Oleh
FRISKA JOLANDA KALAY
0120840315
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS CENDERAWASIH
JAYAPURA
2017
ACUTE MEDULLA COMPRESSION
PERIODE 2016/2017
Oleh
FRISKA JOLANDA KALAY
0120840315
Dosen Pembimbing :
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS CENDERAWASIH
JAYAPURA
2017
LEMBAR PENGESAHAN
i
Telah disetujui dan diterima oleh Panitia Ujian Karya Tulis Ilmiah
Pada
Hari :
Tanggal :
MENGESAHKAN
Ketua Sekretaris
Tim Penguji
1. ……………………………… 1. .....................................
NIP. …………………………
2. ……………………………… 2. .....................................
NIP. …………………………
3. ……………………………… 3. .....................................
NIP. …………………………
4. ……………………………… 4. .....................................
NIP. …………………………
HALAMAN PERSEMBAHAN
ii
“Kesuksesan hanya dapat diraih dengan segala upaya dan usaha yang disertai
dengan DOA, karena sesungguhnya nasib seorang manusia tidak akan berubah
Tetapi seperti ada tertulis “sebab aku ini mengetahui rancangan-rancangan apa
yang ada pada-Ku mengenai kamu, demikianlah firman Tuhan, yaitu rancangan
damai sejahtera dan bukan rancangan kecelakaan, untuk memberikan kepadamu
hari depan yang penuh harapan”
(Yeremia 29 :11 )
Karya Tulis Ilmiah ini saya persembahkan untuk Mama yang sangat
iii
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas limpahan
berkat, rahmat dan kasih-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan KTI (karya
merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kedokteran (S.Ked)
Cenderawasih
2. dr. Trajanus L. Jembise, Sp.B sebagai Dekan Fakultas Kedokteran
3. dr. Only One Taylor, Sp.OT sebagai dosen pembimbing I yang telah
tulis ilmiah.
4. Ibu Lusye Howay, S.Psi sebagai dosen pembimbing II yang telah
6. Untuk yang tersayang Mama Asnath Tahitu yang selalu setia menjadi
penyemangat, kakak Frelin Nessy Kalay, kakak Stevany kalay, Adek Tiara Ribka
membantu sehingga karya tulis ilmiah ini dapat terselesaikan. Para Staf Dosen
iv
Fakultas Kedokteran Universitas Cenderawasih yang telah membekali penulis
Ayuni Ikaningtyas, yang selalu setia dengar setiap curahan hati baik senang
maupun sedih dalam menyelesaikan setiap tugas serta KTI kami masing-
masing serta semua keluarga besar FK-11 angkatan 2012 yang tidak
mungkin penulis sebutkan satu persatu, atas segala dukungan, bantuan dan
sarannya sehingga karya tulis ilmiah ini dapat terselesaikan dengan baik.
8. Kepada semua pihak yang tidak bisa saya sebutkan satu persatu, yang telah
kekurangan, oleh karenanya kritik dan saran sangat penulis harapkan guna
Akhir kata penulis mengucapkan banyak terima kasih dan semoga karya tulis
Penulis
v
DAFTAR ISI
HAL JUDUL…..............……….……………………………………..........................i
KATA PENGANTAR............…………………………………….…………………..iv
DAFTAR ISI….………………………………………………………………………vii
DAFTAR GAMBAR......…………………………………………………………........... ix
BAB I PENDAHULUAN
BAB II ISI
2.1 Definisi......…………………….......…………………………………………... 5
2.2 Epidemiologi..........……………….......……………………………………….. 5
2.3 Etiologi...................………….....………………....…………………………… 6
2.4.1 Anamnesa..............…............……………………………………………. 15
2.6.1 Farmakoterapi...........…………………………………………………….. 19
vi
2.6.2 Non Farmakoterapi….…………………………………………………… 19
2.7 Komplikasi…………………………………………………………………….. 23
2.8 Rehabilitasi…………………………………………………………………….. 23
2.9 Prognosis.....………………………………………………………………….... 24
2.10 Edukasi..........………………………………………………………………… 25
3.1 Kesimpulan…………………………………………………………………….. 26
3.2 Saran...………………………………………………………………………….. 27
DAFTAR PUSTAKA....………………………………………………………………. 28
vii
DAFTAR GAMBAR
viii
BAB I
PENDAHULUAN
Kenneth F. 2016) Penekanan pada sumsum tulang belakang ini berpotensi memicu
