendiagnosa
atau mengobati suatu penyakit, cedera atau cacat, serta mengobati kondisi yang
sulit atau tidak mungkin disembuhkan hanya dengan obat-obatan sederhana.
Pembedahan dilakukan karena beberapa alasan seperti diagnostik (biopsi,
laparatomi eksplorasi), kuratif (eksisi masa tumor, pengangkatan apendiks
yang mengalami inflamasi), reparatif (memperbaiki luka multiplek),
rekonstruksi dan paliatif. (Apriyansyah, dkk, 2014).
Operasi yang akan dilakukan membutuhkan persiapan mental dan
bergantung pada keperawatan pre operatif yang merupakan tahapan awal dari
keperawatan perioperatif. Fase pre operatif adalah masa sebelum dilakukannya
tindakan pembedahan yang dimulai sejak ditentukannya persiapan pembedahan
dan berakhir sampai pasien berada dimeja bedah (Smeltzer & Bare, 2013).
Kesuksesan tindakan operasi secara keseluruhan sangat bergantung pada fase
ini. Pengkajian secara integral fungsional pasien meliputi fungsi fisik, biologis,
dan psikologis sangat diperlukan untuk keberhasilan dan kesuksesan suatu
operasi (Puryanto, 2009, dalam jurnal Uskenat, dkk, 2012).
Tindakan operasi banyak menimbulkan kecemasan. Pada pra operatif akan
menyebabkan kecemasan pada pasien. Kecemasan yang terjadi berhubungan
dengan rasa nyeri yang dirasakan pasien pada saat sebelum operasi dan
sesudah operasi (Potter & Perry, 2005, dalam jurnal Uskenat, dkk, 2012).
Kecemasan pada masa preoperasi merupakan hal yang wajar. Beberapa
pernyataan yang biasanya terungkap adalah ketakutan munculnya rasa nyeri
setelah pembedahan, ketakutan terjadi perubahan fisik (menjadi buruk rupa dan
tidak berfungsi secara normal), takut/cemas mengalami kondisi yang sama
6
dengan orang lain yang mempunyai penyakit yang sama, takut memasuki
ruang operasi, menghadapi peralatan bedah dan petugas, takut mati saat
dilakukan anestesi, serta ketakutan apabila operasi akan mengalami kegagalan.
Maka tidak heran jika seringkali pasien menunjukan sikap yang berlebihan
dengan kecemasan yang dialami (Effendy, 2005, dalam jurnal Larasati, 2009).
Angka kejadian pasien yang dilakukan tindakan pembedahan di Amerika
Serikat adalah 23 juta pasien setiap tahunnya yang menjalani operasi dan
kebanyakan mengalami kecemasan. (Budiman, 2008).
Kecemasan yang tidak ditangani dengan baik dapat menimbulkan adanya
perubahan secara fisik maupun psikologis yang akhrinya dapat meningkatkan
kerja saraf simpatis dan akan terjadi peningkatan denyut jantung, frekuensi
nafas, tekanan darah, keringat dingin, dan secara umum mengurangi tingkat
energi pada pasien sehingga merugikan pasien tersebut.
Untuk mengatasi atau mengurangi tingkat kecemasan merupakan salah
satu tindakan perawat yang penting. Ada dua jenis terapi yaitu farmakologis
dan nonfarmakologis, metode farmakologis seperti benzodiazepine dan
kelompok analgesik memerlukan otorisasi dan resep dokter. Sedangkan metode
nonfarmakologi atau komplementer atau terapi pelengkap yang dapat
menangani tingkat kecemasan. Terapi ini dapat dilakukan dengan cara
relaksasi, distraksi, stimulasi, hypnosis dan imajinasi terbimbing. Salah satu
dari terapi komplementer yang sedang banyak dikembangkan di bidang
kesehatan saat ini adalah terapi musik. (Rosdalh & Kawalski, 2015).
