Anda di halaman 1dari 19

BAGIAN ILMU PENYAKIT KULIT DAN KELAMIN

FAKULTAS KEDOKTERAN

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING........................................1


KATA PENGANTAR...........................................................................2
DAFTAR ISI.........................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN......................................................................4
BAB II LAPORAN KASUS..................................................................5
BAB III TINJAUAN PUSTAKA...........................................................8
BAB IV PEMBAHASAN.....................................................................17
BAB V KESIMPULAN........................................................................18
DAFTAR PUSTAKA............................................................................19

2
BAB I

PENDHULUAN

Prurigo yang sudah dikenal sejak tahun 1832, merupakan erupsi papular kronik dan residif.
Berdasarkan definisi, prurigo adalah peradangan kronis di kulit ditandai dengan papul dengan vesikel
di atasnya, disertai rasa gatal, kerap kali menyerang anak-anak. Terdapat berbagai macam prurigo.
Salah satunya ialah prurigo nodularis.1
Prurigo Nodularis adalah kondisi kulit kronis yang sangat gatal yang ditandai dengan papula dan
nodul hiperkeratosis lokal atau umum yang biasanya berdistribusi simetris. Prurigo Nodularis disertai
dengan pruritus yang berlangsung lama dan diduga berkembang sebagai reaksi terhadap garukan
berulang pada pasien chronic prurigo dari berbagai etiologi termasuk dermatologis, sistemik, infeksi,
dan psikiatri. Inisiasi siklus gatal-garuk melanggengkan perkembangan Prurigo Nodularis dan
menjelaskan kecenderungan distribusi simetris lesi. Lesi dapat berjumlah dari beberapa hingga
ratusan, dan ukurannya bisa sangat bervariasi. 2
Penyebab dari prurigo nodularis belum diketahui, namun serangan gatal dapat timbul bila
ditemukan atau mengalami ketegangan emosional pada pendertia. Penyakit ini dianggap sebagai
neurdodermatitis sirkumskripta bentuk nodular atipik.1
Pruritus merupakan suatu gejala yang dapat timbul di berbagai penyakit. Tiap penderita memiliki
sensitivitas dan toleransi yang berbeda-beda terhadap pruritus. Perkembangan keparahan prurigo
tergantung pada penyakit sistemik yang mendasari dan menginduksi nya sehingga terjadi siklus gatal-
garuk yang terus menerus berulang pada penderita prurigo. Menggaruk kronis sendiri tampaknya
mengubah lingkungan di dermis dan epidermis. Pada peneuman terbaru, patogenesis Prurigo
nodularis menunjukan adanya interaksi kompleks antara stokin pro-inflamasi dan zat pruritogenik,
disamping itu terjadi peningkatan konsentrasi lokal neuropeptida di kulit lesi yang dimana hal ini
diduga bertanggung jawab atas perubahan kepadatan saraf dan proses peradangan kulit pada penderita
prurigo nodularis dibuktikan dengan peningkatan kadar neuropeptida dan neu rohyperplasia. 2

BAB II
LAPORAN KASUS

A. Identitas Pasien
Nama : An. A
Jenis Kelamin : Laki-laki
Usia : 10 tahun
Tanggal Periksa : 06 September 2021
Alamat : Pallangga

B. Anamnesis
Anamnesis dilakukan secara autoanamnesis pada Tn.A dan alloanmnesis pada ibu dari pasien.
Anamnesis dilakukan pada tanggal 06 September 2021 di Poli Kulit dan Kelamin RS Syekh
Yusuf Gowa.
1. Keluhan Utama
Pasien datang dengan mengeluhkan rasa sangat gatal pada kedua tungkai kaki, gatal
dirasakan terus-menerus yang meningkat pada malam hari. Pasien tidak mengeluhkan nyeri
pada tungkai kaki. Gatal juga pernah dirasakan pada bagian lengan namun telah hilang.
Pasien juga mengeluhkan bintil kemerahan, bercak hiperpigmentasi, dan bintil yang pecah
akibat garukan pada bagian tungkai yang gatal.
2. Riwayat Penyakit Dahulu
Riwayat Penyakit Seperti Ini : disangkal
Riwayat Alergi : disangkal
Riwayat Pengobatan : Pemberian Salep dan pernah berobat 1 tahun yang lalu
dengan keluhan timbulnya urtikari pada seluruh tubuh.
3. Riwayat Penyakit Keluarga
Tidak ada keluarga yang mengalami keluhan yang sama