terjadinya kerusakan gangguan sistem saraf oleh karena itu waktu serta ketepatan
diagnosis yang akurat sangat berperan penting. (Dugas et al. 2011) Cedera dari
jaringan lokal, ketidakcukupan suplai darah ke jaringan atau organ tubuh, tingkat
keparahan meningkat sehingga kondisi pasien akan menjadi semakin buruk, dan
Kompresi Medula Spinalis akut dapat disebabkan oleh trauma seperti jatuh,
kecelakaan mobil atau motor, luka akibat olahraga, luka penikaman maupun
utama terjadi akibat trauma. Identifikasi yang dilakukan pada 5 kasus pasien
dengan Kompresi Medula Akut terjadi pada usia <65 tahun dengan urutan
kejadian utama terjadi pada kaum pria. Setiap tahunnya di Amerika Serikat
medula spinalis sekitar 2-5% , baik yang berkenaan dengan instabilitas tulang
1
2
belakang atau mungkin dikarenkan pasien terus melakukan aktifitas yang berisiko
tinggi. Edukasi yang dapat diberikan bagi pasien, keluarga, serta tim perawat yaitu
penatalaksanaan dan perawatan agar pasien dapat memanfaatkan terapi yang ada,
serta adanya komunikasi yang baik antara tim perawat dan pasien, sehingga
pasien dapat mengetahui tanda dan gejala dengan harapan agar tidak
nyawa atau mencegah keparahan atau kecacatan pada pasien. Lulusan dokter
mampu menentukan rujukan yang paling tepat bagi penanganan pasien dan
2012)
Oleh karena Penyakit Kompresi Medula Akut merupakan penyakit
jurnal terbaru maupun text book untuk memberi pengetahuan bagi mahasiswa
Kedokteran agar mengetahui penanganan yang cepat dan tepat sehingga mampu
Akut?
6. Jelaskan terapi yang dapat dilakukan pada Kompresi Medula Akut?
7. Apa komplikasi dari Kompresi Medula Akut?
8. Jelaskan rehabilitasi yang dapat dilakukan pada Kompresi Medula Akut?
9. Jelaskan prognosis dari Kompresi Medula Akut?
10. Jelaskan edukasi yang dapat dilakukan pada kasus Kompresi Medula
Akut?
1.2 Tujuan Penelitian
1. Mengetahui definisi dari Kompresi Medula Akut
2. Mengetahui epidemiologi dari Kompresi Medula Akut
3. Mengetahui etiologi dari Kompresi Medula Akut
4. Mengetahui cara penegakan diagnosis dari Kompresi Medula Akut
5. Mengetahui cara penegakan diagnosis banding pada Kompresi Medula
Akut
6. Mengetahui terapi yang dapat dilakukan pada Kompresi Medula Akut
7. Mengetahui komplikasi dari Kompresi Medula Akut
8. Mengetahui rehabilitasi dari Kompresi Medula Akut
9. Mengetahui prognosis dari Kompresi Medula Akut
10. Mengetahui edukasi yang dapat dilakukan pada Kompresi Medula Akut
ISI
2.1 Definisi
Kompresi medula spinalis akut merupakan proses penekanan arteri, vena, dan
ruangan cairan serebrospinalis atau penekanan pada saraf tulang belakang itu
sendiri. Hal ini dapat terjadi akibat dari faktor ekstrinsik dan jejas atau faktor
intrinsik dari substansi saraf. Contoh seperti pada trauma atau tumor
mempengaruhi substansi serabut saraf dan jejas dari kompesi berasal dari sekitar
Secara anatomi, medula spinalis adalah jaringan saraf yang berjalan dari batang
otak yang berbentuk silinder memanjang. Struktur ini memiliki panjang 45 cm (18
inci) dan garis tengah 2 cm. Medula spinalis berjalan melalui kanalis vertebralis
dan dihubungkan dengan nervus spinalis. Dari medula spinalis keluar pasangan-
nama sesuai bagian dari kolumna vertebralis tempat keluarnya. Terdapat 8 pasang
pasang nervus lumbalis (perut), 5 pasang nervus sakralis (panggul), dan 1 pasang
5
6
trauma pada saraf tulang belakang, maka semakin banyak disfungsi yang akan
terjadi. Ketika terjadi cedera pada level Nervus Cervikalis (C1-C4) ini
sangat parah, pasien mungkin tidak mampu bernapas dan batuk dengan
dan terkadang kemampuan untuk berbicara juga terganggu atau menurun. Pasien
7
pergerakan.
