Oleh :
ASMANDA NUR AGUNG
0120840033
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS CENDERAWASIH
JAYAPURA
2016/2017
HERPES SIMPLEKS
PERIODE 2016/2017
Oleh :
0120840033
Dosen Pembimbing:
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS CENDERAWASIH
JAYAPURA
2016/2017
i
HALAMAN PENGESAHAN
Pada
Hari :
Tanggal :
Mengesahkan
Universitas Cenderawasih
Ketua Sekretaris
ii
HALAMAN PERSEMBAHAN
Saya persembahkan ucapan syukur bagi Allah SWT tuhan pencipta alam
mendoakan ku
iii
KATA PENGANTAR
Segala Puji Syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa
karya tulis ilmiah yang berjudul “Herpes Simpleks” tepat pada waktunya. Karya
tulis ilmiah ini diajukan untuk memenuhi persyaratan guna memperoleh gelar
besarnya kepada :
iv
Beni Abdullah, yang telah ikut berperan dalam membantu penyusunan KTI
ini.
komentarnya dan juga untuk Ibu Asbah Bahar yang juga turut memberi
sebutkan satu persatu, terima kasih atas doa, dukungan, dan kebersamaan
11. Semua pihak yang turut membantu dalam penyusunan KTI ini yang tidak
Penulis juga menyadari bahwa penulisan karya tulis ilmiah ini masih jauh dari
sempurna, oleh karena itu penulis sangat pengharapkan segala masukan serta
kritik dan saran yang membangun demi sempurnanya tulisan ini. Penulis
berharap semoga karya tulis ilmiah ini bermanfaat bagi pihak – pihak yang
terkait.
Penulis
v
DAFTAR ISI
HALAMAN PENGESAHAN....................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah ............................................................ 2
1.3 Tujuan Penulisan .............................................................. 3
1.3.1 Tujuan Umum .......................................................... 3
1.3.2 Tujuan Khusus ......................................................... 3
1.4 Manfaat Penulisan ............................................................ 4
BAB II ISI
2.1 Definisi .............................................................................. 5
2.2 Epidemiologi ..................................................................... 9
2.3 Etiologi .............................................................................. 11
2.3.1 Patogenesis ........................................................... 12
2.3.2 Patofisiologi ........................................................... 15
2.4 Gejala Klinis...................................................................... 15
2.5 Penegakan Diagnosis ....................................................... 17
2.5.1 Anamnesa ............................................................. 18
2.5.2 Pemeriksaan Fisik ................................................. 19
2.5.3 Pemeriksaan Penunjang ....................................... 19
2.6 Diagnosis Banding ............................................................ 21
2.7 Komplikasi ........................................................................ 23
2.8 Penatalaksanaan .............................................................. 24
vi
2.8.1 Non Farmakoterapi ................................................. 25
2.8.2 Farmakoterapi ......................................................... 25
2.9 Prognosis ......................................................................... 29
2.10 Edukasi ......................................................................... 29
2.11 Pencegahan ................................................................... 29
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan ....................................................................... 31
3.2 Saran ................................................................................ 33
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................. 35
vii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. infeksi herpes simpleks tipe 1 pada bibir bagian bawah ................. 7
Gambar 2. Infeksi virus herpes simpleks pada organ genital pria .................... 7
Gambar 3. Infeksi virus herpes simpleks pada organ genital wanita ................ 8
Gambar 6. Vesiko bulosa, timbul vesikel dan bula berisi cairan kekuningan .... 21
viii
DAFTAR SINGKATAN
gB : Glycoprotein Type B
gC : Glycoprotein Type C
gD : Glycoprotein Type D
gE : Glycoprotein Type E
gG : Glycoprotein Type G
gH : Glycoprotein Type H
gI : Glycoprotein Type I
gT : Glycoprotein Type T
gK : Glycoprotein Type K
gM : Glycoprotein Type M
gN : Glycoprotein Type N
ix
G-2 : Glycoprotein Type 2
x
BAB I
PENDAHULUAN
disebabkan oleh virus herpes simpleks (HSV). Hingga kini herpes simpleks
masyarakat mengenai penyakit herpes simpleks itu sendiri dan juga karena
Terdapat dua tipe virus herpes simpleks, yaitu herpes simpleks virus
tipe 1 (herpes labial) atau yang di singkat HSV-1 dan herpes simpleks virus
tahun (31,4%), lulusan SMA (38,6%), dan tidak bekerja (35,7%) (Fatmuji,
1
2
biaya jangka panjang yang berhubungan dengan cacat akibat gejala sisa
kategori infeksi akut. Kesadaran masyarakat akan infeksi virus ini masih
melakukan literatur review dari text book dan jurnal tentang penyakit infeksi
dari herpes simpleks virus agar dapat dijadikan sebagai bahan masukan
satu penyakit tropis, sehingga penulisan karya tulis ilmiah ini berguna untuk
bidang tropis.