Pada penelitian yang dilakukan oleh Savitri, Wenny, dkk (2016) Terapi
musik berpengaruh terhadap tingkat kecemasan sebelum operasi. Sedangkan
pada penelitian ini peneliti menggunakan terapi psikologis dan musik untuk
mengurangi tingkat cemas, nyeri dan HRV pada pasien operasi. Dari hal
tersebut kami tertarik untuk menganalisis jurnal yang berjudul “Perioperative
Psychological and Music Interventions in Elderly
Patients Undergoing Spinal Anesthesia: Effect on Anxiety,
Heart Rate Variability, and Postoperative Pain”. Sehingga nantinya dapat
diterapkan diruangan instalasi bedah sentral RSUD Wonosari.
7
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mahasiswa mampu memahami analisa jurnal keperawatan medikal bedah
tentang “terapi psikologis dan musik pada pasien lansia yang menjalani
spinal anestesi untuk menurunkan kecemasan dan detak jantung serta nyeri”
2. Tujuan Khusus
a) Mahasiswa mampu menganalisa nama peneliti
b) Mahasiswa mampu menganalisa tempat dan waktu penelitian
c) Mahasiswa mampu menganalisa tujuan penelitian
d) Mahasiswa mampu menganalisa metode penelitian (jenis penelitian,
populasi, sampel, teknik sampling dan instrumen penelitian)
e) Mahasiswa mampu menganalisa hasil penelitian
f) Mahasiswa mampu menganalisa korelasi antara isi jurnal dengan teori
g) Mahasiswa mampu menganalisa korelasi antara isi jurnal dengan realita
klinis
h) Mahasiswa mampu menganalisa kelebihan dan kekurangan jurnal dengan
analisa SWOT
i) Mahasiswa mampu menganalisa kelebihan dan kekurangan jurnal dengan
analisa PICO
j) Mahasiwa mampu mengetahui implikasi keperawatan
k) Mahasiwa mampu mengetahui manfaat jurnal
8
BAB II
JURNAL YANG DIAMBIL (ASLI)
Terlampir...
9
BAB III
PEMBAHASAN
A. Nama Peneliti
Penelitian ini dilakukan oleh 3 orang yang meliputi peneliti asli,
korespondensi dan kontributor, yaitu:
1. Yisha Wang : Sebagai Peneliti asli dan Kontributor
Analisis:
1. Penelitian ini sudah dilakukan oleh orang yang ahli dibidangnya yang
mewakili institusi pendidikan dan juga klinis seperti yang dijelaskan di
rincian peneliti bahwa penelitinya berasal dari:
10
c. Peneliti yang ke 3 tidak dijelaskan latarbelakng instsitusinya dan sebagai
apa dalam penelitian ini apakah peneliti asli, konstibutor atau asisten
peneliti
2. Penulisan nama peneliti pada jurnal ini sudah memenuhi kriteria penulisan
yaitu penulis tidak mencantumkan gelar di jurnal ini namun penulis
menjelaskannya dalam bentuk nama institusi asal penulis.
C. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengevaluasi efek dari intervensi
psikologis dan musik perioperatif pada pasien usia lanjut yang menjalani
operasi elektif pada kecemasan, rasa sakit pasca operasi, dan perubahan
11
variabilitas detak jantung (HRV) untuk memastikan apakah intervensi
psikologis dan musik perioperatif dapat mempengaruhi tingkat kecemasan
secara keseluruhan.
Analisis:
1. Tujuan penelitian ini sudah sesuai dengan judul yang diambil dan isi
dari jurnal ini sudah saling berkaitan dengan judul serta tujuannya namun,
terdapat sedikit.
D. Metode Penelitian
1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian pada penelitian ini adalah penelitian eksperimen.
12
b. Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel
c. Instrumen Penelitian
1. Penilaian kecemasan
2. Penilaian HRV
Analisis:
13
variabel yang akan diteliti. Pada penelitian ini sudah sangat
sesuai dengan pengertian dari penelitian ekperimen yaitu bahwa
peneliti di sini hanya melakukan intervensi kepada sampel
penelitian menggunakan instrumen yang sudah ditetapkan.