Pasien dengan cedera pada level Nervus Cervikalis (C5-C8) mampu bernapas
dan bicara normal seperti sebelumnya. Pasien dengan cedera Nervus Cervikalis 5
total paralisis pada pergelangan tangan, badan, dan kaki, mampu berbicara
Cervikalis 6 merupakan saraf yang berfungsi untuk pergerakan ekstensi siku, jadi
jika terjadi cedera pada level ini menyebabkan gangguan pada kemampuan
ekstensi siku. Secara khas terdapat paralisis pada tangan, badan, dan kaki, mampu
dengan gangguan ekstensi siku dan ekstensi jari – jari tangan. Tidak terdapat
gangguan kontrol arau terdapat sedikit kontrol terhadap fungsi berkemih atau
dan melepas objek yang digenggam, tidak terdapat gangguan kontrol atau terdapat
bagian atas, otot abdominal, dan otot punggung atas. Pasien dengan Cedera pada
Nervus ini jarang menyebabkan gangguan ekstremitas atas. Nervus Thorakal (T6-
T12) yang mempengaruhi otot-otot pada perut dan punggung tergantung dari level
keseimbangan tubuh untuk duduk dan mampu batuk produktif selama otot
8
terhadap fungsi berkemih atau defekasi. Cedera pada Nervus Lumbal (L1-L5)
menyebabkan gangguan fungsi panggul dan kaki. Tidak terdapat kontrol atau
kekuatan kaki pasien mungkin membutuhkan alat bantu untuk berjalan. Cedera
dari panggul dan kaki, tidak terdapat kontrol atau sedikit kontrol terhadap fungsi
berkemih atau defekasi. Sebagian besar pasien dapat berjalan dengan baik.
2.2 Epidemiologi
kondisi semua golongan usia di seluruh dunia. (Casey, Kanneth F. 2016) Insidens
cedera tulang belakang di Amerika serikat sekitar 12.000 orang per tahun dengan
spinalis terlihat pada sebagian besar pasien dengan cedera tulang belakang
herniasi, dislokasi fraktur, atau masa pada anterior dan posterior epidural seperti
dislokasi vertebra (Tempat yang tinggi dari trauma pada anterior/posterior dari
Prevalensi di dunia dari cedera tulang belakang dilaporkan bervariasi dari 236
sampai 246 kasus per juta per penduduk. (Casey, Kanneth. F. 2016)
9
Secara keseluruhan terdapat 5 kasus dari akut Spinal Cord Injury pada usia <65
2.3 Etiologi
1) Trauma : pada dewasa muda dan lanjut usia yang melakukan aktivitas fisik
Robert B. 1999)
b. Tumor yang menyebabkan kompressi medula spinalis, yaitu:
Tumor di vertebra torakalis yang soliter biasanya primer yaitu berupa
Mieloma multiple sering bersarang di vertebral juga. Keluhan pada tahap dini
tidak banyak berbeda dengan keluhan reumatik atau spondilosis yang sering
dikatakan sebagai penyakit orang yang sudah tua. Sakit tulang belakangnya
mereda dengan penggunaan obat anti nyeri. Akan tetapi tidak lama berikutnya
obat-obat itu tidak mempan lagi, terasa terus-menerus bahkan kalau malam
hidups yang optimal. Ketika membuat diagnosis gejala yang tampak seperti
gejala yang umum yaitu nyeri dan mati rasa (paraesthesis). Terdapat nyeri lokal,
mekanis, atau radikuler. Pasien akan menjelaskan gangguan atau sakit nyeri pada
tanya jawab pada keluarga pasien atau yang mengetahui tentang pasien. Penulisan
