Anda di halaman 1dari 29

1

BAB I
PENDAHULUAN
1.

Latar Belakang
Neuroneurodermatitis sirkumkripta atau juga dikenal dengan liken
simpleks kronik adalah penyakit peradangan kronis pada kulit, gatal,
sirkumkripta, dank has ditandai dengan likenifikasi. Lesi biasanya disebabkan
garukan dan gosokan berulang, dengan gambaran likenifikasi berbatras tegas.
Neurodermatitis adalah suatu peradangan menahun pada lapisan kulit
paling atas yang menimbulkan rasa gatal. Penyakit ini menyebabkan bercak
penebalan kulit yang kering, bersisik dan berwarna lebih gelap, dengan bentuk
lonjong dan tidak beraturan. Disertai gejala garis kulit tampak menonjol
(likenifikasi), akibat garukan atau gosokan berulang karena berbagai
rangsangan pruritogenik.
Penyebab neuroneurodermatitis tidak diketahui, diduga akibat gigitan
serangga;

pakaian

yang

ketat;

neurodermatitis

seboroik;

psoriasis.Neuroneurodermatitis jarang terjadi pada anak anak. Insiden


puncak terjadi pada usia 30 50 tahun. Wanita lebih sering terjadi disbanding
pria. Pada wanita sering terjadi neuroneurodermatitis pada leher belakang saat
menopause.
Lesi biasnya tunggal, pada awalnya berupa plak eritematosa, sedikit
edematosa, lambat laun edema dan eritema menghilang, bagian tengah
berskuama

dan

menebal,

likenifikasi

dan

ekskoriasi;

sekitarnya

hiperpigmentasi, batas dengan kulit normal tidak jelas. Gambaran klinis


dipengaruhi juga oleh lokasi dan lamannya lesi. Letak lesi dapat timbul
dimana saja, tetapi yang biasa ditemukan ialah scalp, tengkuk, samping leher,
lengan bagian ekstensor, pubis, vulva, skrotum, perianal, paha bagain medial,

lutut, tungkai bawah lateral, pergelangan kaki bagian depan dan punggung
kakI
2.

Tujuan
1.
Tujuan Umum
Melakukan pendekatan

kedokteran

keluarga

terhadap

pasien

neurodermatitis dan keluarganya di Kelurahan Lapulu Kecamatan Abeli Kota


Kendari.
2.

Tujuan Khusus
a.

Mengetahui karakteristik (fungsi keluarga, bentuk keluarga, dan


siklus keluarga) keluarga pasien neurodermatitis.

b.

Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi timbulnya masalah


kesehatan pada pasien neurodermatitis dan keluarganya.

c.

Mendapatkan

pemecahan

masalah

kesehatan

pasien

neurodermatitis dan keluarganya.


3.
1.

Manfaat
Bagi Penulis
Menambah pengetahuan penulis tentang kedokteran keluarga, serta
penatalaksanaan neurodermatitis dengan pendekatan kedokteran keluarga.

2.

Bagi Tenaga Kesehatan


Sebagai bahan masukan kepada tenaga kesehatan agar setiap
memberikan penatalaksanaan kepada pasien neurodermatitis dilakukan secara
holistik dan komprehensif serta mempertimbangkan aspek keluarga dalam
proses penyembuhan

3.

Bagi Pasien dan Keluarga


Memberikan informasi kepada pasien dan keluargamya bahwa
keluarga juga memiliki peranan yang cukup penting dalam kesembuhan
pasien

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi
Neurodermatitis Sirkumskripta atau juga dikenal sebagai Liken Simpleks
Kronikus adalah peradangan kulit kronis, gatal, sirkumskrip, dan khas ditandai dengan
likenifikasi. Likenifikasi merupakan pola yang terbentuk dari respon kutaneus
akibat garukan dan gosokan yang berulang dalam waktu yang cukup lama.
Likenifikasi timbul secara sekunder dan secara histologi memiliki karakteristik
berupa akantosis dan hiperkeratosis, dan secara klinis tampak berupa penebalan
kulit, dengan peningkatan garis permukaan kulit pada daerah yang terkena
sehingga tampak serperti kulit batang kayu. 1,5,6

Gambar 1. Gambaran Likenifikasi pada Neurodermatitis Sirkumskripta 2

B. Epidemiologi
Neurodermatitis Sirkumskripta berlangsung secara kronis dan secara
epidemiologi lebih banyak menyerang kelompok dewasa yang berusia antara 3050 tahun. Namun pasien yang memiliki riwayat dermatitis atopik dapat menderita
neurodermatitis sirkumskripta pada onset usia yang lebih muda, yaitu rata-rata 19
tahun. Selain itu, neurodermatitis sirkumskripta terjadi lebih sering pada wanita

