Anda di halaman 1dari 27

BAGIAN ILMU PENYAKIT KULIT DAN KELAMIN LAPORAN KASUS

FAKULTAS KEDOKTERAN JULI 2020

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

PSORIASIS VULGARIS

OLEH :

TALITHA SARI SUWEVI KALYANA


105101103520

PEMBIMBING:
dr. Helena Kendengan, Sp. KK

DIBAWAKAN DALAM RANGKA KEPANITERAAN KLINIK BAGIAN ILMU


KESEHATAN KULIT DAN KELAMIN

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS


MUHAMMADIYAHMAKASSAR
2020
LEMBAR PENGESAHAN

Yang bertanda tangan dibawah ini menyatakan bahwa:

Nama : Talitha Sari Suevi Kalyana


NIM 105101103520
Judul Laporan Kasus : Psoriasis Vulgaris

Telah menyelesaikan tugas laporan kasus dalam rangka kepaniteraan


klinik bagian Ilmu Kulit dan Kelamin Fakultas Kedokteran Universitas
Muhammadiyah Makassar.

Makassar, Juli 2020


Pembimbing

(dr. Helena Kendengan, Sp. KK)

1
KATA PENGANTAR
Assalammualaikum Wr. Wb.
Dengan mengucapkan puji syukur atas kehadirat Allah SWT
karena atas rahmat, hidayah, kesehatan dan kesempatan-Nya sehingga
Laporan Kasus dengan judul “Psoriasis Vulgaris” ini dapat
terselesaikan. Salam dan shalawat senantiasa tercurah kepada baginda
Rasulullah SAW, sang pembelajar sejati yang memberikan pedoman
hidup yang sesungguhnya.
Pada kesempatan ini, secara khusus penulis mengucapkan terima
kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada dosen
pembimbing dr. Helena Kendengan, Sp. KK, yang telah memberikan
petunjuk, arahan dan nasehat yang sangat berharga dalam penyusunan
sampai dengan selesainya Laporan Kasus ini.
Penulis menyadari sepenuhnya masih banyak terdapat kekurangan
dalam penyusunan lapsus ini, baik dari isi maupun penulisannya. Untuk
itu kritik dan saran dari semua pihak senantiasa penulis harapkan demi
penyempurnaan lapsus ini.
Demikian, semoga Laporan kasus ini bermanfaat bagi pembaca
secara umum dan penulis secara khususnya.
Wassalammulaikum Wr.Wb.

Makassar, Juli 2020

Penulis

2
DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING ....................................... 1


KATA PENGANTAR .......................................................................... 2
DAFTAR ISI ........................................................................................ 3
BAB I PENDAHULUAN ..................................................................... 4
BAB II LAPORAN KASUS ................................................................. 5
BAB III TINJAUAN PUSTAKA .......................................................... 8
BAB IV PEMBAHASAN .................................................................... 24
BAB V KESIMPULAN ....................................................................... 25
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................... 26

3
BAB I

PENDAHULUA

Psoriasis merupakan penyakit peradangan kronik yang ditandai oleh


proliferasi dan inflamasi epidermis dengan gambaran morfologi, distribusi,
serta derajat keparahan penyakit yang bervariasi. Awalnya psoriasis dianggap
sebagai penyakit berupa proliferasi dan diferensiasi abnormal dari
keratinosit. Namun, pemahaman saat ini menunjukkan bahwa psoriasis
adalah penyakit autoimun yang dimediasi oleh sel T yang melibatkan
hiperkeratosis dan parakeratosis1.
Psoriasis vulgaris ditandai dengan lesi khas berupa plak, eritematous, dan
skuama tebal yang tedistribusikan dengan tendensi simetris. Area predileksi
lesi yaitu pada bagian siku dan lutut yang merupakan ekstensor ekstremitas,
lumbosakral, pantat, dan genital. Produksi skuama berlangsung secara
konstan menutupi plak eritematosa. Sifat kronis dari psoriasis vulgaris dapat
mempengaruhi kualitas hidup pasien. Studi epidemiologi di Jerman dan
Negara lain di benua Eropa menunjukkan bahwa kualitas hidup pasien
dengan psoriasis vulgaris rendah2.
Tatalaksana psoriasis adalah terapi supresif, tidak menyembuhkan secara
sempurna, bertujuan mengurangi tingkat keparahan dan ekstensi lesi
sehingga tidak terlalu mempengaruhi kualitas hidup. Sebagian besar kasus
psoriasis di tatalaksana dengan pengobatan topical meskipun memakan
waktu yang lama dan juga secara kosmetik tidak baik, sehingga kepatuhan
sangat rendah3.
Kekambuhan penyakit yang berkaitan dengan kronisitas psoriasis
vulgaris dapat dihindari dengan mengevaluasi gambaran umum berupa
jumlah kasus. Factor pencetus, dan hasil penatalaksanaan pada pasien
dengan diagnosis psoriasis vulgaris2.