riwayat pasien memerlukan informasi dari identitas pasien, kejadian, waktu, data
pemeriksaan klinis awal, terapi yang didapat, dan keterangan pada pasien dapat
diambil dari saksi, kerabat, polisi, paramedis, atau staf medis. Pasien yang mampu
medula sub-akut atau kronis atau dengan nyeri punggung lokal, perlu ditanyakan
dan dicurigai faktor risiko seperti trauma baru atau kronis, pekerjaan, rekreasi
11
penanganannya meliputi:
A. Airway
Pasien dengan cedera medula spinalis cervikal dapat sangat berisiko tinggi
cervikal setinggi C3,C4 dan C5, serta hilangnya kekuatan dinding dada dan
dalam beberapa menit pada awal cedera, dan jika tidak di intubasi pada pra-
cedera inkomplit atau cedera ringan memiliki tingkat tinggi variabilitas dalam
Saat dalam keraguan, lebih baik kita mengintubasi pasien dengan cedera
pertolongan. Biasanya pasien memburuk akibat cedera utama yang tidak lama
setelah itu adanya edema saraf tulang belakang dan secara cepat otot
menilai pasien dan melihat kemungkinan perburukan jalan nafas pada status
selalu tersedia saat memanipulasi jalan nafas pada pasien dengan cedera
B. Breathing (pernapasan)
Cedera cervikal menyebabkan berkurangnya fungsi diafragma dan dapat
menyebabkan apnea. Dinding dada dan otot-otot perut sangat penting untuk
cervikal, sebab hypoksemia sangat merugikan pasien dengan cedera saraf. Pra-
bradikardi pada pasien dengan cedera setinggi cedera cervikal akibat stimulasi
menyebabkan tidak adanya reflex vagal. Hal ini dapat berkontribusi pada syok
Monitoring harus tetap dilakukan, tidak dengan asumsi pasien memiliki syok
pasien kelihatannya sehat, pasien lanjut usia, dan pasien pra-cedera, beta-
Terapi lini pertama dari syok neurogenik adalah resusitasi cairan untuk
mudah dititrasi. Obat ini sangat bagus digunakan pada pasien dengan lesi
kardiogenik.
4. Epinefrin agonis alfa dan beta yang menyebabkan vasokontriktor dan
volume dan memantau retensi urin. Selain itu stress ulcer prophylaxis harus
15
a.
b.
c.
d.
e.
Pada grafik diatas akan terlihat gejala-gejala yang akan dirasakan pasien
1) Defisit motorik
Defisit motorik adalah keluhan utama dari 60% pasien dengan kompresi
medulla spinalis.
a) Paraplegia atau Paraparesis, yaitu kelumpuhan kedua tungkai akibat lesi
Priguna, 2010)
16
keempat anggota gerak yang biasanya terjadi akibat lesi bilateral atau transversal
lengan tungkai berikut wajah pada salah satu sisi tubuh. Kelumpuhan biasanya
disebabkan oleh lesi vascular unilateral di kapsula interna atau korteks motorik.
misalnya : Sentuhan, getaran, serta suhu. Secara umum pasien akan kesulitan
seperti rasa sakit yang menusuk. Nyeri mekanik aksial meningkat dengan
gerakan, terutama fleksi, ekstensi, atau rotasi dari segemen tulang belakang.
hipotensi.
c) Dingin, menggigil, dan mengantuk oleh karena hipotermia
d) Disfungsi kandung kemih (Casey, Kanneth F. 2016)
5) Spinal syok
keadaan dimana terjadinya kehilangan sensasi, otot, fungsi dan reflex
dibawah tingkat cedera yang terlihat setelah terjadi cedera tulang belakang.