dibanding laki-laki dengan insidensi lebih banyak pada kelompok ras Asia dan
kelompok ras asli Amerika.5,6
C. Etiopatogenesis
Etiologi pasti neurodermatitis sirkumskripta belum diketahui, namun
diduga pruritus memainkan peranan karena pruritus berasal dari pelepasan
mediator atau aktivitas enzim proteolitik. Disebutkan juga bahwa garukan dan
gosokan mungkin respon terhadap stres emosional. Selain itu, faktor-faktor yang
dapat menyebabkan neurodermatitis seperti pada perokok pasif, dapat juga dari
makanan, alergen seperti debu, rambut, makanan, bahan- bahan pakaian yang
dapat mengiritasi kulit, infeksi dan keadaan berkeringat.5,6
Keadaan ini menimbulkan iritasi kulit dan sensasi gatal sehingga
penderita sering menggaruknya. Sebagai akibat dari iritasi menahun akan terjadi
penebalan kulit. Kulit yang menebal ini menimbulkan rasa gatal sehingga
merangsang penggarukan yang akan semakin mempertebal kulit.6,7,8
Liken simpleks kronis ditemukan pada regio yang mudah dijangkau
tangan untuk menggaruk. Sensasi gatal memicu keinginan untuk menggaruk atau
menggosok yang dapat mengakibatkan lesi yang bernilai klinis, namun
patofisiologi yang mendasarinya masih belum diketahui. 2,3 Hipotesis mengenai
pruritus dapat oleh karena adanya penyakit yang mendasari, misalnya gagal ginjal
kronis, obstruksi saluran empedu, limfoma Hodgkin, hipertiroidia, penyakit kulit
seperti dermatitis atopik, gigitan serangga, dan aspek psikologik dengan tekanan
emosi.9
Beberapa jenis kulit lebih rentan mengalami likenefikasi, contohnya
kulit yang cenderung ekzematosa seperti dermatitis atopi dan diathesis atopi. 7
Terdapat hubungan antara jaringan saraf perifer dan sentral dengan sel-sel
inflamasi dan produknya dalam persepsi gatal dan perubahan yang terjadi pada

liken simpleks kronis. Hubungan ini terutama dalam hal lesi primer, faktor fisik,
dan intensitas gatal.5,6,7
Pada
menggunakan

sebuah

studi

mengenai

liken

simpleks

kronis

dengan

P-phenylenediamine (PPD) yang terkandung dalam pewarna

rambut menunjukkan bahwa terjadi perbaikan bermakna secara klinis gejala liken
simpleks kronis setelah penghentian pajanan PPD; hal ini menunjukkan bahwa
dasar liken simpleks kronis adalah peran sensitisasi dan dermatitis kontak.7
D. Gejala Klinis
Keluhan dan gejala dapat mucul dalam waktu hitungan minggu sampai
bertahun-tahun. Keluhan utama yang dirasakan pasien dapat berupa gatal dan
seringkali bersifar paroxismal. Lesi kulit yang mengalami likenifikasi umumnya
akan dirasakan sangat nyaman bila digaruk sehingga terkadang pasien secara
refleks menggaruk dan menjadi kebiasaan yang tidak disadari. 7,9
Area predileksi neurodermatitis sirkumskripta antara lain berada di
tengkuk, occiput (liken Simpleks Nuchea), sisi leher, tungkai bawah, pergelangan
kaki dan punggung kaki, skalp, paha bagian medial, lengan bagian ekstensor,
skrotum dan vulva, juga diatas alis atau kelopak mata dan periauricle.9

Gambar 2. Daerah predileksi Neurodermatitis Sirkumskripta 7

Pada stadium awal kelainan kulit yang terjadi dapat berupa eritem dan
edema atau kelompok papul, selanjutnya karena garukan berulang, bagian tengah
menebal, kering dan berskuama serta pinggirnya hiperpigmentasi. Ukuran lesi
lentikular sampai plakat, bentuk umum lonjong atau tidak beraturan. Kemudian

lesi juga dapat berupa plak solid dengan likenifikasi, seringkali disertai papul
kecil di tepi lesi, dan berskuama tipis. Kulit yang mengalami likenifikasi teraba
menebal, dengan garis-garis kulit yang tegas dan meninggi, serta dapat pula
disertai eskoriasis. Warna lesi biasanya merah tua, kemudian menjadi coklat atau
hiperpigmentasi hitam. Distribusi lesi biasanya tunggal.6,7
Khusus pada pasien dengan etnis kulit hitam, likenifikassi dapat
diasumsikan dengan tipe pola yang khusus, tidak ada plak solid, namun
likenifikasinya terdiri atas papul-papul likenifikasi kecil dengan variasi ukuran 2
s.d 3mm.5
E. Diagnosis
Diagnosis morfologi dari likenifikasi biasanya tidak sulit, liken planus,
liken amiloides, dan psoriasis harus disingkirkan, dan lesi tipikal harus tampak
pada sisi yang lain. Jika diagnosis likenifikasi telah ditegakkan, penyebab yang
mendasarinya harus dianalisa secara hati-hati. Lesi yang tersebar simetris dapat
menandakan adanya likeniffikasi sekunder dari dermatitis kontak.
1. Diagnosis Banding
Penyakit-penyakit yang perlu diperhatikan sebagai diagnosis banding
neurodermatitis sirkumskripta adalah penyakit lain yang memiliki gejala
pruritus, seperti dermatitis kontak iritan, dermatitis numularis, liken planus,
liken amiloidosis, psoriasis5,6,7
a. Dermatitis Numularis2

Berbentuk seperti uang logam dan berbatas tegas

Keluhan atau gejala : gatal

Lesi akut berupa vesikel dan papulovesikel, konfluens, dan meluas dan
membentuk seperti uang logam

Lesi lama berupa likenifikasi dan skuama

Jumlah lesi dapat hanya satu , dapat pula banyak tersebar, bilateral dengan
ukuran dari miliar sampai numular.

b. Dermatitis Kontak Iritan1

Gejala klinis muncul pada pajanan(exposure) pertama.