4
BAB II
LAPORAN KASUS
A. Identitas Pasien
Nama : Tuan A.
Jenis Kelamin : Laki-laki
Umur : 59 tahun
Tanggal Periksa : 19 Juli 2021
Alamat : Julu Kanaya
B. Anamnesis
Anamnesis dilakukan secara auto anamnesis pada Tuan A tanggal 19-
07-2021di Poli Kulit dan Kelamin RS Syekh Yusuf Gowa.
1. Keluhan Utama :
Terdapat plak kemerahan yang meninggi pada kulit yang disertai
rasa gatal dan sisik berlapis berwarna putih pada kepala, kedua
lengan, siku, perut, punggung, dan kedua tungkai. Kuku keriput
dan rapuh.
2. Riwayat Penyakit Dahulu
 Riwayat penyakit seperti ini : disangkal
 Riwayat Alergi : tidak ada
 Riwayat Pengobatan : disangkal
3. Riwayat Penyakit Keluarga
Tidak ada keluarga yang mengalami keluhan yang sama
4. Riwayat Sosial Ekonomi
 Riwayat Merokok : ada
 Riwayat alkohol : disangkal
C. Pemeriksaan Fisik
Status Dermatologis :
Lokasi : kepala, kedua lengan, siku, perut, punggung, dan kedua
tungkai.
Effloresensi : plak eritem, skuama

5
D. Diagnosis
Psoriasis Vulgaris
E. Diagnosis Banding

1. Dermatitis Numularis

2. Dermatitis Seboroik

F. Penatalaksanaan
1. Cetrizine 1x1 No X
2. Neurodex 1x1 No X
3. Desoximetason cr 30 gr

6
LCD 3%
Salisil Acid 3%
Lanolin 10%
Vaselin ad 100 gr
Mf unguenetum Sue 2x1 (badan)
4. Desoximetason cr
30gr Salicil Acid 3%
Mf unguegentum Sue 2x1 (kepala)
5. Desoximetason cr No II Sue
G. Resume
Pasien laki-laki berumur 59 tahun datang di poli kulit dan
kelamin RS Syekh Yusuf Gowa dengan keluhan terdapat bercak
kemerahan yang meninggi pada kulit yang disertai rasa gatal dan
bersisik, berlapis berwarna putih pada kepala, kedua lengan, siku,
perut, punggung, dan kedua tungkai . Kuku keriput dan rapuh.
Riwayat penyakit dahulu (-), riwayat alergi (-), riwayat pengobatan (-
), riwayat keluarga (-).
H. Prognosis
1. Ad Vitam : bonam
2. Ad Functionam : bonam
3. Ad Sanationam : dubia ad bonam

7
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi

Psoriasis adalah penyakit peradangan kulit kronik dan residif,


mempunyai dasar genetic yang kuat dengan karakteristik perubahan
pertumbuhan dan diferensiasi sel epidermis. Keluhan psoriasis biasanya
berupa bercak merah bersisik mengenai tubuh terutama daerah ekstensor
daan kulit kepala. Disertai rasa gatal. Pengobatan hanya menghilangkan
gejala sementara, sehingga psoriasis sering disebut penyakit seumur
hidup. Penyakit ini tidak membahayakan jiwa walaupun dapat
mempengaruhi atau mengganggu pekerjaan, kehidupan pribadi, dan
kualitas hidup pasien4.

B. Epidemiologi

Secara epidemiologi, psoriasi dapat terjadi pada berbagai usia, namun


jarang ditemukanpada usia dibawah 10 tahun. Kelainan ini sering
didapatkan pada usia antara 15-30 tahun. Psoriasis pada usia yang lebih
dini sering dihubungkan dengan adanya Human Leucocyte Antigen
(HLA) kelas I, khususnya HLA Cw6 dan adanya riwayat keluarga yang
mempunyai kelainan sama. Psoriasis bisa terjadi pada berbagai ras,
dengan prevalensi yang bervariasi antara 0,1% sampai 11,8%. Insiden
tertinggi dilaporkan terjadi di Eropa, di Denmark 2,9% dan Kepulauan
Faeroe 2,8%. Prevalensi antara 2,2% sampai 2,6% di AS, dengan
ditemukannya kasus baru sebesar 150.000 setiap tahun. Insidensi
psoriasis di Asia sebesar 0,4%. Prevalensi psoriasis pada laki-laki sama
dengan wanita5.

C. Etiopatogenesis

Hanseler dan Christopher pada tahun 1985 membagi psoriasis


menjadi tipe 1 bila onset kurang dari umur 40 tahun dan tipe 2 bila onset

8
terjadi pada umur lebih dari 40 tahun. Tipe 1 diketahui erat kaitannya
dengan faktor genetik dan berasosiasi dengan HLA-CW6, HLA-DR7,
HLA-813, dan HLA- BW57 dengan fenotip yang lebih parah
dibandingkan dengan psoriasis tipe 2

yang kaitan familialnya lebih rendah. Peranan genetik tercatat pada


kembar monozigot 65- 72% sedangkan pada kembar dizigot 15-30%.
Pasien dengan psoriasis artritis yang mengalami psoriasis tipe1
mempunyai riwayat psoriasis pada keluarganya 60% sedangkan pada
psoriasis tipe 2 hanya 30% (p=0.001 ). 6

Sampai saat ini tidak ada pengertian yang kuat mengenai patogenesis
psoriasis, tetapi peranan autoimunitas dan genetik dapat merupakan
akar yang dipakai dalam prinsip terapi. Mekanisme peradangan kulit
psoriasis cukup kompleks, yang melibatkan berbagai sitokin, kemokin
maupun faktor pertumbuhan yang mengakibatkan gangguan regulasi
keratinosit, selsel radang, dan pembuluh darah; sehingga lesi tampak
menebal dan beskuama tebal berlapis. 6

