Fungsi Kandung Kemih Perawat harus mengkaji keluaran urin pada ibu postpartum untuk
mengidentifikasi potensial kesulitan berkenan Berkemih vang pertama harus diukur. Pengkajian buang
air kecil dan fungsi kandung kemih meliputi : O Kembalinya buang air kecil, yang harus terjadi dalam
waktu 6 sampai 8 jam setelah melahirkan. O Jumlah urin selama kurang lebih 8 jam setelah melahirkan.
Klien harus mengeluarkan ntinimal 150 mL setiap kali berkemih, kurang dari 150 mL setiap kali berkemih
dapat mengindikasikan adanya retensi urin karena penurunan tonus kandung kemih pasca bersalin
(tanpa adanya preeklampsia atau masalah kesehatan yang signifikan). O Tanda dan gejala infeksi saluran
kemih (15K). O Kandung kemih harus nonpalpable di atas simfisis pubis. Suport klien untuk minum cairan
yang cukup setiap hari dan melapor bila terdapat tanda dan gejala infeksi saluran kemih, yaitu sering
berkemih, adanya tekanan saat berkemih, nyeri saat buang air kecil, dan adanya hematuria.
Saning trmgan lateks hants digunakan untuk sehap pasien pada saat :
• Menginspeksi perineunt
diselidiki secepatnya.
Tabel 3. I . Karakteristik lokia Lokia Wakiu Warna Ciri-ciri Rubra 1.3 hari Merah kelwa- man Terdiri dari sel
desidua, vemiks caseosa, rambut lanugo. sisa mekoneum dan sisa darah Sanginolenta 3-7 had Putih
bercampur merah Sisa darah bercampur lendir Serosa 7-14 hari Kekuningan/ kecoldatan Lebih sedikit
darah dan lebih banyak serum, juga terdiri dari leukosit dan • robekan laserasi plasema Alba > 14 hari
Putih Mengandung leukosit selaput lendk serviks dan serabut jaringan yang mati
"""Pk146km
Penting untuk dicatai bahwa klien yang mengalami seksio sesaria biasanya akan memiliki jumlah lokia
yang kurang dibandingkan klien yang melahirkan per vagina, namun. lokia harus ada. Setelah pulang,
klien harus melaporkan seriap keluaran lokia yang abnormal, perdarahan yang bedebihan, lokia berbau
busuk atau terdapat bekuan darah besar. Instruksikan klien untuk menghindari aktWilas seksual sampai
aliran lochial telah berhenti
Kondisi Perineum dan Anus Pengkajian perineum dan anus harus dilakukan setiap 4 jam untuk 24 jam
pertama pasca melahirkan dan setiap 8 - 12 jam sampai pasien pulang. Perawat harus menginspeksi
perineum dengan posisi ibu miring dan rnenekuk kaki kearah dada. Eptslotoml/PerIneum REEDA adalah
singkatan yang sering digunakan untuk menilai kondisi episiotomi atau laserasi perineum. REEDA
singkatan (Redness/kemerahan, Edema/edema, Ecchymosis/ ekimosis, Discharge/keluaran, dan
Approximate/perlekatan). Kemerahan dianggap normal pada episiotomi dan Iuka-namun, jika ada rasa
sakit yang signifikan, diperlukan pengkajian lebih lanjut. Selanjutnya, edema berlebihan dapat
memperlaambat penyembuhan luka. Penggunaan kompres es (ice packs) selama periode pasca-
rnetahirkan umumnya disarankan. Discharge harus tidak ada pada episiotomi atau laserasi, dan tepi luka
jahitan harus rapat Nyeri perineum harus dinilai dan diobati. Perawat didorong untuk menilai daerah
anus untuk mengkaji adanya hemorrhoid dan, jika ada, harus menginstruksikan klien untuk
mendiskusikan perawatan hemoroid (misalnya, bantalan witch luzzel atau obat wasir dengan resep
dokter).
Berbagai tindakan dapat membantu penyembuhan perineum, Imtuk menghindari infeksi, ajarkan klien
untuk membersihkan dengan lembut dari depan ke belakang dan menggunakan air kumtranbotol untuk
pembersihan perineum setelah buang airbesar atau buang air kecil. Beberapa dokter meresepkan salep
topikal dan spary untuk meringankan ketidaknyamanan karena perineum sakit Instruksikan klien untuk
rnenggunakan mandi sitz (sitz bath) dan kemudian mengoleskan salep topikal untuk hasil terbaik.