2. Populasi pada penelitian ini juga sudah sesuai yaitu dimana peneliti
melihat semua pasien menerima informed consent, 40 pasien usia
lanjut yang menjalani ginekologi atau lebih rendah ekstremitas
bedah ortopedi elektif terdaftar dari Juni 2011 hingga September
2011. Para peserta studi berkisar di usia 65-80 tahun. Populasi
adalah wilayah generalisata yang terdiri atas: objek/subjek yang
mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan
oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik
kesimpulannya (Sugiyono, 2014). Melihat dari definisi populasi,
maka peneliti pada penelitian ini sudah memenuhi kriteria
tersebut dalam melakukan penelitiannya.
14
menggunakan Skala Zung Self-Penilaian Kecemasan (SAS,
Penilaian skor nyeri Visual analog, dan Visual skor nyeri analog
digunakan untuk merekam tingkat pasien nyeri dari 0 (tidak ada rasa
sakit) ke 10 (nyeri intensif), serta Penilaian HRV
E. Hasil Penelitian
Tidak ada perbedaan yang signifikan untuk nilai rata-rata dari total , LF,
HF, atau rasio / HF LF sebelum intervensi antara 2 kelompok. Untuk kelompok
intervensi, nilai rata-rata LF dan LF rasio / HF menurun secara signifikan (p
<0,05 untuk keduanya) setelah prosedur dibandingkan dengan sebelum
prosedur, dan nilai rata-rata HF secara signifikan lebih tinggi setelah prosedur
dari pada sebelum prosedur (p < 0,01). Pada kelompok kontrol, perbedaan rata-
rata nilai untuk LF, HF, total daya, dan LF / HF rasio pasien kontrol diukur
pada titik waktu yang berbeda tidak signifikan. Untuk kelompok intervensi,
perubahan nilai rata-rata sebelum dan setelah prosedur secara signifikan lebih
besar dari pada kelompok kontrol (p <0,01).
Rerata skor SAS dari pasien kelompok intervensi menurun secara
signifikan setelah prosedur dibandingkan dengan sebelum (p <0,05), namun
nilai rata-rata di antara pasien kontrol pada dasarnya tidak berubah. Sebelum
prosedur, tidak ada perbedaan yang signifikan skor SAS ] antara kedua
kelompok. Namun skor SAS rata-rata dari kelompok intervensi secara
signifikan lebih rendah dibandingkan dengan kelompok kontrol setelah
prosedur.
Rata-rata rasa sakit (analog visual) 6 jam setelah operasi adalah 3,50 ±
1,05 pada kelompok intervensi, secara signifikan lebih rendah daripada
kelompok kontrol (4,85 ± 1,31, p <0,01).
Analisis:
Hasil penelitian pada penelitian ini sudah ditampilkan dengan jelas dan
mudah dimengerti. Penulisannya pun sudah memenuhi kriteria penulisan
hasil dalam sebuah penelitian yaitu mencantumkan sampel dan presentase
sampelnya. Perubahan berarti dalam HRV yang ditentukan oleh frekuensi
15
rendah (LF) pengukuran listrik. Setelah intervensi, rasio rata-rata LF untuk
frekuensi tinggi (HF) listrik menurun secara signifikan pada kelompok
intervensi dibandingkan sebelum intervensi (p <0,05). Pada kelompok kontrol,
berarti pengukuran LF dan rasio LF: HF tidak berubah secara signifikan. Pada
kelompok intervensi, berarti daya HF secara signifikan lebih tinggi setelah
prosedur dari sebelumnya (p <0,01). Selain itu, penilaian diri skor kecemasan
rata-rata dari kelompok intervensi menurun setelah prosedur dibandingkan
dengan sebelum (p <0,05). Rata-rata analog visual dari kelompok intervensi 6
jam setelah operasi secara signifikan lebih rendah dibandingkan dengan
kelompok kontrol (p <0,01).
