Anda di halaman 1dari 8

Maternitas

Fungsi Kandung Kemih Perawat harus mengkaji keluaran urin pada ibu postpartum untuk
mengidentifikasi potensial kesulitan berkenan Berkemih vang pertama harus diukur. Pengkajian buang
air kecil dan fungsi kandung kemih meliputi : O Kembalinya buang air kecil, yang harus terjadi dalam
waktu 6 sampai 8 jam setelah melahirkan. O Jumlah urin selama kurang lebih 8 jam setelah melahirkan.
Klien harus mengeluarkan ntinimal 150 mL setiap kali berkemih, kurang dari 150 mL setiap kali berkemih
dapat mengindikasikan adanya retensi urin karena penurunan tonus kandung kemih pasca bersalin
(tanpa adanya preeklampsia atau masalah kesehatan yang signifikan). O Tanda dan gejala infeksi saluran
kemih (15K). O Kandung kemih harus nonpalpable di atas simfisis pubis. Suport klien untuk minum cairan
yang cukup setiap hari dan melapor bila terdapat tanda dan gejala infeksi saluran kemih, yaitu sering
berkemih, adanya tekanan saat berkemih, nyeri saat buang air kecil, dan adanya hematuria.

Review Tindakan Pencegahan HIV dan Hepatitis

Saning trmgan lateks hants digunakan untuk sehap pasien pada saat :

• Menginspeksi perineunt

• Mengganti atau memasang duk perineum

• Mengganti linen basah

• Memasang atau mencabut IV catIwters

• Antisipasi kontak dengan mentbrane mttkosa, darah, cairan tubuh

atau ladit terkelupas

Sumber May, Mahlrneister, 1994

Tipe dan Jenis Lokla

Mengkaji lokia selama periode postpartum meliputi:

O Saturasi satu pad penuh lokia dalam waktu kurang dari

satu jam, aliran lokia yang terus menerus, atau adanya

bekuan darah besar adalah indikasi komplikasi yang serius

(misalnya, adanya sisa plasenta, perdarahan) dan harus

diselidiki secepatnya.

O Bila terjadi peningkatan junilah yang signifilean dari lokia

meskipun fundus keras mungkin menunjukkan adanya luka


gores di jalan lahir, yang harus segera diatasi.

O Lokia berbau busuk biasanya menunjukkan infeksi dan perlu

ditangani sesegera mungkin.

O Lochia harus ada perubahan dari lokia rubra ke serosa ke

alba. Setiap perkembangan dari perubahan dapat dianggap

abnormal dan harus dilaporkan.

Tabel 3. I . Karakteristik lokia Lokia Wakiu Warna Ciri-ciri Rubra 1.3 hari Merah kelwa- man Terdiri dari sel
desidua, vemiks caseosa, rambut lanugo. sisa mekoneum dan sisa darah Sanginolenta 3-7 had Putih
bercampur merah Sisa darah bercampur lendir Serosa 7-14 hari Kekuningan/ kecoldatan Lebih sedikit
darah dan lebih banyak serum, juga terdiri dari leukosit dan • robekan laserasi plasema Alba > 14 hari
Putih Mengandung leukosit selaput lendk serviks dan serabut jaringan yang mati

"""Pk146km

Penting untuk dicatai bahwa klien yang mengalami seksio sesaria biasanya akan memiliki jumlah lokia
yang kurang dibandingkan klien yang melahirkan per vagina, namun. lokia harus ada. Setelah pulang,
klien harus melaporkan seriap keluaran lokia yang abnormal, perdarahan yang bedebihan, lokia berbau
busuk atau terdapat bekuan darah besar. Instruksikan klien untuk menghindari aktWilas seksual sampai
aliran lochial telah berhenti