D. Faktor Resiko & Faktor Pencetus

Pada psoriasis sangat sulit dibedakan factor resiko dan factor pencetus
sehingga biasanya sering dikaitkan kedua factor ini.
1. Riwayat Keluarga
Riwayat keluarga yang mempunyai psoriasis merupakan factor resiko
paling signifikan untuk psoriasis. Pasien dengan riwayat psoriasis positif
pada keluarga memiliki gejala awal psoriasis 9,5 tahun lebih awal
disbanding dengan mereka yang tidak. 7
2. Konsumsi Alkohol
Mengkonsumsi alcohol >5x/bulan merupakan factor resiko pada laki-
laki untuk psoriasis. Sedangkan pada perempuan belum terbukti. 7
3. Obesitas
Obesitas dengan BMI >30 merupakan factor resiko untuk psoriasis. 7
4. Merokok
9
Merokok merupakan salah satu faktor resiko yang signifikan untuk
psoriasis terutama mereka yang masih aktif, kecuali sudah rehat >20
tahun. Paparan terhadap asap rokok (perokok pasif) juga masuk dalam
factor resiko. 7
5. Faktor Psikis
Faktor psikis yang berperan dalam psoriasis yaitu stress yang
berlebihan, perceraian, serta perubahan di kondisi kerja. 7
6. Riwayat Penyakit Kulit
Memiliki riwayat penyakit kulit dalam setahun terakhir juga termasuk
factor resiko dalam psoriasis. 7
7. Infeksi
Riwayat infeksi dalam setahun meningkatkan resiko kejadian
psoriasis. Resiko pasien psoriasis dengan penyakit infeksi kulit
meningkat 2x lipat dan pada pasien 21-40 tahun yang menderita infeksi
saluran napas atas dalam waktu sebulan terakhir. 7
8. Fenomena Koebner
Trauma pada kulit diketahui merupakan factor resiko untuk psoriasis.
Fenomena koebner merupakan kondisi dimana munculnya lesi baru pada
tempat terjadinya trauma . 7
9. Aktivitas Fisik
Aktivitas fisik berkaitan dengan penurunan resiko terjadinya psoriasis. 7
10. Obat-obatan
Beberapa obat seperti beta bloker, OAINS, dan litium diduga
berkaitan dengan psoriasis, namun belum ada penelitian pasti yang
menyatakan hal tersebut. 7

E. Manifestasi klinik
Secara klinis gambaran klasik dari psoriasis yaitu bercak
kemerahan yang meninggi dengan batas yang tegas, plakat kemerahan,
mengkilap, dengan permukaan berwarna putih keperakan. Tanda khas
ditemukan pada kasus psoriasis yaitu tanda auspitz dan fenomena

10
tetesan lilin. Tanda auspitz yaitu akan tampak bintik-bintik perdarahan
pada saat skuama dikelupas.8 Fenomena koebner adalah peristiwa
munculnya lesi psoriasis setelah terjadi trauma maupun mikrotrauma
pada lesi kulit pasien psoriasis. Penampilan berupa infiltrate eritematosa,
eritem yang muncul bervariasi dari yang sangat cerah (hot psoriasis)
biasanya diikuti gatal sampai merah pucat (cold psoriasis).6

Perubahan kuku muncul pada sekitar 40% pasien dengan


psoriasis. Lekukan kuku (nail pitting) merupakan gambaran yang paling
sering muncul, pada berbagai jari kecuali jempol. Deformitas kuku
lainnya akibat kerusakan matriks kuku adalah onikodistrofi (kerusakan
lempeng kuku), crumbling nail, serta titik kemerahan pada lunula.5

F. Klasifikasi
1. Psoriasis Plakat/Vulgaris
Psoriasis plakat merupakan tipe psoriasis yang paling sering
terjadi diantara beberapa varian klinis psoriasis. Psoriasis plakat
memiliki karakteristik lesi berupa plak eritematosa dengan bentuk
oval yang tersebar ke extensor dan scalp. Biasanya terdapat lingkaran
putih pucat mengelilingi psoriasis plakat yang disebut dengan
Woronoff’s ring. Plak dapat berskuama akibat hiperproliferasi dan
inflamasi dermis. Lesi multiple menujukan kejadian psoriasis ini
terjadi simateris bilateral. Pasien biasanya mengeluh gatal yang
menetap dengan intensitas sedang hingga berat.9
2. Psoriasis Inversa
Psoriasis inversa atau disebut juga psoriasis flexural, mengenai
area intertriginosa seperti lipatan inguinal, axillaris, inframammae.
Gambaran psoriasis inversa berebda dengan psoriasis umumnya
karena mengkilap dan halus tanpa skuama serta permukaan yang
kemerahan.8
3. Psoriasis Gutata

11
Psoriasis gutata merupakan varian psoriasis dengan onset akut dan
lesi berbentuk plak eritematosa yang berukuran kecil. Biasa
menyerang anak- anak dan dewasa muda, dan paling sering
disebabkan oleh infeksi streptokous grup A di tonsil. Sekitar 1/3 dari
pasien psoriasis gutata akan berkembang menjadi psoriasis plakat saat
dewasa.10

