PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Infeksi cacing merupakan penyakit yang umum menyerang penduduk di
negara-negara berkembang. Menurut data dari Badan Kesehatan Dunia WHO,
60.000 kasus kematian di seluruh dunia terutama pada anak-anak diakibatkan oleh
infeksi cacing gelang atau Ascaris lumbricoides. Kasus penyakit cacingan lebih
sering terjadi di negara-negara berkembang dengan iklim tropis seperti Indonesia,
juga di daerah-daerah dengan level sanitasi yang buruk. Anak-anak balita dan usia
sekolah, yakni 3-8 tahun lebih sering terinfeksi dibanding orang dewasa.
Sudah seharusnya Ibu mewaspadai dan menjauhkan si kecil dari risiko
terserang penyakit cacingan. Infeksi dari cacing gelang Ascaris lumbricoides
berawal dari kontak anak terhadap tanah atau kotoran hewan yang mengandung
telur cacing ini. Jika tertelan, telur akan menetas menjadi larva di usus dan
akhirnya berkembang dewasa di saluran cerna dan juga paru-paru. Setelah tumbuh
dewasa di saluran cerna atau paru-paru (cacing gelang dewasa bisa tumbuh hingga
sepanjang 30 cm!), cacing kembali berpindah ke kerongkongan melalui saluran
darah. Pada tahap ini, anak dapat merasakan gejala infeksi seperti batuk, bersin,
susah bernapas, demam, hingga nyeri di perut.
Prevalensi angka kecacingan di Indonesia masih cukup tinggi, antara 45
– 65%, bahkan pada daerah –daerah tertentu yang kondisi lingkungannya buruk
bisa mencapai 80%, angka tersebut tergolong tinggi. Di beberapa daerah di
Indonesia terutama di daerah pedalam belum semua mendapatkan pelayanan
kesehatan yang layak, kasus infeksi cacing yang kronik banyak ditemukan di
daerah pedalaman yang secara latar belakang pengetahuan kesehatan dan
pendidikan rendah.
Ada beberapa factor yang mempengaruhi tingginya angka kecacingan
pada masyarakat Indonesia selain karena kondisi lingkungan geografis, juga
karena factor kersadaran untuk melakukan pola hidup bersih dan sehat, rendahnya
pengetahuan kesehatan, dan kurangnya penyuluhan kepada masyarakat terutama
di daerah terpencil memberi kontribusi tingginya angka kecacingan di Indonesia.
Apabila dicermati lebih lanjut, infeksi cacing ini sepele, tetapi
pengaruhnya bisa sangat mengganggu terutama pada anak-anak yang dalam masa
pertumbuhan, infeksi ringan mengakhibatkan anemia dengan berbagai manifestasi
kilinis, baik yang terlihat secara nyata maupun yang tidak terlihat. Kasus infeksi
yang sedang sampai berat bisa mengakhibatkan adanya gangguan penyerapan
pada usus dan gangguan beberapa fungsi organ dalam. Apabila hal ini terjadi pada
masa anak-anak terutama disekolah, maka akan sangat mengganggu proses belajar
mengajar, secara nyata anak bisa mengalami kemunduran prestasi, yang disadari
atau tidak hal tersebut mempengaruhi masa depan mereka. Kasus infeksi pada
orang dewasa biasanya tidak disadari, contoh kasus pada infeksi filaria,
membutuhkan waktu yang cukup panjang dari infeksi sampai terjadinya
elephantiasis (Kaki gajah) beberapa kasus menunjukkan bahwa orang yang
terinfeksi mengetahui bahwa dirinya terkena elephantiasis setelah kakinya
membesar.
Sekitar 60 persen orang Indonesia mengalami infeksi cacing. Kelompok
umur terbanyak adalah pada usia 5-14 tahun. Angka prevalensi 60 persen itu, 21
persen di antaranya menyerang anak usia SD dan rata-rata kandungan cacing per
orang enam ekor. Data tersebut diperoleh melalui survei dan penelitian yang
dilakukan di beberapa provinsi pada tahun 2006
Penanganan untuk mengatasi infeksi cacing dengan obat-obatan
merupakan pilihan yang dianjurkan. Obat anti cacing Golongan Pirantel Pamoat
(Combantrin dan lain-lain) merupakan anti cacing yang efektif untuk mengatasi
sebagian besar infeksi yang disebabkan parasit cacing.
b. Gejala Umum yang Sering terjadi pada Pasien Penderita Penyakit Cacingan
1.3 Tujuan
2. Apa Gejala Umum yang Sering terjadi pada Pasien Penderita Penyakit
Cacingan
2.2 Gejala Umum yang Sering terjadi pada Pasien Penderita Penyakit
Cacingan
Penyakit cacing umumnya ialah penyakit yang didapat oleh tubuh begitu
terjangkit oleh cacing baik melewati makanan yang dikonsumsi manusia atau
melewati pori-pori kulit tubuh manusia.
