Anda di halaman 1dari 9

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Liken simpleks kronikus (LSK) merupakan peradangan kulit kronis,

gatal, dan sirkumskrip yang ditandai dangan penebalan kulit dan kulit tampak

lebih menonjol (likenifikasi) akibat garukan atau gosokan yang berulang-ulang.

Liken simpleks kronikus disebut juga sebagai neurodermatitis sirkumskripta atau

liken vidal (Sularsito, 2015). Liken simpleks kronikus ini bukanlah suatu proses

yang primer, sebaliknya pasien merasakan gatal pada area kulit tertentu dan

menyebabkan adanya trauma mekanik akibat garukan sehingga timbul

likenifikasi (Hogan, et al., 2014).

Bentuk lesi dari liken simpleks kronikus pada awalnya berupa plak

eritematosa dan sedikit edematosa, yang lambat laun edema dan eritema akan

menghilang. Pada bagian tengah berskuama dan menebal, disekitarnya

hiperpigmentasi, dan batas tidak jelas (Sularsito, 2015). Lokasi lesi paling sering

adalah di daerah skapula, samping leher, ekstensor ekstremitas, pergelangan

kaki, dan daerah anogenital. Namun dapat ditemukan juga pada daerah lain

terutama daerah-daerah yang terjangkau oleh tangan (Goldsmith, et al.,2012).

Liken simpleks kronikus lebih sering ditemukan pada wanita

dibandingkan pria dengan perbandingan 2:1(Lotti, et al., 2008). Liken simpleks

kronikus jarang terjadi pada anak-anak. Puncak insidennya adalah pada umur

antara 30 dan 50 tahun. Liken simpleks kronikus dapat ditemui pada semua ras.

Namun, sejumlah ahli mengklaim bahwa liken simpleks kronikus lebih sering

pada orang Asia dan orang Amerika-Afrika(Hogan,etal.,2014)


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi

Peradangan kulit kronis, gatal, sirkumskrip, ditandai dengan kulit tebal dan

garis kulit tampak lebih menonjol (likenifikasi) menyerupai kulit batang kayu,

akibat garukan atau gosokan yang berulang-ulang karena berbagai rangsangan

pruritogenik

2.2 Etiopatologi

Pruitus memainkan peran sentral dalam timbulnya pola reaksi kulit berupa

likenifikasi dan prurigo nodularis. Hipotesi mengenai pruritus dapat oleh karena

adanya penyakit penyakit yang mendasari, misalnya gagal ginjal kronis, obstruksi

saluran empedu, limfoma Hogkin, hipertiroidia, penyakit kulit seperti dermatitis

atopik, dermatitis kontak alergik, gigitan serangga, dan aspek psikologik dengan

tekanan emosi.

Pada prurigo nodularis jumlah eosinofil meningkat. Eosinofil berisi

protein X dan protein kationik yang dapat menimbulkan degranulasi sel mas.

Jumlah sel langerhans juga bertambah banyak. Saraf yang berisi CGRP

(calcitonin gene-related peptide) dan SP (Substance P), bahan imunoreaktif,

jumlahnya di dermis bertambah pada prurigo nodularis, tetapi tidak pada

neurodermatitis sirkumskripta. SP dan CGRP melepaskan histamin dari sel mas

yang selanjutnya akan memicu pruitus. Ekspresi faktor pertumbuhan saraf p75

pada membran sel Schwan dan sel perineurum meningkat, mungkin ini

menghasilkan hiperplasi neural.


2.3 Gejala Klinis

Penderita mengeluh gatal sekali, bila timbul malam hari dapat

mengganggu tidur. Rasa gatal memang tidak terus-menerus, biasanya pada waktu

tidak sibuk, bila muncul sulit ditahan untuk tidak digaruk. Penderita maerasa enak

bila digaruk : setelah luka, baru hilang rasa gatalnya untuk sementara (karena

diganti dengan rasa nyeri).