4. Psoriasis Pustular
Psoriasis pustular terdiri dari beberapa variasi klinis yakni
psoriasis pustular generalisata (tipe von Zumbusch), psoriasis pustular
anular, impetigo herpetiformis, dan dua macam psoriasis pustular
lokalisata (pustular palmaris dan plantaris dan acrodermatitis
continua of Hallopeau). Psoriasis pustular generalisata (tipe von
Zumbusch) merupakan jenis psoriasis yang paling parah tetapi jarang
ditemukan. Psoriasis tipe von Zumbusch menunjukkan cirri khas
berupa fiery eryhtema (dengan rasa terbakar) yang menyebar luas
disertai lesi berupa pustule serta ada gejala berupa malaise, demam,
dan leukositosis.11
5. Psoriasis Eritroderma
Psoriasis eritroderma merupakan kondisi akut dimana >90%
bagian tubuh terkena psoriasis yang ditandai dengan eritem yang
menyeluruh disertai dengan skuama.12
6. Psoriasis Kuku
Keterlibatan kuku dilaporkan dijumpai pada semua jenis psoriasis
meliputi 40-50% kasus. Lesi beragam, terbanyak yaitu 65% kasus
merupakan sumur-sumur dangkal (pits). Bentuk lainnya ialah kuku
berwarna kekuning-kuningan disebut yellowish dis-cloration atau oil
spots, kuku yang terlepas dari dasarnya (onkolisis), hiperkeratosis
subungual merupakan penebalan kuku denganhiperkeratottik,
abnormalitas lempeng kuku berupa sumur-sumur kuku yang dalam
membentuk jembatan-jembatan mengakibatkan kuku hancu
(crumbling).6 Psoriasis kuku dapat menjadi factor predisposisi
12
terjadinya infeksi fungi atau bakteri, yang terjadi pada 4,6 % sampai
30% dari kasus psoriasis kuku.13
7. Psoriasis Arthritis
Psoriasis arthritis terjadi pada 30% orang dengan psoriasis.
Manifestasi klinis dapat berupa nyeri, kekakuan, dan pembengkakan
pada sendi. Dalam jangka waktu yang lama, psoriasis tipe ini dapat
menyebabkan disabilitas yang permanen.14

G. Diagnosis
1. Manifestasi Klinis
Diagnosis psoriasis dilihat berdasarkan manifestasi klinis.
Psoriasis yang sering terjadi pada 80-90% pasien yaitu psoriasis
vulgaris atau plakat dengan lesi berupa plak eritematosa yang ditutupi
dengan skuama berwarna putih yang biasa terdistribusi secara
simetris. Umumnya terjadi di scalp dan tungkai tapi bisa terjadi
diseluruh area tubuh. Lesi yang aktif biasanya dirasakan gatal atau
nyeri. Psoriasis juga dapat menyebabkan terjadi respon isomrofik
dimana, dimana dapat terjadi lesi baru pada kulit normal yang pernah
mengalami trauma atau luka.15
Psoriasis Activity and Severity Index (PASI) adalah tool yang
paling sering digunakan untuk menilai severitas dari psoriasis dan
psoriasis arthritis. Skoring pada PASI dinilai dengan melihat
keterlibatan bagian tubuh yang terkena dan menilai severitas dari
deskuamasi, eritema, dan indurasi plak pada setiap region tubuh16.
Ringan, jika hasil penilaian <3% area permukaan tubuh dan
mempunyai efek minimal terhadap kualitas hidup pasien. Sedang,
jika hasil penilaian 3-10% area permukaan tubuh dan secara
substansi sudah mempengaruhi kualitas hidup pasien baik karena
penyebaran lesi yang meluas atau karena ketidaknyamanan akibat
nyeri atau gatal. Berat, jika hasil penilaian >10% area permukaan
tubuh dan menyebabkan keparahan pada kualitas hidup pasien.15
2. Histopatologi
13
Bila terdapat keraguan dapat dilakukan pemeriksaan penunjang
berupa histopatologi kulit atau kuku. Pada pemeriksaan histopatologis
psoriasis plakat yang matur dijumpai tanda spesifik berupa penebalan
(akantosis) dengan elongasi seragam dan penipisan epidermis di atas
papilla dermis. Masa sel epidermis meningkat 3-5 kali dan masih
banyak dijumpai mitosis di atas lapisan basal. Ujung rete ridge
berbentuk gada yang sering bertaut dengan rete ridge sekitarnya.
Tampak hyperkeratosis dan parakeratosis dengan penipisan atau
menghilangnya stratum granulosum. Pembuluh darah di papilla
dermis yang membengkak tampak memanjang, melebar dan berkleok-
kelok. Pada lesi awal di dermis bagian atas tepat di bawah epidermis
tampak pembuluh darah dermis yang jumlahnya lebih banyak
daripada kulit normal. Infiltrasi sel radang limfosit, makrofag, sel
dendrite dan sel mast terdapat sekitar pembuluh darah. Pada psoriasis
yang matang dijumpai limfosit tidak saja pada dermis tapi juga pada
epidermis. Gambaran spesifik psoriasis adalah bermigrasinya sel
radang granulosit- neutrofilik berasal dari ujung subsebt kapiler
dermal mencapai bagian atas epidermis yaitu lapisan parakeratosis
stratum korneum yang disebut mikroabses Munro atau pada lapisan
spinosum yang disebut spongioform pustules of Kogoj.6