3
Karya tulis ilmiah (KTI) ini disusun sebagai salah satu syarat
simpleks.
simpleks.
4
herpes simpleks.
simpleks.
herpes simpleks.
kepada pasien.
ISI
2.1 Definisi
Nama Herpesviruses berasal dari bahasa Yunani dari kata herpein yang
dari 100 virus herpes telah diisolasi dari berbagai macam hospes (host),
virus dengan ukuran yang sangat besar dengan diameter sekitar 120-200
dan genom kedua virus ini adalah homolog, sehingga dapat terjadi reaksi
5
6
Virus masuk melalui permukaan mukosa kulit, sistem saraf pusat, dan
infeksi laten pada ujung saraf dorsal dan ganglia trigeminal. Infeksi virus
Virus herpes simpleks terdiri dari dua jenis virus, yaitu herpes simpleks
tipe 1 (HSV-1) dan herpes simpleks tipe 2 (HSV-2). Virus herpes simpleks 1
dan 2 pertama kali menginfeksi sel epitel mukosa rongga mulut, genital dan
kulit. Herpes simpleks virus dapat menyebabkan infeksi yang bersifat laten,
dimana infeksi dan reaktivasi virus akan timbul saat sistem imun dalam
dan dalam keadaan infeksi yang berat, komplikasi serius seperti ensefalitis
dapat terjadi. Herpes simpleks tipe 1 ditularkan melalui oral terutama akibat
kontak oral yang kemudian menyebabkan infeksi pada atau di sekitar mulut
kanak, dan merupakan infeksi seumur hidup. Infeksi HSV-1 disebut juga
kemudian menjadi herpes genital (infeksi pada kelamin atau daerah anal).
Di berbagai negara penyebab paling umum dari ulkus genital adalah HSV-
7
berusia 15-49 tahun dengan tingkat tertinggi di antara kelompok usia yang
lebih muda. Herpes simpleks tipe 2 juga merupakan infeksi seumur hidup.
Kedua infeksi dari HSV-1 dan HSV-2 sebagian besar memiliki gejala yang
asimtomatik, tetapi dapat juga menimbulkan gejala yang ringan atau lepuh
pada kulit dan mukosa kulit yang terasa menyakitkan, juga berupa borok
sel yang terinfeksi. Sebelas glikoprotein telah diidentifikasi (gB, gC, gD, gE,
gG, gH, gI, gJ, gK, gL, and gM), dan diduga gN sebagai yang ke-duabelas.
sel hospes (Tri, 2012:169). Meskipun memiliki susunan genom yang sama,
glikoprotein yang spesifik dari HSV-2 (gG-2) dan glikoprotein spesifik untuk
HSV yang secara akurat dapat membedakan antara HSV-1 dan HSV-2
sekarang telah tersedia secara luas. Tes ini dapat mendeteksi antibodi
terhadap HSV glikoprotein G-1 dan G-2, yang mampu membangkitkan jenis
2.2 Epidemiologi
wanita dengan frekuensi yang tidak berbeda. Prevalensi antibodi dari HSV-
kelas sosial ekonomi dan usia. HSV-1 umumnya ditemukan pada daerah
HSV tersebar dengan baik diseluruh dunia, dengan lebih dari 23 juta
ditemukan pada kelamin baik pria maupun wanita di Amerika Serikat. HSV-
kontak yang terjadi. Virus HSV dapat ditularkan melalui tangan dengan
ditemukan pada anus, rektum, dan pada daerah genital. Bayi yang
terinfeksi pada saat dilahirkan oleh ibu yang mengidap HSV-2, dapat
berakibat fatal dan dapat menyebabkan kematian, karena sistem imun bayi
dimana virus ini dapat bertahan dalam fase laten dalam tubuh hospes dan
dengan lesi aktif, tetapi ekskresi virus juga dapat terjadi pada 15% pasien
yang asimtomatik atau tanpa gejala. Reaktivasi infeksi genital HSV-2 lebih
kekambuhan lebih dari 8-9 kali tiap tahun. Herpes neonatal terjadi sekitar 1
dalam 5.000 kelahiran di Amerika, pada beberapa daerah lain bahkan lebih
karena HSV-2 tanpa infeksi genital. Di Indonesia, sampai saat ini belum
ada angka yang pasti, akan tetapi dari 13 rumah sakit pendidikan, herpes
akibat gejala sisa neurologis yang cukup parah (Looker, et al, 2017:300).