16
endorphin untuk membantu meningkatkan rasa rileks dalam tubuh seseorang.
Sistem saraf otonom terbagi menjadi dua yaitu sistem saraf simpatik dan
parasimpatik. Kedua saraf ini memiliki fungsi yang berbeda dan bertentangan.
Sistem saraf simpatik akan lebih aktif dalam menghadapi situasi yang dapat
mengancam diri. Sedangkan sistem saraf parasimpatik bekerja lebih aktif
dalam keadaan yang normal. Seseorang dalam keadaan cemas maka sistem
saraf simpatik akan meningkatkan kerja detak jantung, tekanan darah dan
pernafasan. Sebaliknya ketika seseorang sedang santai berbaring, nafas
menjadi pelan teratur maka sistem parasimpatik yang bekerja lebih aktif.
Dalam terapi ini musik adalah fasilitator untuk membuat keadaan seseorang
menjadi rileks dan nyaman sehingga kerja sistem saraf parasimpatik akan
bekerja lebih dominan (Stuart, 2007).
Jadi jurnal ini sudah memuat korelasi yang baik antara isi dan teori yang
saat ini sedang berkembang pesat. Pada jurnal ini dilakukan penilaian
tingkat kecemasan, tingkat nyeri dan penilaian HRV, sebelum melakukan
tindakan operatif, saat dilakukan tidakan operatif, setelah dilakukan tindakan
operatif. Kesimpulannya, isi jurnal ini tidak melenceng dari teori yang sudah
ada. Sehingga untuk hasil yang didapatkan dapat digunakan sebagai acuan
dalam proses belajar di lapangan maupun di dunia pendidikan.
17
H. Analisa SWOT Penerapan Jurnal di Klinik
1. Strength (Kekuatan)
Jurnal ini memiliki banyak kekuatan yaitu diantaranya: Peneliti dalam
penelitian ini merupakan orang yang sesuai dengan bidangnya, pada jurnal
ini sudah menggunakan instrumen yang jelas yaitu Skala Zung Self-
Penilaian Kecemasan (SAS), Penilaian HRV, dan Penilaian skor nyeri
Visual analog digunakan untuk merekam tingkat pasien nyeri dari 0 (tidak
ada rasa sakit) ke 10 (nyeri intensif). Dalam penelitian ini juga terdapat
kelompok intervensi dan kontrol sehingga hasilnya lebih valid dan ada
pembandingnya sehingga jurnal ini dapat diterapkan atau diaplikasikan di
ruang Instalasi Bedah Sentral mengingat fakta bahwa terapi musik dapat
menurunkan tingkat kecemasan, nyeri maupun HRV pasien. Terapi
psikologis dan musik ini merupakan terapi yang sederhana, beresiko
rendah, hemat biaya dan dapat mengurangi kecemasan pasien.
2. Weaknes (Kelemahan)
3. Opportunity (Peluang)
18
rumah sakit (Instalasi Bedah Sentral). Dengan menurunnya angka
kecemasan dan nyeri, maka proses berlangsungnya tindakan operasi
dilakukan dengan cepat dan megurangi trauma pada pasien. Selain itu
pasien akan merasakan lebih puas dengan pelayanan yang diberikan oleh
rumah sakit sehingga citra rumah sakit akan meningkat/lebih baik serta
meningkatkan kepercayaan pelanggan untuk operasi di rumah sakit RSUD
Wonosari dan tentunya akan berdampak pada pendapatan rumah sakit
(meningkatkan finansial rumah sakit). Peluang ini sangat mungkin
terjadi karena menurunkan nyeri dan kecemasan tidak hanya dengan obat
bukan sesuatu yang sulit dan tanpa harus mnegeluarkan biaya yang mahal
untuk dilakukan, hanya kesadaran dan keinginan dari petugas medis yang
ada di rumah sakit.