H. Diagnosis Banding
1. Dermatitis Numularis
Dermatitis numularis atau biasa disebut eczema discoid merupakan
kondisi inflamasi kronik pada kulit yang ditandai dengan effloresensi
berupa patch multiple yang berbentuk seperti koin dan berbatas tegas.
Predileksi tersering yaitu ekstensor ekstremitas. Beberapa factor yang
berperan sebagai agen etiologi yaitu baik endogen (kulit kering, stress
emosional, atopi) maupun eksogen (obat sistemik, alcohol, infeksi
staphylococcus, allergen).17

14
Gambar : Dermatitis Numularis

2. Dermatitis Seboroik
Dermatitis Seboroik adalah inflamasi kronik pada kulit yang
ditandai dengan adanya eritem dan skuama putih-keabuan. Kondisi ini
sering mengenai area yang kaya akan glandula sebasea seperti scalp,
alis, glabella, lipatan nasolabial, area postaurikular, dan area
intertriginosa. Umumnya, skuama cenderung terjadi di area scalp,
sedangkan eritema sering di area lipatan fleksural dan area
intertriginosa.18

Gambar : Dermatitis Seboroik

I. Pengobatan

Jenis pengobatan psoriasis yang tersediabekerja menekan gejala dan


memperbaiki penyakit. Tujuan pengobatan adalah menurunkan keparahan
penyakit sehingga pasien dapat beraktivitas dalam pekerjaan , kehidupan
15
social dan sejahtera untuk tetap dalam kondisi kualitas hidup yang baik,
tidak memperpendek masa hidupnya karena efek samping obat.
Kebanyakan pasien tidak dapat lepas dari terapi untuk mempertahankan
keadaan remisi.6

Prinsip pengobatan yang harus dipegang adalah:


• Sebelum memilih pengobatan harus dipikirkan evaluasi dampak
penyakit terhadap kulitas hidup pasien. Dikategorikan penatalaksanaan
yang berhasil bila ada perbaikan penyakit, mengurangi
ketidaknyamanan dan efek samping.
• Mengajari pasien agar lebih kritis menilai pengobatan sehingga ia
mendapat informasi sesuai dengan perkembangan penyakit terakhir.
Diharapkan pasien tidak tergantung dokter, dapat mengerti dan mengenal
obat dengan baik termasuk efek sampingnya. Menjelaskan bahwa
pengobatan lebih berbahaya dari penyakitnya sendiri.6

Pengobatan Topikal
Sebagian besar pasien psoriasis mengalami kelainan kulit yang
terbatas, misalnya di siku dan lutut. Untuk keadaan ini pengobatan topical
menjadi pilihan dengan atau tanpa penambahan terapi sistemik untuk
artritis. Pengobatan topical juga dapat ditambah pada pasien dengan
fototerapi atau sitemik termasuk pengobatan biologik bila masih ada lesi
tersisa. Selain untuk kelainan yang minimal pengobatan ini juga dipakai
untuk mengontrol psoriasis yang kambuh.6

Topikal kortikosteroid
Topikal kortikosteroid bekerja sebagai antiinflamasi, antiproliferasi,
dan vasokonstriktor masih tetap banyak dipakai dalam pengobatan
psoriasis secara tunggal atau kombinasi. Terapi jenis ini masih diminati
oleh banyak dokter maupun pasien karena efektif, relatif cepat,
ditoleransi dengan baik, mudah digunakan , dan tidak terlalu mahal

16
dibandingkan terapi altematif lainnya . Berdasarkan keparahan dan letak
lesi, dapat digunakan berbagai kelas kekuatan kortikosteroid topikal
(menurut Stoughton-Cornell) yang merespons mekanisme
vasokonstriktor pembuluh darah kulit. Obat tersedia dalam vehikulum
beragam, misalnya krim, salap, solusio, bahkan bedak, gel, spray, dan
foam.6
Resistensi adalah gejala yang sering terlihat dalam pengobatan
keadaan ini disebabkan oleh proses takifilaksis. Bila dalam 4-6 minggu
lesi tidak membaik, pengobatan sebaiknya dihentikan , diganti dengan
terapi jenis lain, sedangkan kortikosteroid superpoten hanya
diperbolehkan 2 minggu. Pemakaian secara oklusi hanya diperkenankan
untuk daerah telapak tangan dan kaki. Harus diingat psoriasis sensitif
terhadap kortikosteroid, tetapi juga resisten dengan obat yang sama, hal
ini terjadi karena takifilaksis. Psoriasis di daerah siku lutut, telapak
tangan tampaknya berespons lambat dengan kortikosteorid, sebaliknya
lesi pada daerah fleksural atau daerah dengan kulit yang relatif tipis,
misalnya kelopak mata dan genital, berefek baik terhadap kortikosteroid.6
Efek samping yang mengancam cukup banyak, seperti penipisan kulit,
atrofik, striae, telangiekrasis, erupsi akneiformis, rosasea, dermatitis
kontak, perioral dematitis, absorbsi sistemik yang dapat menimbulkan
supresi aksis hipothalamus pituitary.6

