PSORIASIS VULGARIS
Oleh:
Reza Delvita
Mala Hayati
Pembimbing:
Fitria
Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan
rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan kasus
dengan judul “Psoriasis Vulgaris”. Laporan Kasus ini merupakan salah satu tugas
dalam menjalan kan Kepaniteraan Klinik Senior Bagian/SMF Ilmu Kesehatan
Kulit dan Kelamin Fakultas Kedokteran Universitas Syiah Kuala/RSUD Dr.
Zainoel Abidin BandaAceh.
Ucapan terimakasih penulis sampaikan kepada dr. Fitria, M.Sc.,
Sp.KK.,FINSDV serta para dokter di bagian/SMF Ilmu Kesehatan Kulit dan
Kelamin yang telah memberikan arahan serta bimbingan hingga terselesaikannya
laporan kasus ini.
Tidak ada kata sempurna dalam pembuatan sebuah laporan kasus.
Keterbatasan dalam penulisan maupun kajian yang dibahas merupakan beberapa
penyebabnya. Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan masukan terhadap
laporan kasus ini demi perbaikan di masa yang akan datang.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
iii
DAFTAR GAMBAR
Psoriasis adalah penyakit kulit inflamasi kronis dengan dasar genetik yang
ditandai dengan gangguan perkembangan dan diferensiasi epidermis, abnormalitas
pembuluh darah, faktor imunologis dan biokimiawi serta fungsi neurologis.
Penyebabnya masih belum diketahui secara pasti. Psoriasis secara luas dianggap
sebagai penyakit dengan gangguan keratinosit.(1)
Psoriasis terjadi di seluruh dunia dengan prevalensi 0,09% - 11,4%. Pada
Negara berkembang prevalensi psoriasis yaitu 1,5-5%(2,3). Kejadian psoriasis di
Asia termasuk rendah sebesar 0,4%. Prevalensi psoriasis di China pada tahun
1984 adalah 0,17%, penelitian lain 25 tahun kemudian sebanyak 0,59%.(4,5)
Prevalensi psoriasis di Spanyol sebanyak 1,43% pada tahun 1998, dan 15 tahun
kemudian dilaporkan sebanyak 2,31%.(4,6) Data prevalensi di United States dari
National Health and Nutrition Examination Survey menunjukkan adanya
peningkatan dari prevalensi pasien dengan psoriasis dari 1,62% ke 3,1 % dari
tahun 2004 ke 2010. (4,7)
Penyebab pasti dari psoriasis ini masih belum diketahui, beberapa penelitian
telah membuktikan bahwa penurunan dari sistem kekebalan tubuh berpengaruh
terhadap berkembangnya lesi psoriasis vulgaris. Faktor genetik dan lingkungan
juga memegang peran cukup besar dalam memicu terjadinya psoriasis.(8)
Penelitian membuktikan bahwa pasien yang mempunyai riwayat keluarga
menderita psoriasis mengalami gejala pertama psoriasis 9,5 tahun lebih cepat dari
pada yang tidak memiliki riwayat keluarga. Penelitian juga menunjukkan bahwa
faktor obesitas, konsumsi alkohol, merokok dan faktor psikologis dapat memicu
dan memperberat gejala dari psoriasis.(9)
Psoriasis vulgaris merupakan penyakit kronis sehingga dalam tatalaksanya
membutuhkan waktu yang lama. Penyakit ini dapat mengganggu penderita dari
segi penampilan fisik secara psikologis yang berdampak pada penurunan kualitas
hidup penderita. Penyakit ini tidak menular dan tidak menyebabkan kematian tapi
dapat menyebabkan gangguan kosmetik karena mempengaruhi penderita secara
psikologis akibat perubahan kulit berupa sisik yang tebal.(10) Pada beberapa
penelitian ditemukan bahwa psoriasis dapat meningkatkan risiko depresi,
kecemasan dan bunuh diri pada penderitanya. Penelitian lain menyatakan bahwa
1
psoriasis berdampak negatif terhadap kualitas hidup penderita dikarenakan
terdapat perubahan aktivitas sehari-hari.(11)
Lamanya terapi dan dampak yang ditimbulkan dari penyakit psoriasis
kepada penderita merupakan suatu alasan yang dianggap penting agar banyak
penelitian dan pembahasan yang lebih mendalam yang dapat dilakukan untuk
membahas penyakit ini.