Lesi timbul cepat, beberapa menit sampai dengan beberapa jam

Fenomena decresendo yaitu reaksi puncak peradangan terjadi dengan


cepat, kemudian cepat mereda)

Morfologi lesi fase akut : eritema, edema, vesikel, bulla, pustula,


sampai dengan nekrosis dan ulkus. Fase subakut dan kronik:
hiperkeratosis, fisura, lesi berbatas tegas(sirkumskripta) pada area
pajanan.

Keluhan atau gejala : rasa nyeri dan terbakar.

c. Liken Planus1,2,3
Liken planus ditandai dengan timbulnya papul-papul yang berwarna
merah-biru, berskuama, dan berbentuk siku-siku. Biasanya lesi ini timbul di
ekstremitas sisi fleksor, selaput lendir, dan alat kelamin. Pasien biasanya
merasa sangat gatal, dan gejala ini bisa menetap hingga waktu 1-2 tahun.
Selain itu, terdapat pula lesi patognomonik di mukosa, yaitu papul
polygonal, datar dan berkilat, serta kadang ditemukan delle.1
Liken planus memiliki lima bentuk morfologi: hipertrofik, folikular,
vesikular dan bulosa, erosif dan ulseratif, serta atrofi. Liken planus bentuk
hipertrofilah yang harus dibedakan dengan neurodermatitis. Bentuk ini

meliputi plak yang verukosa berwarna merah-coklat atau ungu, serta terletak
pada daerah tulang kering.
Diagnosis liken planus yang khas dibantu dengan pemeriksaan
histopatologi, di mana papul menunjukkan penebalan lapisan granuloma,
degenerasi mencair membran basalis dan sel basal. Dapat pula ditemukan
infiltrat seperti pita yang terdiri atas limfosit dan histiosit pada dermis bagian
atas.
Liken planus diobati dengan kortikosteroid topical dan sistemik.
Umumnya pengobatan ini kurang memuaskan, hingga jika perlu dapat
diberikan suntikan setempat atau bebat oklusif. Selain itu dapat juga
ditambahkan krim asam vitamin A 0,05%.
d. Psoriasis1,2
Psoriasis adalah penyakit yang penyebabnya adalah autoimun, bersifat
kronik dan residif, ditandai dengan adanya bercak-bercak eritema berbatas
tegas dengan skuama yang kasar, berlapis dan transparan. Pada psoriasis
terdapat tanda khas fenomena tetesan lilin dan Auspitz, serta tanda tak khas
yaitu fenomena Kobner.
Selain faktor genetik dan faktor imunologik, terdapat berbagai faktor
pencetus psoriasis, di antaranya adalah stress psikis, infeksi fokal, trauma,
endokrin, dan juga alkohol ataupun merokok.
Pasien psoriasis umumnya mengeluh gatal ringan pada kulit kepala,
perbatasan rambut dengan muka, ekstremitas bagian ekstenosr terutama siku
dan lutut, dan daerah lumbosakral. Kelainan kulit terdiri atas bercak eritema
yang meninggi dengan skuama di atasnya. Eritema berbentuk sirkumskrip dan

10

merata, tetapi kemerahan di tengahnya dapat menghilang pada stadium


penyembuhan. Skuama pada psoriasis sangat khas, yaitu berlapis-lapis, kasar
dan berwarna putih seperti mika, serta transparan.
Dua fenomena khas pada psoriasis adalah fenomena tetesan lilin dan
Auspitz. Fenomena tetesan lilin adalah skuama yang berubah warnanya
menjadi putih pada foresan, seperti lilin yang digores. Pada fenomena Auspitz,
setelah skuama habis dikerok dilakukan pengerokan perlahan hingga tampak
serum atau darah berbintik yang disebabkan oleh papilomatosis. Untuk
menegakkan diagnosis psoriasis, perlu dinilai gambaran klinisnya yang khas.
Jika gambaran klinis tersebut sudah sesuai dengan yang tersebut di atas, maka
tidak sulit membuat diagnosis psoriasis.
F. Pemerikasaan Penunjang5
Kebutuhan untuk dilakukannya pemeriksaan tambahan sangat bergantung
pada kondisi masing-masing pasien berdasarkan riwayat perjalanan penyakitnya,
penyakit penyerta, dan komplikasi yang mungkin berkaitan. Misalnya
pemeriksaan darah rutin, urin rutin, dan pemeriksaan fungsi-fungsi organ viseral.
Pemeriksaan rontgen dada mungkin dapat dibutuhkan pada beberapa kasus yang
memberikan indikasi untuk dilakukan pemeriksaan.
Namun pemeriksaan yang paling bermakna pada dermatitis sirkumskripta
adalah pemeriksaan dermatopathology. Pemeriksaan ini dapat memberikan
gambaran

yang

bervariasi

mengenai

derajat

hiperkeratosis

dengan

paraorthokeratosis dan orthokeratosis, serta psoriasiform epidermal hiperplasia.