4. Riwayat Sosial Ekonomi


Riwayat Merokok : disangkal
Riwayat Alkohol : disangkal

C. Pemeriksaan Fisik
Status Dermatologis
Lokasi : Ad regio Cruris Dextra et Sinistra
Effloresensi : Tampak Nodul multipel ukuran miliar sampai lentikular
bentuk irreguler, sirkumpskrip, tersebar simetris disertai
makula hiperpigmentasi dan ekskoriasi.
D. Diagnosis
Prurigo Nodularis

E. Diagnosis Banding
1. Neurodermatitis
2. Dermatofibroma
3. Keratoakantoma

F. Penatalaksanaan
1. CTM (Chlorpheniramine maleat) 1/2 tab
Eritromisin 400 mg
Metil Prednisolon 1/2 tab 4 mg
2. Desoximethasone + Fucilex + SS310 + Moisderm

G. Resume

Pasien laki-laki usia 10 tahun datang ke Poli Kulit dan Kelamin RS Syekh
Yusuf Gowa dengan keluhan tampak Papul multipel ukuran miliar bentuk
irreguler, sirkumpskrip, tersebar simetris disertai makula hiperpigmentasi
dan ekskoriasi pada regio cruris dextra et sinistra, lesi disertai rasa sangat
gatal terus menerus yang meningkat pada malam hari. Pasien memiliki
riwayat siklus gatal-garuk karena mengeluhkan sangat gatal pada kedua
tungkainya. Riwayat penyakit dahulu dilaporkan pernah mengeluhkan
timbulnya makula eritem meninggi dan sangat gatal, riwayat alergi (-),
riwayat pengobatan pernah memberikan salep pada lesi yang gatal, riwayat
keluarga (-).

H. Prognosis

1. Ad Vitam : bonam
2. Ad Functionam : bonam
3. Ad Sanationam : dubia ad bonam
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi
Prurigo Nodularis adalah kondisi kulit kronis yang sangat gatal yang ditandai

dengan papula dan nodul hiperkeratosis lokal atau umum yang biasanya berdistribusi

simetris. Prurigo Nodularis disertai dengan pruritus yang berlangsung lama dan diduga

berkembang sebagai reaksi terhadap menggaruk berulang pada pasien. 2


Lesi didistribusikan secara simetris dengan keterlibatan permukaan ekstensor

ekstremitas. Pruritus Prurigo Nodularis yang parah merupakan kontributor morbiditas

yang signifikan bagi pasien dan umumnya muncul dalam konteks kondisi pruritus yang

diketahui sebelumya. Hal ini terkait dengan kondisi dermatologis lainnya, seperti

dermatitis atopik dan penyakit sistemik lainnya. Contoh dari penyakit sistemik yang

terkait dengan PN termasuk disfungsi hati atau ginjal, hipertiroidisme, metabolisme

disfungsi, proses inflamasi, faktor psikologis, dan keganasan. 3

B. Epidemiologi
Meskipun kejadian Prurigo nodularis cukup sering secara klinis, studi tentang

prevalensi dan kejadian prurigo nodulris sampai saat ini hanya terdiri dari studi kasus

kecil dan laporan kasus. Untuk memastikan kejadian Prurigo nodularis, telah dilakukan

studi survei di 14 negara dan menunjukkan bahwa 60% responden, rata-rata kurang dari

lima pasien Prurigo nodularis per bulan datang ke klinik.


Secara keseluruhan, studi epidemiologi masih kurang. Mayoritas pasien dengan

Prurigo nodularis hadir antara usia 51 dan 65, meskipun beberapa kasus pada kelompok

usia lain telah telah dijelaskan, termasuk pasien anak. Beberapa kelompok telah

menunjukkan bahwa individu dengan atopik memiliki predisposisi onset usia yang lebih

muda.2 Individu dengan dermatitis atopik relatif lebih muda, dengan usia rata-rata 45

tahun. Prevalensi Prurigo Nodularis meningkat seiring bertambahnya usia, dengan

prevalensi puncak terlihat antara 50 dan 59 tahun.


Lebih lanjut baru-baru ini, studi terbesar untuk menyelidiki demografi

dankomorbiditas yang terkait dengan Prurigo Nodularis menentukan bahwa African

Orang Amerika 3,4 kali lebih mungkin memiliki Prurigo Nodularis daripada kulit putih.