Kondisi Perineum dan Anus Pengkajian perineum dan anus harus dilakukan setiap 4 jam untuk 24 jam
pertama pasca melahirkan dan setiap 8 - 12 jam sampai pasien pulang. Perawat harus menginspeksi
perineum dengan posisi ibu miring dan rnenekuk kaki kearah dada. Eptslotoml/PerIneum REEDA adalah
singkatan yang sering digunakan untuk menilai kondisi episiotomi atau laserasi perineum. REEDA
singkatan (Redness/kemerahan, Edema/edema, Ecchymosis/ ekimosis, Discharge/keluaran, dan
Approximate/perlekatan). Kemerahan dianggap normal pada episiotomi dan Iuka-namun, jika ada rasa
sakit yang signifikan, diperlukan pengkajian lebih lanjut. Selanjutnya, edema berlebihan dapat
memperlaambat penyembuhan luka. Penggunaan kompres es (ice packs) selama periode pasca-
rnetahirkan umumnya disarankan. Discharge harus tidak ada pada episiotomi atau laserasi, dan tepi luka
jahitan harus rapat Nyeri perineum harus dinilai dan diobati. Perawat didorong untuk menilai daerah
anus untuk mengkaji adanya hemorrhoid dan, jika ada, harus menginstruksikan klien untuk
mendiskusikan perawatan hemoroid (misalnya, bantalan witch luzzel atau obat wasir dengan resep
dokter).

Pemeriksaan anus dengan posisi ibu miring

Berbagai tindakan dapat membantu penyembuhan perineum, Imtuk menghindari infeksi, ajarkan klien
untuk membersihkan dengan lembut dari depan ke belakang dan menggunakan air kumtranbotol untuk
pembersihan perineum setelah buang airbesar atau buang air kecil. Beberapa dokter meresepkan salep
topikal dan spary untuk meringankan ketidaknyamanan karena perineum sakit Instruksikan klien untuk
rnenggunakan mandi sitz (sitz bath) dan kemudian mengoleskan salep topikal untuk hasil terbaik.
Analgesik seringkali diresepkan untuk menurunkan rasa sakit. Klien umumnya diinstruksikan untuk
menggunakan kompres es (ice racks) ke perineum segera setelah melahirkan. Informasikan pada klien
dengan laserasi dan epiSiotomi bahwa, jahitail absorbent, perineum bisa gatal dan ini adalah normal
selama lidak ada kelainan perineum lainnya. Instruksikan klien untuk atenghindari menggunakan tampon
dan melakulean aktivitas seksual sampai perineum telah sembuh. Melakukan latihan Kegel adalah
komponen penting untuk memperkuat otot-otot perineum setelah melahirkan dan dapat dimulai
secepat mungkin selama nyaman melakukannya. LowerExtremity(Ekstremitas bawah) Ekstremitas bawah
harus dikaji sensasi, kekuatan, edema, nyeri dan tanda-tanda tromboembolis pada periode immediate
postpartum. Untuk mengkaji Deep Vein Thrombosis (DVT), ekstremitas bawah diperiksa adanya panas,
merah, menyaleitkan, dan/ atau pembengkakan. Di masa lalu, perawat postpartum mengkaji DVT
dengan melakukan tanda Homan (dorsofleksi kaki). Rasa sakit yang muncul saat dilakukan tanda Homan
menunjukkan adanya kemungkinan DVT. Namun, kini hal tersebut kontraindikasi untuk menggunakan
tanda Homan untuk mengkaji DVT karena tindakan ini dapat melepas gumpalan. Pijat kaki-kaki juga
harus dihindari.

Menilai sirkulasi kaki dengan memeriksa pulsadaerah pedalis, mencatat suhu dan warna. Selain itu,
ekstremitas bawah harus dikaji adanya edema. Edema pedalis biasanya ada selama beberapa hari
setelah melahirkan sebagai perpindahan cairan dalam tubuh. Namun, edema yang menetap harus
dilaporkan untuk pengkajian lebih lanjut Untuk meningkatkansirkulasi danmencegah berkembangnya
thrombus,dorong klien untuk ambulasi segera setelah melahirkan. Juga ajarkan untok menghindari
menyilangkan kaki dalarn jangka waktu yang lama dan mengangkat kaki sambiI duduk. Mengkall Status
Nutrisi Pengkajian awal status nutrisi pada periode postpartum didasarkan pada data ibu saat sebelum
hamil dan berat badan saat hamil, bukti simpanan besi yang memadai (mis. Konjuntiva) dan riwayat diet
yang adekuat atau penampilan. Perawat juga perlu mengkaji beberapa faktor komplikasi yang
memperburuk status nutrisi, seperti kehilangan darah yang berlebih saat persalinan. Jika ibu akan
memberikan ASI perlu dilakukan konsultasi diet Pendkajtan Tingkat Enerdt dan Kualitas Istirahat
Pengkajian tingkat energy dan identifikasi faktor-faktor yang berkontribusi kelelahan kronik harus dikaji
sebelum pasien pulang. Gardner dan CampbeIl (1991) mengembangkan too/ pengkalian postpartum
yang dapat membantu perawat mengevaluasi keleIahan Ibu. Perawat harus rnengkaji jurnlah istirahat
dan tidur, dan menanyakan apa yang dapat dilakukan ibu untuk membantunya meningkatkan istirahat
selama ibu di rumah sakit Ibu mungkin tidak bisa menganlisipasi kesulitan tidur setelah persalinan.
Menurut Mead-Bennett (1990) semakin tinggi kehilangan tidur saat periode intrapartum semakin tinggi
tingkat permusuhan dan