Biopsi mungkin dapat bermanfaat dalam menemukan gangguan pruritus primer
yang telah menyebabkan timbulnya likenifikasi sekunder yang terjadi, seperti
psoriasis.
G. Tatalaksana5,6
Terapi Neurodermatitis Sirkumskripta bertujuan untuk memutus itchscratch cycle, karena pada dasarnya tindakan menggaruk lesi yang terasa gatal

11

justru akan memperberat lesi, dan memperberat gatal yang dirasakan. Penyebab
sistemik dari gatal harus diidentifikasi.
Hal ini lah yang menyebabkan penatalaksanaan Dermatitis Sirkumskripta
menjadi sangat sulit. Harus dijelaskan berkali-kali untuk tidak menggaruk atau
menggosok lesi nya.
1. Kortikosteroid
Kortikosteroid Topikal, sampai saat ini masih merupakan pilihan
pengobatan. Pemberiannya akan lebih efektif jika diaplikasikan kemudian
dibalut dengan perban oklusif kering. Yang menjadi pilihan adalah kortikosteroid
dengan potensi tinggi seperti Clobetassol Propionat, Diflorasone Diasetat, atau
bethamethason dipropionat
Pemberian kortikosteroid berupa Triamcinolone secara Intralesi,
biasanya sangat efektif (3mg/ml). Namun harus sangat diperhatikan karena pada
konsentrasi tinggi dapat menyebabkan atrophy.
Tabel 1. Potensial Kortikosteroid Topikal10

Catatan :
a. Untuk sebagian besar obat sebaiknya diberikan 1 2x / hari. Untuk daerah
telapak tangan dan kaki dapat diberikan lebih sering
b. Panjang dari krim atau salep yang dikeluarkan dari tube dapat diukur dengan
satuan FTU (Finger Tip Unit = 1 ruas jari telunjuk orang dewasa). Satu FTU
(sekitar 500 mg) dapat dipakaikan 2x ukuran tangan orang dewasa
c. Pemakaian selang seling 1 hari atau pada akhir pecan direkomendasikan
untuk dipakai pada kondisi kronis
d. Kortikosteroid topical potensi sangat tinggi hanya direkomendasikan untuk
dipakai 1 2 minggu (paling lama 3 minggu) kemudian beralih ke potensi
yang lebih ringan seiring dengan perbaikan kondisi.
Efek samping
a. Semakin tinggi potensinya, semakin besar kemungkinan terjadi efek samping

12

b. Efek local : penipisan kulit yang dapat membaik dengan penghentian obat,
perburukan kondisi infeksi, dermatitis kontak, jerawat pada tempat pemberian,
hipopigmentasi reversible, telangiektasis menetap dan striae atrophica.
c. Efek samping : penyerapan melalui kulit dapat menyebabkan supresi sumbu
pituitary adren gangguan pertumbuhan dan sindroma cushing
Perhatian khusus
a. Preparat dengan potensi rendah merupakan pilihan untuk daerah wajah dan
perlipatan
b. Preparat dengan potensi sangat tinggi sebaiknya tidak digunakan untuk anak
dibawah 1 tahun

13

c. Preparat potensi sedang dan tinggi jarang menimbulkan masalah jika


digunakan kurang dari 3 bulan.
2. Preparat Tar
Kombinasi 5% crude coal tar dalam pasta zinc oxide ditambah
kortikosteroid kelas II kemudian dibalut dengan perban oklusif kering, akan
efektif jika diaplikasikan pada daerah-daerah yang optimal misalnya lengan,
dan kaki.
3. Perban Oklusif
Preparat kortikosteroid biasanya diberikan pertama, kemudian diikuti
dengan perban oklusif. Jika diberikan perban oklusif saja (tanpa
kortikosteroid), juga dapat bermanfaat untuk mencegah pasien menggaruk
lesinya dan merupakan tindakan yang efektif mengingat kebiasan menggaruk
pada pasien neurodermatitis sirkumskripta adalah tindakan reflex dan
kebiasaan yang tidak disadari.
4. Antihistamin
Pemberian topikal, Salep Doxepin 5%, krim capsaicin, atau salep
tacrolimus dapat bersifat efektif dan signifikan pada beberapa pasien dan
dapat dipertimbangkan sebagai terapi tambahan. Namun penggunaan
antihistamin topikal ini dapat menyebabkan efek samping ringan berupa
sensasi pusing.
Pemberian

antihistamin

oral

secara

luas

digunakan

untuk

mengurangi keluhan pruritus namun peran dan keuntungannya dalam


mengatasi pruritus lokal sangat rendah.
H. Prognosis
Neurodermatitis sirkumskripta dapat menjadi lesi yang persisten dan
bersifat berulang. Eksaserbasi dapat terjadi bila dipicu adanya respon terhadap
stres emosional.

BAB III

14

KUNJUNGAN RUMAH
Tanggal kunjungan rumah
Tempat
A.

: Kelurahan Lapulu Kecamatan Abeli


Identitas Pasien

Nama

: Ny. Diana

Umur

: 82 tahun

Pekerjaan

: Ibu Rumah Tangga

Jenis kelamin

: Perempuan

Suku

Alamat

No.
1.
2.
3.
4.