Dalam penelitian yang sama, ditemukan korelasi baru yang signifikanantara kejadian

Prurigo Nodularis dengan berbagai penyakit sistemik termasuk PPOK, dan gagal

jantung.2

C. Etiopatogenesis
Kausa penyakit ini belum diketahui, tetapi serangan-serangan gatal timbul bila

terdapat atau mengalami keegangan emosional. Penyakit ini dianggap sebagai

neurodermatitis sirkumskripta bentuk nodular atipik. 1 Gatal kronis dan garukan

berkepanjangan tampaknya berperan peran penting pada penyakit ini, menghasilkan

siklus gatal-garuk yang dapat memperberat dan mengarah ke lesi prurigo kronis. 4
Etiologi pruritus kronis dapat bersifat dermatologis, sistemik, neurologis,

psikiatri/psikosomatik, multifaktorial, atau idiopatik. 4


Patofisiologi Prurigo Nodularis masih menjadi kontroversi. Trauma mekanis kronis

dan / atau berulang atau serangan gesekan yang kuat pada kulit menyebabkan hiperplasia

epidermal yang mengakibatkan penebalan kulit. Penggosokan / garukan mekanis yang

berulang tidak hanya menghasilkan pembentukan plak dan nodul, seringkali dengan

likenifikasi; tetapi juga menimbulkan perubahan dyschromic, biasanya hiperpigmentasi.

Gatal pada PN biasanya episodik, parah, dan tidak terkendali dan cenderung terjadi pada

titik-titik tertentu yang akhirnya berubah menjadi plak nodul hiperpigmentasi dengan

ekskoriasi, pengerasan kulit, dan terkadang infeksi bakteri sekunder. 6


Studi imunohistokimia telah menunjukkan peningkatan jumlah serabut saraf dermis di

dermis papiler. Telah didalilkan bahwa saraf epidermis tipis dan tidak bermielin adalah

transmitter dari prurigo yang berat. Faktor pertumbuhan saraf (NGF) dan reseptornya,

reseptor tirosin kinase A (TrkA), diekspresikan berlebih pada lesi PN. Mereka mungkin

juga terkait dengan peningkatan pelepasan dan akumulasi neuropeptida, seperti substansi

P dan peptida terkait gen kalsitonin. Menariknya, biopsi kulit yang diambil dari lesi PN

cenderung menunjukkan penurunan kepadatan serat saraf intraepidermal (bukan dermal)


secara signifikan. Meskipun temuan ini menimbulkan keraguan tentang beberapa

neuropati serabut saraf kecil subklinis yang berkontribusi pada patofisiologi, penelitian

terbaru menunjukkan bahwa penurunan ini sebenarnya mungkin sekunder untuk garukan

kronis. Hal ini dikonfirmasi pada pengamatan pemulihan kepadatan serat saraf

intraepidermal pada penyembuhan lesi yang lengkap Peran sitokin T helper, T helper 1

dan T helper 2. Penemuan ini menunjukkan bahwa sitokin Th2 memainkan peran utama

dalam patogenesis prurigo nodularis.6


Bagaimana faktor-faktor emosional dari penyakit dermatologis masih belum jelas

dalam hal nya mengubah persepsi gatal. Dikatakan bahwa neurotransmiter yang

mempengaruhi suasana hati, seperti dopamin, serotonin, atau peptida opioid dapat

memodulasi persepsi gatal melalui jalur Medulla Spinalis. Sehingga itulah salah satu

alasan mengapa prurigo nodularis dapat dipengaruhi oleh faktor emosional. 7


Pada tingkat mikroskopis, peningkatan jumlah Sel-sel Merkel juga terlihat setara

dengan serabut saraf dermal dan sel mast pada prurigo nodularis. Diperkirakan bahwa

kompleks ini dapat memediasi peningkatan siklus gata-garuk pada pasien ini. Faktor

Pertumbuhan Saraf/ Nerve Growrth Factor (NGF) diekspresikan secara berlebihan pada

lesi prurigo nodularis dan telah hal inilh yang berhubungan dengan patogenesis

hiperplasia saraf kulit yang khas terlihat.7


NGF diproduksi dan dilepaskan oleh sel mast, yang meningkat dalam jumlah dan

ukuran pada pemeriksaan histologis. Hal ini meningkatkan ekspresi neuropeptida, seperti

peptida terkait gen kalsitonin dan substansi P.Ini dianggap memediasi peradangan dan

gatal.7

D. Faktor Risiko dan Faktor Pencetus


1. Dermatologi
Beberapa penelitian telah menunjukkan kondisi dermatologis sebagai etiologi

utama Prurigo Nodularis, hingga 82%. Prurigo Nodularis telah dikaitkan dengan

berbagai kondisi dermatologis, terutama dermatitis atopik (hingga 46%). Kondisi

dermatologis lain yang telah dikaitkan dengan Prurigo Nodularis adalah limfoma

sel-T kulit, lichen planus, xerosis cutis, keratoacanthoma, dan pemfigoid bulosa. 5
2. Sistemik
Penyebab sistemik dan metabolik telah terlibat dalam 38% hingga 50% kasus