ibu postpartum 24 jam pertama. Ibu mungkin ragu-ragu untuk meminta bantuan pada saat ini dan
mungkin menganggap bahwa hal tersebut bukanlah masalah yang penting. Eniosi Emosi merupakan
elemen penting dari penilaian postpartum. Klien postpartum biasanya menunjukkan gejala dari "baby
blues" atau "postparturn blues," ditunjukkan oleh gejala menangis, lekas marah, dan kadang-kadang
insornnia. Postparium bluesdisebabkan oleh banyak faktor, termasuk fluktuasi hormonal, kelelahan fisik,
dan penyesuaian peran ibu. Ini adalah bagian normal dari pengalaman postpartum. Namun, jika gejala
ini berlangsung lebih lama dari beberapa minggu atau jika klien postpartum menjadi nonfunctional atau
mengungkapkan keinginan untuk menyakiti dirinya sendiri ahlu bayinya, klien harus diajari untuk segera
melaporkan hal ini kepada perawat, bidan atau dokter. Intervensi yang tepat harus diterapkan untuk
melindungi klien dan bayinya, perilaku ini merupakan indikasi depresi postpartum (dibahas di bawah
pada topik "Komplikasi Postpartum"). laien postpartum dan keluarga mereka harus diajarkan untuk
memahami bahwa baby blues adalah bagian normal dari pengalaman postpartum. Mendorong klien
untuk beristirahat ,cara leratur dan anggota keluarga untuk merawat ibu dan bayi (1 kebutuhan.
Instruksikan klien untuk mendapatkan banyak segar dan olahraga ringan. Memperkenalkan klien dengan
(pok para ibu baru yang dapat memberikan dukungan lain saat mengalami postpartum blues. Teralchir,
ajarkan postpartum dan keluarga mereka tentang tanda-tanda dan depresi postpartum

VItal Signs

Tanda vital ibu harus dimonitor secara teratur pada

periode early postpartum, utamanya untuk mengkaji adaptasi

kardiovaskuler, fungsi genitourinaria dan untuk mendeteksi

infeksi. Umumnya tanda vital harus diambil setiap 4 jam untuk 24

jam pertama postpartum dan setiap 8 - 12 jam untuk berikutnya.

Fluktuasi dalam tanda vital mungkin mengindikasikan terjadinya

perkembangan komplikasi. Perubahan yang harus dicatat dan

dilaporkan segera adalah

O Temperatur dua kali observasi peningkatan temperatur

diatas 38°C setelah 24 jam pertama persalinan kemungkinan

infeksi

O Pernapasan

Bradipnea-rata-rata frekuensi napas dibawah 14 - 16x/

menit bisa diobservasi terjadi pada depresi pemapasan

sehubtmgan dengan pemberian analgesic narkotik atau

epidural. Narkotika

Takipnea-rata-rata pernapasan diatas 24x/ menit diper-


kirakan kehilangan darah berlebih atau syok hipovolentia,

infeksi dan demam, nyeri, atau perburukan pernapasan

sehubungan dengan emboli paru atau edema paru

O Nadi

12> Bradikardi- nadi antara 50-70 kali/menit dipertim-bangkan normal pada periode postpartum

Takikardia - nadi rata-rala diatas 90 - 100 kali/ menit

pada istirahat bias mengindikasikan kehilangan darah

berlebih atau syok hip000lemia, demam dan infeksi, atau

nyeri.