LAPORAN KASUS
I. Identitas Pasien
Nama : Mr.EM
Usia : 63 tahun
Jenis Kelamin : Laki-Laki
Agama : Islam
Alamat : Batoh
Suku : Aceh
Pekerjaan : Pensiunan
Status Pernikahan : Sudah menikah
No. CM : 1-18-44-52
Tanggal Periksa : 21 September 2018
II. Anamnesis
a. Keluhan Utama
Bercak kemerahan bersisik tebal di kepala, badan, dan kaki.
b. Keluhan Tambahan
Gatal pada bercak kemerahan
c. Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien datang dengan keluhan bercak kemerahan di badan, kaki
dan tangan. Keluhan ini sudah dirasakan sejak 4 tahun yang lalu.
Awalnya bercak kemerahan bersisik hanya muncul di kepala, kemudian
semakin lama bercak menyebar ke seluruh tubuh. Bercak kemerahan
disertai dengan rasa gatal. Gatal memberat saat istirahat dan berkurang
saat pasien beraktivitas. Pasien mengaku apabila bercak digaruk maka
bercak akan berdarah. Sekitar 2 tahun yang lalu pasien mengaku bahwa
bercak berkurang banyak setelah pengobatan namun setelah satu bulan
bercaknya muncul kembali.
d. Riwayat Penyakit Dahulu
Pasien pernah mengalami stroke 15 tahun yang lalu. Riwayat
hipertensi disangkal.
e. Riwayat Penyakit Keluarga
Anak pasien ada yang mengalami keluhan yang sama seperti
pasien.
f. Riwayat Penggunaan Obat
- Carbonil Diamida
- Asam Salisilat 3% + Desoximetason 0,25% oint + Liquor Carbonis
Detergent 5%
- Asam Salisilat + Clobetasol Propionate 0,05% cream
g. Riwayat Kebiasaan Sosial
Pasien merupakan seorang pensiunan, saat ini tidak ada pekerjaan
harian khusus yang dijalani. Pasien tinggal bersama istrinya jauh dari
anaknya.
Status Dermatologis
Regio : Kapitis dan trunk.
Deskripsi lesi : Plak eritematous tepi irreguler, ukuran numular sampai
dengan plakat, jumlah multipel, dengan permukaan ditutupi skuama tebal,
susunan diskret, distribusi generalisata.
Regio Kapitis
Regio Cruris
Gambar 1. Manifestasi Klinis pada pasien
IV. Resume
Telah diperiksa seorang pasien laki-laki 63 tahun dengan keluhan bercak
kemerahan di badan, kaki dan tangan. Keluhan ini sudah dirasakan selama 4
tahun. Awalnya bercak hanya muncul di kepala, kemudian semakin lama bercak
menyebar ke seluruh tubuh. Bercak kemerahan disertai dengan rasa gatal. Gatal
memberat saat istirahat dan berkurang jika pasien beraktivitas. Pasien mengaku
apabila bercak di garuk maka bercak akan berdarah. Sekitar 2 tahun yang lalu
bercak sudah pernah hilang setelah pengobatan namun setelah satu bulan
bercaknya muncul kembali.
Pemeriksaan fisik didapatkan pada regio kapitis dan trunk tampak plak
eritematous tepi irreguler, ukuran numular sampai dengan plakat, jumlah multipel,
dengan permukaan ditutupi skuama tebal, susunan diskret, distribusi generalisata.
Regio cruris dextra et sinistra tampak plak hiperpigmentasi tepi irreguler, ukuran
gutata sampai dengan plakat, juga terdapat papul, jumlah multipel, disertai dengan
erosi dan krusta serta skuama tebal pada permukaannya, susunan diskret,
distribusi bilateral.
Pada pasien dilakukan pemeriksaan kaarsvlek phenomen yaitu dilakukan
penggoresan dengan menggunakan kaca objek pada lesi didapatkan hasil tampak
gambaran seperti tetesan lilin pada lesi. Pemeriksaan selanjutnya dilakukan
pemeriksaan auspitz sign yaitu penggoresan yang merupakan lanjutan dari tes
karsvlek dari hasil tersebut tampak bintik-bintik perdarahan pada lesi.