Prurigo Nodularis. Beberapa penyakit sistemik yang beresiko menimbulkan Prurigo

Nodularis adalah gagal ginjal kronis, penyakit hati (hepatitis B kronis, kolangitis

bilier primer, hepatitis kolestatik autoimun kronis), HIV, penyakit tiroid, diabetes

dan keganasan, khususnya limfoma non-Hodgkin. Penelitian sebelumnya

menemukan bahwa pruritus paling kuat terkait dengan kanker hati, kulit, dan sistem

hematopoietik. Keganasan yang lebih jarang yang telah dikaitkan dengan Prurigo

Nodularis adalah karsinoma sel transisional metastatik dari kandung kemih dan

limfoma Hodgkin. Penyebab sistemik lain yang kurang umum terkait adalah asam

urat, anemia defisiensi besi, dan penyakit celiac.5


3. Penyakit Menular
Sejumlah penyebab infeksi telah terlibat dalam Prurigo Nodularis. Beberapa

penyebab infeksi atau parasit yang telah dilaporkan adalah Mycobacterium

tuberculosis, Ascaris lumbricoides, Helicobacter pylori, Strongyloides stercoralis,

dan herpes zoster. Dalam beberapa kasus, telah ditemukan bahwa pengobatan dan

resolusi infeksi telah menyelesaikan Prurigo Nodularis dan gejala pruritus.

Meskipun penelitian dan laporan tersebut di atas telah menghubungkan agen infeksi

dengan Prurigo Nodularis, masih ada kekurangan bukti kuat untuk hubungan kausal

langsung antara prurigo nodularis dengan penyakit-penyakit infeksi tersebut. 5


4. Obat-obatan
Obat-obatan Obat-obatan telah dilaporkan sebagai penyebab Prurigo

Nodularis. Ada laporan yang melibatkan terutama agen terapi kanker. Dalam

sebuah penelitian yang dilakukan, 384 dari 1000 pasien yang menjalani kemoterapi

mengalami gangguan kulit. Dari 384, 0,8% terhadu perkembangan ke arah prurigo

nodularis. Secara khusus, pembrolizumab, paclitaxel, dan carboplatin telah

dikaitkan dengan perkembangan Penyakit ini. Dengan agen terapi ini diperkirakan

bahwa aktivasi sistem imun yang persisten berkontribusi pada patogenesis Prurigo

Nodularis.5
5. Psikis
Prurigo Nodularis telah secara signifikan dikaitkan dengan depresi,

kecemasan, dan pengalaman disosiatif, yang semuanya dapat menyebabkan pruritus

psikogenik. Pruritus psikogenik ini kemudian dianggap mengarah ke Prurigo

Nodularis. Namun, pruritus psikogenik harus dibedakan dari ekskoriasi neurotik

(juga dikenal sebagai dermatotilomania), yang ditandai dengan garukan atau

pemetikan kulit yang berlebihan, yang menyebabkan lesi kulit. Dermatotillomania

dikategorikan sebagai gangguan impuls dan sering dikaitkan dengan gangguan

impuls psikiatri primer lainnya.5


6. Neurologis
Gatal neuropatik adalah kondisi patologis karena beberapa kerusakan saraf

atau glial. Ini memiliki banyak penyebab termasuk kompresi atau degenerasi serat

saraf lokal. Meskipun lebih umum melibatkan sistem saraf perifer (PNS), gatal

neuropatik juga dapat berasal dari kerusakan di dalam sistem saraf pusat (SSP).

