BAB I
PENDAHULUAN
1.
Latar Belakang
Neuroneurodermatitis sirkumkripta atau juga dikenal dengan liken
simpleks kronik adalah penyakit peradangan kronis pada kulit, gatal,
sirkumkripta, dank has ditandai dengan likenifikasi. Lesi biasanya disebabkan
garukan dan gosokan berulang, dengan gambaran likenifikasi berbatras tegas.
Neurodermatitis adalah suatu peradangan menahun pada lapisan kulit
paling atas yang menimbulkan rasa gatal. Penyakit ini menyebabkan bercak
penebalan kulit yang kering, bersisik dan berwarna lebih gelap, dengan bentuk
lonjong dan tidak beraturan. Disertai gejala garis kulit tampak menonjol
(likenifikasi), akibat garukan atau gosokan berulang karena berbagai
rangsangan pruritogenik.
Penyebab neuroneurodermatitis tidak diketahui, diduga akibat gigitan
serangga;
pakaian
yang
ketat;
neurodermatitis
seboroik;
dan
menebal,
likenifikasi
dan
ekskoriasi;
sekitarnya
lutut, tungkai bawah lateral, pergelangan kaki bagian depan dan punggung
kakI
2.
Tujuan
1.
Tujuan Umum
Melakukan pendekatan
kedokteran
keluarga
terhadap
pasien
Tujuan Khusus
a.
b.
c.
Mendapatkan
pemecahan
masalah
kesehatan
pasien
Manfaat
Bagi Penulis
Menambah pengetahuan penulis tentang kedokteran keluarga, serta
penatalaksanaan neurodermatitis dengan pendekatan kedokteran keluarga.
2.
3.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi
Neurodermatitis Sirkumskripta atau juga dikenal sebagai Liken Simpleks
Kronikus adalah peradangan kulit kronis, gatal, sirkumskrip, dan khas ditandai dengan
likenifikasi. Likenifikasi merupakan pola yang terbentuk dari respon kutaneus
akibat garukan dan gosokan yang berulang dalam waktu yang cukup lama.
Likenifikasi timbul secara sekunder dan secara histologi memiliki karakteristik
berupa akantosis dan hiperkeratosis, dan secara klinis tampak berupa penebalan
kulit, dengan peningkatan garis permukaan kulit pada daerah yang terkena
sehingga tampak serperti kulit batang kayu. 1,5,6
B. Epidemiologi
Neurodermatitis Sirkumskripta berlangsung secara kronis dan secara
epidemiologi lebih banyak menyerang kelompok dewasa yang berusia antara 3050 tahun. Namun pasien yang memiliki riwayat dermatitis atopik dapat menderita
neurodermatitis sirkumskripta pada onset usia yang lebih muda, yaitu rata-rata 19
tahun. Selain itu, neurodermatitis sirkumskripta terjadi lebih sering pada wanita
dibanding laki-laki dengan insidensi lebih banyak pada kelompok ras Asia dan
kelompok ras asli Amerika.5,6
C. Etiopatogenesis
Etiologi pasti neurodermatitis sirkumskripta belum diketahui, namun
diduga pruritus memainkan peranan karena pruritus berasal dari pelepasan
mediator atau aktivitas enzim proteolitik. Disebutkan juga bahwa garukan dan
gosokan mungkin respon terhadap stres emosional. Selain itu, faktor-faktor yang
dapat menyebabkan neurodermatitis seperti pada perokok pasif, dapat juga dari
makanan, alergen seperti debu, rambut, makanan, bahan- bahan pakaian yang
dapat mengiritasi kulit, infeksi dan keadaan berkeringat.5,6
Keadaan ini menimbulkan iritasi kulit dan sensasi gatal sehingga
penderita sering menggaruknya. Sebagai akibat dari iritasi menahun akan terjadi
penebalan kulit. Kulit yang menebal ini menimbulkan rasa gatal sehingga
merangsang penggarukan yang akan semakin mempertebal kulit.6,7,8
Liken simpleks kronis ditemukan pada regio yang mudah dijangkau
tangan untuk menggaruk. Sensasi gatal memicu keinginan untuk menggaruk atau
menggosok yang dapat mengakibatkan lesi yang bernilai klinis, namun
patofisiologi yang mendasarinya masih belum diketahui. 2,3 Hipotesis mengenai
pruritus dapat oleh karena adanya penyakit yang mendasari, misalnya gagal ginjal