Kalsipotriol/Kalsipotrien
Kalsipotriol adalah analog vitamin D yang mampu mengobati
psoriasis ringan sampai sedang . Mekanisme kerja dari sediaan ini adalah
antiproliferasi keratinosit, menghambat proliferasi sel, dan meningkatkan
diferensiasi juga menghambat produksi sitokin yang berasal dari
keratinosit maupun limfosit. Kalsipotriol merupakan pilihan utama atau
kedua pengobatan topikal. Walaupun tidak seefektif kortikosteroid
superpoten , namun obat ini tidak memiliki efek samping yang
mengancam seperti kortikosteroid. Dermatitis kontak iritan merupakan
17
efek samping terbanyak yang dijumpai, pemakaian 100 g seminggu dapat
meningkatkan kadar kalsium darah.6
Kalsipotrien tersedia dalam bentuk krim salap atau solusio yang
dipakai dua kali sehari: sedangkan bentuk salap cukup dioles sekalI
sehari. Respons terapi terlihat lambat bahkan awalnya terlihat lesi
menjadi merah. Penyembuhan baru tampak setelah pemakaian obat 53,5
hari (berkisar 14-78 hari). Reaksi iritasi berupa gatal dan rasa terbakar
dapat mengawali keberhasilan terapi , tetapi adapula yang tetap teriritasi
dalam pemakaian ulangan. Lesi dapat menghilang sempuma, eritema
dapat pula bertahan.6
Vitamin D lebih efektif dibandingkan dengan emolien ataupun tar
untuk meredakan gejala psoriasis, namun setara dengan kortikosteroid
poten . Kortikosteroid poten lebih efektif sedikit dibandingkan dengan
vitamin D untuk pengobatan psoriasis kulit kepala. Obat topikal paling
efektif adalah kortikosteroid superpoten yang mempunyai efek samping
yang harus menjadi perhatian ketat. Vitamin D dan kortikosteroid poten
mempunyai efektivitas terhadap psoriasis yang sangat baik bila
dibandingkan dengan vitamin D tunggal atau kortikosteroid.6

Retinoid topikal
Acetylenic retinoid adalah asam vitamin A dan sintetik analog dengan
reseptor beta dan gamma. Retinoid meregulasi transkripsi gen dengan
berikatan RAR-RXR heterodimer, berikatan langsung elemen respons
asam retinoat pada sisi promoter gen aktivasi. Tazaroten menormalkan
proliferasi dan diferensiasi kerinosit serta menurunkan jumlah sel
radang. Tazaroten telah disetujui FDA sebagai pengobatan psoriasis.
Reaksi iritasi (dermatitis tazaroten), juga dapat mengakibatkan reaksi
fototoksik. Tazarotene 0.1% lebih efektif dibandingkan dengan 0 .05%,
pada pemakaian 12 minggu sediaan ini lebih efektif dibandingkan
vehikulum dalam meredakan skuama dan infiltrat psoriasis.6

18
Fototerapi
Fototerapi yang dikenal ultraviolet A (UVA) dan ultraviolet B(UVB).
Fototerapi memiliki kemampuan menginduksi apoptosis, imunosupresan,
mengubah profil sitokin dan mekanisme lainnya . Diketahui efek biologik
UVB terbesar pada kisaran 311-313 nm oleh karena itu sekarang tersedia
lampu UVB (TL-01) yang dapat memancarkan sinar monokromatik dan
disebut spektrum sempit (narrowband) . Dalam berbagai uji coba
penyinaran 3-5 kali seminggu dengan dosis eritemogenik memiliki hasil
yang efektif. Bila dibandingkan dengan UVB spectrum luas, UVB
spektrum sempit dosis suberitemogenik nampaknya lebih efektif.
Psoriasis sedang sampai berat dapat diobati dengan UVB, kombinasi
dengan ter meningkatkan efektivitas terapi. Efek samping cepat berup
sunburn, eritema, vesikulasi dan kulit kering. Efek jangka panjang berupa
penuaan kulit dan keganasan kulit yang masih sulit dibuktikan. Bila
dilakukan di klinik, kombinasi UVB dengan ter dan antralin, memiliki
masa remisi berlangsung lama pada 55% pasien.6
Pemakaian UVB spektrum sempit lebih banyak dipilih karena lebih
aman dibandingkan dengan PUVA (psoralen dan UVA) yang
dihubungkan dengan karsinoma sel skuamosa, karsinoma sel basal dan
melanoma malignan pada kulit. Peningkatan keganasan kulit karena UVB
spektrum sempit sampai saat ini belum bisa ditetapkan dan masih dalam
penyelidikan.6

Sistemik
Untuk menentukan pengobatan sistemik sebaiknya mengikuti
algoritma yang membutuhkan penanganan semacam ini biasanya dipakai
pada psoriasis berat termasuk psoriasis plakat luas, eritroderma atau
psoriasis pustulosa generalisata atau psoriasis.6
Metotreksat merupakan pengobatan yang sudah lama dikenal dan
masih sangat efektif untuk psoriasis maupun psoriasis artritis. Mekanisme
kerjanya melalui kompetisi antagonis dari enzim dehidrofolat reduktase.
19
Metotreksat memiliki struktur mirip dengan asam folat yang merupakan
substrat dasar enzim tersebut. Enzim dehidrofolat reduktase mampu
mengkatalisis asam folat menjadi berbagai kofaktor yang diperlukan
oleh beragam reaksi biokimia termasuk sintesis DNA. Metotreksat
mampu menekan proliferasi limfosit dan produksi sitokin ,oleh karena itu
bersifat imunosupresif. Penggunaannya terbukti sangat berkhasiat untuk
psoriasis tipe plakat berat rekalsitran, dan juga merupakan indikasi untuk
penanganan jangka panjang pada psoriasis berat seperti psoriasis
pustulosa dan psoriasis eritroderma. Metabolit obat ini dieksresikan oleh
ginjal, karena bersifat teratogenik. Oleh karena itu, metotreksat tidak
boleh diberikan pada ibu hamil. Metotreksat berinteraksi dengan
sejumlah obat, mengganggu fungsi hati dan dan sistem hematopoetik .
Dosis pemakaian untuk dewasa dimulai dengan dosis rendah 7.5-15mg
setiap minggu , dengan pemantauan ketat pemeriksaan fisik dan
penunjang.6
Asitretin merupakan derivat vitamin A yang sangat teratogenik, efek
terhadap peningkatan trigliserida dan mengganggu fungsi hati. Oasis
yang dipakai berkisar 0.5-1 mg per kilogram berat badan perhari.
Siklosporin adalah penghambat enzim kalsineurin sehingga tidak
terbentuk gen interleukin-2 dan inflamas i lainnya. Dosis rendah:
2,Smg/kgBB/hari dipakai sebagai terapi awal , dengan dosis maksimum
4mg/kgBB/hari. Respons makin baik bila dosis lebih tinggi. Hipertensi
dan toksik ginjal adalah efek samping yang harus diperhatikan , dan
beberapa peneliti juga mengkhawatirkan keganasan . Obat ini memiliki
interkasi dengan beberapa macam obat, dapat berkompetisi menghambat
sitokrom P-450.6