Etiologi PNS proksimal adalah polineuropati, neuralgia pascaherpes, pruritus

brakioradial, notalgia paraesthetica, dan neuropati jebakan lainnya. Etiologi PNS

distal termasuk neuropati serat kecil, kulit sensitif, atau gatal pasca-luka bakar.5

E. Manifestasi Klinis
Prurigo nodularis merupakan penyakit kulit kronik dan terutama mengenai

perempuan. Lesi berupa nodus, dapat tunggal atau multipel, mengenai ekstremitas,

terutama pada permukaan anterior tungkai atas dan bawah. Lesi sebesar kacang polong

atau lebih besar, keras, dan berwarna merah atau kecokelatan. Bila perkembangannya

sudah lengkap, maka lesi tersebut akan berubah menjadi verukosa dan hiperpigmentasi

sehingga pasien menjadi frustasi.1


Perjalanan penyakit prurigo nodularis termasuk keluhan utama dan keluhan

tambahan. Kelainan kulit dimuiai dengan papuia-papula miliar pada bagian ekstensor

ekstremitas, yang makin membesar membentuk nodus-nodus lentikular. Terasa sangat


gatal dan kadang-kadang terjadi infeksi sekunder. jika ada infeksi timbul limfadenopati.

Effloresensi prurigo nodularis ialah Nodul lentikular berwarna hitam tersebar sepanjang

tungkai bagian ekstensor. Nodula dikelilingi daerah hiperpigmentasi. 8


Nodul prurigo bervariasi dalam ukuran 0,5-3 cm dan keras pada palpasi. Permukaan

mungkin hiperkeratotik atau kawahiformis. Sering ada ekskoriasi yang berlebihan.

Pruritus biasanya parah. Anggota badan yang terpengaruh dalam banyak kasus, terutama

aspek ekstensor, abdomen dan sacrumi. Wajah dan telapak tangan jarang terlibat namun,

nodul mungkin terjadi pada setiap situs yang dapat dijangkau oleh pasien. Lesi dapat

bervariasi jumlahnya dari sedikit hingga lebih dari seratus. Nodul sembuh dengan pasca

inflamasi hiper atau hipopigmentasi dengan atau tanpa jaringan parut. 7

F. Diagnosis
Diagnosis didasarkan pada kriteria berikut : pruritus kronis (>6 minggu), riwayat

atau tanda-tanda menggaruk berulang (misalnya, ekskoriasi, bekas luka), dan adanya lesi

pruritus multipel atau generalisata (definisi lesi gatal: papula ekskoriasi, bersisik, atau

berkrusta, dan nodul atau plak, seringkali dengan pusat berwarna keputihan atau merah

muda dan batas hiperpigmentasi). Untuk setiap pasien, data demografi dan klinis(yaitu,

jenis kelamin, usia, tinggi badan, berat badan, indeks massa tubuh, pinggang lingkar,

riwayat pribadi dan keluarga prurigo nodularis kronik, usia saat onset prurigo nodularis

kronik, lokasi anatomi lesi kulit, durasi penyakit, manifestasi atopik, penyakit penyerta

lainnya, pengobatan sebelumnya dan saat ini, dan obat-obatan) diperoleh dari riwayat

klinis tiap penderita.10


Pada pasien dengan prurigo nodularis yang dicurigai sebagai penyebab sistemik

yang mendasari pruritus, hitung darah lengkap dengan hitung diferensial, ginjal, hati, dan

tes fungsi tiroid dapat dilakukan. Pemeriksaan foto thorax dapat diperoleh untuk

menyaring limfoma. Pengujian HIV juga dapat diindikasikan. Kebutuhan akan lebih

banyak evaluasi ekstensif dapat dilakukan berdasarkan riwayat pasien dan hasil tes di

atas.7
Pada bagian histopatologi, lichen simpleks kronikus menunjukkan berbagai tingkat

hiperkeratosis dengan para dan orthokeratosis, hipergranulosis, dan psoriasifor


hiperplasia epidermis. Dermis papiler menunjukkan penebalan kolagen dengan bundel

kolagen kasar dan garis vertikal. Ada inflamasi variabel \di sekitar pleksus vaskular

superfisial dengan limfosit, histiosit, dan eosinofil. Biopsi juga dapat mengungkapkan

gangguan pruritus primer yang menyebabkan likenifikasi sekunder, seperti psoriasis.

Temuan epidermal pada prurigo nodularis adalah mirip dengan lichen simpleks kronikus.