0 Tekanan Darah

Hipotensi - penurunan tekanan darah 15 - 20 mmlig

dibawah level normal mengindikasikan kehilangan

darah berlebih dan syok hipovolentin. Penurunan tekanan

darah bisa terjadi dengan anestesi regional (epidural),

tetapi harus dibalik sebagai pengembalian fungsi

sensorik dan motorik dalam postparturn 1 sampai 2 jam

pertama. Hipotensi ortostatik mungkin berhubungan

dengan kehilangan darah berlebih saat persalinart, atau

pemberian analgesic atau anestesi, dan dfidentifikasi

dengan terjadinya penurunan tekanan darah 15 - 20

mmHg ketika ibu merubah posisi dari posisi telentang

ke posisi duduk.

C> Hipertensi - peningkatan 30 mmllg tekanan sistol

atau 15 mmHg tekanan diastole diatas level prahamil

atau diatas 140/90 mmHg diperkirakan Preeklampsia


(HDK). Peningkatan tekanan darah mungkin dengan

penggunaan methergin, uterustonika yang diberikan

untuk kontraksi uterus.

Integritas Neurologi

Perawat mengevaluasi tingkat kesadaran dan fungsi senso-

rlinotorik selama periode postpartum. Jika ibu menerima

analgesic atau anestesi selama proses persalinan, pengernbalian

fungsi sensasi dan motorik adalah bagian integral dari evaluasi.

Kelnhan pusing atau kepala terasa melayang pada saat duduk

tegak di tempat tidur atau berdiri mungkin mendahului episode

sinkor (pingsan) sekunder karena hipotensi ortostatik. Ibu harus

dikemnalikan pada posisi telentang dan cek tekanan darah

ertostatik harus dilakukan sebelum ambulasi. Jika Preeklampsia

flIDIC)telah didiagnosa pada periode antenatal atau diperkirakan

akan terjadi pada periode postpartum, reflex tendon dalam dikaji

untuk munculnya irritabilitas SSP.

Nyeri

Nyerl Selama periode postpartum, sangat penting bagi perawat terus menilai rasa nyeri klien, dengan
mempertimbangkan tingkat nyeri yang dapat diterima klien. Mereka harus mengkaji nyeri pada semua
area tubuh, termasuk kepala, dada, payudara, punggung, kaki, perut, uterus, perineum, dan ekstremitas.
Posisi selama persalinan dapat menyebabkan ketidaknyamanan otot, dan sakit kepala dapat
menunjukkan hipertensi gestasional. Klien juga harus dinilai untuk nyeri emosional dan tindakan yang
sesuai.

Analgesik ringan atau narkotika dapat diresepkan oleh dokter. Perawatjuga dapat mengajarkan metode
nonphannacolopc penghilang rasa nyerit kepada klien dan keluarganya. Beberapa metode termasuk
penerapan kompres panas atau dingin, pijat, relaksasi progresif, dan meditasi.

Masalah Seksio Sesarla Klien vang melahirkan dengan seksio sesaria memerlukan beberapa pengkajian
tambahan selama periode postpartum, termasuk status insisi (sayahm luka operasi), nyeri, pernapasan,
paru-paru, dan bising usus. Insisi Seksio sesaria bisa insisi vertikal atau horizontal yang perlu dikaji
selama periode postpartum. Metode REEDA (kemerahan, edema, ecchymosis, discharge, dan
perlekatan) dapat digunakan untuk menilai insisi. Insisi harus rapat dan tidak ada tanda-tanda dan gejala
infeksi, termasuk kemerahan, edema, dan drainase. Harus tidak ada drainase dari insisi. Jika ada drainase
harus sedikit jumlahnya dan tidak berbau busuk. Penting mengajarkan pada klien untuk memeriksa insisi
setiap hari dengan cermin atau anggota keluarga memonitor insisi pasien setiap hari. Instruksikan klien
untuk segera melaporkan setiap temuan yang abnormal, seperti hematoma, drainase abnorrnal, bau,
atau rasa sakit yang sangat layanan kesehatan. Perawat juga harus memantau tingkat nyeri pada klien
yang mengalami seksio sesana. Untuk mengatasi rasa nyeri, klien urnumnya mendapatkan obat-obat
penghilang rasa nyeri baik melalui supositoria atau infus. Nfenurut Karlstrom dan rekan (2007), klien
mengalami tingkat terburuk rasa nyeri selama 24 jam pertama pasca operasi dan pada hari kedua
setelah operasi. Perawat dapat melakukan intervensi yang tepat wauk mengurangi rasa sakit jika kfien
mengalami tingkat rasa sakit yang tidak dapat ditolerir oleh mereka.