2.3 Etiologi
virus bentuk besar dengan inti berisi double-stranded DNA yang dilapisi
sekitar 120-200 nanomikron. Virus masuk ke sel melalui fusi membran sel
(Hadisaputro, 2014:740).
(pada satu sisi virion) dan dekat dengan amplop, jaraknya 30-35 nm dari
Amplop luar virion terdiri dari lipid bilayer dan 11 glikoprotein (gB, gC, gD,
gE, gG, gH, gI, gJ, gK). Fungsi glikoprotein dalam masuknya virus ke dalam
2.3.1 Patogenesis
ekspresi gen virus, replikasi, perakitan virion, dan jalan keluar dari
virus ke inti. Tahap inti dari proses ini adalah interaksi antara
2014:1638).
banyaknya lesi baru yang jauh dari infeksi primer berupa vesikel
daerah yang jauh dari pintu masuknya virus. Kedua antibodi yaitu
2014:740).
2.3.2 Patofisiologi
neuron serta epidermal dan dermal sel. Virion berjalan dari tempat
pada setiap tingkatan infeksi memiliki tahap infeksi, tempat predileksi, dan
kulit pada perawat, dokter gigi, atau pada orang yang sering
2015:478).
17
2015:265).
Gejala klinis yang timbul lebih ringan daripada infeksi primer, dan
lokal, sebelum timbul vesikel berupa rasa panas, gatal, dan nyeri.
Infeksi rekuren ini dapat timbul pada tempat yang sama atau
secara akurat, yaitu adanya karakteristik lesi vesikular pada bagian tubuh
2.5.1 Anamnesis
Untuk infeksi HSV-1 yang kebanyakan kasus terjadi pada anak dan
sub klinis pada 90% kasus biasanya ditemukan perioral. Pada 10%
pada kasus ini sering di jumpai banyak ibu hamil yang terinfeksi
minggu (Krehbiel:1).
(Wald:1).
berulang pada bagian kulit atau mukosa. Hal ini dapat berhubungan
permukaan mukosa dari daerah mulut atau alat kelamin, serta pada
1. Viral Culture
kali lipat lebih tinggi dari kultur virus dan beberapa tes yang telah
infeksi HSV pada sistem saraf pusat (SSP), PCR adalah tes
3. Tzanck Smear
Impetigo bulosa juga paling sering dijumpai pada neonatus dan bayi
(Imaligy, 2015:280).
22
2. Ulkus mole
yang sering melakukan kegiatan seks bebas dan juga orang yang
beresiko lebih rendah terkena ulkus mole, karena infeksi ulkus mole
2.7 Komplikasi
1. Gingivostomatitis
sampai 6 tahun, infeksi dan gejalanya bisa saja ringan atau bahkan
berat. Banyak infeksi yang sub klinis, dengan orang yang terinfeksi
sakit kepala, nafsu makan menurun, dan rasa sakit saat menelan.
24
2. Ensefalitis
memori atau ingatan. infeksi otak diduga terjadi dengan cara transmisi
3. Herpes neonatal
yang sudah terifeksi, baik itu HSV-1 atau HSV-2 ke janin. Penularan
pada kulit, mata dan dapat terjadi pada bagian tubuh lainnya (Looker,
et al, 2017:300). Bila pada kehamilan timbul herpes genital, hal ini
2.8 Penatalaksanaan
diakibatkan oleh HSV hingga saat ini masih belum dapat di obati secara
2.7.2 Farmakoterapi
10 hari.
selama 10 hari.
selama 10 hari.
selama 3 hari.
selama 5 hari.
27
immunocompromised
hari.
selama 5 hari.
selama 5 hari.
et al. 2014:262).
selama 5 hari.
(Parinding, 2012:355).
21 hari).
2015:3).
28
2.7.2.1. Asiklovir
2.7.2.2 Valasiklovir
(Gunawan, 2009:643).
2.7.2.3 Famsiklovir
2.9 Prognosis
2.10 Edukasi
2. Tidak melakukan hubungan seksual ketika masih ada lesi atau gejala
awal.