Lesi lebih papular dengan hiperplasia epidermal bulbous. Perubahan dermal papil laring

juga menyerupai lichen simplex kronis. Mungkin ada hipertrofi saraf kulit dengan

bundel saraf menebal dan peningkatan serabut saraf dengan pewarnaan S-100. Temuan

ini terlihat pada minoritas kasus dalam studi baru-baru ini. 7

G. Diagnosis Banding
1. Neurodermatitis / Liken Simplex Kronikus
Neurodermatitis merupakan peradangan kulit kronis, gatal, sirkumsrip,

ditandai dengan kulit tebal dan garis kulit tampak lebih menonjol (likenifikasi)

menyerupai kulit batang kayu. Lesinya biasanya tunggal berupa plak eritematosa,

lambat laun edema dan eritem menghilang, bagian tengah berskuama menebal

likenifikasi dan ekskoriasi dengan bagian sekitarnya hiperpigmentasi. 1


Liken simpleks kronikus (LSC) adalah penebalan kulit dengan penskalaan

variabel yang timbul akibat garukan atau gosokan berulang. Liken simpleks

kronikus bukanlah proses primer. Sebaliknya, seseorang merasakan pruritus di area

kulit tertentu (dengan atau tanpa patologi yang mendasarinya) dan menyebabkan

trauma mekanis hingga titik likenifikasi.12


2. Dermatofibroma
Dermatofibroma adalah tumor jinak yang sering terjadi pada ekstremitas

bawah. Penyakit ini dapat menyerang semua usia, tetapi paling sering terjadi pada

usia 20-30 tahun. Lesi berupa papul atau nodul, soliter atau multipel, berwarna

merah muda hingga kecoklatan. Sebagian besar lesi dermatofibroma bersifat

asimtomatis, meskipun dapat terasa gatal maupun nyeri. Lesi dapat tumbuh dengan

cepat, tetapi dapat pula menetap dengan ukuran yang sama.1 Berdasarkan gambaran

histopatologis, lesi dermatofibroma dibentuk terutama oleh kolagen dan fibroblas


yang tersusun secara tidak teratur. Dermatofibroma asimtomatis tidak memerlukan

terapi, tetapi pada beberapa lesi yang simtomatis dan sering mengalami trauma

dapat diberikan terapi, berupa steroid topikal, injeksi steroid intralesi, bedah beku,

eksisi, laser ablatif, atau laser fraksional CO2.13


Gambaran klinis dermatofibroma berupa nodul asimtomatis, berwarna

kecoklatan, merah muda, atau sewarna kulit, dengan diameter beberapa milimeter

hingga dua sentimeter. Pada beberapa kasus dapat disertai rasa gatal atau nyeri.

Pada palpasi, lesi kulit tampak melekat pada jaringan subkutan. Penekanan pada

tepi lesi akan memperlihatkan dimple sign. Sebagian besar dermatofibroma berupa

lesi tunggal, tetapi pada 10% orang akan mengalami dua hingga lima lesi. 13
3. Keratoakantoma
Keratoakantoma adalah suatu tumor jinak kulit yang berasal dari sel skuamosa.

Penyebabnya tidak diketahui, diduga erat hubungannya dengan sinar matahari.

Insiden usianya pada dewas dan lebih sering pada pria. Ada dua bentuk yaitu

Keratoakantoma solitar: mula-mula timbul bintik kecil yang dalam beberapa

minggu cepat membesar menjadi papula dan nodula dengan permukaan licin.

Bentuk kedua ialah Keratoakantoma multipel: ukuran sama dengan yang solitar,

hanya jumlahnya banyak. Nodula-nodula berbatas tegas dan teleangiektasia pada

pinggir-pinggir nodula. Lokalisasi penyakit ini ialah Wajah, lengan, telinga, telapak

tangan dan kaki. Effloresensinya ialah bagian tengah tampak hiperkeratosis,

sekeliling nodula tampak teleangiektasia. Pada pemeriksaan histopatologis

epidermis tampak invaginasi berisi keratin, pada dasarnya tampak akantosis dan

hiperplasia, sel epidermis tampak hiperkeratinisasi, memberi gambaran kaca yang

merah.8

H. Penatalaksanaan
Prinsip penatalaksanaan menghambat siklus gatal-garuk dan mengatasi kemungkinan

penyakit sistemik yang mendasari pruritus. Terdapat beberapa obat/tindakan yang dapat
dipilih sesuai dengan indikasi sebagai berikut:
1. Topikal
a. Kortikosteroid dengan oklusi (dengan pengawasan dokter) atau kortikosteroid

superpoten.
b. Kalsipotriol
c. Antipruritus non steroid, misalnya capsaicin, mentol, dan fenol
d. Emolien
e. Takrolimus
2. Sistemik
a. Antihistamin sedatif atau antidepresan trisiklik
b. Sedating serotonin reuptake inhibitors (SSRIs)
c. Siklosporin
3. Tindakan
a. Triamsinolon asetonid intralesi 5-10 mg/ml. Dosis 0,1.-0,2 ml pada tiap tempat

suntikan dengan jarak suntikan 1 kali seminggu.