Agen Biologik
Obat ini bekerja dengan menghambat biomolekuler yang berperan
dalam tahapan patogenesis psoriasis. Terdapat tiga tipe obat yang beredar
di pasaran, yaitu recombinant human cytokine , fusi protein , dan
20
monoklonal antibodi. Perkembangan agen biolog ik ini sangat pesat dan
yang dikenal adalah alefacept, efalizumab , infliximab , dan ustekinumab.
Pemakaian terbatas pada kasus yang berat atau yang tidak berhasil
dengan pengobatan sistemik klasik . Efek samping yang harus
diperhatikan adalah infeksi karena agen ini bersifat imunosupresif, reaksi
infus dan pembentukan antibodi serta pemakaian jangka panjang masih
harus evaluasi.6

INTERLEUKIN-23 ANTAGONIST

Obat terbaru untuk penatalaksanaan psoriasis plakat adalah


Interleukin-23 antagonist, dimana disetujui oleh FDA dengan nama
dagang Skyrzi, Ilumya dan Trefya.19

Interleukin-23 antagonist bekerja dengan mengambat interleukin-


23 (IL-23)< sebuah sitokin pro-inflamasi yang memiliki peran besar
dalam penyakit imunomediasi kronik termasuk psoriasis plakat.19

Interleukin-23 antagonist adalah bagian dari kelompok besar obat


yang disebut biologics. Biologics diadministrasikan melalui injeksi
subkutan atau intravena dan digunakan untuk kasus sedang hingga berat
dari psoriasis.19

Tumor Necrosis Factor (TNF) blocker Huira, Renucadem dan


Envrel juga merupakan juga disetujui oleh FDA sebagai pengobatan
psoriasis plakat. 19

J. Prognosis

Psoriasis guttata biasanya akan hilang sendiri (self limited) dalam 12-
16 minggu tanpa pengobatan, meskipun pada beberapa pasien menjadi
lesi plakat kronik. Psoriasis tipe plakat kronis berlangsung seumur hidup,
dan interval antar gejala tidak dapat diprediksi. Remisi spontan dapat
terjadi pada 50% pasien dalam waktu yang bervariasi. Eritroderma dan
generalized pustular psoriasis memiliki prognosis yang lebih buruk
dengan kecenderungan menjadi persisten lainnya.3

21
BAB IV
PEMBAHASAN

Pada laporan kasus ini membahas mengenai pasien laki-laki


berusia 59 tahun datang dengan keluhan adanya bercak kemerahan pada
kulit yang diatasnya terdapat skuama berlapis berwarna putih dan
disertai dengan rasa gatal, kuku keriput dan rapuh.. Dengan tanda khas ini
maka pasien didiagnosis dengan psoriasis vulgaris. Dari hasil anamnesis,
pasien tidak memiliki riwayat alergi dan riwayat pengobatan. Riwayat
keluarga tidak ada yang mengalami penyakit yang sama. Pasien
merupakan perokok. Lesi pada kulit yang bersifat kronik residif, dimana
secara etiopatogensis disebabkan oleh genetic dan autoimunitas, pada
kasus ini tidak didasari oleh suatu kelainan genetic oleh karena
dikeluarga pasien tidak ada yang mengalami keluhan yang sama,
sehingga lebih dihubungkan dengan adanya gangguan sistem imun.
Dari status dermatologisnya didapatkan letak lesi yang
menujukkan tempat predileksi psoriasis vulgaris yaitu di daerah kepala,
kedua lengan, siku, perut, punggung, dan kedua tungkai. Dari effloresensi
didapatkan plak eritem dengan berbagai macam ukuran yang disertai
skuama kasar yang berwarna keputihan. Dari gambaran klinis diatas
sangat menunjang diagnosis ke arah psoriasis vulgaris.
Pengobatan medikamentosa pada pasien ini diberikan secara
topical dan sistemik. Pengobatan topical yang diberikan berbeda untuk
area badan dan kepala. Untuk area badan diberikan salep 1x1 yang terdiri
dari desoximethason cream, LCD 3%, Asam salisilat 3%, Lanolin 10%,
Vaselin. Dan untuk area kepala diberikan salep yang terdiri dari
desoximethason cream . Khasiat dari kortikosteroid topical ini yaitu
sebagai anti-inflamasi, anti alergi, anti-pruritus, anti mitotic, dan
vasokonstriksi. Pengobatan sistemik pada kasus ini adalah anti histamine
yaitu cetrizine 1x1 sebagai terapi simptomatik karena pasien
mengeluhkan gatal. Apabila gatal berkurang, infeksi sekunder dapat
22
dicegah karena pasien tidak menggaruk daerah yang gatal. Selain itu
diberikan suplemen vitamin B kompleks seperti Neurodex 1x1. Selain
pengobatan, KIE kepada pasien juga sangat penting. Prognosis psoriasis
vulgaris pada pasien ini baik walaupun tidak terjadi penyembuhan yang
sempurna.