Analgesik seringkali diresepkan untuk menurunkan rasa sakit. Klien umumnya diinstruksikan untuk
menggunakan kompres es (ice racks) ke perineum segera setelah melahirkan. Informasikan pada klien
dengan laserasi dan epiSiotomi bahwa, jahitail absorbent, perineum bisa gatal dan ini adalah normal
selama lidak ada kelainan perineum lainnya. Instruksikan klien untuk atenghindari menggunakan tampon
dan melakulean aktivitas seksual sampai perineum telah sembuh. Melakukan latihan Kegel adalah
komponen penting untuk memperkuat otot-otot perineum setelah melahirkan dan dapat dimulai
secepat mungkin selama nyaman melakukannya. LowerExtremity(Ekstremitas bawah) Ekstremitas bawah
harus dikaji sensasi, kekuatan, edema, nyeri dan tanda-tanda tromboembolis pada periode immediate
postpartum. Untuk mengkaji Deep Vein Thrombosis (DVT), ekstremitas bawah diperiksa adanya panas,
merah, menyaleitkan, dan/ atau pembengkakan. Di masa lalu, perawat postpartum mengkaji DVT
dengan melakukan tanda Homan (dorsofleksi kaki). Rasa sakit yang muncul saat dilakukan tanda Homan
menunjukkan adanya kemungkinan DVT. Namun, kini hal tersebut kontraindikasi untuk menggunakan
tanda Homan untuk mengkaji DVT karena tindakan ini dapat melepas gumpalan. Pijat kaki-kaki juga
harus dihindari.
Menilai sirkulasi kaki dengan memeriksa pulsadaerah pedalis, mencatat suhu dan warna. Selain itu,
ekstremitas bawah harus dikaji adanya edema. Edema pedalis biasanya ada selama beberapa hari
setelah melahirkan sebagai perpindahan cairan dalam tubuh. Namun, edema yang menetap harus
dilaporkan untuk pengkajian lebih lanjut Untuk meningkatkansirkulasi danmencegah berkembangnya
thrombus,dorong klien untuk ambulasi segera setelah melahirkan. Juga ajarkan untok menghindari
menyilangkan kaki dalarn jangka waktu yang lama dan mengangkat kaki sambiI duduk. Mengkall Status
Nutrisi Pengkajian awal status nutrisi pada periode postpartum didasarkan pada data ibu saat sebelum
hamil dan berat badan saat hamil, bukti simpanan besi yang memadai (mis. Konjuntiva) dan riwayat diet
yang adekuat atau penampilan. Perawat juga perlu mengkaji beberapa faktor komplikasi yang
memperburuk status nutrisi, seperti kehilangan darah yang berlebih saat persalinan. Jika ibu akan
memberikan ASI perlu dilakukan konsultasi diet Pendkajtan Tingkat Enerdt dan Kualitas Istirahat
Pengkajian tingkat energy dan identifikasi faktor-faktor yang berkontribusi kelelahan kronik harus dikaji
sebelum pasien pulang. Gardner dan CampbeIl (1991) mengembangkan too/ pengkalian postpartum
yang dapat membantu perawat mengevaluasi keleIahan Ibu. Perawat harus rnengkaji jurnlah istirahat
dan tidur, dan menanyakan apa yang dapat dilakukan ibu untuk membantunya meningkatkan istirahat
selama ibu di rumah sakit Ibu mungkin tidak bisa menganlisipasi kesulitan tidur setelah persalinan.
Menurut Mead-Bennett (1990) semakin tinggi kehilangan tidur saat periode intrapartum semakin tinggi
tingkat permusuhan dan
ibu postpartum 24 jam pertama. Ibu mungkin ragu-ragu untuk meminta bantuan pada saat ini dan
mungkin menganggap bahwa hal tersebut bukanlah masalah yang penting. Eniosi Emosi merupakan
elemen penting dari penilaian postpartum. Klien postpartum biasanya menunjukkan gejala dari "baby
blues" atau "postparturn blues," ditunjukkan oleh gejala menangis, lekas marah, dan kadang-kadang
insornnia. Postparium bluesdisebabkan oleh banyak faktor, termasuk fluktuasi hormonal, kelelahan fisik,
dan penyesuaian peran ibu. Ini adalah bagian normal dari pengalaman postpartum. Namun, jika gejala
ini berlangsung lebih lama dari beberapa minggu atau jika klien postpartum menjadi nonfunctional atau
mengungkapkan keinginan untuk menyakiti dirinya sendiri ahlu bayinya, klien harus diajari untuk segera
melaporkan hal ini kepada perawat, bidan atau dokter. Intervensi yang tepat harus diterapkan untuk
melindungi klien dan bayinya, perilaku ini merupakan indikasi depresi postpartum (dibahas di bawah
pada topik "Komplikasi Postpartum"). laien postpartum dan keluarga mereka harus diajarkan untuk
memahami bahwa baby blues adalah bagian normal dari pengalaman postpartum. Mendorong klien
untuk beristirahat ,cara leratur dan anggota keluarga untuk merawat ibu dan bayi (1 kebutuhan.
Instruksikan klien untuk mendapatkan banyak segar dan olahraga ringan. Memperkenalkan klien dengan
(pok para ibu baru yang dapat memberikan dukungan lain saat mengalami postpartum blues. Teralchir,
ajarkan postpartum dan keluarga mereka tentang tanda-tanda dan depresi postpartum
VItal Signs
infeksi
O Pernapasan
epidural. Narkotika
O Nadi
12> Bradikardi- nadi antara 50-70 kali/menit dipertim-bangkan normal pada periode postpartum
nyeri.