17
1. Tes Laboratorium
akut termasuk tes pembekuan darah, FBC, dan pemeriksaan elektrolit. Tidak
ada tes laboratorium khusus untuk mendiagnosa trauma medula spinalis akut,
analisis CSF dapat membantu akan tetapi tidak termasuk dalam penyebab non-
2. Foto X-Ray
Gambar 3. Foto X-Ray menunjukan fraktur kompresi yang lama dengan fraktur
kompresi akut T10 vertebra
(Dikutip : Muthukumar Thillainayagam, et all. 2016)
Foto polos radiologi dapat digunakan tetapi lebih bagus menggunakan CT-
Scans. Pasien dengan nyeri kronis dapat dilakukan imaging dengan foto polos
film x-ray, apabila dicurigai adanya keterkaitan dengan tulang belakang dapat
18
menggunakan MRI. Pada keadaan trauma, pilihan tes yang digunakan yaitu foto
3. CT-Scan
disukai untuk mendeteksi kelainan kanal tulang belakang. (Casey, Kanneth F. 201)
4. MRI
20
MRI penting direkomendasikan untuk semua pasien yang memiliki onset baru
gejala urinari dengan nyeri punggung dan penyakit pegal pada pinggang. (Casey,
Kanneth F.2016)
myeloma), harus menjalani pemeriksaan CT atau MRI. Ketika MRI tidak tersedia,
dapat digunakan.
Penyakit ini sering sekali mirip dengan kompresi medula spinalis seperti
bagian atas dan wajah, berlanjut sampai dengan kehilangan reflex tendon.
Riwayat dari infeksi HIV atau faktor tinggi perilaku, seperti menggunakan
narkotika IV, transfuse darah yang terinfeksi HIV, dan seks bebas. Tanda dan
2.6 Terapi
2.6.1 Farmakoterapi
1) Analgesik
Diberikan pada pasien metastasis tulang belakang dengan nyeri hebat berupa
Eko.2014)
Pemberian methylprednisolone dosis tinggi digunakan dalam jangka waktu
8 jam setelah cedera, dengan dosis 30 mg/kgBB IV, diberikan bolus selama 15
menit diikuti dengan infus dengan takaran 5,4 mg/kgBB/jam infus IV selama
24 jam (jika cedera <3 jam). Jika infus diinisiasikan pada jam ke-3 hingga jam
ke-8 setelah cedera, maka lama infus dilakukan selama 48 jam. (Casey,
Kanneth.F.2016)
1. Bifosfonat
a) Bifosfonat merupakan golongan obat yang dapat diberikan pada pasien
1) Radioterapi
harapan hidup
Kaneth F. 2016)
seharusnya hanya dapat diguanakan setelah disetujui oleh dokter spesialis (ahli
onkologi, ahli radiologi, dan ahli bedah tulang belakang), dengan keterlibatan
penuh dari pasien dan akses fasilitas yang bagus untuk bedah tulang belakang.
(White, B. 2008)
3) Pembedahan
a) Tujuan utama dari pembedahan adalah untuk memulihkan fungsi utama dari
hidup pasien.
b) Pembedahan ditentukan oleh lokasi tumor, dan lokasi kompresi pada
2.7 Komplikasi
1. Pressure Ulcers
24
2.8
Gambar 7. Gambar pressure ulcers (a) ulkus sakral yang besar (b) ulkus
sacral yang telah berhasil ditutup
(Dikutip dari : (Agrawal Karoon, Chauhan Neha. 2012)
Panel (NPUAP) dan European Preesure Ulcer Advisory Panel (EPUAP) adalah
cedera lokal pada kulit dan/ atau jaringan dibawahnya biasanya tulang lebih
menonjol sebagai akibat dari tekanan atau tekanan dalam kombinasi dengan
gesekan. Komplikasi jenis ini dapat menyebabkan iskemia, kematian sel dan
Komplikasi yang terjadi pada 15-30% kasus dan termasuk didalamnya didapat
hemoragik, cedera pada akar saraf, disc herniasi rekuren atau residural, dan
epidural hematom.
Sabut dari sistem saraf simpatis keluar dari medula spinalis antar C7 dan L1.
Sistem saraf parasimpatik keluar diantara S2 dan S4. Oleh karena itu, lesi atau
gejala awal.
25
4. Disfungsi kardiovaskular
Komplikasi yang sangat dikenal dari kompresi medula spinalis akut yang
berelasi dengan hilangnya kontrol simpatik supraspinal. Hal ini dapat ditemukan
secara khas pada cedera thoraks bagian atas (T6) dan ruas servikal.