kronis, obstruksi saluran empedu, limfoma Hodgkin, hipertiroidia, penyakit kulit
seperti dermatitis atopik, gigitan serangga, dan aspek psikologik dengan tekanan
emosi.9
Beberapa jenis kulit lebih rentan mengalami likenefikasi, contohnya
kulit yang cenderung ekzematosa seperti dermatitis atopi dan diathesis atopi. 7
Terdapat hubungan antara jaringan saraf perifer dan sentral dengan sel-sel
inflamasi dan produknya dalam persepsi gatal dan perubahan yang terjadi pada
liken simpleks kronis. Hubungan ini terutama dalam hal lesi primer, faktor fisik,
dan intensitas gatal.5,6,7
Pada
menggunakan
sebuah
studi
mengenai
liken
simpleks
kronis
dengan
rambut menunjukkan bahwa terjadi perbaikan bermakna secara klinis gejala liken
simpleks kronis setelah penghentian pajanan PPD; hal ini menunjukkan bahwa
dasar liken simpleks kronis adalah peran sensitisasi dan dermatitis kontak.7
D. Gejala Klinis
Keluhan dan gejala dapat mucul dalam waktu hitungan minggu sampai
bertahun-tahun. Keluhan utama yang dirasakan pasien dapat berupa gatal dan
seringkali bersifar paroxismal. Lesi kulit yang mengalami likenifikasi umumnya
akan dirasakan sangat nyaman bila digaruk sehingga terkadang pasien secara
refleks menggaruk dan menjadi kebiasaan yang tidak disadari. 7,9
Area predileksi neurodermatitis sirkumskripta antara lain berada di
tengkuk, occiput (liken Simpleks Nuchea), sisi leher, tungkai bawah, pergelangan
kaki dan punggung kaki, skalp, paha bagian medial, lengan bagian ekstensor,
skrotum dan vulva, juga diatas alis atau kelopak mata dan periauricle.9
Pada stadium awal kelainan kulit yang terjadi dapat berupa eritem dan
edema atau kelompok papul, selanjutnya karena garukan berulang, bagian tengah
menebal, kering dan berskuama serta pinggirnya hiperpigmentasi. Ukuran lesi
lentikular sampai plakat, bentuk umum lonjong atau tidak beraturan. Kemudian
lesi juga dapat berupa plak solid dengan likenifikasi, seringkali disertai papul
kecil di tepi lesi, dan berskuama tipis. Kulit yang mengalami likenifikasi teraba
menebal, dengan garis-garis kulit yang tegas dan meninggi, serta dapat pula
disertai eskoriasis. Warna lesi biasanya merah tua, kemudian menjadi coklat atau
hiperpigmentasi hitam. Distribusi lesi biasanya tunggal.6,7
Khusus pada pasien dengan etnis kulit hitam, likenifikassi dapat
diasumsikan dengan tipe pola yang khusus, tidak ada plak solid, namun
likenifikasinya terdiri atas papul-papul likenifikasi kecil dengan variasi ukuran 2
s.d 3mm.5
E. Diagnosis
Diagnosis morfologi dari likenifikasi biasanya tidak sulit, liken planus,
liken amiloides, dan psoriasis harus disingkirkan, dan lesi tipikal harus tampak
pada sisi yang lain. Jika diagnosis likenifikasi telah ditegakkan, penyebab yang
mendasarinya harus dianalisa secara hati-hati. Lesi yang tersebar simetris dapat
menandakan adanya likeniffikasi sekunder dari dermatitis kontak.
1. Diagnosis Banding
Penyakit-penyakit yang perlu diperhatikan sebagai diagnosis banding
neurodermatitis sirkumskripta adalah penyakit lain yang memiliki gejala
pruritus, seperti dermatitis kontak iritan, dermatitis numularis, liken planus,
liken amiloidosis, psoriasis5,6,7
a. Dermatitis Numularis2
Lesi akut berupa vesikel dan papulovesikel, konfluens, dan meluas dan
membentuk seperti uang logam
Jumlah lesi dapat hanya satu , dapat pula banyak tersebar, bilateral dengan
ukuran dari miliar sampai numular.
c. Liken Planus1,2,3
Liken planus ditandai dengan timbulnya papul-papul yang berwarna
merah-biru, berskuama, dan berbentuk siku-siku. Biasanya lesi ini timbul di
ekstremitas sisi fleksor, selaput lendir, dan alat kelamin. Pasien biasanya
merasa sangat gatal, dan gejala ini bisa menetap hingga waktu 1-2 tahun.