V. Diagnosis Banding
1. Psoriasis vulgaris
2. Dermatitis numular
3. Tinea corporis
4. Dermatitis Seboroik
IX. Prognosis
Ada beberapa laporan tentang ESR dan CRP sebagai faktor prediktif untuk
pengembangan PHN. Sebuah studi sebelumnya menunjukkan bahwa jumlah ESR,
CRP, dan WBC bukanlah faktor prediktif yang bermakna untuk pengembangan PHN,
tetapi menemukan bahwa ESR secara signifikan lebih tinggi pada kelompok PHN 1
bulan dalam analisis univariat. Namun, penelitian kami menunjukkan bahwa kadar
ESR, CRP, jumlah limfosit, dan albumin secara signifikan berkorelasi dengan
pengembangan PHN pada 6 bulan, dan kemungkinan tingkat ESR, CRP, dan jumlah
limfosit yang tinggi sebagai prediktor dikonfirmasi dalam penelitian ini. Seperti yang
diharapkan, CBC, termasuk WBC, RDW, jumlah PLT, jumlah neutrofil, dan NLR
bukan merupakan prediktor PHN. Namun, hasil kami berbeda dari penelitian
sebelumnya dalam jenis kelamin perempuan, salah satu faktor prediktif yang sudah
diketahui, bukan merupakan prediktor PHN dalam penelitian ini. Ketika kami
menguji pengaruh sebenarnya dari masing-masing penanda inflamasi dalam
kombinasi dengan faktor-faktor klinis yang sudah diketahui seperti usia dan skor
nyeri awal VAS, sebuah model termasuk ESR menunjukkan kekuatan prediksi yang
lebih baik untuk pengembangan PHN daripada model-model termasuk CRP atau
jumlah limfosit. Tingkat CRP dan jumlah limfosit tidak menunjukkan pengaruh yang
cukup besar karena faktor klinis seperti usia dan nyeri awal skor VAS saja memiliki
kekuatan prediksi yang cukup baik.
PHN telah didefinisikan secara bervariasi sebagai rasa sakit setelah infeksi
akut atau rasa sakit pada 1 bulan, 3 bulan, 4 bulan, atau 6 bulan setelah timbulnya
ruam. Dalam penelitian ini, kami mendefinisikan PHN sebagai skor lebih besar dari 1
pada skala nyeri VAS, yang berlangsung selama lebih dari 6 bulan setelah timbulnya
HZ akut. Pemutusan ini dipilih karena kami beralasan bahwa jika ada rasa sakit yang
berkelanjutan untuk jangka waktu yang lama 6 bulan, akan cukup untuk memenuhi
definisi PHN.
Sebagai kesimpulan, kami menyarankan bahwa kadar ESR yang tinggi pada
HZ akut dapat dikaitkan dengan perkembangan PHN yang berlangsung lama dan
bahwa penanda inflamasi ini dikombinasikan dengan faktor klinis seperti usia dan
nyeri awal. Skor VAS akan membantu untuk memprediksi perkembangan PHN lebih
tepat. Oleh karena itu, kita perlu lebih tertarik pada hasil tes laboratorium rutin awal
termasuk penanda inflamasi ini serta faktor klinis yang sudah diketahui pada pasien
HZ akut. Selain itu, kami menyarankan bahwa pengobatan anti inflamasi selama fase
awal HZ akut diperlukan untuk mempersiapkan pengembangan PHN, terutama jika
hasil laboratorium menunjukkan ESR tinggi. Dalam kasus tersebut, pasien akan
memerlukan tindak lanjut jangka panjang secara teratur untuk pencegahan dan
pengelolaan PHN.
3. Apakah tujuan dapat diikuti Semua subjek dihitung secara lengkap yaitu
dengan lengkap? 50 pasien dengan psoriasis dan 50 pasien
control. Keadaan klinisnya dikenali dengan
- Ya
baik.
4. Apakah hasil yang diukur dapat Penelitian ini dapat dikembangkan dengan
dikembangkan dan digunakan? menilai durasi dan derajat psoriasis dengan
gangguuan kongnitif.
- Ya