23
BAB V
KESIMPULAN

Psoriasis adalah penyakit peradangan kulit kronik dan residif,


mempunyai dasar genetic yang kuat dengan karakteristik perubahan
pertumbuhan dan diferensiasi sel epidermis. Keluhan psoriasis biasanya
berupa makula atau plak eritematosa dengan skuama tebal berlapis yang
berwarna putih mengenai tubuh terutama daerah ekstensor daan kulit
kepala, serta disertai rasa gatal. Tidak ada penjelasan teori secara pasti
mengenai pathogenesis psoriasis, tetapi peranan genetik dan autoimunitas
dapat merupakan akar yang dipakai dalam prinsip terapi. Ada beberapa
varian dari psoriasis, tetapi 90% pasien didiagnosis sebagai psoriasis
vulgaris.. Pengobatan topikal menjadi pilihan terapi untuk psoriasis,
terutama pemberian kortikosteroid topikal karena bekerja sebagai anti-
inflamasi, anti-mitotik, dan vasokonstriktor. Tujuan pengobatan yaitu
menurunkan keparahan penyakit sehingga pasien tetap dalam kondisi
kualitas hidup yang baik. Sampai saat ini pengobatan psoriasis tetap
hanya bersifat remitif, kekambuhan yang boleh dikatakan hampir selalu
ada mengakibatkan pemakaian obat seumur hidup. Menjaga kualitas
hidup pasien dengan efek samping yang rendah menjadi seni pengobatan
psoriasis yang akan terus berkembang.

24
DAFTAR PUSTAKA

1. Apriliana KF, Mutiara H. Psoriasis Vulgaris Pada Laki-Laki 46 Tahun.


J Agromed Unila. Jun 2017; 4(1): 160-166
2. Pratiwi KD, Damayanti. Profil Psoriasis Vulgaris di RSUD Dr. Soetomo
Surabaya: Studi Retrospektif. Periodical of Dermatology and Venerology.
Dec 2018; 30(3): 248-254
3. Yuliastuti D. Psoriasis. CDK-235. 2015; 42(12): 901-906
4. Hidayat S, et al. 2017. Panduan Praktik Klinis Bagi Dokter Spesialis Kulit
Dan Kelamin Di Indonesia : Psoriasis. Perhimpunan Dokter Spesialis
Kulit dan Kelamin Indonesia (PERDOSKI)
5. Astindari, et al. Perbedaan Dermatitis Seboroik dan Psoriasis Vulgaris
Berdasarkan Manifestasi Klinis dan Histopatologi. Periodical of
Dermatology and Venerology. Apr 2014; 26(1): 72-78
6. Jacoeb TNA. 2017. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin Edisi 7 : Psoriasis.
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia
7. Eng CS, et al. Management Of Psoriasis Vulgaris. Malaysia Health
Technology Assesment Section. Jun 2013
8. Rahayu FM. Psoriasis Inversa : Laporan Kasus. Tunas Med J Ked & Kes.
2020; 6(2): 93-98
9. Kuchekar AB, et al. Psoriasis : A Comprehensive Review. International
Journal Of Pharmacy & Life Sciences. Jun 2011; 2(6); 857-877
10. Rendon A, Schakel K. Psoriasis Pathogenesis and Treatment.
International Journal of Molecular Sciences. 2019; 20(1475): 1-28
11. Rasyidi F, et al. Psoriasis Pustular Generalisata Yang Diterapi Dengan
Metotreksat. MDVI. 2020; 47(2): 83-87
12. Waspodo N, Amalia H.. Eritroderma et causa Psoriasis Vulgaris. Bagian
Ilmu Kesehatan dan Kelamin. 2017; 1
13. Chestnov O. Global Report On Psoriasis. World Health Organization.
2016

14. Pisani E. Bring Psoriasis Into The Light. International Federation of


25
Pharmaceutical Manufactures & Associations. 2014
15. Kim WB, et al. Diagnosis and Management of Psoriasis. Canadian Family
Physician. Apr 2017; 63: 278-285
16. Dutta S, et al. Psoriasis : A Review of Existing Therapies and Recent
Advances in Treatment. J Rational Pharmacother Res. 2018; 4(1): 12- 23
17. Bonamonte D, et al. Numular Contact Eczema : Presentation of a
Pediatric Case. The Open Dermatology Journal. 2019; 13: 23-26
18. Leung AKC, B B. Seborrheic Dermatitis. International Journal of
Pediatric Health Care & Advancements (IJPA). 2015; 2(1): 7-9
19. Stewart Judith. What are new drugs for the treatment of plaque psoriasis?.
Drugs.com. 2021

26

Anda mungkin juga menyukai