b. Bedah beku
c. Fototerapi: broad band atau narrow band ultraviolet B, psoralen dengan ultraviolet

A (PUVA) dan fototerapi A-1.11

I. Prognosis

1. Ad Vitam : bonam
2. Ad Functionam : bonam
3. Ad Sanationam : dubia ad bonam
BAB IV
PEMBAHASAN

Pada laporan kasus ini membahas mengenai pasien laki-laki berusia 10 tahun
datang dengan keluhan rasa sangat gatal pada kedua tungkai kaki, gatal dirasakan
terus-menerus yang meningkat pada malam hari. Lesi yang timpul tampak nodul
multipel ukuran miliar sampai lentikuler bentuk irrefuler, sirkumskrip, tersebar
simetris disertai makula hiperpigmentasi dan ditemukan pula ekskoriasi. Dengan
gejala dan lesi yang ditimbulkan maka pasien didiagnosis dengan Prurigo nodularis.
Dari hasil anamnesis, pasien tidak memiliki riwayat alergi dan riwayat keluarga tidak
memiliki penyakit yang sama. Pasien tidak memiliki kebiasaan merokok dan
mengonsumsi alkohol. Penyakit ini bersifat kronik residif, dimana secara
etiopatogenesis dapat timbul oleh karena terjadi ketegangaan emosional.
Dari status dermatologisnya didapatkan letak lesi yang menunjukkan tempat
predileksi prurigo nodularis yaitu di daerah extremitas. Dari effloresensi didapatkan
nodul multipel ukuran miliar sampai lentikuler bentuk irrefuler, sirkumskrip, tersebar
simetris disertai makula hiperpigmentasi. Dari gambaran klinis tersebut sangat
menunjang diagnosis Prurigo Nodularis.
Terapi medikamentosa pada pasien ini diberikan secara topikal dan sistemik.
Terapi topikal yang diberikan topikal kortikosteroid dengan oklusi (dengan
pengawasan dokter) atau kortikosteroid superpoten, dapat pula diberikan Kalsipotriol,
ataupun Antipruritus non steroid, misalnya capsaicin, mentol, dan fenol, selain itu
dapat diberikan Emolien ataupun Takrolimus. Terapi sistemik yang dapat diberikan
ialah Antihistamin sedatif atau antidepresan trisiklik, Sedating serotonin reuptake
inhibitors (SSRIs), Siklosporin.
Penyakit ini bersifat kronis dan setelah sembuh dengan pengobatan biasanya
residif.
BAB V
KESIMPULAN

Prurigo Nodularis adalah kondisi kulit kronis yang sangat gatal yang ditandai

dengan papula dan nodul hiperkeratosis lokal atau umum yang biasanya berdistribusi

simetris. Prurigo Nodularis disertai dengan pruritus yang berlangsung lama dan diduga

berkembang sebagai reaksi terhadap menggaruk berulang pada pasien.


Lesi didistribusikan secara simetris dengan keterlibatan permukaan ekstensor

ekstremitas. Pruritus Prurigo Nodularis yang parah merupakan kontributor morbiditas

yang signifikan bagi pasien dan umumnya muncul dalam konteks kondisi pruritus yang

diketahui sebelumya. Hal ini terkait dengan kondisi dermatologis lainnya, seperti

dermatitis atopik dan penyakit sistemik lainnya. Contoh dari penyakit sistemik yang

terkait dengan PN termasuk disfungsi hati atau ginjal, hipertiroidisme, metabolisme

disfungsi, proses inflamasi, faktor psikologis, dan keganasan.