0 Tekanan Darah
ke posisi duduk.
Integritas Neurologi
Nyeri
Nyerl Selama periode postpartum, sangat penting bagi perawat terus menilai rasa nyeri klien, dengan
mempertimbangkan tingkat nyeri yang dapat diterima klien. Mereka harus mengkaji nyeri pada semua
area tubuh, termasuk kepala, dada, payudara, punggung, kaki, perut, uterus, perineum, dan ekstremitas.
Posisi selama persalinan dapat menyebabkan ketidaknyamanan otot, dan sakit kepala dapat
menunjukkan hipertensi gestasional. Klien juga harus dinilai untuk nyeri emosional dan tindakan yang
sesuai.
Analgesik ringan atau narkotika dapat diresepkan oleh dokter. Perawatjuga dapat mengajarkan metode
nonphannacolopc penghilang rasa nyerit kepada klien dan keluarganya. Beberapa metode termasuk
penerapan kompres panas atau dingin, pijat, relaksasi progresif, dan meditasi.
Masalah Seksio Sesarla Klien vang melahirkan dengan seksio sesaria memerlukan beberapa pengkajian
tambahan selama periode postpartum, termasuk status insisi (sayahm luka operasi), nyeri, pernapasan,
paru-paru, dan bising usus. Insisi Seksio sesaria bisa insisi vertikal atau horizontal yang perlu dikaji
selama periode postpartum. Metode REEDA (kemerahan, edema, ecchymosis, discharge, dan
perlekatan) dapat digunakan untuk menilai insisi. Insisi harus rapat dan tidak ada tanda-tanda dan gejala
infeksi, termasuk kemerahan, edema, dan drainase. Harus tidak ada drainase dari insisi. Jika ada drainase
harus sedikit jumlahnya dan tidak berbau busuk. Penting mengajarkan pada klien untuk memeriksa insisi
setiap hari dengan cermin atau anggota keluarga memonitor insisi pasien setiap hari. Instruksikan klien
untuk segera melaporkan setiap temuan yang abnormal, seperti hematoma, drainase abnorrnal, bau,
atau rasa sakit yang sangat layanan kesehatan. Perawat juga harus memantau tingkat nyeri pada klien
yang mengalami seksio sesana. Untuk mengatasi rasa nyeri, klien urnumnya mendapatkan obat-obat
penghilang rasa nyeri baik melalui supositoria atau infus. Nfenurut Karlstrom dan rekan (2007), klien
mengalami tingkat terburuk rasa nyeri selama 24 jam pertama pasca operasi dan pada hari kedua
setelah operasi. Perawat dapat melakukan intervensi yang tepat wauk mengurangi rasa sakit jika kfien
mengalami tingkat rasa sakit yang tidak dapat ditolerir oleh mereka.
Pengkajian pada pasien post SC juga harus mencakup auskuItasi suara paru-paru karena depresi
pernapasan dan periode imobilitas yang lama dapat menyebabkan sekresi menumpuk di parti-paru,
menyebabkan kompIikasi lebih lanjut. Klien dapat diajarkan untuk berubah posisi, batuk, dan napas
dalam dan menggunakan spirometer untuk membantu membersihkan paru-paru. Bising usus dan
adanya flatus dimonitor secara teratur onntk memastikan fungsi gastrointestinal yang tepat sebelum
Fdang• Kelzerasan Intimasi Partner I Intimate Partner Vlolence Tambahan pengkajian khusus dianggap
perlu selama periode postpartum, sangat penting untuk menilai tanda-tanda dan gejala Kekerasan
Intimasi Partner (Intintate Partner Violence/IPV), secara umum dikenal sebagai Kekerasan Dalam Rumah
Tangga (KDRT). IPV menyentuh kehidupan keluarga yang tak terhitung pontahnya diseluruh dunia, dan
pelaksana layanan kesehatan dapat membantu smtuk mengatasi masalah ini. Menurut Pusat
Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC, 2306a),"Setiap tahun klien mengalami 4,8 juta kekerasan
intimasi pertner terkait serangan fisik dan perkosam," Perilaku abusive
sering lebih buruk selama kehamilan dan setelah melahirkan. Oleh karena itu, perawat ibu-anak memiliki
kesempatan khusus untuk menilai dan membantu klien yang mengalami IPV. Adalah penting perawat
memiliki pemahaman yang jelas terhadap instrument dan teknik yang diperlukan untuk menilai populasi
ini selama periode postpartum.
Diagnosa Koperawatan
Disamping itu perawat juga harus memonitor dan memberikan perawatan supportive secara langsung
pada pencegahan komplikasi dan masalah kolaboratif, termasuk O Perdarahan postpartum O Perubahan
mood postpartum (depresi) O Infeksi postpartum O Gangguan tronthomboli