Selain itu, terdapat pula lesi patognomonik di mukosa, yaitu papul
polygonal, datar dan berkilat, serta kadang ditemukan delle.1
Liken planus memiliki lima bentuk morfologi: hipertrofik, folikular,
vesikular dan bulosa, erosif dan ulseratif, serta atrofi. Liken planus bentuk
hipertrofilah yang harus dibedakan dengan neurodermatitis. Bentuk ini
meliputi plak yang verukosa berwarna merah-coklat atau ungu, serta terletak
pada daerah tulang kering.
Diagnosis liken planus yang khas dibantu dengan pemeriksaan
histopatologi, di mana papul menunjukkan penebalan lapisan granuloma,
degenerasi mencair membran basalis dan sel basal. Dapat pula ditemukan
infiltrat seperti pita yang terdiri atas limfosit dan histiosit pada dermis bagian
atas.
Liken planus diobati dengan kortikosteroid topical dan sistemik.
Umumnya pengobatan ini kurang memuaskan, hingga jika perlu dapat
diberikan suntikan setempat atau bebat oklusif. Selain itu dapat juga
ditambahkan krim asam vitamin A 0,05%.
d. Psoriasis1,2
Psoriasis adalah penyakit yang penyebabnya adalah autoimun, bersifat
kronik dan residif, ditandai dengan adanya bercak-bercak eritema berbatas
tegas dengan skuama yang kasar, berlapis dan transparan. Pada psoriasis
terdapat tanda khas fenomena tetesan lilin dan Auspitz, serta tanda tak khas
yaitu fenomena Kobner.
Selain faktor genetik dan faktor imunologik, terdapat berbagai faktor
pencetus psoriasis, di antaranya adalah stress psikis, infeksi fokal, trauma,
endokrin, dan juga alkohol ataupun merokok.
Pasien psoriasis umumnya mengeluh gatal ringan pada kulit kepala,
perbatasan rambut dengan muka, ekstremitas bagian ekstenosr terutama siku
dan lutut, dan daerah lumbosakral. Kelainan kulit terdiri atas bercak eritema
yang meninggi dengan skuama di atasnya. Eritema berbentuk sirkumskrip dan
10
yang
bervariasi
mengenai
derajat
hiperkeratosis
dengan
11
justru akan memperberat lesi, dan memperberat gatal yang dirasakan. Penyebab
sistemik dari gatal harus diidentifikasi.
Hal ini lah yang menyebabkan penatalaksanaan Dermatitis Sirkumskripta
menjadi sangat sulit. Harus dijelaskan berkali-kali untuk tidak menggaruk atau
menggosok lesi nya.
1. Kortikosteroid
Kortikosteroid Topikal, sampai saat ini masih merupakan pilihan
pengobatan. Pemberiannya akan lebih efektif jika diaplikasikan kemudian
dibalut dengan perban oklusif kering. Yang menjadi pilihan adalah kortikosteroid
dengan potensi tinggi seperti Clobetassol Propionat, Diflorasone Diasetat, atau
bethamethason dipropionat
Pemberian kortikosteroid berupa Triamcinolone secara Intralesi,
biasanya sangat efektif (3mg/ml). Namun harus sangat diperhatikan karena pada
konsentrasi tinggi dapat menyebabkan atrophy.
Tabel 1. Potensial Kortikosteroid Topikal10
Catatan :
a. Untuk sebagian besar obat sebaiknya diberikan 1 2x / hari. Untuk daerah
telapak tangan dan kaki dapat diberikan lebih sering
b. Panjang dari krim atau salep yang dikeluarkan dari tube dapat diukur dengan
satuan FTU (Finger Tip Unit = 1 ruas jari telunjuk orang dewasa). Satu FTU
(sekitar 500 mg) dapat dipakaikan 2x ukuran tangan orang dewasa
c. Pemakaian selang seling 1 hari atau pada akhir pecan direkomendasikan
untuk dipakai pada kondisi kronis
d. Kortikosteroid topical potensi sangat tinggi hanya direkomendasikan untuk
dipakai 1 2 minggu (paling lama 3 minggu) kemudian beralih ke potensi
yang lebih ringan seiring dengan perbaikan kondisi.
Efek samping
a. Semakin tinggi potensinya, semakin besar kemungkinan terjadi efek samping
12
b. Efek local : penipisan kulit yang dapat membaik dengan penghentian obat,
perburukan kondisi infeksi, dermatitis kontak, jerawat pada tempat pemberian,
hipopigmentasi reversible, telangiektasis menetap dan striae atrophica.
c. Efek samping : penyerapan melalui kulit dapat menyebabkan supresi sumbu
pituitary adren gangguan pertumbuhan dan sindroma cushing
Perhatian khusus
a. Preparat dengan potensi rendah merupakan pilihan untuk daerah wajah dan
perlipatan
b. Preparat dengan potensi sangat tinggi sebaiknya tidak digunakan untuk anak
dibawah 1 tahun
13
antihistamin
oral
secara
luas
digunakan
untuk
BAB III
14
KUNJUNGAN RUMAH
Tanggal kunjungan rumah
Tempat
A.