Kausa penyakit ini belum diketahui, tetapi serangan-serangan gatal timbul bila

terdapat atau mengalami keegangan emosional. Penyakit ini dianggap sebagai

neurodermatitis sirkumskripta bentuk nodular atipik. 1 Gatal kronis dan garukan

berkepanjangan tampaknya berperan peran penting pada penyakit ini, menghasilkan

siklus gatal-garuk yang dapat memperberat dan mengarah ke lesi prurigo kronis.
Diagnosis didasarkan pada kriteria berikut : pruritus kronis (>6 minggu), riwayat

atau tanda-tanda menggaruk berulang (misalnya, ekskoriasi, bekas luka), dan adanya lesi

pruritus multipel atau generalisata (definisi lesi gatal: papula ekskoriasi, bersisik, atau

berkrusta, dan nodul atau plak, seringkali dengan pusat berwarna keputihan atau merah

muda dan batas hiperpigmentasi). Untuk setiap pasien, data demografi dan klinis(yaitu,

jenis kelamin, usia, tinggi badan, berat badan, indeks massa tubuh, pinggang lingkar,

riwayat pribadi dan keluarga prurigo nodularis kronik, usia saat onset prurigo nodularis

kronik, lokasi anatomi lesi kulit, durasi penyakit, manifestasi atopik, penyakit penyerta
lainnya, pengobatan sebelumnya dan saat ini, dan obat-obatan) diperoleh dari riwayat

klinis tiap penderita.

DAFTAR PUSTAKA

1. Sitohang IBS, S, Wasitatmadja SM. Akne Vulgaris. Dalam :Sri Linuwih SW Menaldi,

editor. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Edisi ke-7. Jakarta: Badan Penerbit FKUI;

2015. h.315-316.
2. Kowalski, E. H., Kneiber, D., Valdebran, M., Patel, U., & Amber, K. T. (2019).

Treatment-resistant prurigo nodularis: Challenges and solutions. Clinical, Cosmetic and

Investigational Dermatology, 12, 163–172. https://doi.org/10.2147/CCID.S188070


3. Hughes, J.-D. M., Woo, T. E., Belzberg, M., Khanna, R., Williams, K. A., Kwatra, M.

M., … Kwatra, S. G. (2020). Association between Prurigo Nodularis and Etiologies of

Peripheral Neuropathy: Suggesting a Role for Neural Dysregulation in Pathogenesis.

Medicines, 7(1), 4. https://doi.org/10.3390/medicines7010004


4. Arrieta, A., Jaka, A., del Alcázar, E., Blanco, M., & Carrascosa, J. M. (2021).

Phototherapy for Prurigo Nodularis: Our Experience and a Review of the Literature.

Actas Dermo-Sifiliográficas (English Edition), 112(4), 339–344.

https://doi.org/10.1016/j.adengl.2020.11.006
5. Kwon, C. D., & Khanna, R. (2019). obat. https://doi.org/10.3390/obat-obatan6040097
6. Harlim A,(2016), Buku Ajar Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin Alergi Kulit. Fakultas

Kedokteran Universitas kristen Indonesia. Jakarta : Badan Penerbit FK UKI; 2016 h.27.
7. Lapeere H, Boone B, Schepper SD, Verhaeghe E, Gele MV, Ongenae K, et al.

Hypomelanoses and hypermelanoses. In: Goldsmith LA, Katz SI, Gilchrest BA, Paller

AS, Leffel DJ, Wolff K, eds. Fitzpatrick’s dermatology in general medicine, 8th ed, vol

1. New York: Mc Graw Hill, 2012:


8. Siregar Sp.KK(K), P. D. R. S. (2005). Atlas Berwarna Saripati Penyakit Kulit. Egc.
9. WALZER, A. (1947). Prurigo nodularis. Archives of Dermatology and Syphilology,

55(3), 423.
10. Chiricozzi, A., Maurelli, M., Gori, N., Argenziano, G., De Simone, C., Calabrese, G., …
Peris, K. (2020). Dupilumab improves clinical manifestations, symptoms, and quality of

life in adult patients with chronic nodular prurigo. Journal of the American Academy of

Dermatology, 83(1), 39–45. https://doi.org/10.1016/j.jaad.2020.03.049


11. Neo, A. G., Pérez, A., López, C., Castedo, L., & Tojo, G. (2009). Photocyclization of

tosylstilbenes as a key reaction in the preparation of an analogue of the antitumor agent

CC-1065. Journal of Organic Chemistry (Vol. 74). https://doi.org/10.1021/jo900140t


12. Strumia, R. (2016). Lichen simplex chronicus. Dermatological Cryosurgery and

Cryotherapy, 511–512. https://doi.org/10.1007/978-1-4471-6765-5_93


13. Sutedja, E. K., Sori, P. R., Fatmasari, D., Feriza, V., Ilmu, D., Kulit, K. Sadikin, H.

(2020). Dermatofibroma Treated with Intralesional Injection OF, (38), 192–195.

Anda mungkin juga menyukai