30
2.11 Pencegahan
asimptomatik ekskresi virus. Ketika lesi berupa vesikel, infeksi HSV dapat
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
dan lebih sering ditemukan pada usia dewasa yang terjadi karena
kontak seksual. Infeksi HSV terjadi tidak tergantung musim atau cuaca,
dimana virus ini dapat bertahan dalam fase laten dalam tubuh hospes
31
32
lebih mendominasi.
infeksi primer sering disertai gejala sistemis, infeksi laten yang berarti
pada penderita tidak ditemukan gejala klinis, dan infeksi rekuren herpes
simpleks pada ganglion dorsalis yang dalam keadaan tidak aktif dengan
laboratorium).
dengan cara mencuci menggunakan air bersih (air yang mengalir) dan
10. Penyakit yang disebabkan oleh virus herpes simpleks ini termasuk
kategori infeksi akut. Kesadaran masyarakat akan infeksi virus ini masih
timbul. Untuk infeksi HSV-1 yang kebanyakan kasus terjadi pada anak.
3.2 Saran
berulang, juga mengenai sifat dari penyakit herpes simpleks yang sangat
laten.
lebih tepat mengingat penyakit ini memiliki diagnosa banding yang hampir
menyerupai dengan gejala dan juga karakter dari infeksi virus herpes
34
tetapi memiliki ciri-ciri yang menyerupai infeksi dari virus herpes simplek.
penyakit herpes simpleks ini, mengingat penyakit herpes simpleks ini masih
infeksi dari virus herpes simpleks dan memiliki resiko penularan, mengingat
virus herpes simpleks memiliki sifat yang sangat infeksius, mampu menular
dari orang ke orang dengan sentuhan langsung dan hingga kini belum
College of Dental Hygienists of Ontario (CDHO). (n.d) (2014, may, 07). Herpes
Simplex Infection. Diakses dari:
http://www.cdho.org/Advisories/CDHO_Factsheet_Herpes_Simplex.pdf
35
36
Gunawan, S G., Nafrialdi. R S., & Elysabeth. (2009). Farmakologi dan Terapi.
Balai Penerbit FK UI. Edisi 5, Jakarta: Hal. 641, 642, 643, 644.
Hadisaputro, S. (2014). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jilid 1, Edisi 6: Herpes
Simpleks. Jakarta: Interna Publishing. Hal. 739.
Hartanto, Y B., Nirmala. W K., Ardy., et al. 2012. Kamus Kedokteran Dorland.
Edisi 28: Herpes Simpleks. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC. Hal.
513.
Ilmaligy E U. 2015. Laporan Kasus. Impetigo Vesikobulosa Pada Bayi. 42. 280-
282.
Menaldi S L., Bramono K., & Indriatmi, W. (2015). Ilmu Penyakit Kulit Dan
Kelamin. Edisi 7: Herpes Simpleks. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia. Hal. 478, 479, 534.
Kinney, R G., & Jhonston. C. (2017, Februari, 08). Herpes Simplex Virus.
Epidemiology in the United States. Diakses dari:
www.std.uw.edu/go/pathogen-based/hsv/core-concept/al
Krehbiel, K. & Singh, V. (5, Juli, 2017). Disseminated Neonatal Herpes Simplex
Virus Infection with Escherichia Coli Coinfection. Diakses dari:
http://onlinelibrary.wiley.com/doi/10.1111/1556-
4029.13590/abstract;jsessionid=18C31EBA8207C8B86A49FC87BF41CE1D
.f02t04
Kukhanova, M. K., Korovina, A. N., & Kochetkov, S. N. (2014, Mei, 19). Human
Herpes Simplex Virus: Life Cycle and Development of Inhibitors. 79 (13).
Hal. 1637, 1638, 1639.
37
Lee F & Gibson T. (2011). Laboratory Procedure Manual. Herpes Simplex Virus
Type 1 & 2. Atlanta: Emory University. Hal. 3.
Looker, J K., Magaret. A S., May. M T., et.al. (2017, Januari, 30). First Estimates
of the Global and Regional Incidence of Neonatal Herpes Infection. Diakses
dari: http://www.thelancet.com/journals/langlo/article/PIIS2214-
109X(16)30362-X/fulltext
Parinding, I T. (2012, Mei, 05). Diagnosis dan Tata Laksana Ensefalitis Herpes
Simpleks. 39 (5), Hal. 355-357
Ping, H N., Lim. C., & Evaria. (2014). MIMS. Master Index of Medical Specialities.
Jakarta: PT. Bihuana Ilmu Populer. Hal. 262.
Singh, A., Preiksaitis. J., Ferenczy A., & Romanowski B. (2005, Maret, 16). The
Laboratory Diagnosis of Herpes Simplex Virus Infection. Diakses dari:
www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC2095011
Walt A. (11, Agustus, 2004). Herpes simplex virus type 2 transmission: risk
factors and virus shedding. Diakses dari:
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/15319082