Nama
: Ny. Diana
Umur
: 82 tahun
Pekerjaan
Jenis kelamin
: Perempuan
Suku
Alamat
No.
1.
2.
3.
4.
: Minahasa
Nama
Umur
Hubungan Pendidikan/
Keadaan fisik
anggota
L/P
keluarga
pekerjaan
Ny. Diana
P/82 Tahun
Nenek
SMA/ Pensiunan Penderita
Ny. Caroline P/28 Tahun
Cucu
S1/IRT
Sehat
Tn. Kahung L/36 Tahun KK
S1/PNS
Sehat
Celine
P/4 Tahun
Cicit
Belum sekolah Sehat
Tabel 3. Daftar Anggota Keluarga yang Tinggal Dalam Satu Rumah
Laki-laki meninggal
15
Perempuan
Penderita
Neurodermatitis
Perempuan
penderita asma
B.
Anamnesis
Keluhan Utama: gatal pada kedua lengan dan tungai
Riwayat Penyakit Sekarang
Dialami sejak 3 tahun yang lalu. Awalanya pasien hanya merasa gatal,
kemudian semakin lama semakain gatal, memerah dan kulit pasien menjadi
kehitaman, tebal dan kasar. Keluhan ini dirasakan awalanya setelah pasien
menggunakan kosmetik berupa krim seperti handbody di lengan dan kaki.
Nyeri (-), demam (-), mual (-), muntah (-), gatal di daerah lain (-). BAB:
biasa, BAK: lancer.
Riwayat pasien berobat ke dokter spesialis kulit sejak 3 tahun lalu, dan
diberikan obat minum, salep dan pantangan konsumsi kacang, susu dan
memakai handbody yang dijual bebas. Tapi setelah pasien merasa sembuh dan
tidak gatal, pasien selalu melanjutkan pemakaian handbodi dan sering
mengganti-ganti produk handbodi.
Riwayat Penyakit Terdahulu
Pasien sudah mengalami penyakit ini sejak 3 tahun yang lalu, pasien
juga mempunya alergi terhadap produk susu dan kacang-kacangan. Dan
pasien juga mengaku sering sesak napas waktu kecil dan menghilang saat
masuk dewasa.
Riwayat Kebiasaan Pasien
16
Pasien sering memakai handbody lotion paling kurang 2 kali sehari sehabis
mandi, hanya berhenti jika bergejala.
Pasien suka mengganti-ganti merek handbodi yang dipakai.
Pasien masih sering konsumsi sembarang makanan.
Riwayat Penyakit Keluarga
Tidak terdapat anggota keluarga yang menderita penyakit yang sama
dengan yang dialami pasien. Kedua orang tua pasien telah lama meninggal.
namun bukan karena penyakit gula. Ayah pasien mneinggal karena TBC dan
ibunya meninggal karena jantung. Sedangkan saudara-saudara pasien masih
sehat.
C. Pemeriksaan Fisik
Keadaan umum
Tanda Vital
Tekanan darah
: 110/70 mmHg
Frekwensi nadi
: 88x/menit
Frekwensi napas
: 20 x/menit
Suhu
: 36,6 oC
Berat badan
: 47 Kg
Kepala
Kulit
Mata
Telinga
Hidung
Mulut
Tenggorok
: Hiperemis (-)
17
Tonsil
Leher
Thorax
Pulmo
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Auskultasi
: BP : Bronkovasikuler
BT : Rh-/- Wh : -/-
Cor
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
: Pekak
Batas kiri pada linea midclavicularis sinistra
Batas kanan pada linea parasternalis dextra
Auskultasi
Inspeksi
: Tampak cembung
Palpasi
Perkusi
: Timpani
Auskultasi
Abdomen
:
Edema
: Normal
18
Leher;
Kanan : Normal
Kiri : Normal
Axilla
Kanan : Normal
Kiri : Normal
Inguina
Kanan : Normal
Kiri : Normal
Darah rutin
2.
3.
Histopatologi
Psoriasis
Dermatitis kontak iritan
Liken planus
Dermatitis numularis
19
2.
3.
4.
Menjelaskan tentang komplikasi yang dapat terjadi serta gejalagejalanya. Sehingga pasien dapat langsung memeriksakan diri ke
petugas kesehatan terdekat bila timbul gejala tersebut
2.