Lesi biasanya tunggal, pada awalnya berupa plak eritomatosa, sedikit

edematosa, lambat laun edema dan eritema menghilang, bagian tengah berskuama

dan menebal, likenifikasi dan ekskoriasi; sekitar hiperpigmentasi. Batas dengan

kulit tidak jelas. Gambaran klinis dipengaruhi juga oleh lokasi dan lamanya lesi.

Liken simplek kronik tidak biasa terjadi pada anak, tetapi pada usia

dewasa ke atas; puncak insiden pada usia antara 30 hingga 50 tahun. Wanita lebih

sering menderita daripada pria. Letak lesi dapat timbul di mana saja, tetapi yang

biasa ditemukan ialah di skalp, tengkuk, samping leher, lengan bagian ekstensor,

pubis, vulva, skrotum, perianal, paha bagian medial, lutut, tungkai bawah lateral,

pergelangan kaki bagian depan, dan punggung kaki. Neurodermatitis di daerah

tengkuk (lichen nuchae) umumnya hanya pada wanita, berupa plak kecil ditengah

tengkuk atu dapat meluas hingga ke skalp. Biasanya skuamanya banyak

menyerupai psoriasis

Variasi klinis LSC dapat berupa prurigo nodularis, akibat garukan atau

korekan tangan penderita yang berulang-ulang pada suatu tempat. Lesi berupa

nodus berbentuk kubah, permukaan mengalami erosi tertutup kusta dan skuama,

lambat laun menjadi keras dan berwarna lebih gelap (hiperpigmentasi). Lesi
biasanya multipel; lokalisasi tersering di ekstremitas; berukuran mulai beberapa

milimeter sampai 2 cm.

2.4 Histopatologi

Gambaran histopatologik neurodermatitis sirkumskripta atau LSC ini

berupa ortokeratosis, hipergranulosis, akantosis dengan rete ridges memanjang

teratur. Bersebukan sel radang limfosit dan histiosit di sekitar pembuluh darah

dermis bagian atas, fibroblas bertambah, kolagen menebal. Pada prurigo nodularis

akantosis pada bagian tengah lebih tebal, menonjol lebih tinggi dari permukaan,

sel Schwan berploliferasi, da terlihat hiperplasi neural. Kadang terlihat krusta

yang menutup sebagian epidermis.

2.5 Diagnosis

Diagnosis neurodermatitis sirkumskripta atau LSC ini di dasarkan

gambaran klinis, biasanya tidak terlalu sulit. Namun perlu dipikirkan

kemungkinan penyakit kulit lain yang memberikan gejala pruitus, misalnya liken

planus, liken amiloidosis, psoriasis, dan dermatitis atopik

2.6 Pengobatan

Secara umum perlu dijelaskan kepada penderita bahwa garukan akan

memperburuk keadaan penyakitnya. Oleh karena itu harus dihindari. Untuk

mengurangi rasa gatal dapat diberikan antipruitus, kortikostiroid topikal atau

intralesi, produk ter.

Antipruitus dapat berupa antihistamin yang mempunyai efek sedatif

(contoh : hidroksizin, difenhidramin, prometazin) atau tranquilizer. Dapat pula

diberikan krim doxepin 5% dalam jangka pendek (maksimum 8 hari).

Kortikostiroid yang dipakai biasanya berpotensi kuat, bila perlu dittutup dengan
penutup impermeable ; kalau masih tidak berhasildapat diberikan secara suntikan

intralesi, salep kortikostiroid dapat pula dikombinasikan dengan ter yang

mempunyai efek anti-imflamasi. Ada pula yang mengobati dengan UVB dan

PUVA. Perlu dicari kemungkinan ada penyakit yang mendasarinya, bila memang

ada juga harus di obati

Prognosis bergantung pada penyebab pruitus (penyakit yang mendasari),

dan status psikologik penderita.