: 9 Mei 2014 10 Mei 2014

: Minahasa

: Kelurahan Lapulu RT/RW

Nama
Umur
Hubungan Pendidikan/
Keadaan fisik
anggota
L/P
keluarga
pekerjaan
Ny. Diana
P/82 Tahun
Nenek
SMA/ Pensiunan Penderita
Ny. Caroline P/28 Tahun
Cucu
S1/IRT
Sehat
Tn. Kahung L/36 Tahun KK
S1/PNS
Sehat
Celine
P/4 Tahun
Cicit
Belum sekolah Sehat
Tabel 3. Daftar Anggota Keluarga yang Tinggal Dalam Satu Rumah

Gambar 8. Genogram keluarga


Keterangan:
Laki-laki

Laki-laki meninggal

15

Perempuan
Penderita
Neurodermatitis
Perempuan
penderita asma
B.

Anamnesis
Keluhan Utama: gatal pada kedua lengan dan tungai
Riwayat Penyakit Sekarang
Dialami sejak 3 tahun yang lalu. Awalanya pasien hanya merasa gatal,
kemudian semakin lama semakain gatal, memerah dan kulit pasien menjadi
kehitaman, tebal dan kasar. Keluhan ini dirasakan awalanya setelah pasien
menggunakan kosmetik berupa krim seperti handbody di lengan dan kaki.
Nyeri (-), demam (-), mual (-), muntah (-), gatal di daerah lain (-). BAB:
biasa, BAK: lancer.
Riwayat pasien berobat ke dokter spesialis kulit sejak 3 tahun lalu, dan
diberikan obat minum, salep dan pantangan konsumsi kacang, susu dan
memakai handbody yang dijual bebas. Tapi setelah pasien merasa sembuh dan
tidak gatal, pasien selalu melanjutkan pemakaian handbodi dan sering
mengganti-ganti produk handbodi.
Riwayat Penyakit Terdahulu
Pasien sudah mengalami penyakit ini sejak 3 tahun yang lalu, pasien
juga mempunya alergi terhadap produk susu dan kacang-kacangan. Dan
pasien juga mengaku sering sesak napas waktu kecil dan menghilang saat
masuk dewasa.
Riwayat Kebiasaan Pasien

16

Pasien sering memakai handbody lotion paling kurang 2 kali sehari sehabis
mandi, hanya berhenti jika bergejala.
Pasien suka mengganti-ganti merek handbodi yang dipakai.
Pasien masih sering konsumsi sembarang makanan.
Riwayat Penyakit Keluarga
Tidak terdapat anggota keluarga yang menderita penyakit yang sama
dengan yang dialami pasien. Kedua orang tua pasien telah lama meninggal.
namun bukan karena penyakit gula. Ayah pasien mneinggal karena TBC dan
ibunya meninggal karena jantung. Sedangkan saudara-saudara pasien masih
sehat.
C. Pemeriksaan Fisik
Keadaan umum

: Sakit ringan, compos mentis

Tanda Vital
Tekanan darah

: 110/70 mmHg

Frekwensi nadi

: 88x/menit

Frekwensi napas

: 20 x/menit

Suhu

: 36,6 oC

Berat badan

: 47 Kg

Kepala

: Normosefal, rambut panjang beruban

Kulit

: lengan dan tungkai mengalami hiperpigmentasi,


skuama, eritema multiform (lecet) dan penebalan kulit

Mata

: konjungtiva anemis-/- , sclera ikterus -/-

Telinga

: Kedua telinga tidak tampak sekret

Hidung

: Deviasi septum (-), secret (-)

Mulut

: Somatitis (-), lidah kotor (-), Sianosis (-)

Tenggorok

: Hiperemis (-)

17

Tonsil

: T1-T1 hiperemis (-)

Leher

: KGB tidak membesar

Thorax

Pulmo
Inspeksi

: Dada simetris kira = kanan, retraksi (-),

Palpasi

: Sela iga kiri=kanan, vocal premitus normal kiri =


kanan

Perkusi

: sonor kiri = kanan

Auskultasi

: BP : Bronkovasikuler

BT : Rh-/- Wh : -/-

Cor
Inspeksi

: Ictus cordis tidak tampak

Palpasi

: Ictus cordis teraba di ICS 5 linea midclavicularis


sinistra

Perkusi

: Pekak
Batas kiri pada linea midclavicularis sinistra
Batas kanan pada linea parasternalis dextra

Auskultasi

: Bunyi Jantung I/II murni regular

Inspeksi

: Tampak cembung

Palpasi

: Tidak ada nyeri tekan

Perkusi

: Timpani

Auskultasi

: Bising usus kesan normal

Abdomen

Genito Urinaria: Dalam batas normal


Ekstremitas

:
Edema

: Tidak ada udema

Akral dingin : Tidak


Cap refill
Pemeriksaan Kelenjar Limfe

: Normal

18

Leher;

Kanan : Normal

Kiri : Normal

Axilla

Kanan : Normal

Kiri : Normal

Inguina

Kanan : Normal

Kiri : Normal

D.Pemeriksaan Penunjang yang Diperlukan


1.

Darah rutin

2.

Patch tech (Uji Tempel)

3.