3.
4.
20
5.
2.
3.
2.
3.
4.
Sekunder:
1.
2.
Tersier:
1.
2.
21
Diagnosis Holistik
1.
2.
3.
Aspek personal
Pasien masih belum sadar akan penyakitnya dan belum menghindari
sepenuhnya factor pencetus
Aspek risiko internal
Faktor yang mempengaruhi masalah kesehatan pasien saat ini yaitu: umur,
ketaatan akan pantangan dan pola hidup.
Aspek psikososial keluarga
Hubungan penderita dengan anggota keluarga lainnya baik, cucu pasien
sangat perhatian kepada pasien dan merawat pasien dengan baik
Hubungan pasien dengan tetangga juga baik. Tetangga sering datang
menjenguk pasien.
2.
1.
.
2.
Sosial
22
kesehatan.
R. Data Sarana Pelayanan Kesehatan dan Lingkungan Kehidupan Keluarga
Faktor
Keterangan
Sarana pelayanan
kesehatan yang digunakan
oleh keluarga
Cara mencapai sarana
pelayanan kesehatan tsb
Tarif pelayanan kesehatan
yang dirasakan
Kualitas pelayanan
kesehatan yang dirasakan
Terjangkau karena
menggunakan BPJS
Baik
Menumpang
Padat, bersih
Kesimpulan tentang faktor lingkungan
tempat tinggal
18mx9m
Tidak bertingkat
4 orang
bersih
semen
Tembok
Bersih
23
2015
Tindak lanjut,
1.
Fungsi Psikologis
Saat ini penderita tinggal dengan cucunya. Cucu pasien bekerja
sebagai pegawai swasta. Hubungan antar anggota keluarga baik. Semua
masalah yang ada selalu dibicarakan dengan bail dan keputusan diambil
berdasarkan hasil musyawarah dan kesepakatan bersama.
3.
Fungsi Pendidikan
Pendidikan terakhir pasien adalah, cucu pasien S1 dan keinginan
keluarga untuk menyekolahkan anaknya sangat tinggi.
4.
Fungsi Sosial
Penderita tinggal di kawasan yang penduduknya padat, jarak antar
rumah sekitar 1 meter. Hubungan dengan tetangga terjalin baik dan
pergaulan umumnya berasal dari kalangan menengah keatas.
5.
24
BAB IV
PENUTUP
A. Simpulan
Adapun kesimpulan dari lapuran kunjungan rumah ini adalah:
1
25
dialami pasien.
Rencana pemecahan masalah kesehatan pasien neurodermatitis dan
a.
keluarganya yaitu:
Melakukan edukasi kepada pasien dan keluarganya tentang penyebab,
b.
c.
d.
26
B. Saran
1
b.
b.
c.
d.
27
DAFTAR PUSTAKA
1. Djuanda, S., dan Sri A., 2011. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin, Jakarta:
Balai Penerbit FKUI.
2. Harahap, M., Ilmu Penyakit Kulit. Hipokrates : Jakarta.2007
3. Siregar, R. S., 2008. Atlas Berwarna Saripati Penyakit Kulit, Ed 2., EGC :
Jakarta
4. Brown R.G, Burns T. 2005. Liken Simplek Kronik dan Prurigo. Lecture
Notes On Dermatology. Ed 8. Jakarta : Penerbit Erlangga
5. Susan Burgin, MD. 2008. Numular Eczema and Lichen Simplex
Chronic/Prurigo Nodularis. Dalam: Fitzpatrick TB, Eizen AZ, Woff K,
Freedberg IM, Auten KF, penyunting: Dermatology in general medicine,
7th ed, New York: Mc Graw Hill
6. Odom RB, James WD, Berger TG. 2000. Atopic dermatitis, eczema, and
noninfectious immunodeficiency disorders. Dalam: Andrews Diseases of
The Skin: Clinical Dermatology. 9th ed. Philadelphia: WB Saunders
7. C.A. Holden & J. Berth-Jones. Lichen Simplex Chronic. Dalam:
Rooks Text Book of Dermatology. Blackwell Publishing.
2004:17.41-17.43.
28
8. Gulsum Gencoglan et
al. Therapeutic Hotline:
Treatment of prurigo
nodularis and lichen
simplex chronicus with
gabapentin.
Dermatologic Therapy
Volume 23, Issue 2,
March/April 2010:194
198 .
9. Hogan D J, Mason S H.
Lichen
Simplex
Chronicus. Diakses dari
www.emedicine.com
Resource.
Diterjemahkan
19 Juli 2007.
LAMPIRAN
29