BAB III

LAPORAN KASUS

A. IDENTITAS PASIEN

Nama : M.daud

Umur : 74 tahun

Jenis kelamin : laki-laki

Alamat : Dusun Gabungan

Agama : Islam

Suku : Aceh

Pekerjaan : Wiraswata

B. ANAMNESIS

Keluhan Utama : Gatal-gatal,eritem,likenifikasi,Skuama,ekskoriasi

Hiperpigmentasi pada kedua kaki dan tangan

Keluhan Tambahan : Tidak Ada

Telaah : Pasien datang dengan keluhan gatal-gatal, bercak

kemerahan, bersisik, kulit menebal dan menghitam

pada kedua kaki dan tangan yang dirasakan hilang

timbul sejak lebih kurang 5 tahun.

Riwayat Penyakit Dahulu : disangkal

Riwayat Penyakit Keluarga : disangkal

Riwayat Pemakaian Obat : disangkal

C. STATUS DERMATOLOGIS
Ruam Primer : Eritem

Ruam Skunder : likenifikasi, hiperpigmentasi, skuama, ekskoriasi

Lokasi : pergelangan kedua kaki dan tangan

D. RESUME :

Pasien datang dengan keluhan gatal-gatal, eritem, skuama, ekskoriasi,

likenifikasi, hiperpigmentasi pada regio pedis dan cruris bilateral yang

dirasakan hilang timbul sejak lebih kurang 5 tahun.

E. DIAGNOSA BANDING : Liken Simplek kronik

Statis Dermatitis

F. DIAGNOSA KERJA : Liken Simplek Kronik

G. PENATALAKSANAAN :

- Cetirizine 10 mg 1x1

- Desoximethason cr

- Asam salisilat 6 %
BAB IV

KESIMPULAN

Liken simpleks kronikus (LSK) merupakan peradangan kulit kronis, gatal,

dan sirkumskrip yang ditandai dangan penebalan kulit dan kulit tampak lebih

menonjol (likenifikasi) akibat garukan atau gosokan yang berulang-ulang. Liken

simpleks kronikus disebut juga sebagai neurodermatitis sirkumskripta atau liken

vidal (Sularsito, 2015). Liken simpleks kronikus ini bukanlah suatu proses yang

primer, sebaliknya pasien merasakan gatal pada area kulit tertentu dan

menyebabkan adanya trauma mekanik akibat garukan sehingga timbul

likenifikasi. Bentuk lesi dari liken simpleks kronikus pada awalnya berupa plak

eritematosa dan sedikit edematosa, yang lambat laun edema dan eritema akan

menghilang. Pada bagian tengah berskuama dan menebal, disekitarnya

hiperpigmentasi, dan batas tidak jelas (Sularsito, 2015). Lokasi lesi paling sering

adalah di daerah skapula, samping leher, ekstensor ekstremitas, pergelangan kaki,

dan daerah anogenital. Namun dapat ditemukan juga pada daerah lain terutama

daerah-daerah yang terjangkau oleh tangan.


DAFTAR PUSTAKA

1. Harris J.M.: Environmental associations with eczema in aerly life. Br J

Dermatol 144:527 (2001)

2. Harper J. Green A.: Scott G.: Gruendi E.: Dorobek B.: Cardno M. And Burtin

P.: First experience of topical SDZ ASM 981 in children with atopic

dermatitis. Br J Dermatol 144:781(2001)

3. Bingham E.A.: Guidelines to management of atopic dermatitis; in;

herper.J.:Orangem A, And Prose N,S: Text book of Pediactric Dermatology:

vol 1, pp. (blackwell Science Ltd.,oxford 2000)

4. McFadden J.P,: Contact allergy, irritancy and danger. Contact Dermatitis

(2000)

5. Odom R.B James W.D and Berger T.G.: Andrews Diseases of the Skin:

clinical dermatology, 9th ed. (W.B. Saundrers Company: Philadephia)

6. Valencia I.C.; Falabella A.: Kirsner R.S. and Eaglstein W.H.: Chonic Venous

insufficiency and venous leg ulceration. J Am Acad Dermatol 44:401(2001)

Anda mungkin juga menyukai