Histopatologi

E.Alasan Mengapa Diperlukan Pemeriksaan Penunjang


Pemeriksaan laboratorium bagi penderita neurodermatitis diperlukan
untuk menegakkan diagnosis serta mengetahui factor yang menyebabkan
neurodermatitis/factor alergennya. Dengan demikian, perkembangan penyakit
bisa dimonitor dan dapat mencegah terjadinya kontak dengan bahan iritan.
F.Hasil Laboratorium
Tidak dilakukan pemeriksaan
G.Diagnose Kerja
Neurodermatitis
H.Diagnosis Banding
1.
2.
3.
4.

Psoriasis
Dermatitis kontak iritan
Liken planus
Dermatitis numularis

I. Penyelesaian Masalah yang Dihadapi


1

Menyarankan pasien untuk mematuhi aturan dari dokter kulit dan


hindari factor pencetus dan pantangan makanan

Menyarankan pasien rajin minum obat

Menyarankan pasien untuk berhenti memakai dan mengganti-ganti

19

handbody yang dipakai


J.Kapan Menurut Anda Pasien Ini Perlu Dirujuk
Kasus neurodermatitis yang tanpa disertai dengan penyulit dapat dikelola
dengan tuntas oleh dokter umum. Tentu saja harus ditekankan pentingnya
menghindari factor pencetus/allergen pada pasien tersebut.
Pasien neurodermatitis yang lama, tidak sembuh-sembuh, tidak diketahui
penyebab nya, dan yang sudah berubah menjadi neuroneurodermatitis dapat
dikelola oleh dokter umum maupun dokter kulit.
K.Penjelasan yang Disampaikan Kepada Pasien dan Keluarga Tentang
Penyakit yang Diderita
1.

Menjelaskan tentang penyakit yang diderita pasien.

2.

Menjelaskan bahwa penyakit pasien tidak menular.

3.

Menjelaskan bahwa penyakit pasien bisa merupakan reaksi alergi tubuh


sehingga pasien juga harus menghindari factor pencetus, dan berobat
secara teratur

4.

Menjelaskan tentang komplikasi yang dapat terjadi serta gejalagejalanya. Sehingga pasien dapat langsung memeriksakan diri ke
petugas kesehatan terdekat bila timbul gejala tersebut

L.Penjelasan yang Anda Sampaikan tentang Peran Pasien dan Keluarganya


dalam Proses Penyembuhan Penyakit yang Diderita
1.

Memberitahu keluarga pasien untuk selalu memberikan dukungan


kepada pasien, terutama mengawasi makanan dan pola hidup pasien

2.

Memberi tahu kepada pasien bahwa pasien harus menghindari factor


pencetus (handbody) agar gejala yang dialami membaik

3.

Memberikan pasien saran untuk menghindari pemakaian handbody dan


makan makanan yang mengandung susu dan kacang

4.

Memberi tahu pasien agar rajin memeriksakan dirinya sehingga


perkembangan penyakit dapat diketahui

20

5.

Menyarankan kepada pasien untuk mengonsumsi makanan yang bergizi

M.Penyuluhan yang Anda Lakukan Pada Pasien dan Keluarganya


1.

Edukasi tentang Neurodermatitis.

2.

Menghindari factor pencetus

3.

Melakukan pola hidup sehat

N.Upaya Pencegahan Yang Anda Sampaikan Kepada Keluarga Pasien


Primer:
1.

Edukasi kepada pasien dan keluarga bahwa mencegah terjadinya


penyakit serta jauh lebih baik daripada mengobati.

2.

Menjelaskan kepada pasien dan keluarga bahwa dengan menghindari


factor pencetus dapat menyembuhkan keluhan pasien, bahkan tanpa
obat.

3.

Edukasi kepada pasien dan keluarga mengkonsumsi makanan yang sehat


dan pola hidup sehat

4.

Edukasi bahwa penyakit yang diderita pasien tidak menular

Sekunder:
1.

Mencegah timbulnya komplikasi dengan memotivasi pasien untuk rajin


berobat dan kontrol ke pelayanan kesehatan

2.

Mencegah timbulnya gejala dengan memberi informasi kepada pasien


untuk menghindari factor pencetus

Tersier:
1.

Jika ada keluhan segera melakukan konstultasi ke pelayanan kesehatan

2.

Melakukan penyuluhan kepada keluarga dan pasien yaitu di butuhkan


kerja sama antara anggota keluarga dan penderita untuk mengobati
pasien dari neurodermatitis dan agar tidak terjadi komplikasi yang lebih
berat

21

O. Kegiatan yang Dilakukan Saat Kunjungan Rumah


Melakukan kunjungan rumah, memantau kondisi pasien, melakukan
diagnosis holistik, melakukan pengobatan dan intervensi.
P.

Diagnosis Holistik
1.

2.

3.

Aspek personal
Pasien masih belum sadar akan penyakitnya dan belum menghindari
sepenuhnya factor pencetus
Aspek risiko internal
Faktor yang mempengaruhi masalah kesehatan pasien saat ini yaitu: umur,
ketaatan akan pantangan dan pola hidup.
Aspek psikososial keluarga
Hubungan penderita dengan anggota keluarga lainnya baik, cucu pasien
sangat perhatian kepada pasien dan merawat pasien dengan baik
Hubungan pasien dengan tetangga juga baik. Tetangga sering datang
menjenguk pasien.