Cacing biasanya akan betah dan bertahan hidup di bagian usus manusia
karena cacing dapat mendapatkan sumber makanan berupa nutrisi yang terdapat
pada usus manusia. Terdapat beberapa gejala umum yang dapat dirasakan oleh
para pasien penderita penyakit cacingan seperti dibawah ini :
Seperti halnya cacing gelang, cacing kremi atau cacing kerawit hanya
menginfeksi manusia, Anda tidak bisa tertulari cacing ini dari hewan peliharaan.
Kandungan anti-bakteri di dalam buah bit dan delima tak hanya berkhasiat
membantu mengurangi risiko infeksi akibat cacing, tapi juga membersihkan racun
yang ada di dalam tubuh karena adanya kandungan tinggi antioksidan di
dalamnya.
Buah pepaya dan nanas kaya akan enzim pencernaan, sehingga mengonsumsi
kedua buah ini secara rutin dapat membantu memperlancar kerja sistem
cerna tubuh. Selain itu, buah nanas juga memiliki kandungan tinggi vitamin C dan
zat anti-radang yang dapat melindungi usus dari dampak infeksi virus, bakteri
maupun parasit seperti cacing.
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Cacingan merupakan parasit manusia dan hewan yang sifatnya merugikan,
manusia merupakan hospes (inang) beberapa nematoda usus. Sebagian besar
daripada nematoda ini menyebabkan masalah kesehatan masyarakat di Indonesia.
Beberapa jenis cacing yang menyerang manusia yaitu; cacing gelang, cacing
cambuk, cacing kremi, dan cacing tambang (Gandahusada, 2000, h.8).
Penyebab terjadinya kecacingan adalah semua cacing masuk ke dalam
perut, kecuali cacing tambang anak cacingnya menembus kulit kaki. Semua jenis
cacing bertelur di usus dan telur yang sudah matang dikeluarkan bersama-sama
tinja. Berak (tinja) yang dibuang di hutan, di sawah, di pantai dan sungai, bila
kering telur cacing akan tertiup angin, lalu masuk ke dalam makanan yang
dimakan manusia.
Penyakit cacing umumnya ialah penyakit yang didapat oleh tubuh begitu
terjangkit oleh cacing baik melewati makanan yang dikonsumsi manusia atau
melewati pori-pori kulit tubuh manusia.
Cacing biasanya akan betah dan bertahan hidup di bagian usus manusia
karena cacing dapat mendapatkan sumber makanan berupa nutrisi yang terdapat
pada usus manusia.
Gejala cacingan sering dikacaukan dengan penyakit-penyakit lain. Pada
permulaan mungkin ada batuk-batuk dan eosinofilia. Anak yang menderita
cacingan biasanya lesu, tidak bergairah dan kurang konsentrasi belajar.
Pada anak-anak yang menderita Ascariasis lumbricoides perutnya tampak
buncit, perut sering sakit, diare, dan nafsu makan kurang. Biasanya anak masih
dapat beraktivitas walau sudah mengalami penuruanan kemampuan belajar dan
produktivitas. Pemeriksaan tinja sangat diperlukan untuk ketepatan diagnosis
yaitu dengan menemukan telur-telur cacing di dalam tinja tersebut. Jumlah telur
juga dapat dipakai sebagai pedoman untuk menentukan beratnya infeksi (Menteri
Kesehatan, 2006)
3.2. Saran
Agar masyarakat lebih memperhatikan kesehatan tubuhnya dan tahu akibat
bahaya dari kecacingan dan cara penanggulangan yang baik jika anak-anak di
lingkungan msyarakat terkena wabah cacingan. Cacingan bukan masalah sepele
tapi polemik yang bisa menjadi masalah besar jika tidak diatasi atau diberi
penangnan yang benar.