Pengkajian pada pasien post SC juga harus mencakup auskuItasi suara paru-paru karena depresi
pernapasan dan periode imobilitas yang lama dapat menyebabkan sekresi menumpuk di parti-paru,
menyebabkan kompIikasi lebih lanjut. Klien dapat diajarkan untuk berubah posisi, batuk, dan napas
dalam dan menggunakan spirometer untuk membantu membersihkan paru-paru. Bising usus dan
adanya flatus dimonitor secara teratur onntk memastikan fungsi gastrointestinal yang tepat sebelum
Fdang• Kelzerasan Intimasi Partner I Intimate Partner Vlolence Tambahan pengkajian khusus dianggap
perlu selama periode postpartum, sangat penting untuk menilai tanda-tanda dan gejala Kekerasan
Intimasi Partner (Intintate Partner Violence/IPV), secara umum dikenal sebagai Kekerasan Dalam Rumah
Tangga (KDRT). IPV menyentuh kehidupan keluarga yang tak terhitung pontahnya diseluruh dunia, dan
pelaksana layanan kesehatan dapat membantu smtuk mengatasi masalah ini. Menurut Pusat
Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC, 2306a),"Setiap tahun klien mengalami 4,8 juta kekerasan
intimasi pertner terkait serangan fisik dan perkosam," Perilaku abusive

sering lebih buruk selama kehamilan dan setelah melahirkan. Oleh karena itu, perawat ibu-anak memiliki
kesempatan khusus untuk menilai dan membantu klien yang mengalami IPV. Adalah penting perawat
memiliki pemahaman yang jelas terhadap instrument dan teknik yang diperlukan untuk menilai populasi
ini selama periode postpartum.

Diagnosa Koperawatan

Diagnosa keperawatanadalah suatu pemyataanyang menjelaskan respon manusia (status kesehatan


atau risiko perubahan pola) dari individu atau kelompok dimana perawat secara bertanggung jawab
dapat mengidentifikasi dan memberikan intervensi untuk menjaga status kesehatan, menurunkan
gejala/mengurangi gejala, membatasi, mencegah dan merubah (Carpenito, 2000). Diagnosa keperawatan
yang mungkin muncul pada klien postpartum menurut Marilyn Doengoes (2001) dan May, Mahmeister
(2005) adalah

awaan Pompartum Normal

a. Nyeri (akut)/ ketidaknyamanan berhubungan dengan trauma mekanis, edema/pembesaran jaringan


atau distensi, efek-efek hormonal. b. Gangguan pemenuhan kebutuhan aktifitas sehari-hari berhubungan
dengan kelemahan tubuh. c. Risiko tinggi gangguan menyusui/Potensial Menyusui berhubungan dengan
tingkat pengetahuan, pengalaman sebelumnya, usia gestasi bayi, tingkat dukungan, struktur —
karakteristik fisik payudara ibu. d. Risiko tinggi cidera berhubungan dengan biokimia, fungsi regulator
(misal hipotensi ortostatik, terjadinya HDK atau eklamsia); efek anestesia; tromboembolisme; profil
darah abnormal (anemia, sensivitas rubella,inkompabilitas Rh). e. Risiko tinggi infeksi berhubtmgan
dengan trauma jaringan dan/atau kerusakan kulit, penurunan Hb prosedur invasive dan/atau
peningkatan peningkatan lingkungan, rupture ketuban lama, mal nutrisi. f. Penurunan curah janhIng
berhubungan dengan perdarahan postpartum g. Perubahan eliminasi urin berhubungan dengan
(Retensi) berhubungan dengan penurunan tonus otot dan sensasi kandung kemih atau edema uretra dan
meatus Konstipasi kolonik berhubungan dengan penurunart motilitas gastrointestinal I Kelelahan
berhubungan dengan partus lama Perubahan pola tidur berhubungan dengan nyeri atou hospitalisasi k.
Perubahan pola seksual berhubungan dengan proses penyem-buhan dari persalinan

Disamping itu perawat juga harus memonitor dan memberikan perawatan supportive secara langsung
pada pencegahan komplikasi dan masalah kolaboratif, termasuk O Perdarahan postpartum O Perubahan
mood postpartum (depresi) O Infeksi postpartum O Gangguan tronthomboli

Anda mungkin juga menyukai