4. Threated (Ancaman)
5. Analisa PICO
P: Dalam penelitian ini menggunakan 2 kelompok yang masing-masing
kelompok terdapat 20 sampel yang menjalani operasi.
I: Penelitian ini terdapat 2 kelompok yaitu kelompok intervensi (terapi
pskologis dan musik) dan kelompok kontrol. Kelompok intervensi pada pre
operasi diberikan terapi musik 30 menit sebelum dilakukan operasi dan pada
intra operasi diberikan terapi musik pada pasien. Pada kelompok kontrol
tidak diberikan intervensi apapun.
19
C: Kelompok kontrol
O: Perubahan berarti dalam HRV yang ditentukan oleh frekuensi rendah (LF)
pengukuran listrik. Setelah intervensi, rasio rata-rata LF untuk frekuensi
tinggi (HF) listrik menurun secara signifikan pada kelompok intervensi
dibandingkan sebelum intervensi (p <0,05). Pada kelompok kontrol, berarti
pengukuran LF dan rasio LF: HF tidak berubah secara signifikan. Pada
kelompok intervensi, berarti daya HF secara signifikan lebih tinggi setelah
prosedur dari sebelumnya (p <0,01). Selain itu, penilaian diri skor
kecemasan rata-rata dari kelompok intervensi menurun setelah prosedur
dibandingkan dengan sebelum (p <0,05). Rata-rata analog visual dari
kelompok intervensi 6 jam setelah operasi secara signifikan lebih rendah
dibandingkan dengan kelompok kontrol (p <0,01). Kesimpulan: perioperatif
intervensi psikologis dan musik dapat mengurangi kecemasan dan rasa sakit
pasca operasi pada pasien usia lanjut.
6. Implikasi Keperawatan
Terapi psikologis dan musik sangat penting dilakukan didunia keperawatan
untuk menurunkan tingkat kecemasan dan nyeri pada pasien operatif di rumah
sakit, karena perawat adalah orang yang 24 jam bersama pasien dan selalu
mendampingi keseharian pasien dan otomatis banyak kegiatan yang
berkaitan dengan nyeri atau ketakutan pada pasien. Terapi musik dan
psikologs juga bukan merupakan hal yang sulit dilakukan, jadi tidak ada
ruginya kita sebagai perawat melakukan pada pasien sehingga tingkat nyeri
dan ketakutan pasien bisa berkurang
7. Manfaat Keperawatan
1. Bagi Mahasiswa
Mahasiswa dapat menganalisis dan mengerti isi jurnal ini dan menerapkan
tehnik nonfarmakologi khususnya terapi musik untuk mengurangi tingkat
kecemasan, nyeri maupun heart rate, sehingga tidak menyebabkan trauma
pada pasien setelah dilakukan operasi.
20
2. Bagi Institusi (RS)
Dapat menjadi suatu terapi yang efektif, mudah dan murah untuk
diterapkan kepada pasien yang akan melakukan operasi sehingga dapat
meningkatkan kuantitas dan kualitas pelayanan terutama diruang bedah.
21
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Terapi keperawatan nonfarmakologi menggunakan musik pada jurnal ini
sangat efektif untuk menurunkan tingkat kecemasan, nyeri maupun heart rate
pasien.
B. Saran
1) Bagi Institusi Rumah Sakit
Dapat menjadi pertimbangan untuk menerapkan terapi psikologis dan
musik serta mempersiapkan alat-alat yang diperlukan untuk terapi
psikologis dan musik agar dapat diputar musik relaksasi pada pasien yang
akan dilakukan tindakan operasi sehingga dapat menurunkan kecemasan
dan nyeri pada pasien.
2) Bagi Mahasiswa Keperawatan
Agar dapat menerapkan terapi psikologis dan musik jika menemui masalah
kecemasan di ruang bedah agar dapat membantu mengatasi masalah pasien.
22
DAFTAR PUSTAKA
Kbbi.web.id
23