Q. Diagnosis Sosial, Ekonomi, Pencarian Pelayanan Kesehatan Dan Perilaku


1.

2.

1.

.
2.

Sosial

Hubungan keluarga dengan tetangga atau orang


sekitar baik, saling membantu jika ada kesulitan
Tidak ada masalah baik di rumah, maupun
dengan tetangganya
Ekonomi
Pasien sudah tidak bekerja
Sehari-hari biaya kehidupan pasien berasal dari cucu
dan suami pasien yang bekerja sebagai PNS.
Penghasilan suami cucu pasien Rp 5.000.000,00 per
bulan
Penggunaan
Jika salah satu keluarga pasien sakit maka pasien
pelayanan
lebih sering ke rumah sakit dari pada puskesmas.
kesehatan
Kurangnya pengetahuan tentang neurodermatitis
dan dampaknya.
Perilaku yang Pasien tidak menghidari faktur pencetus dan mengatur
tidak
pola hidup
menunjang

22

kesehatan.
R. Data Sarana Pelayanan Kesehatan dan Lingkungan Kehidupan Keluarga
Faktor

Keterangan

Sarana pelayanan
kesehatan yang digunakan
oleh keluarga
Cara mencapai sarana
pelayanan kesehatan tsb
Tarif pelayanan kesehatan
yang dirasakan
Kualitas pelayanan
kesehatan yang dirasakan

Puskesmas dan Rumah


sakit

Kesimpulan tentang faktor


pelayanan kesehatan
Memuaskan

Pakai mobil pribadi


(sangat mahal,mahal,
terjangkau, murah, gratis)
(sangat baik, baik, biasa,
kurang baik, buruk)

Terjangkau karena
menggunakan BPJS
Baik

S. Lingkungan tempat tinggal


Kepemilikan rumah :
(milik sendiri, kontrak, menumpang.)
Daerah perumahan :
(kumuh, padat, berjauhan, bersih, mewah,)
Karakteristik rumah dan lingkungan
Luas rumah :
Bertingkat / tidak
Jumlah penghuni rumah :
Kondisi halaman :
Lantai rumah dari :
Dinding rumah dari :
Kondisi dalam rumah :

Menumpang
Padat, bersih
Kesimpulan tentang faktor lingkungan
tempat tinggal
18mx9m
Tidak bertingkat
4 orang
bersih
semen
Tembok
Bersih

T. Intervensi pada Keluarga


Hari / Tanggal
Kunjungan
pertama,
Senin/ 9 Mei

INTERVENSI YANG DILAKUKAN DAN RENCANA TINDAK


LANJUT.
Edukasi pasien tentang neurodermatitis Pengenalan tentang etiologi,
gejala klinis, patofisiologi dan manajemen penatalaksanaan dan
pencegahan. Metode edukasi yang diberikan berupa penyuluhan dan

23

2015
Tindak lanjut,

diskusi dengan pasien.


1
Menyarankan pada pasien untuk kembali memeriksakan diri
ke pelayanan kesehatan dan mengkomsumsi obat yang
diberikan secara teratur
2
Mengatur pola makan
3
Menghindari factor pencetus
4
Istirahat yang cukup

U. Identifikasi Fungsi Keluarga


Fungsi Biologis dan reproduksi
Dari hasil wawancara didapatkan informasi bahwa saat ini semua

1.

anggota keluarga dalam keadaan sehat kecuali pasien yang menderita


neurodermatitis. Pasien juga punya kebiasaan tidak menghindari factor
pencetus dan sering menggaruk lukanya serta tetap memakai handbody
meskipun dilarang.
2.

Fungsi Psikologis
Saat ini penderita tinggal dengan cucunya. Cucu pasien bekerja
sebagai pegawai swasta. Hubungan antar anggota keluarga baik. Semua
masalah yang ada selalu dibicarakan dengan bail dan keputusan diambil
berdasarkan hasil musyawarah dan kesepakatan bersama.

3.

Fungsi Pendidikan
Pendidikan terakhir pasien adalah, cucu pasien S1 dan keinginan
keluarga untuk menyekolahkan anaknya sangat tinggi.

4.

Fungsi Sosial
Penderita tinggal di kawasan yang penduduknya padat, jarak antar
rumah sekitar 1 meter. Hubungan dengan tetangga terjalin baik dan
pergaulan umumnya berasal dari kalangan menengah keatas.

5.

Fungsi ekonomi dan Pemenuhan Kebutuhan


Sumber penghasilan dalam keluarga berasal dari suami cucu yang
bekerja sebagai pegawai PNS begitu juga cucupasien. Kebutuhan keluarga
selalu terpenuhi dengan semampunya

24

BAB IV
PENUTUP
A. Simpulan
Adapun kesimpulan dari lapuran kunjungan rumah ini adalah:
1

Karakteristik dari pasien ini adalah pasien perempuan usia 82 tahun di


diagnose menderita neurodermatitis sejak 3 tahun yang lalu. Dari hasil
kunjungan rumah maka didapatkan masalah yang terjadi pada keluarga
yaitu: pengetahuan pasien yang masih kurang tentang penyakit diabetes,
pasien tidak melakukan pantangan terhadapat factor pencetus, pola makan