5. Osifikasi heteropatik
resiko dari influx perkembangan yang buruk dari organisme dari infeksi. (Casey,
Kanneth F. 2016)
2.8 Rehabilitasi
khusus, dan kesempatan untuk berolahraga. Terdapat juga relawan dan dukungan
26
Pada fase akut, tujuan awal yang perlu dicapai adalah toleransi posisi tegak
yang dapat dilakukan dengan latihan duduk, menaikkan kepala saat di tempat
tidur, dan memanfaatkan kemiringan meja atau kerangka yang dipakai untuk
kekuatan otot,dan memperbaiki kontrol tubuh dan kepala. Para perawat juga dapat
pindah tempat (dari tempat tidur ke kursi roda dan dari kursi roda ke kamar kecil)
perlunya bergeser atau membalikan badan sehingga tidak dalam posisi yang lama.
Para terapi dan staf perawat berperan penting dalam hal ini.
diri, makan, dan menyimpan makanan. Patologis dalam berbicara dan berbahasa
serta terapi pernapasan memiliki peranan penting terutama pada pasien cedera
tulang belakang. Tujuan terapi adalah untuk produksi suara, bersihnya jalan nafas,
melatih otot-otot ekspirasi, dan penggunaan alat bantu.Terapi fisik terlibat secara
langsung dalam melatih pasiennya. Pasien dengan cedera cervical atas yang tidak
2.9 Prognosis
baik yang berkenaan dengan instabilitas tulang belakang atau mungkin dikarenkan
pasien terus melakukan aktifitas yang berisiko tinggi. Sekitar 30% dari pasien
membutuhkan cateter urin sebelum melakukan perawatan, dan hanya 21% dari
paisen ini yang kemudian tidak lagi memakai kateter. (Casey, Kanneth F. 2016)
2.10 Edukasi
Edukasi yang dapat diberikan pada pasien, keluarga, serta tim perawat :
pasien agar instruksi mengenai tanda dan gejala dapat diketahui dan dimengerti
oleh pasien dengan harapan agar tidak terjadi cedera yang terus berlanjut dan
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
spinalis di Amerika serikat sekitar 12.000 orang per tahun dengan berbagai bentuk
spinalis akut yaitu akibat Trauma dan Nontrauma. Diagnosis dapat ditegakkan
motorik, nyeri, disfungsi otonom, serta spinal syok dan Pemeriksaan Penunjang
dengan menggunakan Foto X-ray, CT-Scans, dan MRI yang dilakukan dengan
baik dapat memberikan kualitas hasil yang optimal. Diagnosis banding kompresi
pada pasien dengan Kompresi medulla spinalis akut yaitu berhubungan Pressure
30
31
baik yang berkenaan dengan instabilitas tulang belakang atau mungkin dikarenkan
pasien terus melakukan aktifitas yang berisiko tinggi. Edukasi yang dapat
diberikan bagi spasien, keluarga, serta tim perawat yaitu berkaitan dengan
agar pasien dapat memanfaatkan terapi yang ada, serta adanya komunikasi yang
baik antara tim perawat dan pasien, sehingga pasien dapat mengetahui tanda dan
B. SARAN
Adanya pelatihan bagi tim medis yang akan menangani serta segala informasi
yang berkaitan dengan kompresi medulla spinalis akut perlu disampaikan dengan
pasien. Bagi mahasiswa yang ingin melakukan penelitian literatur ini dapat
dijadikan acuan sebagai referensi bacaan atau mencari kajian literatur yang lain
Agrawal, Karoon. Chauhan, Neha. (2012) Pressure Ulcers Back to the Basics.
Indian Journal of Plastic Surgery [online] 45(2). Hal 244-254. Diakses dari:
2016]
blood flow perfusion capaticy. Plos One [online], 1. Hal 1-9. Diakses dari
Casey, Kenneth.F, et all. (2016). Spinal Cord Compression. 4-5. Hal 4 – 44.
Fox, Adam et all. (2014). Assessment and Treatment of Spinal Cord Injuries and
2016]
32
33
injuries. Orthropedic and trauma. Elsevier Ltd [online], Hal 1-12. Diakses dari :
compression of the spinal cord. The Journal Of Bone & Joint Surgery (BR). 3-5.
Rogers, W.K, et all. (2015). Acute Spinal Cord Injury. Hal 27-39. Best
Spine Injury Neurocritical care society [online]. 5-7. Hal 1-10. Diakses dari
http://link.springer.com/article/10.1007/s12028-015-0169-y [Diakses : 1
Desember 2016)