25

pasien yang tidak teratur, dan keteraturan berobat.Semua fungsi keluarga


terlaksana dengan baik
2

Faktor risiko pada pasien ini terhadap neurodermatitis adalah:


a. Usia
Neurodermatitis menyerang pasien dengan usian 30 sampai 50
tahunan, dimanan pasien ini sudah berumur 82 tahun yang merupakan
salah satu factor terjadinya neurodermatitis ini
b. Jenis Kelamin
Neurodermatitis banyak mengenai pasien dengan jenis kelamin
perempuan, dimana pasien ini merupakan seorang wanita dan
mempunyak factor resiko terkena neurodermatitis.
c. Kebiasaan
Kebiasaan pasien ini yang suka menggaruk kakinya meskipun
dilarang dan terus memakai handbody, yang merupakan sumber alergi
merupakan salah satu factor timbulnya neurodermatitis. Dimana
pasien ini berawal dari dermatitis kontak iritan yang kemudian karena
pola kebiasaan yang salah penyakit psien kemudian berubah menjadi
neurodermatitis.
d. Faktor Alergen
Pasien ini mempunyai riwayat asma dan alergi sejak kecil,
dimana hal ini dapat memperberat terjadinya neurodermatitis yang
3

dialami pasien.
Rencana pemecahan masalah kesehatan pasien neurodermatitis dan

a.

keluarganya yaitu:
Melakukan edukasi kepada pasien dan keluarganya tentang penyebab,

b.
c.

pencegahan dan terapi penyakit neurodermatitis


Mengingatkan kepada pasien pentingnya keteraturan berobat
Menghimbau kepada pasien untuk menghentikan pemakaian handbody

d.

dan menghindari pantangan juga kebiasaan menggaruk


Memberi semangat dan dukungan kepada pasien dan keluarga untuk
rajin berobat dan memberi motivasi pada pasien bahwa mencegah lebih baik
daripada mengobati pada kasus pasien dengan neurodermatitis.

26

B. Saran
1

Saran kepada Mahasiswa


a.

Lebih memahami dan aktif dalam menganalisa permasalahan


kesehatan baik pada keluarga maupun lingkungannya.

b.

Lebih sering berhubungan dengan masyarakat khususnya dalam


keluarga untuk menindak lanjuti suatu penyakit yang dialami oleh
keluarga tersebut.

Saran kepada Puskesmas


Diharapkan dapat lebih sering melakukan pendekatan kepada
masyarakat melalui penyuluhan-penyuluhan dalam usaha promotif dan
preventif kesehatan masyarakat khususnya penyakit seperti neurodermatitis.

Saran kepada Keluarga


Diharapkan agar keluarga pasien mengawasi dan memastikan pasien
agar tidak memakai atau mengkonsumsi factor pencetus yang dapat
menyebabkan terjadinya neurodermatitis dan komplikasi yang mungkin
dialami.

Saran kepada Penderita


a.

Menghidari factor pencetus terjadinya penyakit yang diderita.

b.

Berusaha untuk lebih memahami penyakit yang dideritanya.

c.

Tetap rajin mengontrol kesehatannya ke pelayanan kesehatan


masyarakat terdekat.

d.

Menyarankan pasien untuk melakukan tes lebih lanjut agar


mengetahui factor resiko terjadinya penyakit yang diderita

27

DAFTAR PUSTAKA
1. Djuanda, S., dan Sri A., 2011. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin, Jakarta:
Balai Penerbit FKUI.
2. Harahap, M., Ilmu Penyakit Kulit. Hipokrates : Jakarta.2007
3. Siregar, R. S., 2008. Atlas Berwarna Saripati Penyakit Kulit, Ed 2., EGC :
Jakarta
4. Brown R.G, Burns T. 2005. Liken Simplek Kronik dan Prurigo. Lecture
Notes On Dermatology. Ed 8. Jakarta : Penerbit Erlangga
5. Susan Burgin, MD. 2008. Numular Eczema and Lichen Simplex
Chronic/Prurigo Nodularis. Dalam: Fitzpatrick TB, Eizen AZ, Woff K,
Freedberg IM, Auten KF, penyunting: Dermatology in general medicine,
7th ed, New York: Mc Graw Hill
6. Odom RB, James WD, Berger TG. 2000. Atopic dermatitis, eczema, and
noninfectious immunodeficiency disorders. Dalam: Andrews Diseases of
The Skin: Clinical Dermatology. 9th ed. Philadelphia: WB Saunders
7. C.A. Holden & J. Berth-Jones. Lichen Simplex Chronic. Dalam:
Rooks Text Book of Dermatology. Blackwell Publishing.
2004:17.41-17.43.

28

8. Gulsum Gencoglan et
al. Therapeutic Hotline:
Treatment of prurigo
nodularis and lichen
simplex chronicus with
gabapentin.
Dermatologic Therapy
Volume 23, Issue 2,
March/April 2010:194
198 .
9. Hogan D J, Mason S H.
Lichen
Simplex
Chronicus. Diakses dari
www.emedicine.com

10. Pramarini, A. 2007. MIMS


Dermatology

Resource.

Diterjemahkan

19 Juli 2007.

LAMPIRAN

29

Anda mungkin juga menyukai